He Fell First and She Never F...

Per vousmezera

270K 21.2K 3K

"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, to... Més

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
44 (a) - Edisi LDR Sementara
44 (b) - Edisi LDR Sementara
45
46
47
49
50
51-Flashback (Spesial) Edisi Lebaran
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
attention please‼️please read until the end‼️
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97

48

2K 205 42
Per vousmezera

Beberapa hari berlalu semenjak obrolan Mas dengan Vanessa berlangsung. Hubungan mereka baik baik saja, hanya saja terkadang jika bertemu atau berpapasan, mereka sesekali terlihat canggung dan itu hampir dirasakan oleh penghuni Hambalang maupun di Kertanegara.

Tak terasa juga pelantikan Kakeknya yang berlangsung di IKN hanya tinggal beberapa hari lagi, tidak sampai satu minggu. Persiapan demi persiapan juga semakin diperkuat dan semua orang semakin sibuk, termasuk Mayor Teddy.

Beberapa hari menjelang pelantikan Bapak, seluruh keluarga menetap sementara di Kertanegara. Om Didit, istrinya, Bunda Vanessa yang balik dari Paris hingga Ayahnya yang balik dari Korea berkumpul bersama keluarga besar. Walaupun Ayahnya sudah tidak termasuk dalam silsilah keluarga, namun keluarga besar Djojohadikusumo tetap berhubungan baik dengan Ayahnya. Bapak pun tetap mempelakukan mantan menantunya itu dengan baik terlepas kesalahannya di masa lalu.

Semua orang tengah berbahagia, sangat berbahagia. Keluarga besar Bapak, keluarga besar Nenek, para pendukung Bapak dan Mas Gibran, hingga tim hukum yang membelanya di persidangan turut hadir di acara kecil kecilan yang diselenggarakan di Kertanegara. Semuanya merayakan rasa syukur dan segala nikmat yang diberikan.

Namun, itu semua berbeda dengan Vanessa. Gadis yang dibaluti dress ala korean style itu memang ikut nimbrung bersama keluarganya, tak jarang keluarganya juga ikut menggodanya karena hubungannya dengan Mayor Teddy, sesekali ia merespon canggung dan sesekali merespon dengan tawa lepas. Vanessa lupa jika laki laki yang sangat menyayanginya itu tengah memperhatikan segala ekspresi dirinya dari jauh.

"Nggak rela ya bang?" Tiba tiba Rizky berdiri disebelahnya.

"Nggak rela kenapa?" Tanya Mayted.

"Bentar lagi pisah dan ldr sama Mbak Vanessa." Perkataan Rizky berhasil membuat hatinya mencelus ke dalam hatinya.

Mayted hanya merespon dengan tersenyum tipis, tak ingin menanggapi lebih karena pikirannya saja sedang penuh dengan bagaimana hubungannya dengan Vanessa yang belum ada kejelasan harus melangkah kemana.

"Kapan berangkat ke Amerika bang?" Tanya Rizky lagi.

"Tiga bulan setelah balik ke batalyon, kira kira satu tahun dua bulan saya Seskoad." Jelasnya lagi.

"Udah kasih tahu Mbak Cantik?" Tanya Rizky.

Mayted menggeleng pelan. "Belum Ky."

"Bang, baik baik aja kan?" Rajif yang dari awal hanya mendengar saja kini ikutan penasaran karena ia merasakan ada gerak gerik mencurigakan dari bahasa tubuh laki laki perwira berpangkat Mayor itu.

"Saya berharapnya gitu." Jelas Mayted yang tak mengalihkan pandangannya dari Vanessa yang sedang asik dengan keluarga besarnya.

"Kenapa bang, ada masalah apa?" Tanya Rajif lagi.

Kini ajudan, adc, maupun sekpri Bapak tidak begitu banyak tugas, karena ya ini acara keluarga dan kenalan Bapak semua. Tidak ada agenda penting ataupun pekerjaan yang membuat mereka harus terlihat sibuk. Mereka semua hanya ikut mengamati dan ikut merayakan acara keluarga politikus dan pengusaha ini.

"Bang, bener ya berarti?"

"Bapak udah cerita ya ke kalian?" Tanya Mayted, karena beberapa hari yang lalu, Bapak memanggilnya ke ruangan kerjanya secara pribadi. Awalnya Bapak bertanya mengenai purna tugasnya yang tinggal beberapa hari lagi dan setelahnya, Bapak bertanya tentang hubungan mereka, apalagi ajudannya ini akan melanjutkan pendidikan ke negeri orang. Bapak sepertinya merasakan ada yang tidak beres dengan hubungan ajudannya ini bersama cucunya.

"Bapak nggak bisa tidur bang." Jelas Rajif setelah ia mengerti arah pertanyaan Rizky tadi.

"Maksudnya?"

"Iya, setelah Abang ceritain semuanya, Bapak nggak tenang, nggak sekali beliau merasa bersalah sama lo karena ngizinin Abang berhubungan sama Mbak Vanessa." Jelas Rizky.

"Merasa bersalah?" Mayted semakin dibuat bingung.

"Bapak sudah menduga bakal seperti ini bang, kemarin setelah Abang pulang, Bapak cerita, dan mungkin Bapak nggak ngasih tau abang. Terkadang beliau seharusnya melarang Abang sama Mbak Vanessa punya hubungan spesial. Bukannya Bapak meragukan lo bang, tapi Bapak justru meragukan cucunya sendiri dan ternyata beneran terjadi."

"Mungkin Abang ingat perkataan Bapak kalau Mbak Vanessa belum tentu terima Abang seutuhnya dan akhirnya bikin lo tersakiti Bang. Bapak nggak sekali dua kali bilang ke kita, saya yang salah karena Bapak takut lihat lo hancur lagi bang." Jelas Rizky, mereka sedikit menjauh dari keramaian di dalam rumah tersebut.

"Bang, apapun ujiannya tolong jangan tinggalin Mbak Vanessa. Mungkin Mbak Vanessa nggak bisa ngomong langsung karena pasti merasa bersalah bikin Abang seperti ini, tapi Mbak Vanessa juga takut lo pergi dari hidupnya Bang. Lo inget kan kejadian sebelumnya, gimana waktu itu kalo lo nggak ada Bang? Jadi Vanessa juga berat banget Bang." Rajif ikut menimbrung.

"Iya, saya tahu Jif, saya nggak akan nyerah juga tapi saya hanya takut seandainya saya nggak bisa menunggunya lagi. Saya juga terkadang mikir, saya harus berapa kali mengalah untuk perjuangin dia? Atau saya yang terlalu berharap Vanessa akan membalas cinta saya sebesar cinta saya ke dia?"

Rizky dan Rajif saling menatap satu sama lain, bingung harus mengatakan kalimat penenang kepada Abangnya itu yang sedang berada diujung tanduk keputusasaan.

Laki laki itu melihat gadisnya agak menjauh dan meninggalkan keluarganya entah karena apa, entah apa yang mereka bahas hingga gadis itu memilih untuk meninggalkan keluarganya yang masih asik mengobrol, termasuk kepada para kenalan Bapak.

Mayted memutuskan untuk menyusul gadisnya ke halaman belakang rumah, gadis itu berdiri menatap kolam renang yang sangat tenang. Mayted tak langsung menghampiri gadis itu, ia hanya memperhatikan Vanessa kurang lebih sepuluh meter dari posisi gadisnya berdiri.

Tak sekali dua kali ia melihat gadisnya menghela napas panjang berkali kali seakan akan ada beban berat yang ia pikul.

Apakah karena dirinya? Apakah Vanessa menjadi tertekan mengenai hubungan mereka harus dibawa kemana? Apakah ia menjadi faktor gadis itu beberapa hari ini selalu diam dan lebih banyak melamun dengan tatapan kosong?

Kalau begitu haruskah ia mengalah lagi?

"Mbak.. Kenapa?" Akhirnya Mayted memutuskan untuk menghampiri gadisnya yang kini bahkan menatapnya dengan tatapan kosong.

"Mas ngapain disini?" Tanya gadis itu dengan raut wajah yang berbeda dari biasanya.

"Saya khawatir karena kamu tiba tiba menjauh dari keluarga kamu. Kamu baik baik aja?" Tanya Mas-nya dengan khawatir.

"Ah.. gapapa mas hahaha. Sesak aja disana." Gadis itu berusaha mengalihkan fokusnya, tak sanggup menatap mata Mas-nya.

"Maaf ya saya jarang chat kamu akhir akhir ini."

"Nggak papa, aku juga ngerti kamu ngapain aja mas."

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Vanessa yang sibuk dengan pikirannya sedangkan Mas bingung harus mengatakan apa.

"Nggak mau berbagi beban pikirannya sama saya?" Vanessa ketahuan, ia lupa kalau Mas-nya tidak bisa ia tipu. Apapun gerak geriknya, Mas-nya tahu kapan ia berbohong, kapan ia baik baik saja dan begitu sebaliknya.

"Ada apa sayang?" Kini Mas semakin terdengar lembut. Vanessa sedikit heran, bagaimana bisa laki laki itu masih bersikap baik dan perhatian setelah ia telah membuat Mas-nya kebingungan.

Hingga pada akhirnya Mas tahu jika Vanessa memang tidak baik baik saja, setelah laki laki itu bertanya ada apa, kedua mata Vanessa berlinang.

"Kakek marahin aku, kayaknya lebih parah marahnya daripada aku kabur ke Bandung sama trio kembar karena aku bikin kamu bingung dan hilang arah. Kakek bilang seminggu belakangan ini kamu kayak nggak fokus dan akhirnya Kakek tahu semuanya. Aku sejahat itu ya? Masa Kakek sampai bilang nyesal ngebolehin aku pacaran sama kamu mas." Gadis itu akhirnya tak bisa menampung air matanya yang sudah berlinang.

"Bunda sama Ayah juga tegur aku, trio kembar apalagi, berkali kali lipat mereka ngehujat aku tanpa mereka belum dengar cerita dari sudut pandangku. Kok mereka nggak bisa ngertiin kalo posisi aku juga berat mas? Semua orang bilang kamu terlalu banyak ngalah dan terlalu banyak ngertiin aku. Seakan akan berisiknya isi otak aku itu masalah sepele buat mereka. Bukannya keputusan aku nanti untuk hidup aku juga? Maksudnya kenapa aku yang kayaknya salah banget?"

"Aku juga nggak mau kehilangan kamu mas, mana bisa aku relain kamu disaat semua yang kamu punya, kamu korbanin untuk perjuangin aku? Aku yang gila mas kalau sia siain laki laki sebaik dan setulus kamu. Aku juga nggak rela kamu sama yang lain, aku juga pernah bilang kalo kamu hancur, aku juga sama. Kenapa ya mereka semua tuh kayak ngerasa perasaan aku ke kamu nggak sehebat kamu ke aku?"

"Mereka bilang kalo mereka ngerti posisi aku, tapi kenapa juga akhirnya mereka malah marah dan ngehujat aku. Memang segampang membalikkan telapak tangan untuk memutuskan keputusan itu? Ini pernikahan, awal lembaran baru kehidupan aku, bukan keputusan mau liburan kemana."

"Kakek, Nenek, Ayah, Bunda, Om Didit, dan trio kembar sama semua omongannya. Semua orang nyerang aku tanpa ada satu orang pun yang nge backup aku, aku ngehadapin semua omongan keluarga besarku sendirian dari yang muda sampai yang paling tua. Makanya aku nggak tahan disana mas, sesak aku. Nggak siap kenapa sih? Mayor Teddy udah sesempurna itu apa yang harus ditakutin? Kamu nggak siap karena apa lagi? Hidup kamu bakal terjamin sama dia. Kamu tahu nggak sebanyak apa Mayor Teddy berusaha untuk perjuangin kamu? Semua orang berlomba lomba dapatin Mayor Teddy tapi kamu kenapa bisa bisanya malah mikir dulu mau nikah sama dia? Mayor Teddy cowok langka Nes, kamu bakal nyesal seumur hidup kalo kamu tolak beliau. Nggak habis pikir sama jalan pikiran kamu, Mas Teddy udah banyak ngalah dan ngertiin kamu, kenapa kamu sekarang jadi seenaknya sih? Calon jendral gitu kamu lepasin? Siapa lagi cowok yang bisa ngertiin sifat menyebalkan lo Nes kalo bukan Pak Teddy? Dan masih banyak lagi omongan mereka yang masuk ke otak aku." Vanessa memengang kepalanya bak tak kuat dengan segala serangan keluarga besarnya.

"Aku juga butuh waktu mas, aku juga butuh mencerna semuanya sendiri karena aku yang bakal hidup bareng kamu, bukan mereka kan? Coba kamu tebak, diantara semua keluarga besarku, ada nggak dari mereka yang nikah muda? Diumurnya yang masih dibawah 25 tahun? Nggak kan? Tapi kenapa sih nggak ada orang yang ngertiin kalo aku butuh waktu juga untuk mikirin semuanya sendiri? Kepalaku berat mas setiap malam aku mikirin semuanya. Kenapa sih orang orang ngelihatnya aku lagi aku lagi yang nyakitin kamu?"

"Aku tahu alasan kenapa mereka pertahanin kedudukan kamu untuk masuk ke keluargaku, aku tahu mereka bakal bangga kalo aku sama kamu yang nantinya bakal jadi calon Jendral, aku tahu mas ekspektasi mereka ke aku gimana, tapi apa salahnya aku mikirin sebentar aja?"

"Emang harus ya disaat kamu ajak aku pengajuan atau nikah, aku harus langsung bilang Iya aku mau? Tanpa aku harus kasih waktu ke diriku sendiri untuk mikir?"

"Aku tertekan mas, semua orang ngearahin pistol ke aku untuk kasih jawaban secepatnya. Seakan akan kalau aku kehilangan kamu, aku kayak kehilangan golden ticket masuk ke Surga." Vanessa tak bisa menatap Mas-nya karena ia sudah menangis.

"Aku nggak sembarangan mas waktu itu aku bilang, aku nggak ada bahagia bahagianya di keluarga sendiri. Karena emang gitu faktanya. Aku nggak bisa nyetir kehidupan aku sendiri, ditambah Kakek yang harus tahu semua tentang kehidupanku, ditambah lagi kehancuran keluarga aku sendiri, banyak banget mas intervensi yang ngatur ke kehidupan aku. Mas kalo jadi aku, bakal bahagia dan tahan nggak? Semua orang cuma lihat luarnya aja, aku cucu Prabowo Subianto yang hidupnya terjamin, apapun bakal diturutin, bakal senang senang aja. Kamu lihat sendiri kan gimana parahnya Kakek ngatur kehidupan ku? Bahkan tadinya aja aku dilarang keras masuk kedokteran, dan sekarang untuk kehidupan pernikahan aku nanti harus ada intervensi juga?"

"Mas, coba sekali aja di posisi aku, capek nggak? Semua kehidupanku penuh dengan tuntutan, bahkan kesalahan hubungan Ayah dan Bundaku saja aku dituntut untuk mengerti dan merelakan." Sorot mata gadis itu tak perlu berteriak kalau ia pun sudah lelah.

"Mas aku bahagia banget sama kamu, makanya aku harus mikirin plus minusnya. Makanya kemarin itu ketika aku nanya seandainya pilihan kedua kamu itu, disaat kamu balik pendidikan itu, dipertanyaan itu aku udah mikir mas, mungkin sebelum kamu berangkat pendidikan, aku udah kasih kamu jawaban dan kemungkinan besar plan pilihan kedua kamu itu bisa bareng bareng kita wujudin."

"'Manusia memang nggak sesabar itu ya?"

"Mas tolong ngertiin aku, kamu pernah bilang kalau satu dunia jahat dan benci aku, aku masih punya rumah dan itu kamu. Tapi kamu sama nggak ya kayak mereka? Mas, aku tuh berjuang sendirian dari awal kenapa bisa orang orang nggak sadar sama hal itu?"

"Sayang." Mas memanggilnya dengan lidah yang kelu. Laki laki itu juga menahan agar air matanya tak jatuh. Sebabnya Vanessa menjadi target satu keluarganya.

"Mas bikin keluarga kamu jadi nyudutin kamu ya? Mas bikin keluarga kamu jadi berpihak ke mas ya? Mas ya yang bikin kamu berjuang sendiri untuk ngejelasin ke semua keluarga kamu? Gara gara keinginan mas ya kamu jadi seperti dimusuhin keluarga kamu sendiri?"

"Vanessa..."

"Maaf ya, maaf kalau ternyata mas nyakitin kamu lagi."

"Sayang.. mas bakal tunggu apapun keputusan kamu nanti sebelum mas berangkat. Kalau pun disaat mas nanti sudah berangkat dan kamu belum ngasih tahu apapun. Gapapa, mas bakal nunggu jawaban kamu setelah mas pulang. Apapun hasilnya nanti, mas nggak akan nuntut apapun termasuk jika akhirnya kamu memang harus ninggalin mas nanti." Mas menghapus air mata yang terus mengalir di pipi gadis itu.

"Maafin mas sayang." Laki laki itu membawa gadis kesayangannya itu ke dalam pelukannya.

Continua llegint

You'll Also Like

27.1K 2.9K 18
Hati kuatnya yang rapuh perlahan, akankah ada seseorang yang dapat menguatkannya kembali di lain hari?
106K 8.7K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
41.3K 2.1K 43
FAN FICTION OF PRINCE MATEEN (SUDAH TAMAT) Bagaimana rasanya saat pergi berlibur ke tempat impian dan tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang bisa ju...
67.1K 8.6K 32
(Namakamu) benci bosnya! Dia adalah iqbaal, pria menyebalkan dan bermulut pedas. Tapi tanpa (Namakamu) tahu ada maksud berbeda dari semua kalimat ped...