Xodiac Punya Cerita

By KEVINZCR

22.2K 1.8K 1.8K

Apakah impian Zayyan terlalu muluk? Impian nya adalah menjadi penyanyi solo yang terkenal di negeri tercinta... More

Zayyan
Naik Pesawat
Impian Setinggi Gedung Agensi
Pertanda Apa?
Kamsahamida...
Jangan Sedih
Trio Hongkong
Hyunsik
Setelah Wajib Militer
Cuma Melihat Dari Luarnya
Karena Kamu
Membuat Oranglain Berubah
Jangan Marah
Seperti Kemarin
Heat Waves
Seseorang yang Kau Lihat di Layar
Ketemu Lagi
Namaku Zayyan
(Bukan update : Titip foto masa lalu Beomsoo)
Jauh Dekat
Bitterlove
Bitterlove (2)
Ada Aku
Love Care
Beauty is Pain?
Chapter Spesial Ramadhan 💖
Demi Ayang!
Creme Brulee
Beomsoo Revenge
Kamsahamnida, Kim Dongbhin
Chapter Spesial Lebaran 💖 (Part I)
Cowok Imut
Gyumin
Cinta Pertama
Cinta Pertama (2)
Downpour

Lebaran (part II)

382 44 73
By KEVINZCR

Pastikan sudah membaca chapter sebelumnya 😉

Maaf ya kalau update nya lama 🙏. Seperti biasa, chapter ini panjang banget ya, guys.

Hari lebaran pun tiba.

Pagi ini, Zayyan yang berdiri didepan cermin, terlihat tampan saat mengenakan baju koko putih pemberian Sing. Zayyan tersenyum menyambut Hari Raya Idul Fitri yang telah tiba hari ini. Karena cuaca dingin, Zayyan melapisi baju koko putih yang dipakainya dengan jaket hitam. Dan terakhir, Zayyan mengenakan topi di kepalanya.

Zayyan keluar kamar dengan mengenakan tas selempang, yang bagian luarnya ia gantungkan selembar sajadah warna biru. Sejenak, Zayyan menghampiri pantry dan duduk menikmati seporsi makanan. Karena sebelum menjalankan sholat Idul Fitri, disunnahkan makan dulu.



Ketika Zayyan sudah berada di halaman depan gedung, Zayyan heran melihat Leo sudah menunggunya sambil duduk diatas motor. Seperti biasa, motor staff yang lagi-lagi ia pinjam. Melihat Zayyan, Leo pun melambaikan tangan kearahnya. "Zayyan-ke, ni hao!"

Zayyan mendekati Leo. "Ouyin, kamu ngapain pagi-pagi begini duduk diatas motor?"

Leo juga terlihat tampan mengenakan baju koko putih pemberian Sing, yang desainnya sama persis dengan yang dipakai Zayyan. Leo juga melapisinya dengan jaket hitam. "Zayyan, pagi ini kamu mau ibadah, kan? Ayo ku antar!"

Zayyan menghela napas. Beberapa waktu lalu, Leo pernah mengantar Zayyan pergi sholat tarawih pakai motor. Dan sekarang, Leo hendak mengantar Zayyan pergi sholat Ied. Zayyan tidak bisa menolak, lalu ia pun membelai-belai kepala Leo. "Baiklah, Ouyin. Sebelumnya, terima kasih sudah mau mengantarku."

Mereka pun masing-masing mengenakan helm. Lalu, Zayyan duduk membonceng dibelakang Leo. Kemudian, Leo mengendarai motor hingga keluar gedung.

"Ke moslem center, kan?" tanya Leo.

"Bukan. Aku mau ibadah di Indonesian Embassy (KBRI). Kita kesana aja, ya."

"Okay. By the way, kamu kangen ya pengen ketemu 'saudara-saudara' yang satu negara denganmu?"

Zayyan tersenyum. "Begitulah."

"Fine! Let's go!" Leo membelokkan motor menuju jalan yang mengarah ke KBRI.



Kemudian, sampailah mereka didepan gedung KBRI. Zayyan pun turun dari motor. "Terima kasih ya, Leo. Tapi, kamu lebih baik sekarang kembali ke agensi. Jangan menunggu ku sampai selesai."

"Tenang. Abis ini, aku balik kok."

"Bener, ya?"

Leo tersenyum dan mengangguk.

"Oke, aku masuk dulu, ya. Bye!" Zayyan pamit, lalu berjalan memasuki area KBRI untuk melaksanakan sholat Idul Fitri.

Leo memandang punggung Zayyan dari kejauhan, lalu tersenyum. "Membiarkan mu pulang sendiri tanpa aku anterin? Tidak semudah itu, Zayyan!"


****


Di gedung agensi OCJ.

Sing juga mengenakan baju koko putih yang desainnya sama persis dengan yang dipakai Zayyan dan Leo. Di dapur, Sing menutupi bagian depan bajunya itu dengan celemek, dan mulai membuat bumbu marinasi untuk menu bulgogi.



Sementara itu didalam kamar, Beomsoo asik merapikan diri didepan cermin. Wajah tampannya berseri-seri, mengingat hari ini ia sudah bikin janji untuk pergi dengan orang yang ia sukai.

Kemudian, Beomsoo pun keluar kamar dan berjalan pergi. Saat melewati dapur, ia melihat Sing yang sedang memotong-motong bawang bombay. Lalu, Beomsoo memasuki dapur dan merangkul bahu Sing.

"Ngapain, Sing?"

"Lagi masak, dong. Masa' lagi nyanyi di dapur."

"Tumben masak?"

Sing tersenyum. "Hari ini adalah hari yang penting untuk Zayyan. Jadi, aku ingin ikut merayakannya bersama teman-teman lainnya."

"Zayyan ulang tahun?"

"Bukan. Tapi semacam hari raya keagamaan."

Beomsoo hanya mengangguk.

"Hei, Beomsoo. Kau boleh ikut merayakannya juga bersama kami."

"Tapi hari ini, aku mau jalan sama Wain."

Sing terdiam sejenak. "Tapi nggak lama kan perginya? Kamu sama Wain nggak usah ikut masak. Yang penting ikut makan aja."

"Wah, nggak janji deh. Rencananya aku mau bersenang-senang sepuasnya sama Wain. Nggak tau balik jam berapa."

Sing hanya menghela napas, dan mulai memasukkan potongan-potongan daging kedalam bumbu marinasi.

"Yaudah, aku pamit ya. Bye!" Beomsoo dengan iseng mengelus pipi Sing, lalu berjalan pergi.

Tiba-tiba, Beomsoo membalikkan badan kearah Sing. "Hei, Sing. Di perayaaan ini pasti nggak ada soju atau bir, kan?"

"Nggak ada, lah. Tau sendiri Zayyan orangnya kayak apa."

"Ah, payah. Mending aku minum-minum sama Wain." Beomsoo membalikkan badan, lalu berjalan keluar dapur.

Sing menggelengkan kepala. "Dasar, Beomsoo! Bucinnya diluar nalar."


****


Waktu pun berlalu.

Selesai sholat Idul Fitri, Zayyan beserta jamaah lainnya keluar dari area KBRI. Saat berada diluar, Zayyan hanya menggelengkan kepala melihat Leo yang duduk diatas motor dan masih menunggunya. "Sudah kuduga," gumam Zayyan.

Zayyan menghampiri Leo. "Hei, Leo. Kan aku sudah bilang tadi, jangan menunggu ku sampai selesai dan kembalilah ke agensi lebih dulu. Tadi kamu bilang, kamu akan langsung balik, kan?"

"Tapi bohong! Wleee!" Leo menjulurkan lidahnya.

Zayyan menghela napas dan membelai-belai kepala Leo penuh kasih sayang. "Dasar bandel."



Mengendarai motor, Leo membonceng Zayyan untuk kembali ke gedung agensi.

"Xie xie ni, Ouyin!" seru Zayyan dengan suara agak keras, karena ngobrol di motor, suaranya kudu kenceng, biar kedengeran.

"Sama-sama, cinta!"

"Apa?! Cinta?!"

"Bukan! Maksudku... sama-sama, Zayyan! Kamu salah denger tuh, kupingmu ketutupan helm!"

Zayyan hanya mengangguk. Padahal tadi dia nggak salah denger.

Sambil mengendarai motor, Leo tersenyum cerah. Secerah dan seindah suasana di pinggir jalan ini yang kebetulan sepi. Apa sekarang sudah masuk musim semi, makanya suasana nya jadi seindah ini?

Leo memberhentikan motornya dipinggir jalan. "Hei, Zayyan. Kita foto-foto dulu, yuk. Mumpung suasana nya bagus."

"Yuk!" Zayyan setuju dan ikut turun dari motor.



Leo meminta Zayyan berpose dibawah pohon yang sedang bersemi. Kemudian, Leo pun memotret sahabatnya itu. "Oke, Zayyan! Siap, ya! Satu... dua..."

Cekrek!

"Gantengnya!" gumam Leo. "Sekali lagi, ya! Satu... dua..."

Cekrek!

"Wah, bagus banget!" kata Leo sambil melihat hasil fotonya. Zayyan pun mendekati Leo untuk ikut melihatnya.

"Leo, sini gantian, aku fotoin kamu."

"Nggak usah. Mending kita balik sekarang, takut keburu siang. Kan rencananya kita mau masak bareng."

Zayyan berpikir sejenak. "Oke, deh."

Mereka pun kembali naik motor, dengan Leo yang mengendarai dan Zayyan yang membonceng di belakang. Lumayan, Leo dapet dua foto Zayyan untuk tambahan koleksi foto di galeri ponselnya. Sembari mengendarai motor, udara yang sejuk pun berhembus. Ini hari raya bagi Zayyan, tapi justru Leo yang merasakan kegembiraan.


****


Di dapur.

"Ni hao!" seru Leo yang merangkul bahu Zayyan sambil memasuki dapur. Dan terlihat Sing yang sedang menyiapkan tepung untuk membalur ayam goreng.

"Sing, kamu kok udah mulai duluan masaknya?" tanya Zayyan. "Nggak nunggu aku sama Leo?"

"Nggak apa-apa. Dengan begini, mungkin bisa lebih hemat waktu saat kita memasak bersama," jawab Sing.

"Terus, kita mulai dari mana dulu masaknya?" tanya Leo.

Sing berpikir sejenak. "Kayaknya motong-motong sayur sama daging dulu deh buat campuran japchae..."

"Hei, pada ngapain nih?" tanya Ricky yang mendadak muncul didepan kulkas sambil minum air dingin.

"Nah, kebetulan! Ricky, bantuin masak, yuk. Nanti kita makan-makan bareng."

"Oke, gas!"

"Kalian masak nggak ngajak-ngajak aku?" tanya Hyunsik yang mendadak muncul dekat rak piring sambil bertolak pinggang. "Sing, kemarin kau bertanya padaku soal resep bulgogi. Sekarang, aku nggak diajak masak bareng, gitu?"

"Hehe... mianhae, hyung," Sing mendekati Hyunsik dan memegang bahunya. "Oke, hyung. Bantuin masak, yuk."

"Siap!"

Zayyan, Leo, Hyunsik, dan Ricky mengenakan celemek dan mulai memasak bersama. Zayyan membuka kulkas dan mengambil ayam yang sudah di marinasi, kemudian membalur potongan-potongan ayam itu dengan tepung. Ricky menggoreng telur dan juga sosis sapi untuk isian kimbab.

Sedangkan Sing, Leo dan Hyunsik sama-sama memotong sayuran untuk isian kimbab dan juga untuk campuran japchae alias bihun khas Korea. Selagi memotong-motong sayuran, posisi Leo berada ditengah-tengah Sing dan Hyunsik. Leo memotong-motong zucchini, menaruh semua irisannya kedalam wadah, lalu mencampurnya dengan sedikit garam agar cairannya keluar dan sejenis timun tersebut menjadi kering.

Kemudian, Leo hendak mengambil wortel. Hyunsik yang juga hendak mengambilnya, tanpa sengaja tangan Hyunsik menggenggam tangan Leo.

Leo dan Hyunsik saling memandang. Pipi Leo memerah karena ditatap oleh Hyunsik dan juga tangannya digenggam. Lalu, Hyunsik perlahan melepas genggaman tangannya dari tangan Leo.

"Leo, mau ambil wortel? Silakan duluan."

Leo menjadi salah tingkah. "Oke," kata Leo yang mengambil wortel, lalu mulai memotong-motongnya. Hyunsik pun juga melakukan hal yang sama.

Sambil memotong-motong, pikiran Leo tidak fokus karena tadi tanpa sengaja, tangannya digenggam Hyunsik, orang yang sudah menolak cintanya. Karena tidak fokus, tanpa sengaja, ujung pisau mengenai jari Leo dan sedikit merobek kulitnya.

"Aw!" pekik Leo kaget sambil mengangkat jarinya yang terluka. Sing dan Hyunsik menengok kearah Leo yang berada ditengah mereka, lalu keduanya sama-sama mengambil selembar tissu dan memberikannya pada Leo. Tapi...

Entah bagaimana, Zayyan sudah berada didekat Leo dan menggunakan selembar tissu untuk menutup luka di jari Leo. Untungnya, darah Leo tidak menetes di bahan makanan yang ia pegang. Kedua tangan Zayyan memegang satu tangan Leo dengan jari yang terluka.

"Sebentar, aku ambil plester dulu," Zayyan berlari menuju kamar untuk mengambil plester untuk menutup luka, lalu segera berlari lagi ke dapur.

Di dapur, Zayyan menggunakan selembar plester untuk membalut luka di jari Leo. Wajah Zayyan terlihat khawatir sambil kedua tangannya menggenggam tangan Leo. Sedangkan, Leo tersenyum memandang Zayyan didepannya yang berjarak dekat. Sing yang melihat itu, seperti biasa menahan cemburu melihat kedekatan Zayyan dengan Leo.

Hyunsik yang melihat itu justru tersenyum. Hyunsik senang karena ada seseorang yang bisa menggantikan dirinya di hati Leo. Hyunsik hanya ingin Leo menemukan seseorang yang bisa memberikannya cinta, karena Hyunsik tidak bisa memberikannya.

"Leo, kamu istirahat aja. Nggak usah bantuin masak," kata Zayyan. "Mungkin kamu kecapekan, makanya bisa sampai terluka."

"Nggak mau. Aku mau bantuin masak."

"Istirahat lah! Jari mu terluka!"

"Nggak mau! Nggak mau!" Leo memutar-mutar kedua bahunya ke kanan-kiri tanpa henti. Zayyan panik, "waduh, tanda-tanda mau tantrum nih bocil..."

"Iya iya, kamu boleh masak!" kata Zayyan. "Tapi janji, jangan sampai terluka lagi dan kamu harus lebih hati-hati!"

Leo nyengir, lalu mengacungkan jari kelingkingnya. "Janji!"

Zayyan menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Leo. Zayyan menghela napas, lalu melanjutkan kegiatan memasaknya, begitupun dengan Leo.

"By the way, Beomsoo sama Wain kemana?" tanya Hyunsik yang mulai memasak bulgogi.

"Tadi dia pergi sama Wain. Jalan-jalan gitu," jawab Sing yang sedang membantu Ricky membuat kimbab. "Kayaknya, Beomsoo bakal lama perginya sama Wain."

Hyunsik menggelengkan kepala. "Maklum, Beomsoo lagi bucin-bucinnya."

Mendengar obrolan tersebut, Zayyan jadi berpikir. Apa karena Beomsoo terlalu fokus pendekatan sama Wain, sampai-sampai Beomsoo mengacuhkan Zayyan yang merupakan sahabat lamanya? Zayyan mulai merasa sedih, hingga membuatnya jadi melamun.

"Zayyan, ayamnya gosong!" seru Leo sambil melirik ayam berbalut tepung yang sedang digoreng Zayyan. Dan, Zayyan pun panik, ia langsung mematikan kompor dan menggunakan saringan ukuran besar untuk mengangkat beberapa potong ayam dari panci.

Leo melanjutkan kegiatannya memasak japchae. Sedangkan, Zayyan bernapas lega sambil memandangi beberapa potong ayam yang barusan ia goreng. "Untung gosongnya cuma dikit. Dikit banget, sih. Nanti bagian yang gosong biar aku makan aja."

Leo tersenyum. "Aku juga mau dong bagian yang gosong. Makanya kalau masak, jangan ngelamun."



Kegiatan memasak pun berlanjut. Zayyan, Sing, Leo, Hyunsik dan Ricky bekerjasama dengan baik selama memasak. Sesekali mereka bercanda ditengah kegiatan memasak, membuat kegiatan tersebut jadi menyenangkan meski juga melelahkan.

Pukul 11 siang, masakan sudah matang semua dan siap disajikan. Mereka pun menatanya dengan rapi diatas meja makan yang lebar, beserta berbagai peralatan makan. Di meja terpisah, disediakan dessert berupa berbagai macam cookies, serta berbagai minuman Non-alkohol.

Disaat menata piring, Sing melihat Leo yang sedang mengelap keringat di dahi Zayyan menggunakan tissu. Posisi Zayyan berhadapan dengan Leo dengan jarak sangat dekat. Leo memandangi wajah Zayyan didepannya dengan tatapan tajam.

"Zayyan capek ya habis masak? Sampai keringetan gini?"

Zayyan tersenyum. "Nggak capek sama sekali. Justru aku bahagia dikelilingi sahabat-sahabat yang baik seperti kalian, yang mau merayakan Hari Raya bersamaku, sampai mau repot-repot bantuin masak."

Kedua tangan Leo menggandeng kedua tangan Zayyan. "Oiya, Zayyan. Tau, nggak? Ini semua kan ide aku, lho."

Sing lagi-lagi menengok kearah mereka dan menatap dengan heran. "Hah? Ide Leo?"

"Iya, Zayyan. Ide aku! Mulai dari belanja bahan makanan, memasak bersama, dan juga nyuruh Sing ngasih kamu baju baru. Itu semua ide aku!"

"Bukannya kalau baju baru, Sing sendiri yang membelinya?" Zayyan heran.

Leo bingung mau jawab apa. "Tapi kan duitnya, duit aku! Pokoknya semuanya dari aku, deh!"

Sing hanya menggelengkan kepala mendengar semua kebohongan Leo. Padahal itu semua idenya Sing. Dan, Leo hanya mengaku-ngaku demi membuat Zayyan terkesan.

Benar saja. Zayyan terharu mendengar semua pengakuan Leo. "Hei, Leo. Terima kasih banyak, ya. Berkat kamu, Hari Raya ku jadi terasa membahagiakan."

Zayyan pun mulai menangis. "Sebenarnya, sejak kemarin aku sedih. Mikirin Dongbin. Dan juga nggak bisa pulang ke negaraku di hari yang penting ini. Tapi berkat kamu, aku jadi bisa melupakan kesedihan ku, dan berganti dengan kebahagiaan di Hari Raya ini. Terima kasih banyak ya, Leo."

Leo jadi ikutan nangis. "Sama-sama, Zayyan." Lalu, mereka berdua pun berpelukan erat sambil menangis. "Zayyan, aku sayang kamu."

Sing hanya menghela napas. Seharusnya semua ucapan terima kasih dari Zayyan, ditujukan untuk Sing. Karena tanpa Sing, mungkin hari raya Idul Fitri di Korea tidak akan berkesan seperti ini bagi Zayyan. Tanpa Sing, hari yang penting ini akan berlalu seperti hari-hari biasa. Tapi ya sudahlah, batin Sing. Yang penting di hari raya ini, Zayyan merasa bahagia.



Kemudian, Zayyan, Sing, Leo, Hyunsik dan Ricky, memanggil teman-teman lainnya sesama trainee OCJ untuk ikut menikmati hidangan yang mereka masak bersama. Para trainee tentu senang dengan adanya perayaan kecil seperti ini, bisa makan enak bersama para sahabat.

Selagi mereka menikmati makanan bersama, ada seorang trainee yang nyeletuk, "gini doang, nih? Nggak ada soju atau bir, gitu?"

Kedua tangan Sing membentuk tanda silang X. "Ini hari rayanya Zayyan. Jadi... NO alcohol club!"

Trainee tersebut hanya mengangkat bahu dan lanjut menikmati hidangan.

"Gimana? Masakan kami enak, nggak?" tanya Hyunsik.

Seorang trainee yang sedang menikmati hidangan pun berpikir sejenak. "Lumayan, lah."

Trainee lainnya berkomentar, "kalau ada kekurangan, ya wajar lah. Yang masak ini kan bujangan semua. Bukan para ahjumma yang berpengalaman dan jago masak."

Mereka semua tertawa sambil menikmati hidangan. Tapi berbeda dengan Zayyan. Ia hampir tidak menyentuh makanan karena sedang mencoba menelpon seseorang melalui ponselnya.



Di tempat lain.

Di pinggir jalan Seoul yang ramai, Beomsoo terlihat bahagia bisa jalan berdua sama Wain.

Tiba-tiba ponsel Beomsoo berdering. Wajah tampan Beomsoo yang tadinya full senyum, berubah jadi bete. "Shibal! Siapa sih yang nelpon? Ganggu aja!"

Beomsoo mengambil ponsel di sakunya. Pada layar ponsel, tertera nomor Zayyan yang memanggilnya. Beomsoo langsung me-reject panggilan tersebut.

"Siapa yang nelpon?" tanya Wain.

Beomsoo hanya menggeleng sambil tersenyum. "Nggak penting. Oiya, abis ini kita jalan kemana lagi, nih?"



Di meja makan, Zayyan melirik layar ponselnya, dan heran, kenapa Beomsoo me-reject panggilannya. Kemudian, Zayyan mencoba menelpon Wain. Tapi sayangnya, ponsel Wain lupa di-charge. Sehingga saat Zayyan menelpon, ponsel Wain tiba-tiba mati.

Sing yang duduk disamping Zayyan sambil menikmati kimbab, menengok kearahnya dan melihat Zayyan yang memandangi layar ponsel dengan raut wajah sedih.

"Nelpon Beomsoo tapi nggak diangkat, ya?" tanya Sing. Zayyan pun hanya mengangguk.

Sing merangkul bahu Zayyan. "Sudahlah, Zayyan. Nggak usah mikirin siapa yang nggak ada. Yang penting, kami semua yang ada disini, ikut merayakan bersama mu. Benar, kan?"

Raut wajah Zayyan berubah, yang tadinya sedih, kemudian menjadi tersenyum dan bahagia, melihat sahabat-sahabatnya dan semua trainee, menikmati hidangan bersama dengan suasana yang akrab dan menyenangkan. Meskipun Beomsoo, Wain, dan juga Dongbin tidak berada diantara mereka.

"Kau benar, Sing. Aku sudah bahagia dengan adanya kalian disini. Terima kasih banyak, ya."


****


Sementara itu, di sebuah minimarket.

Dongbin sedang mengerjakan tugasnya sebagai kasir. Ia memasukkan barang-barang belanjaan pelanggan kedalam paper bag, kemudian pelanggan pun pergi membawa barang belanjaannya. Dongbin melirik jam dinding, menunjukkan lima belas menit lagi sebelum waktu makan siang tiba.

Tiba-tiba, seorang kurir jasa antar paket memasuki minimarket. Ia membawa sebuah kotak ukuran cukup besar, dan menghampiri Dongbin. "Annyeonghaseo? Dengan tuan Kim Dongbin?"

Dongbin memandang kurir yang menghampirinya. "Iya? Saya sendiri?"

"Ada kiriman paket untuk anda."

Nggak lama kemudian, kurir itu pergi meninggalkan minimarket. Sedangkan, Dongbin memandangi paket untuknya berupa sebuah kotak. Diatas kotak itu, tertera nama pengirim dan penerimanya.



Pengirim :
Trainee OCJ (especially : Zayyan, Hyunsik, Sing, Leo, Ricky).

Alamat :
Gedung agensi OCJ Entertainment.

Penerima :
Kim Dongbin.

Alamat :
(workplace) Minimarket Xodiac.



Dongbin tersenyum membacanya. Kemudian, ia pun membuka plastik yang membungkus kotak itu. Isinya adalah sebuah Bento box ukuran cukup besar yang bisa memuat dua atau tiga porsi makanan. Diatas kotak Bento itu, tertempel selembar surat. Dongbin pun membaca surat itu.



Dear, Dongbin-ssi.

Annyeonghaseo.

Ini Zayyan.

Hari ini aku sedang merayakan sesuatu bersama sahabat-sahabat kita, para trainee. Bukan ulang tahun, melainkan semacam hari raya keagamaan yang sedang aku rayakan. Tadinya aku tidak berniat merayakannya di Korea. Tapi berkat sahabat-sahabatku tersayang, aku bisa merasakan kebahagiaan di hari raya ini.

Oiya, aku bersama Hyunsik, Sing, Leo, dan Ricky yang memasak hidangan ini. Semoga kau suka. Kalau rasanya kurang enak, jangan marah ya.

Dongbin, kami semua menyayangi mu dan merindukan mu. Terutama, Hyunsik-hyung. Lain waktu, kita nongkrong bareng, ya. Tapi maaf, kalau kalian mau minum-minum bersama, aku nggak bisa ikut. Hehehe...

Sekian surat dariku. Kami mendoakan yang terbaik untukmu. Saranghae!



Dongbin terharu membaca surat tersebut. Sejenak, ia teringat masa-masa saat masih menjadi trainee di OCJ. Sayangnya, itu semua sudah berlalu.

Ia pun membuka kotak Bento yang ia terima. Didalamnya terdapat hidangan yang disusun dengan rapi dan cantik, diantaranya kimbab, chicken, bulgogi, japchae, serta dessert berupa sebungkus cookies. Melihat porsinya, seakan Hyunsik dan Zayyan tau kalau Dongbin makannya banyak.

Menggunakan ponselnya, Dongbin memotret hidangan didalam Bento box itu, lalu mengirim fotonya ke nomor Zayyan.



Sementara itu, Zayyan melirik ponselnya dan membuka pesan dari Dongbin, berupa foto hidangan yang diterimanya. Dibawah foto itu, Dongbin menulis pesan : "Gini doang, nih? Nggak ada soju atau bir, gitu?"

Membaca pesan itu, Zayyan hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Zayyan membalas : "Sorry, NO alcohol club!"

Kemudian, Zayyan menerima pesan lagi dari Dongbin, bertuliskan :

"Gomawo, yeorobun (terima kasih, semuanya). Salam buat Hyunsik. Tolong bilang bahwa aku menyayanginya..."


****


Sore hari pun tiba.

Didalam sebuah kamar, pintu terbuka dan masuklan Wain kedalamnya. Usai menutup pintu, Wain yang sedang mabuk, berjalan agak sempoyongan dan ambruk diatas ranjangnya.



Sementara itu di koridor, Beomsoo yang juga sedang mabuk, berjalan agak sempoyongan menuju dapur. Mata Beomsoo terpejam dengan bibir yang tersenyum. Ia sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama Wain.

Sesampainya di dapur, terlihat Zayyan yang sedang mencuci piring. Masih dalam kondisi mabuk, Beomsoo menyapa, "annyeong, Zayyan..."

Zayyan menengok kearah Beomsoo dan tersenyum. Walaupun dalam hati, Zayyan kecewa. Disaat acara makan-makan sudah selesai, hidangan sudah habis semua, para sahabat sudah pada bubar, eh Beomsoo baru muncul.

Masih dengan langkah sempoyongan, Beomsoo menuju meja makan, dimana hanya tersisa sebuah piring dengan tiga potong paha ayam goreng diatasnya. Beomsoo mengambil sepotong paha ayam dan memakannya.

Entah karena lupa atau karena mabuk, Beomsoo tiba-tiba bilang, "kok kalian party-party nggak ngajak aku, sih?!"

Zayyan heran. Hah? Nggak ngajak Beomsoo? Bukannya Sing bilang, Sing sudah meminta Beomsoo dan Wain untuk balik lebih cepat agar mereka bisa ikut merayakan? Zayyan juga sudah menelpon ke ponsel Beomsoo, tapi malah di reject. Ponsel Wain pun tidak bisa dihubungi. Dan sekarang, Beomsoo seenaknya bilang kalau dirinya tidak diajak?

Zayyan sudah selesai mencuci piring. Dengan kesal, Zayyan pun berjalan meninggalkan dapur. Beomsoo yang masih makan ayam, pun heran melihat sikap Zayyan. "Kenapa, sih? Zayyan sekarang orangnya ngambekan..."


****


Bersambung

Zayyan kangen Beomsoo yang dulu. Yang nggak cuek sama temen.

Continue Reading

You'll Also Like

4K 403 5
bagaimana jika renjun terjebak di keluarga yang protektif
9.3K 693 23
" Akan ku lakukan apapun untuk membawa kedamaian abadi walaupun harus mengorbankan nyawa ku sekalipun. " Berawal dengan keceriaan berakhir denga...
69.3K 3.3K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
2.6K 231 15
Takemichi hanyalah siswa SMA swasta biasa yang sudah biasa jadi bahan bullying teman temannya ia memutuskan untuk pindah sekolah untuk menghindari s...