My Butterfly is You

By withifty

914 107 66

Harsa, dan Shireen telah melewati batasan mereka sebagai sepasang kekasih. Jika kebanyakan perempuan ingin di... More

PROLOG
01 - Awal
02 - Taruhan
03 - Nakal
04 - Nembak
06 - Butterfly
07 - Takut
08 - Our mistake
09 - That's okay
10 - Break up!
11 - Davi's
12 - Reality
13 - home (?)
14 - pengakuan

05 - Beach

42 9 2
By withifty

Sudah satu minggu berlalu, tidak di sangka jika akhirnya Shireen menerima Harsa semudah itu, tapi Shireen tidak pernah menyesal, karena Harsa benar-benar memperlakukan Shireen dengan baik.

"Kak" Shireen melirik Harsa yang sibuk dengan makanannya.

"Kenapa?"

"Kak Harsa beneran gak ada niat terselubung kan? temen aku kemaren dapet love bombing dari kakak tingkatnya." Ucap Shireen tiba-tiba.

Harsa meminum segelas air, apakah Harsa akan ketahuan, ah tidak mungkin, selama ini aman-aman saja.

"Gak mungkin ya kan?" Shireen berdecak. "Masa ada yang bilang ke aku, kalo kak Harsa bakal love bombing juga" Lanjut Shireen membuat Harsa bingung harus menjawab apa, karena teman-teman Shireen memang benar.

"Enggak dong" Harsa menarik ujung bibirnya, kita belum tahu apa yang Harsa inginkan dari Shireen, jadi perempuan itu tidak boleh tahu sebelum Harsa mendapatkannya.

Shireen berkemas saat merasakan sesuatu yang tidak asing di tubuhnya, mulutnya sedikit terbuka, tapi Shireen tahan karena ada Harsa di hadapannya. "Kak aku pulang ya"

Harsa mengerutkan dahi. "Kenapa? aku gak bisa anterin kalo sekarang, tiba-tiba banget? aku suruh Galan aja ya?" Harsa hendak menelpon. Tapi Shireen menggeleng cepat.

"Kak Naren.. jemput aku kok" Bohongnya, padahal Shireen tidak tahu dimana Naren.

Harsa membuang nafas, entah mengapa ada rasa tidak suka saat Naren selalu berguna bagi Shireen.

"Oke hati-hati ya?"

Shireen mengangguk, perempuan itu berjalan rusuh untuk meninggalkan Harsa. Saat tubuh Shireen hampir jatuh, seseorang sudah memegang kedua bahunya.

Melihat hal itu, langkah Harsa terhenti "Shit!"

Harsa benar-benar tidak suka melihat Naren yang selalu mengambil kesempatan. Harsa segera berlalu dari sana, tidak ingin semakin terbalut emosi.

"Kak" Satu tangan Shireen mencengkram dadanya yang terasa sakit, sedangkan tangan lainnya menggengam tangan Naren.

"Aku gendong ya?"

Belum mendapat persetujuan pun, Shireen sudah di gendong oleh Naren, untung tidak banyak orang di sana.

Naren membawa Shireen ke dalam mobil miliknya. Lelaki itu menenangkan Shireen yang masih memegangi dadanya, memberikan beberapa butir obat untuk di minum.

"Kamu besok kontrol kan? sama aku aja" Katanya. Naren benar-benar khawatir, karena tidak dapat terus di samping Shireen. "Kasih tau Harsa aja, ya?"

Shireen menggeleng cepat. "Kak Harsa gak boleh tahu, kalo dia nanti gak nerima aku gimana?"

"Tapi kamu gak akan bisa terus sembunyiin penyakit kamu dari dia Shireen. Kalo pun Harsa gak nerima kamu, masih ada aku di sini" Naren terus menatap manik Shireen, pandangannya seakan terus terkunci di sana.

"Aku tahu kak, aku cuman nunggu waktu yang tepat aja, kita baru pacaran seminggu lebih" Ucapan Shireen di jawab anggukan oleh Naren, dia tidak akan memaksa jika Shireen memang tidak mau.

"Minum?" Naren memberikan minuman kemasan pada Shireen.

"Makasih ya kak, aku beneran udah anggap kak Naren itu kakak" Ucap Shireen sambil meneguk air yang di berikan oleh Naren.

Iya. Naren tahu, itu jelas terlihat olehnya. "Terserah" Ketusnya.

Harsa melambaikan tangannya dari luar, dapat terlihat oleh Shireen. Perempuan itu membuka kaca mobil Naren, hingga menampilkan Harsa yang melihat ke arahnya. "Dosennya gak jadi masuk, ayo jalan bareng aku aja"

Ajakan Harsa tentu di jawab anggukan oleh Shireen, perempuan itu melirik Naren sebentar seolah sedang meminta izin.

"Yaudah pergi aja, kalo mau main jangan jauh-jauh Harsa." Perintah Naren, memperingati.

Harsa tidak menjawab, lelaki itu membuka pintu mobil berwarna putih milik Naren, meraih tangan Shireen untuk keluar dari sana.

"Kamu mau main kemana?" Tanya Harsa membuat Shireen sedikit berpikir.

Naren menggeleng, teman kurang ajar, jika saja Shireen tidak akan marah, sudah melayang tangannya pada wajah Harsa.

Melihat mereka berjalan beriringan membuat hati Naren terbakar. "Harsa goblok" Gumamnya.

"Kemana ya kak?" Bosan sebenarnya jika Shireen harus berakhir di mall, atau tempat-tempat sumpek yang selalu di datangi oleh banyak pengunjung.

"Aku nanya, tempat yang mau banget kamu datengin apa?"

"Hm, aku gak yakin kita bisa kesana"

"Bisa!" Tegas Harsa.

"Aku mau ke pantai.. "

"Ayo" Ajak Harsa.

Perempuan itu tentu saja melotot, kenapa Harsa langsung mengiyakan ajakannya, padahal Shireen tidak berharap Harsa mengabulkan keinginannya.

Di dalam mobil Shireen terus melirik Harsa, apakah lelaki ini benar-benar akan membawanya ke pantai sekarang?

"Serius kak?" Shireen kembali melirik Harsa yang masih sibuk menyetir.

"Iya sayang"

Shireen ciut, perempuan itu langsung membisu dengan pipinya yang merah, tatapannya lurus pada jalanan. Tidak ada lagi kata yang keluar dari mulutnya.

"Kok diem?" Harsa sedikit melirik ke arah Shireen, karena sedang menyetir, jadi tidak bisa terus menatapnya.

"Gak apa-apa sih, kak. Cuman pulangnya gimana?" Shireen takut jika Viola menelponnya nanti.

"Gak apa-apa, aku tanggung jawab kok"

༊·˚

Shireen mengukir senyum saat sampai di tempat yang selalu menjadi favoritnya. Shireen tidak pernah sebebas ini, karena sebelumnya selalu di awasi.

Harsa tidak kalah senang, senyumnya langsung mengembang saat melihat Shireen kesana kemari seperti Rapunzel yang tidak pernah keluar dari sarangnya, eh maksudnya menara kecil miliknya.

"Shireen.. " Harsa menggengam jemari Shireen, agar perempuan itu tidak kabur.

Shireen langsung memutus pegangan tangan Harsa. Perempuan itu lebih banyak memotret pemandangan yang di lihatnya, termasuk Harsa yang mau mau saja.

Sudah telalu lelah berjalan keduanya akhirnya memilih untuk duduk, memandang matahari yang sebentar lagi akan tenggelam. "Kamu gak pernah ke laut? gak mungkin?" Tanya Harsa heran, padahal jarak mereka ke laut tidak sejauh itu.

"Pernah kak, tapi aku gak pernah ngerasa sebebas ini sebelumnya, sering cuman gimana ya? pasti selalu di teriakin. Shireen hati-hati, Shireen jangan kesana bahaya, Shireen awas nanti jatoh, jadi aku itu lebih sering keliling di tempat yang menurut aku sumpek, padahal sesuatu yang aku butuhin itu kayak gini" Shireen memeluk lulutnya merasakan hembusan angin yang terasa hangat.

Harsa menyelipkan beberapa helaian rambut yang terbang, menghalangi wajah Shireen, rambut-rambut itu membuat kecantikan Shireen tertutupi.

"Di dunia ini, aku bakal bawa kamu, kemanapun yang kamu mau" Entah apa yang merasuki Harsa hingga berani mengatakan hal itu.

Shireen hanya tersenyum, pulang dari sini saja sudah pasti akan di marahi, Harsa ingin membawa Shireen kemana lagi selain ini.

"Shireen.. " Harsa menatap setiap inci wajah perempuan itu, saat Shireen meliriknya.

"Apa?"

"I love you" Sepertinya kali ini tulus, Harsa pernah merasakan degupan ini pada orang lain, tapi rasanya kali berbeda.

Blush

Shireen menelan salivanya saat Harsa mendekat. Matanya terpejam saat bibir mereka hampir bertemu.

Lelaki itu tersenyum saat melihat Shireen dengan mata terpejam, tidak ingin membuat Shireen merasa malu, Harsa mengecup dahi perempuan itu.

"Ayo pulang, nanti kamu di marahin" Mereka tidak dapat melihat matahari tenggelam hingga langit menjadi gelap, karena perjalanannya tidak sebentar.

Sudah sekitar satu jam Harsa mengemudi, langit sudah mulai gelap, dan di sampingnya Shireen tertidur, mungkin karena lelah.

Harsa membuat kursi yang di duduki Shireen menjadi rendah, agar perempuan itu dapat tidur dengan nyaman.

༊·˚

AKU KEMAREN GA UP GAIS JADI SEKARANG UP 2 PARTTEUUU, JANGAN LUPA VOTE💞

Continue Reading

You'll Also Like

4.4K 184 18
Cewe kaya lo tuh bikin gue penasaran polllll - gavin Cowo kaya kamu tuh bisanya cuman ganggu doang -aeera *** Mau liat gimana randomnya sifat seorang...
43.7M 1.5M 41
|| Highest Rank - #1 in Teen Fiction and #5 in Romance || Melody Carson has been in the same class as Tyson McCannon since primary school. She's wat...
SCHEME By zaku

Fanfiction

3.5K 292 10
Kim Yejin berniat melarikan diri dari perjodohan yang menjeratnya, tetapi pertemuannya dengan Yoon Jimin yang penuh kebetulan justru mengikatnya dala...