The Apple of My Eye

By Choc0straw

21.1K 2.4K 289

It's not about who comes first. It's who will always stay there to the end. It's not about who's making a big... More

Prolog
1| The Gate
2| The Ants and Sugar
3| Tampan, Mapan, Beriman
4| Chitato ; Life is Never Flat
5| Temen Tapi Demen
6| The Step
7| The road, GPS, and Missed
8| The Divide Between Souls
9| The New Chapter
10| The Day We...
11| The Double-Sided Coin
12| Time Flies So Fast
13| Asmalibrasi
14| The Opportunity
15| The Planning
16| The Difference
17| The Begin
18| The Mixed Feeling
19| The Unification
20| The Awkward Moment
22| Is Everything Fine?
23| The Whalien 52
24| The Journey
25| I Always Remember You
26| The Truth Untold
27| The Letters
28| Anyone Else But You
29| Bekasi VS Everybody
30| The Current Season
31| Always Me
32| My Half on You
33| End of The Road
34| The Agreement
35| The Apple of My Eye
Epilog

21| The Struggle

400 53 4
By Choc0straw

_____

Entah kenapa atmosfer di dalam kamar ini terasa canggung. Padahal sederhananya ia tinggal mengenalkan satu sama lain saja. Namun lagi-lagi, tidak sengaja netranya menangkap raut Agam yang mendadak dingin dan tanpa diduga mengundang perasaan merinding di sekujur tubuh Kaila.

Sekar berdehem pelan. Menetralkan tenggorokannya yang mendadak kering. "Jake, ini Agam. Sahabat kita, rumahnya juga cuma di depan. Agam, ini Jake, pacarnya Kaila." katanya memperkenalkan mereka. Sedikit merasa terseret atas kecanggungan situasi ini.

Jake mengangguk, berohria tanpa suara. Wajah tampan itu juga tidak setegang tadi saat penuturan Sekar terdengar. Jake berdehem pelan. "Salam kenal, bro."

Agam tampak angkuh di kursinya. Kemudian membalas uluran tangan Jake singkat. Tidak bersuara sama sekali.

"Gue balik dulu." Agam berdiri dari kursi lalu pergi meninggalkan mereka bertiga yang mengeluarkan raut heran.

Memilih untuk tidak memikirkan aneh-aneh. Sekar pun kembali mencairkan suasana. Beramah tamah dan berbincang cukup lama. Mulai dari kenapa Kaila bisa sakit sampai ke ranah percintaan dua love bird ini. Sekar anak yang memang kelewat aktif. Tidak ada kata canggung dalam kamus hidupnya. Kalau kata Kaila— Sekar itu seperti laut lepas.

Hidupnya tidak tunduk pada aturan manusia manapun. Semua dapat ditampung oleh wanita ini.

"Kamu gak mau ke rumah sakit aja?" tanya Jake yang duduk di kursi. Sekar yang berada di tepi ranjang turut menatap Kaila.

Gadis itu menggeleng pelan. "Gak lah. Gak perlu, cuma demam doang. Besok paling juga udah enakan."

"Makanya Kai. Jangan OSIS mulu yang diinget. Kesehatan lo tu tetap yang utama." omel Sekar.

Kaila mendengus pelan. "Kayaknya yang anaknya Ibu Ratna tu lo deh."

"Terus aja terus. Tiap dinasehatin begitu mulu." Sekar menggeleng pelan sambil mengelus dada sabar.

Kaila tersenyum tipis. "Kalian ngapain kesini? Sorry, bukan gak menghargai usaha kalian. Tapi kan gue lagi sakit, mendingan pulang aja, ntar malah ketularan sakit." katanya khawatir.

"Tunggu Ibu kamu pulang," ucap Jake.

"Emang berani? Kamu kan belum pernah ketemu sama Ibu." ujar Kaila pada Jake. "Lagian Ibu tu kalau belanja lama. Udah gak papa, kalian pulang aja. Mau tidur nih," Kaila mendorong Sekar agar beranjak dari tepi kasur.

"Jake," panggil Kaila. Laki-laki itu menatapnya dengan tatapan bertanya. "Pulang." lanjut Kaila.

Jake melirik jam tangan. Sudah menunjukan pukul dua belas lewat. Berdiri dari kursinya dan hendak mendekat ke arah Kaila.

"Berhenti di sana. Udah dibilangin juga, jangan deket-deket nanti ketularan." ancam Kaila.

Jake terkekeh kemudian mundur selangkah. "Fine. Kali ini aku ngalah,"

"Iya ini gue kagak kelihatan kagak apa dah." sindir Sekar sambil berpura-pura batuk keras. "Anggep aja gue butiran debu di kolong kasur,"

Sudut bibir Kaila berkedut menahan tawa. Kaila tahu bahwa sebetulnya Sekar pasti sedang batin maksimal. Lagian, salah sendiri siapa suruh bawa Jake masuk ke dalam rumahnya.

Jake juga begitu. Ia tersenyum canggung mendengar sindiran Sekar. "Kalau gitu aku pulang ya. Kabarin aku kalau udah baikan, tidur yang cukup, ya, babe."

Senyuman hangat terbit di wajah pucat Kaila. Ia mengangguk samar. "Inget. Jangan ngebut! Hati-hati di jalan. "

Laki-laki bertubuh jangkung itu pun melangkah keluar. Perlahan hilang dari pandangan Kaila. Gadis itu memilih untuk merebahkan kembali tubuhnya. Menggeliat di balik selimut.

Sekar, alih-alih beranjak dari kasur. Ia malah turut ikut rebahan di bawah kaki Kaila.

"Lo gak balik? Gue gak mau tanggung jawab ya kalo sampe ketularan."

"Tenang. Imun gue kuat," pandangan gadis itu tertuju ke arah Kaila. "Gue penasaran sama ucapan lo tadi. Emang si Jake belum pernah ketemu nyokap lo?"

Kaila menggeleng. "Tiap dia kesini pasti nyokap gue belum balik kerja. Pernah waktu itu gue ajak main ke rumah dianya malah yang gak bisa. Gitu mulu deh siklusnya,"

"Terus kalau jemput lo, si Jake kagak masuk dulu apa?"

Lagi-lagi ia hanya menggeleng. "Dia mah jemput gue selalu mepet. Mana keburu buat masuk dan basa basi."

Sekar menatap tak percaya. "Gila. Gue pikir udah kenalan sama Tante Ratna. Tapi nyokap lo tau kan, kalau lo pacaran?"

Kaila bungkam. Membuat Sekar bangkit dari tidurnya. "Jangan bilang..."

"Tau anjir. Tapi emang belum gue kenalin aja. Udah ah balik sana gue mau tidur." usir Kaila.

Tangan Sekar tergerak untuk menarik selimut Kaila. "Bentar bentar. Pertanyaan terakhir deh, lo manggil Agam buat kesini?" kepo Sekar.

"Gak lah. Yakali." balas Kaila sambil menarik kembali selimutnya dengan mata terpejam.

Hening menyelimuti mereka. Sekar mengangguk paham. "Anyway, beberapa kali gue ngumpul dan ngobrol bertiga bareng Rizal dan Ilham." gumam Sekar.

Mata yang terpejam perlahan terbuka. Sudut matanya menangkap Sekar di sana. "Lo bertiga ngadain konferensi? Kok gue gak diajak?"

Kepala Sekar tergerak untuk menggeleng pelan. "Tidak semudah itu ferguso."

"Bahas apaan lo pada?"

Sekar berdehem. Mengerutkan hidung lalu mengusapnya. "Ntar juga bakal kita kasih tau kok. Tapi gak sekarang, karena kita masih mau make sure sesuatu dulu."

Kaila hendak bangkit dari tidurnya. Namun diinterupsi oleh Sekar. "Gue balik dulu, deh." ucap Sekar kemudian ngacir begitu saja sambil tertawa puas. Meninggalkan Kaila yang tercengang dengan posisi setengah bangun.

"KURANG AJAR! PINTUNYA JANGAN LUPA DITUTUP SEKAR." teriak Kaila frustasi.

°°°

Tidak banyak sahutan percakapan di sini. Perkenalan singkat siang tadi cukup menganggu pikirannya. Bahkan sekarang ia tampak tidak fokus kala namanya dipanggil beberapa kali oleh seseorang yang duduk di hadapannya.

Ia hanya menatap minuman yang sudah dipesan setengah jam lalu. Tatapan itu terlihat kosong seolah jiwanya sedang melalang buana ntah kemana.

"Agam,"

Agam tersentak. "Ha? Kenapa?"

Laura berdecak. "Lo yang kenapa. Dipanggil-panggil dari tadi gak nyaut."

Laki-laki itu meringis pelan. Mengusap tengkuk. "Sorry sorry. Lagi banyak pikiran soalnya."

"Mikirin apa emangnya?" tanya Laura penasaran. "Tugas? Ujian? Siapa tau gue bisa bantu."

Dengan kepala menggeleng, Agam mengambil minuman yang sudah tampak berembun di atas meja. "Bukan apa-apa." katanya sebelum menyeruput americano.

Laura berdecak prihatin. "Lo anggep gue kakak lo bukan sih? Udah gue bilang kalo ada apa-apa tu cerita." tuturnya sambil mengeluarkan lip product dari dalam tas.

Tidak banyak yang tahu, bahwa hubungan Agam dan Laura sejauh ini tidaklah lebih dari sekedar partner hunting and sharing.

Mereka yang melihat dengan mata telanjang pasti selalu mengira bahwa dua manusia ini adalah sepasang kekasih. Bukan salah mereka karena hanya melihat dari luar saja. Namun, memang baik Agam ataupun Laura tidak pernah berkomentar. Menurut mereka, selama bukan berita yang mencoreng nama baik, mereka tidak ambil pusing akan rumor tersebut.

"Temen gue ada curhat ke gue."

Kalimat Agam jelas menghentikan kegiatan Laura yang sedang touch up. Ia menatap Agam dengan raut penasaran. "Curhat? Tentang apa emangnya?"

"Jadi temen gue nih cerita, katanya dia tu bingung sama perasaan dia sendiri."

"Kok bisa?"

"Ya mana gue tau. Namanya juga orang bingung."

Laura tertawa. "Bercanda terus deh. Terus gimana? Lanjutin cerita tentang teman lo itu."

"Menurut lo nih, ya, sebagai perempuan. Kalau denger cerita temen gue yang tiba-tiba ngerasa dongkol karena habis liat sesuatu padahal sebelumnya biasa aja tu kenapa?"

Alis Laura terangkat. Mengisyaratkan agar kalimatnya diperjelas. Agam berdehem. "As simple as, ngeliat temen ceweknya yang galak malah jadi adem ayem depan cowok lain, eh— pacar, deng "

"Cemburu lah! Orang bodoh mana yang gak tau sama ciri-ciri orang jatuh cinta." jawab Laura cepat.

Kening Agam mengerut. "Cemburu? What do you mean? Hubungan mereka just a friend. No more than that. Menurut gue sih emang dia lagi sensi aja."

Sementara itu, Laura menegapkan punggung. Mengatur napas lalu menatap Agam dengan seksama. Seolah-olah ucapan yang akan ia keluarkan adalah kalimat sakral yang tidak sembarang waktu dikeluarkan.

"Gini ya, makhluk Tuhan si paling main logika. Feelings can come at any time, bahkan dalam situasi yang gak pernah kita duga sekalipun." katanya serius. "Justru situasi temen lo itu malah besar kemungkinan the feeling of falling in love will appear and grow. Kenapa? Ya karena terbiasa. Dan temen lo itu— he's not confused. He's denied the facts. Fakta kalau dia suka sama temen perempuannya. So, tell him to stop denial sebelum dia menyesal." tutur Laura panjang lebar.

Agam tak berkutik, dalam kepalanya justru terputar beberapa peristiwa yang belakangan membuat ia merasa kehilangan jalur pacu. Bingung akan perasaannya sendiri. Dan kalimat terakhir dari Laura sukses membuat ia termenung beberapa lama.

"Who's that?" tanya Laura. "Kaila?"

Laki-laki tersebut tersedak salivanya sendiri. Mengambil minum lalu menyeruput hingga setengah. Melihat ini, membuat Laura melebarkan senyum. Yakin bahwa tebakannya tepat sasaran.

"Agam.. Agam.. dari pertama kali liat kalian berdua waktu MOS. Gue udah tau." katanya pelan. "Cowok itu paling gampang ditebak gerak geriknya kalau lagi jatuh cinta. Gestur tubuh dan rasa perhatian dari si cowok yang jatuh cinta walaupun ibarat kata perasaannya sengaja disembunyiin di ruang bawah tanah sekalipun— bakal tetap keliatan." ucap Laura dengan penekanan kata sengaja di sana.

Agam ternyata sudah bersandar pada kursi dengan tangan bersedekap dada. Kini tampak terkekeh tidak percaya. Menyadari satu hal;

Perasaan yang telah ditutup kabut penyangkalan selama bertahun-tahun itu. Masih senantiasa ada di tempatnya, tidak pernah bergeser, barang sedikitpun.

__________________

Satu wejangan buat ente Gam :

Minal minul semuaa... 🙇🏻‍♀️🙏🏻
Dapat THR berapa? Atau cuma dapet pertanyaan-pertanyaan bodong dari sanak saudara?😆
___

Nah eike mau sedikit menjelaskan situasi mereka semua. Ntah ini relate atau tidak dalam kehidupan kalian, tapi eike sendiri mengatakan situasi ini relate~

Kadang kita dipertemukan dengan seseorang yang di mata orang lain "cocok banget jadi pasangan" tapi realitanya saat kita yang menghadapi sendiri, malah mengeluarkan respon yang berbeda. Ntah karena kepribadian/sifat yang tidak cocok lah, atau paling mentok "perasaan" itu memang gak muncul.

Sekalipun dipaksa..

Selama kedua belah pihak saling berkomunikasi mengenai isi hati. Tidak akan ada yang merasa paling tersakiti, kok~ Perihal cinta memang banyak kosekuensi😆😵‍💫

Or another side, di mata orang lain "gak cocok sama dia, bla bla bla" tapi saat kita yang menghadapi sendiri, justru respon yg kita tunjukan berkebalikan dari pandangan orang lain tersebut.

Semua kembali lagi, kepada mereka yang menjalankan dan merasakannya langsung🌬

Pendapat orang lain hanya sebagai bumbu atas kehidupan seorang, kalau tidak suka ya jangan dipakai, begitupun sebaliknya...

Manusia bisa berencana, tapi tetap Tuhan yang punya kuasa. Slebew🤟🏽

Gitu aja deh heheheee

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 32.7K 46
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...
140K 3.9K 11
A story in which a tired sports prodigy relunctantly becomes the manager for Aoba Johsai's Volleyball Club. Plot credits to the amazing @CREAMYS0DA- ...
790K 66K 34
"Excuse me!! How dare you to talk to me like this?? Do you know who I am?" He roared at Vanika in loud voice pointing his index finger towards her. "...
568K 8.1K 103
AnYeongHaseYo!~ I will write various imagine about our sweet 8 boys❀️. I hope you will support this book as well😊 The story in this book is original...