Transmigrasi...

By Milkyta03

168K 14.1K 910

"Mau dikehidupan dulu ataupun sekarang gue sama-sama di acuhkan dan diabaikan, lantas untuk apa gue pake pind... More

PROLOG
1. Tawuran
2. Beneran pindah raga?!
3. Pulang
4. Tsundere
6. Demam
7. Diculik?
8. Gang Salvorios
9. Lelah
10. Disiram
11. Kembaran sekaligus luka
12. Rumah sakit
13. Penyesalan Raga?
14. Mata yang sulit terbuka
15. Sagara bimbang?
16. Teror
17. Telat
18. Trauma

5. Sekolah

7.6K 583 2
By Milkyta03


Dipagi hari yang cerah ini Raka  menggeliat dalam tidurnya, dia merasakan seluruh tubuhnya ngilu dan terasa sakit, bahkan ketika dia berusaha bangun pun badanya terasa remuk. "Argghh, sakit banget badan gue berasa di amuk masa." Raka mengerang.

"Gilaa tuh bapak nya si Erga buset serem bener, gue minta makan ajah sabuk dia langsung melayang ke tubuh gue. Gak lagi gue minta makan sama itu orang. "

"Ehh. Tapi, yang mindahin gue ke kamar siapa ya---masa gue ngigo tiba-tiba jalan ke kamar sendiri kan, gak mungkin." Raka menyangkal pikiranya, tidak mungkin kan dia mengigau. Karena itu kebiasaan dia ditubuhnya yang dulu.

"Jangan-jangan si Alkan lagi ? Ehh, tapi kan gak mungkin, orang badan dia segede semut mana mampu ngangkut gue, atau enggak si Erga. Tapi gak mungkin juga orang kemarin dia B aja ngeliat gue disiksa. "

Raka bingung, tidak mungkinkan tiba-tiba Sagara yang membawanya bisa-bisa dia di siksa part 2 "bodo amatlah gue bingung."

"Ehhh, tapi dari kemarin gue belum ngeliat wajah gue. Gimana ya bentukan nya? Ya walaupun udah ngeliat sih, dalam versi hantunya kemarin." Iya memang Raka belum melihat wajah nya semenjak terbangun di tubuh Raka Andreafa, sebenarnya dia tidak terlalu penasaran karena kemarin dia melihat sosok tubuh yang dipakainya ini walaupun sudah jadi hantu.

"Anj*rlah! Kok wajah gue kaya bocah SD sih---gak! Gak terima gue, udah kelas 11 gini masa wajah gue kaya bocil sih. Si Raga aja wajah nya seksi mewing lagi, lah gue ? Gak adil banget." Raka cemberut melihat dirinya dipantulan cermin. Bahkan wajahnya yang dulu lebih terlihat dewasa ya walaupun orang-orang selalu menyebutnya imut karena memiliki lesung pipi.

"Bener kata si Arvie, badan dia jadi imut gara-gara tubuhnya dipake gue, tapi loh waktu itu gue liat si Arvie wajahnya serem gak ada imut-imutnya."

"Bahkan kalo dibandingin sama si Alkan kayak nya yang keliatan adek nya itu gue, bukan dia." Raka menggerutu.

"Tapi wajah gue gak terlalu mirip sama si Raga walaupun kembar, mungkin kembar tidak identik." Raka mengangkukan kepala merasa opininya benar.

"Sekarang jam berapa sih, harusnya gue sekolah. " Raka melihat jam weker seketika matanya membulat melihat jam yang menunjukan pukul 6 : 45. "Bjirr, gue telatt!! Kayaknya semua orang yang ada disini gak peduli sama gue sampe gak ada yang bangunin." Raka dengan cepat mengambil handuk dan keluar kamar, karena kamar Raka yang kecil tidak memiliki toilet didalam. Karena kamar Raka dulunya adalah gudang yang dijadikan kamar oleh nya, kamar yang seharusnya menjadi kamar Raka dikunci rapat oleh Sagara, semenjak kejadian itu.

Dan sampai saat ini Sagara tidak pernah memberikan fasilitas, uang bahkan hak yang seharusnya menjadi milik Raka. Dia tidak ingin orang yang telah membunuh seorang yang dicintainya hidup dengan tenang.

Raka telah selesai mandi dia berlari ke kamar, dia hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawah nya saja. Karena tadi dia lupa membawa seragam ke toilet, untung saja keadaan mansion telah sepi.

Raka dengan cepat memakai seragam, dia memakai baju yang dikeluarkan, tidak memakai dasi dan rambut yang acak-acakan.

"Oh iyaa, dompet!"

Raka mencari dompet milik Arvie, jika tidak ada. Mampus, dia tidak akan bisa berangkat sekolah, setelah susah payah mencari bahkan sampai ke bawah kasur dan ternyata dompetny ada diatas meja belajar.

"Bodoh---kenapa gue gak liat dompet ini tadi." Dia membuka isinya seketika matanya meredup. "Yah cuman ada 20 ribu, mana cukup. Buat makan aja paling abis, cukup gak ya---?. Bodolah cukup gak cukup harus cukup buat hari ini, kayak nya gue harus cepet-cepet cari kerjaan."

Raka langsung berangkat ke sekolah karena dia sudah sangat terlambat. Raka berangkat menaiki angkutan umum, sudah dikatakan bukan ? Jika Sagara tidak akan pernah memberikan fasilitasnya untuk Raka, padahal bisa saja Raka tadi berangkat menggunakan mobil.

*****

Di dalam angkutan umum Raka merasa orang yang didepannya terus menatapnya lekat, Raka merasa risih dan tidak nyaman ditatap lekat seperti itu, apalagi cuman ada mereka berdua saja didalam angkot ini.

"Lo ngapain ngelihatin gue terus ? Ganteng ya, gue tahu kok makanya jangan diliatin terus takut diabetes nanti." Raka sedikit bercanda agar suasana tidak terlalu canggung.

Pemuda didepannya mengernyit bingung, tidak bisanya Raka bersikap seperti itu. "L-Lo Raka bukan?"

"Iyaa, kenapa. Lo kenal gue ?" Tanya Raka dengan mata berbinar, bagus jika orang yang didepannya ini adalah temannya. Itu memudahkan dia untuk datang kesekolah, Raka tidak tahu letak sekolahnya dimana karena Arvie tidak memberikan semua ingatannya. Bahkan tadi dia naik angkot asal naik saja tidak tahu jurusan angkot ini kemana. Asal nekat memang dia.

"Gak! Gue gak kenal Lo." Ketus orang itu sebelum dia keluar dari angkot.

Tidak ini tidak bisa dibiarkan, dia harus mengejar orang itu sebelum kehilangan jejak, sepertinya dia tahu sesuatu tentang Arvie.

Setelah membayar amang angkot dia mengejar pemuda tadi dia takut kehilangan jejak, orang itu masuk kekawasan sekolah SMA Citra Pertiwi.
Nah, pas sekali Raka juga sekolah disini.

Ahh, akhirnya dia tidak tersesat Raka meraih tangan pemuda itu. "tunggu lo siapa? Lo tahu sesuatu tentang gue ?" Tanya Raka dengan nafas terengah karena tadi dia berlari.

Pemuda itu menepis keras tangan Raka, "Lepasin tangan gue!"

"Lo kenapa sih, ada masalah apa sama gue ? Gue cuman nanya kenapa Lo nyerongot, apa gue ada salah sama Lo ?" Raka berharap orang ini tahu sesuatu tentang kehidupan Arvie dulu.

Saat ini mereka berada ditengah lapangan, mereka berdua menjadi perhatian siswa siswi yang lain.

Ehh itu Ashel bukan sih ?

Iya cuy, kira-kira kali ini dia dibully sama siapa lagi, kan si Raka gak masuk sekolah udah 2 Minggu lebih.

Gue seneng sih kalo si Raka gak balik lagi kesekolah ini, gue kasihan sama orang-orang yang sering dia bully.

Gue juga, dia itu sok merasa berkuasa banget pake bully orang-orang.

Pokoknya, gue yang paling teriak kenceng kalo si Raka dikeluarin dari sekolah.

Iya sih, hama kaya dia harusnya dikeluarin aja. Ngotorin sekolah

bukannya dia gak punya orang tua yah, paling juga dia dibuang sama orang tuanya. Atau jangan-jangan ibunya j*Lang lagi makanya anaknya gak bener.

Gue kasihan sama Alkan yang jadi korban bullyan nya terus.

Raka mengepalkan tangan sampai buku-buku jarinya memutih, rasanya seperti ada yang menghimpit dadanya. Mungkin ini perasaan asli Raka Arviendra.

"Tahan Raka, Lo gak boleh kepancing amarah yang ada nanti Lo malah makin dibenci dan bakalan sulit buat ngejalanin rencana gue." Raka meyakinkan dalam hati.

"M-maaf L-Lo j-jangan pukulin g-gue l-agi, m-maaf gue t-akut, maaf  Raka maafin gue, m-maaf gue gak s-salah."

Raka terkejut kenapa tiba-tiba pemuda ini seperti ketakutan kepada nya, Raka memegang tangan Ashel namun, Ashel malah berbicara tak jelas dan meracau.

"MAAF RAKA, M-MAAFIN AKU. AKU BAKALAN TURUTIN S-SEMUA KEMAUAN KAMU, A-ASAL JANGAN P-PUKULIN AKU LAGI. M-MAAF RAKA, M-MAAF S-sakit." Ashel berteriak tidak jelas dan mengundang atensi orang-orang, seakan akan dia tengah di bully oleh Raka.

Raka mematung dia shock, apa-apan orang didepannya ini, dia melihat semua orang menatap nya tajam dan menusuk. Dia tidak salah, dia tidak melakukan apapun kepada Ashel.

Gila woyy, ternyata dia Raka.

Tapi kok sekarang dia imut yaa.

Sadar anj*r dia itu brengsek.

Gue harap hari ini terakhir dia sekolah disini, gue udah gedek banget sama sikap dia.

Kemarin sekolah kita damai banget gak ada tukang bully ehh sekarang nongol lagi pake acara jadi orang polos segala, yang ada bukan kayak orang polos tapi kaya orang dongo.

Duhh, iya lagi.

Eh, eh Ashel diapain tuh.

Semua orang kini membicarakannya banyak dari mereka yang ingin Raka dikeluarkan dari sekolah, ada juga yang menyumpahinya untuk segera mati, mahluk memalukan dan umpatan-umpatan menyakitkan lainnya.

Dia tahu akar permasalahannya ada pada Ashel. "Nama Lo Ashel ? Maafin gue kalo gue ada salah, tapi gue beneran gak inget, karena gue kemarin Kecelakaan. Lo jangan kaya gini." Raka berbicara lembut kepada Ashel, mungkin Raka pikir Ashel ini korban pembulyyan Arvie. Raka tidak habis pikir kepada Arvie membully orang sampai dia se trauma ini. Tapi bukan itu sekarang masalahnya, dia menjadi sorotan semua orang. Mereka membicarakannya terang-terangan.

"L-Lo penjahat, Lo sadis Lo p-pukulin gue" Ashel masih terus meracau.

Raka merasa bersalah atas perbuatanya, walaupun bukan dirinya yang melakukan ini. Dia memegang bahu Ashel dengan lembut berharap Ashel tenang, tapi kejadian ini diluar dugaannya entah sengaja atau tidak Ashel terjengkang  dengan keras kepalanya membentur lapangan.

Raka mematung, padahal dia tidak melakukan apa pun pada Ashel, dia sendiri yang menjatuhkan dirinya. "Bukan gue, Lo sendiri yang jatuh, gue gak ngelakuin apapun." Gumam Raka pelan.

Semua orang heboh mereka melihat bahwa Raka mendorong Ashel, posisi Ashel membelakangi Mereka sehingga seperti Raka yang mendorongnya.

Ashel pingsan darah merembes keluar dari kepalanya, Raka berjongkok berniat membantu Ashel.

Bughh!!

Seseorang memukul wajah Raka dengan sangat keras.

Vino, dia adalah kakak Ashel. "Berulang kali gue bilang, jangan sentuh adek gue!! Lo apain adek gue, hah! Lo siksa lagi adek gue, B*jingan Lo, cuihh." Setelah memukul Raka terakhir vino meludahi wajahnya.

Semua orang menatap Raka penuh jijik, Raka mengusap ludah itu dengan tangannya. "Gue gak dorong adek, Lo anj*ng." Terlampau emosi Raka mengumpat.

Bughh!!

Raka memukul wajah vino, "impas!"

Vino tak terima dia kembali memukul Raka, dan terjadilah perkelahian antara vino dengan Raka.

Tubuh Raka sedang tidak sehat, pukulan ayahnya semalam masih membekas ditubuhnya, sehingga Raka yang paling banyak mendapatkan pukulan dibanding Vino.

"Lo harus ngerasain apa yanga adek gue rasain!" Vino memukul keras hidung Raka.

Raka tersungkur dia merasakan cairan keluar dari hidung nya, saat sedang bangkit vino akan kembali memukul Raka.

"STOP! APA APAAN KALIAN INI, LO PADA IKUT GUE KE RUANG BK, SEKARANG!!"

Sang ketua OSIS, yaitu Erga berteriak dengan keras, dia tidak habis pikir pasti ada saja kekacauan yang dilakukan Raka, padahal ini dia baru masuk, entah kekacauan apalagi nanti nya dilakukan Raka.

"Gak! Lo aja sana keruang bk, Lo harus ngerasain rasanya dikeluarin dari sekolah!" Vino memandang Raka tajam, dia membawa Ashel yang tak sadarkan diri menuju rumah sakit.

Raka menahan darah dari hidungnya yang terus keluar, dia sangat pusing luka yang diberikan ayahnya semalam bertambah bahkan sekarang terasa begitu perih.

"BUBAR! LO PADA NGAPAIN DISINI GAK MASUK KELAS."

seketika keruman itu membubarkan diri, mereka terlalu takut pada Erga. Erga memang baik tapi sekalinya marah melebihi guru killer yang sedang ngamuk.

Mereka bubar tapi mulut mereka masih asik memberikan cemoohan untuk Raka.

Raka tidak mendengarkan cemoohan-cemoohan itu, Erga menarik tangan Raka. Raka yang sedikit bingung pun limbung kedepan beruntungnya Erga menahan badan Raka agar tidak terjatuh.

"Ikut gue." Erga menarik tangan Raka

Raka pasrah, pasti setelah ini dia akan dibawa keruang bk. Entah lah nasib dia nanti, baru juga awal sekolah pikirnya.

Raka mengernyit bingung, Erga malah membawanya keruang UKS bukan ke ruang BK.

"Kenapa Lo bawa gue kesini." Tanya Raka.

Erga memutar bola matanya jengah. "Gak liat hidung Lo berdarah-darah? Gak mungkin juga gue bawa Lo keruang bk yang ada guru jijik liat darah Lo."

Raka menghela nafas lelah, sampai kapan penderitaanya ini berakhir.

"Masuk" Erga membawa Raka masuk kedalam UKS.

"Tiduran Lo diranjang."

Raka menurut patuh.

"Dongkak gue mau ngobatin hidung Lo," suruh Erga dia mengompres hidung Raka yang memerah memastikan aliran darah sudah berhenti. Dia juga mengobati luka Raka yang lain seperti disudut bibir dan sudut mata.

"Gue bingung sama sikap Lo, gue gak mau terlalu berharap gue takut nantinya Lo juga nyakitin lebih dalam  kaya mereka." Ujar Raka.

Erga diam saja dia tidak menanggapi ucapan Raka. "Lo jangan keluar dari UKS, istirahat hari ini kelas Lo juga jamkos." Setelah itu Erga keluar dari UKS.

Raka menatap kepergian Erga dengan pandangan yang sulit diartikan, tak lama kemudian dia tertidur berharap setelah bangun dia langsung berada ditubuh dulunya.

Beberapa menit berlalu Erga kembali masuk kedalam UKS, dia memperhatikan Raka yang tengah tertidur. "Malah tidur duluan, bukannya baju Lo ganti dulu. Emang gak bau anyir apa." Erga menghela nafas kenapa dia selalu melihat adiknya dalam keadaan terluka seperti ini. Dia membuka kancing baju Raka yang dipenuhi tetesan darah. Dia menggantikan baju Raka dengan telaten.

Erga terkekeh sebentar saat tubuh kecil Raka tenggelam dalam baju besar milik Erga. "Sejak kapan wajah Lo jadi seimut ini. " Dia mengusap rambut Raka. "Sweet dreams," setelah nya Erga benar-benar keluar dari UKS.

TBC

hai readers, maaf kayaknya hari Rabu aku gak bakalan up, jadinya aku up sekarang. Maaf ya jika alurnya ngebosenin, oh iyaa aku mau ngucapin minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin. Maaf yaa jika aku ada kesalahan sama  kalian, semoga hari kalian indah selalu. Be happy tomorrow you guys, see you.

Continue Reading

You'll Also Like

195K 16.3K 27
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
ZERO By SM

Teen Fiction

125K 12.8K 31
Dia Zero. Sosok spesial yang akan hadir setelah kematian seseorang. [On Going]
40.7K 2.4K 11
Cover by Pinterest* ∆ bukan BXB jadi jangan salah lapak∆ ∆brothership∆ ∆cerita pertama saya∆ ∆banyak typo! ∆ ∆no plagiat! no copy paste∆ ∆hasil pemik...
89.4K 10.9K 14
Alaskar Kenzie, seorang dokter psikolog, usianya baru 23 tahun. Sifatnya ramah, meski hanya sekedar tampilan publik saja. Tak ada yang tahu, seberapa...