I Latte You (SLOW UPDATE)

By ThIsGiRlAw

75 6 0

Abel punya firasat bahwa ia dikhianati oleh pacarnya. Abel merasa ada yang tidak beres dengan Rio, pacarnya y... More

2. Flashback
3. Ketahuan?
4. D'Special Latte
5. Berapa Persen?

1. Kutukan 3 bulan

23 2 0
By ThIsGiRlAw

Menurut Abel, tahapan sebuah hubungan asmara itu ada tiga.

Pertama, ketika masa pendekatan (PDKT). Maka si pria akan berusaha penuh untuk medapatkan hati sang pujaan. Kerap kali di fase ini, segala rayuan gombal dikerahkan, ucapan manis mengalahkan permen kapas, janji setia mengalahkan kerasnya pohon jati.

Kedua, ketika masa pacaran. Saat pernyataan cinta berhasil tersampaikan, maka jarak mulai terkikis secara perlahan. Saling mengirim pesan hingga gelap menjemput serta postingan tautan tangan adalah sebuah keharusan dalam sosial media mereka.

Ketiga, ketika menjelang tiga bulan. Ini merupakan fase keramat bagi sebuah hubungan asmara pada umumnya. Dimana pelepasan topeng jati diri masing-masing pasangan terungkap, rasa penasaran yang bergairah diawal mulai redup, hingga pertanyaan bertahan atau berakhir juga turut melintas dalam benak.

"Jadi, kau sedang berada di tahap yang mana?"

Abel menoleh ke arah Zee, sahabatnya yang sibuk mengambil sejumput keripik kentang dari bungkusan jajan dalam genggamannya sebelum memasukkannya ke dalam mulutnya. Raut wajah Zee yang kelewat santai, entah kenapa membuat Abel kesal.

Sebab niat hati ingin menginap di rumah sahabatnya untuk menceritakan keluhkesah kisah percintaanya, tetapi tampaknya potongan video drama yang terputar melalui layar laptop Zee sudah berhasil merenggut fokus wanita itu sepenuhnya.

"Minggu depan, itu adalah peringatan tiga bulan kita berpacaran," ujar Abel dengan nada lemahnya, sebelum sebuah helaan napas ringan berhasil lolos dari bibirnya.

Seketika Abel melakukan kilas balik memori dalam benaknya. Belakangan ini hubungan Abel dan Rio merenggang, seolah terpaut jarak dan kekosongan yang mulai terasa diantara mereka. Biasanya mereka akan saling bertukar pesan hingga larut malam, kini ruang obrolan mereka hanya meninggalkan pertanyaan klasik.

'Sudah makan?'

'Selamat pagi.'

'Nanti lagi ya balasnya.'

"Apa yang terjadi dengan Rio memangnya? Dia sudah mulai bekerja?" tanya Zee, mulai menaruk sedikit perhatian pada cerita Abel seraya menyampingkan bungkusan jajannya.

Faktanya jika Rio sedang mempesiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja mengingat mereka baru saja lulus bulan kemarin, maka Abel tidak akan cemas seperti ini. Tetapi kabar yang Abel dapati dari Rio bertolak belakang dari keinginannya itu, Rio berkata bahwa dia masih ingin menikmati masa kosongnya dengan bermain dengan teman-temannya sebelum mulai bekerja nantinya.

"Dia tidak membalas pesanku," jawab Abel yang kembali teringat oleh perkataan Dewi, teman kuliah mereka dulu yang sempat melihat Rio membonceng seorang wanita pulang.

Zee menggeleng sembari melempar tatapan melasnya seolah turut prihatin terhadap kondisi Abel, "Angka keramat berpacaran itu tiga bulan. Kalau kalian bisa melewati jangka waktu itu, maka katanya hubungan kalian bisa lancar. Tetapi kalau ada masalah, kemungkinan besarnya akan pu..." ucapan Zee terhenti ketika Abel secara mendadak melempar tatapan tajam ke arahnya.

"Zee, jangan ngomog sembarangan," ujar Abel yang kemudian segera mengepalkan tangannya dan memukul pelan kepalanya beberapa kali sembari mulutnya sibuk berkomat-kamit, berusaha mengenyahkan pernyataan aneh Zee dari benaknya.

"Oke sorry, tetapi faktanya kasus seperti ini memang sering terjadi."

"Kau mau kemana?" tanya Zee bingung ketika menyadari kasurnya berdecit pelan.

Abel terlihat bangkit dari kasur dengan cepat sebelum dengan sekali gerakan menyambar jaket denimnya dan kunci motornya dari atas meja belajar Zee.

"Membuktikan bahwa kutukan tiga bulanmu itu tidak akan terjadi kepadaku," ujar Abel sembari mengarahkan layar ponselnya ke arah Zee.

Zee menyipitkan mata dan sekilas membaca riwayat pesan Abel yang menanyakan Rio sedag berada dimana dan dijawab singkat oleh Rio, 'Biasa, nongkrong'.

Namun melainkan balasan dingin Rio yang berhasil membuat Zee salah fokus, namun deretan riwayat panggilan tak terjawab berasal dari Abel yang tidak diterima oleh Rio. Detik itu juga berbagai spekulasi negatif mulai bermunculan dalam benak Zee. Ia hanya berharap hubungan asmara pertama Abel ini tidak akan membuatnya trauma di masa depan.

Dan sepertinya, memang ada sesuatu dengan Rio.

---

The dating's Cafe sudah seperti basecamp tersendiri bagi Rio dengan teman-temannya. Semasa mereka berkuliah dulu, Rio lumayan terkenal dengan predikat anak basket dengan lingkar pertemanannya yang cukup tersebar luas. Ditambah gaya bicara pria itu yang supel dan terkadang suka melontarkan candaan spontan yang berhasil mengundang gelak tawa orang, Rio bisa berteman dengan siapapun dengan sifatnya itu. Bahkan setelah tahun perkuliahan mereka sudah berakhir, teman-teman Rio masih sering bertemu pandang disana, walaupun sebagian dari mereka sudah ada yang sibuk magang di perusahaan, ada yang membuka bisnis sendiri ataupun persiapan untuk melanjutkan studi s2 mereka.

"Bagaimana kalau ketahuan?" Zee mengerang panik sebab sedetik setelah memarkirkan vespa, Abel langsung menarik tangan Zee untuk menemaninya masuk hingga ke dalam kafe.

"Tunggu, ini tidak gratis Bel," ujar Zee, sebab sesuai kesepakatan diawal tadi, Zee hanya mengantarkan Abel ke kafe, bukan menemaninya masuk dan bermain petak umpet dengan Rio didalam.

"Aku tahu, aku akan mengabulkan apapun permintaanmu nanti," ujar Abel cepat, dimana terlihat jelas bahwa kesabarannya dalam menghadapi sikap dingin Rio belakangan ini sudah mencapai batasnya.

Zee melebarkan matanya antusias, "Benarkah?" tanyanya diikuti benaknya yang sudah berkelanan bebas memikirkan apa yang akan ia minta nantinya dari Abel.

"Iya," jawab Abel dengan sedikit kesal. Tipe sahabat seperti Zee ini memang selalu ada di dunia nyata.

"Tapi, bagaimana jika Rio berbohong soal pesannya tadi?" tanya Zee, sebab berdasarkan drama perselingkuhan yang sering ia tonton, pemeran cowoknya tidak jauh dari predikat pembohong unggul yang pandai memikirkan alasan ketika ketahuan nantinya.

Abel tiba-tiba mengangkat tangannya dan menunjuk tepat ke arah sebuah motor yang terparkir jarak beberapa langkah dari tempat mereka berdiri.

"Aku hapal plat motornya."

Sedetik setelah turun dari vespa Zee, kedua mata Abel langsung sibuk menjelajahi sekitar sebelum pandangannya jatuh pada motor Rio yang terparkir rapi di area parkiran kafe. Melirik sekilas lagi ke arah pintu masuk kaca kafe, siang itu kafe terlihat cukup ramai. Abel dan Zee dapat mendengar dengan jelas banyak gelak tawa obrolan yang berkumandang bebas hingga menembus ke luar kafe. Abel tebak itu adalah ulah dari meja kelompok Rio dengan teman-temannya.

"Bagaimana kalau ketahuan?" Zee bertanya lagi, tidak ingin mengambil resiko atas perasaan memalukan jika mereka berdua ketahuan nantinya.

"Tenang saja, pakai ini," Abel merogoh kantong jaketnya, mengeluarkan dua masker dan memberikannya kepada Zee.

Setelah memastikan wajah mereka tertutup sempurna oleh masker, Abel dan Zee mulai mengambil langkah mendekat ke arah kafe dan masuk ke dalamnya dengan Abel yang memimpin didepan.

Begitu masuk, Abel langsung mempercepat langkahnya dan berakhir mengambil tempat pada sebuah meja tepat di pojok area ruangan kafe. Abel langsung mendudukkan diri untuk menenangkan detak jantungnya yang berpacu cepat sembari menundukkan kepalanya. Berbeda dengan Zee, wanita itu malah tidak terlihat takut sama sekali, ia bahkan menyempatkan diri untuk mencuri pandang ke arah meja Rio sembari menyipitkan matanya, berusaha mengabadikan setiap gerak-gerik pria itu melalui kedua manik fokusnya.

Abel masih sibuk mengatur anak rambutnya guna menutupi wajahnya bagian sampingnya sebelum terhenti saat merasakan seseorang tengah berjalan mendekat ke arah mereka.

Napas Abel tercekat untuk beberapa waktu bersamaan dengan sebuah suara yang berhasil mengacaukan pikirannya. Dengan posisi yang masih menunduk, pandangan Abel terpaku pada sepasang sepatu kets berwarna putih yang berhenti tepat didepannya.

Untuk sesaat yang terasa menegangkan, Abel kira pria yang menghampirinya adalah Rio karena pria itu mengenali postur tubuh serta kehadiran Abel bahkan setelah masker menutupi sebagian dari wajahnya.

Tapi ternyata tidak. Rasa percaya diri Abel mendadak turun drastis. Terbesit sedikit kekecewaan, namun Abel juga merasa lega akan fakta pahit itu.

"Bel, lihat ke arah jam tigamu. Inisial R sedang duduk disana, kupastikan kau tidak akan menyesal karena sudah membuntutinya hari ini," bisik Zee pelan dan secara sengaja tidak memanggil nama asli pria itu untuk menghindari kecurigaan.

Zee masih bertahan dengan posisi kepalanya yang sesekali berbaalik ke belakang guna mencuri pandang ke arah meja Rio dan teman-temannya.

"Zee, aku ingin pulang saja."

Kalimat yang keluar dari mulut Abel secara tidak terduga itu berhasil mengambil ahli fokus Zee sepenuhnya dari meja Rio.

"Kenapa?" tanya Zee, alisnya bertaut bingung.

Zee juga mengamati perubahan drastis pada raut wajah Abel, terkesan lesu dan api semangat dalam maniknya redup.

"Aku rasa hal ini tidak benar."

"Tidak benar bagaimana?"

Abel akhirnya memberanikan diri untuk menatap Zee sebelum kembali menunduk, "Aku terkesan tidak mempercayainya. Kau tahu, dalam sebuah hubungan kepercayaan adalah sebuah keharusan."

Rasa bersalah itu akhirnya sampai pada Abel setelah merenungi kembali tindakannya hari ini.

Zee memutar bola matanya malas, ia sudah terbiasa menghadapi sikap Abel yang cenderung memikirkan sesuatu secara berlebihan dan berakhir menyiksa diri sendiri.

"Lihat siapa yang berbicara sekarang, padahal tadi kau bersikeras ingin membuktikan kepadaku," balas Zee dengan nada meremehkannya.

Abel menggeleng pelan, lagi-lagi kepercayaan dirinya runtuh pada saat-saat krusial seperti ini, "Tidak jadi, kita pulang saja..."

"Kau yakin akan pulang?" tanya Zee setelah berhasil memotong kalimat Abel kemudian menggerakkan tangannya ke arah Abel dan berakhir memutar kepala Abel, membuat arah pandang Abel tertuju pada meja dimana Rio berda.

Tepat di ujung sana, Rio terlihat sedang berkumpul dengan gerombolannya. Mereka semua tampak sibuk mengeluarkan ponsel untuk sekedar bermain game sembari sesekali beberapa umpatan kotor mengudara bebas hingga sampai pada pendengaran mereka. Pandangan itu sudah terbiasa bagi Abel, tidak ada yang mencurigakan hingga akhirnya fokus Abel berakhir pada seorang wanita yang duduk tepat disamping Rio.

"Tidak akan muncul asap tanpa api. Kecurigaanmu tidak akan muncul tanpa sebuah alasan Bel," ujar Zee dengan nada seriusnya.

Zee tahu betul Abel bukan tipe yang suka berurusan dengan masalah yang mengantarkannya pada kondisi rumit seperti ini, sebab prioritas Abel selama ini adalah kehidupan akademisnya. Masalah percintaan ini hadir dalam hidupnya ketika Rio secara gamblang menyatakan perasaan tertariknya terhadap Abel di depan kelas sehingga membuat Abel merasa terpojok dan menerima kehadiran pria itu dalam hidupnya tanpa pikir panjang.

Setelah hubungan mereka berjalan seminggu, barulah perasaan Abel tumbuh secara perlahan seiring waktu yang mereka habiskan bersama. Awalnya Zee merasa bersyukur karena akhirnya Abel, sahabatnya yang cenderung penyendiri dan suka membatasi pergaulannya terhadap orang baru perlahan membuka diri. Orang seperti Rio yang ramah terhadap siapapun dan pandai mencairkan suasana canggung ketika sebuah obrolan berjalan membuat Zee berpikir mereka adalah pasangan yang cocok.

Setidaknya sampai bulan kemarin, sebelum Zee mendengarkan cerita dari Abel mengenai deretan perubahan sikap dari Rio.

Zee rasa dugaan awalnya itu salah.

Continue Reading

You'll Also Like

256K 28K 94
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...
85.4K 6.1K 40
Gue cuma takut yg dulu terjadi lagi •Bahasa non baku •Banyak kata kasar •Imajinasi tingkat spongebob •Fanfiction 09032018-06062018✔
1.7M 17.4K 3
*Wattys 2018 Winner / Hidden Gems* CREATE YOUR OWN MR. RIGHT Weeks before Valentine's, seventeen-year-old Kate Lapuz goes through her first ever br...
1.8K 169 5
"Bisakah Shin Soyoung terus memendam perasaannya demi alasan klise yang disebut persahabatan?" ©chiminamon2021