TAKEN YOUR DADDY [TERBIT]

By ZahraAra041

870K 39.6K 2.7K

Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly A... More

01. Broken Heart!
02. YOUR DADDY!
CAST
03. Siapa yang Salah?
04. Ide Gila
05. Gue Nggak Sudi!
06. Tinggal Bareng?!
07. Patah Hati Satu Kantor
08. Saingan Sama Tante!
09. Ada Rasa Lama?
10. Tidur Berdua?!
11. Mata-Mata Dena
12. I Want to be Your Wife
13. Simulasi Jadi Mommy
14. Serigala yang Bangun
15. Giliran Dibalas Takut!
16. Cemburu nih, ceritanya?
17. Nyaman (?)
18. Mempertanyakan Status
19. Jadian, nih?
20. Pesta Pernikahan Theo (FIRST KISS)
21. Insiden Pesta Malam
23. Kompor
24. Terhalang Restu
25. Nge-date
26. Senjata Makan Dena
27. Alergi
28. Ngurus Bayi
29. Dilamar?!
30. Bongkar Identitas
31. Ellen Kepanasan
32. Para Pengganggu
33. Pearly vs Dena
34. Sentuhan
__-announcement-__
35. Sakit Hati Berjamaah
36. Kejutan Besar
37. Gerald
38. Mengulik Kasus
39. Pearly vs Nalika
40. Kasus yang Terbongkar
41. Hilang 1 Pengacau
42. Trauma Mereka
43. Sesal dan Dendam
44. Sebuah Kabar
45. Firasat
46. Taruhan
lamaran!
SPALL SPILL ISI NOVEL
TAKEN YOUR DADDY
JEMPUT NOVELNYA!!

22. Penghangatan

18.7K 758 80
By ZahraAra041

HALO AKU BALIK!!

Hayo, ngaku siapa yang kemarin sempat overthinking sama Gara?

Penasaran nggak sih, sebenernya Gara tuh ngapain nolongin Dena?

Nggak usah lama-lama, yuk scroll!

_-00-_

Insiden Gara yang menceburkan diri ke kolam demi menyelamatkan Dena membuat Pearly terkejut setengah mati. Rasa kesal tumbuh begitu Gara tampak berenang ke tepian sembari membawa Dena yang sudah melemas bak ikan kehabisan napas. Namun, ingin marah juga rasanya percuma. Alih-alih didengarkan, dirinya bisa habis diamuk oleh para tamu yang melihat kejadian ini.

Dena tersenyum tipis karena rencana yang ia buat berjalan semestinya. Gara menyelamatkan, itu yang Dena harapkan. Dan yang lebih seru, Pearly pasti menjadi samsak tuduhan atas kelakuan konyolnya.

Gara membawa Dena ke tepian, kemudian keluar dari kolam dan langsung menghampiri Pearly tanpa menghampiri Dena terlebih dahulu. Sebenarnya ia terpaksa menyelamatkan Dena, karena ia tahu Pearly pasti akan tambah disalahkan jika Dena mati karena perbuatan konyolnya sendiri. Gara percaya sepenuhnya pada Pearly. Dia tidak mengenal dua perempuan itu sehari dua hari.

"Dia mendorong saya ke kolam!" Dena menjerit, berlagak seolah ketakutan begitu melihat Pearly.

Lantas semua tatapan mata mengarah pada Pearly. Theo yang merupakan pemilik acara pun turun tangan dalam menyelesaikan kasus malam ini.

"Itu bukannya pasangan Pak Gara?"

"Dih, ngapain coba dorong Dena ke kolam, padahal Dena, 'kan udah jadi mantannya Pak Gara."

"Biasalah bocil tantrum. Mungkin dia takut kalau Pak Gara beralih ke Dena."

"Pembunuh kecil."

"Harusnya anak kecil emang nggak boleh datang ke pesta orang dewasa, bisanya bikin hancur suasana aja!"

"Jangan diam aja dong! Mana tanggung jawabmu?!"

"Udahlah bawa ke pihak berwenang aja! Ini udah tindakan kriminal namanya!"

Gara meraih tangan Pearly, digenggamnya erat tangan gemetar itu. "Tidak perlu khawatir."

Pearly menoleh, mendongak ke arah Gara yang kini melemparinya dengan senyum tipis. "Takut ...." bisiknya.

"Ada saya di sini."

"Pak! Penjahat kayak gitu ngapain dilindungi!" serobot salah satu tamu yang langsung mendapat tatapan tajam dari Gara.

Gara memandang Dena penuh rasa jijik. Dia tahu Dena sedang berpura-pura agar Pearly semakin disalahkan. Wanita itu gemetar ketakutan, ingin rasanya Gara kembali mendorong perempuan itu ke dasar kolam jika ini bukan menyangkut harga diri Pearly.

"Ada saksi di sini?"

Senyap, tidak ada yang bersuara setelah Gara melontarkan pertanyaan.

"Ngapain pakai saksi? Saya jelas-jelas didorong sama perempuan itu ke kolam!" sanggah Dena, lalu menatap Pearly yang tengah digenggam Gara. "Kenapa kamu mendorong saya? Apa saya memiliki salah sama kamu? Kamu mau membunuh saya?!"

"Hentikan drama ini. Theo," panggil Gara, ia melihat Theo bingung bagaimana cara menengahi mereka.

"Apa, Gar?"

"Lo pasti pasang CCTV di pesta ini, 'kan?"

Theo menggeleng pelan. Dia lupa untuk memasang CCTV di sini, karena ia pun tak menyangka jika acara pestanya bisa hancur seperti ini.

"Nggak, Gar---"

"Pasang. Saya sempat menyuruh orang untuk memasang CCTV di seluruh area pesta," sela sang pengantin wanita yang tiba-tiba datang. Istri Theo itu membantu Dena berdiri, kemudian menyelimuti tubuhnya menggunakan handuk.

Dena terkejut setengah mati begitu mendengar ucapan si pengantin wanita. Dia hanya berharap semoga kamera CCTV tidak menyorot kejadian itu. Bisa malu muka dirinya jika ketahuan bahwa memang ia sendiri yang menceburkan diri ke kolam.

Gara memperhatikan tiap gerak-gerik Dena yang tampak gelisah setelah istri Theo mengatakan bahwa pesta ini dipasangi CCTV.

"Kalau gitu, mari kita cek rekaman kejadian ini yang terekam. Kalian semua boleh ikut untuk menjadi saksi," kata Theo menginstruksi.

Dan setelahnya Theo bersama sang istri pergi dari kerumunan untuk mengecek rekaman CCTV, diikuti oleh sebagian besar tamu termasuk Dena karena mereka pun penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

Pearly meremat ujung baju Gara, anak itu takut disalahkan atas kejadian ini. Sungguh, jika ia tahu Dena akan melompat, tentu ia akan menahan wanita itu dengan sisi kemanusiaan yang masih tersisa. Pearly tidak menyangka obsesi Dena untuk merebut Gara dan menjatuhkan harga dirinya begitu besar.

Gara merangkul tubuh Pearly untuk meredam gemetarnya. Lalu menuntun jalan anak itu menyusul Theo dan istrinya ke ruang CCTV.

"Tidak perlu takut, saya di pihakmu."

Kini semua orang sudah berada di ruang CCTV, Gara masih mendekap tubuh Pearly yang dirundung ketakutan. Anak remaja labil itu berlindung di balik Gara, tidak pernah ia mengalami ketakutan hebat seperti ini sepanjang hidupnya. Beruntung Gara memihaknya, pria itu benar-benar bijak.

Theo memutar rekaman CCTV di area kolam renang beberapa menit lalu. Dena ketar-ketir selama menonton. Dia takut ketahuan jika ini murni perbuatannya sendiri.

"Lho, Anda terpeleset?" Istri dari Theo bersuara setelah Theo menghentikan video tepat pada kejadian Dena yang hendak tercebur.

Kini semua mata mengarah pada Dena, begitupun dengan Gara yang semakin memandang Dena dengan sorot penuh kebencian. Pearly menenggelamkan diri di dalam tubuh besar Gara. Ia tahu dirinya tidak salah. Energinya benar-benar dikuras habis untuk menghadapi Dena malam ini.

"Lho, kenyatannya tidak seperti itu!" elak Dena berusaha membela diri, walaupun kebenaran sudah terpampang nyata di depan mata.

"Jangan mengelak!"

"Anak itu pandai sekali memainkan situasi!" berang Dena heboh sembari menunjuk-nunjuk Pearly di dekapan Gara.

Pearly tidak bisa tinggal diam. Jiwa melabraknya terangsang jika dirinya tetap disalahkan walaupun kebenaran sudah terlihat jelas. Dena yang sangat pandai memutarbalikkan fakta membuat Pearly betulan ingin mendorong wanita itu ke laut lepas.

"Anda yang pandai memutarbalikkan fakta! Apa Anda tidak bisa melihat layar monitor yang menayangkan kejadian ini?!" Pearly tidak bisa lagi menahan amarah jika harga dirinya diinjak. Dia berhak melawan siapa pun yang telah menginjak harga diri dan martabatnya, begitu kata Rei.

Mata Dena mulai memerah, ia bersikap seolah-olah korban di sini. Matanya mulai menitikkan air untuk menarik simpati tamu. "Sebenarnya apa salah saya kepada Anda? Mengapa anda tega berbuat hal seperti ini terhadap saya?"

Anying drama banget! Kesabaran Pearly hampir habis. Muak sekali ia melihat wajah sok tersakiti Dena. Lantas, ia melepaskan dekapan Gara berniat untuk main tangan pada Dena.

Seakan tahu apa yang ingin dilakukan sag pacar, Gara pun memperkuat dekapannya. Ia menahan tangan kecil Pearly yang meraung-raung demi menggapai tubuh Dena.

"Anda tidak melihat---mph!!" Gara membekap mulut Pearly yang tidak berhenti bicara. Sengaja ia seperti itu karena takut jika ucapan Pearly akan menjadi boomerang sendiri baginya nanti. Bocah remaja itu tidak boleh bicara jika sedang marah.

"Bisa-bisanya Anda masih berani berkilah setelah semua fakta terkuak. Apa Anda tidak malu telah menjatuhkan harga diri Anda sendiri di hadapan khalayak umum?" tegas Gara, membuat Dena terdiam beribu bahasa.

Seluruh tamu tidak ada yang bersuara setelah menyaksikan sendiri kebenaran di layar monitor. Namun, Dena tetap tak luput dengan sorot kebencian dari para tamu, bahkan sebagian ada yang memandangnya jijik. Istri Theo menyikut suaminya, matanya melirik-lirik Dena seakan menyuruh Theo untuk segera mengatasi agar tidak terjadi keributan.

Seakan tahu, lantas Theo pun mendekati Dena untuk menyuruhnya pulang. "Maaf, sebaiknya---"

Belum selesai Theo bicara, Dena sudah berlari dari sana. Tidak tahan dengan cibiran dan tatapan julid dari orang-orang. Dena menutupi wajah, benar-benar malu malam ini.

Namun, Gara berhasil mencekal tangannya hingga Dena mematung ketakutan begitu berpapasan dengan sorot serius milik Gara.

"Pertanggung jawabkan perbuatan Anda yang telah memfitnah dan mempermalukan gadis saya!"

Dena meringis kesakitan karena genggaman tangan Gara begitu kuat dan kasar. "Aku ngelakuin ini karena aku masih cinta sama kamu, Gara! Aku mau buktiin kalau kejadian beberapa tahun silam adalah murni karena aku dipaksa! Aku rela ngelakuin hal apa pun agar kamu balik sama aku!"

"Urusan Anda adalah dengan saya, jadi jangan pernah Anda menyentuh Pie! Lagi pula, urusan kita sudah selesai. Anda bukan lagi bagian dari hidup saya. So, jauhi saya kalau Anda tidak mau hidup Anda hancur," kata Gara penuh tekanan.

Gara melepas tangan Dena yang sudah memerah dengan sedikit dorongan hingga wanita itu hampir terjatuh.

"Pergi dari hadapan saya. Saya muak melihat wajah Anda."

Dena langsung kabur dan berlari dari sana dengan rasa kecewa, malu, dan sakit hati semuanya bercampur meratakan desiran darahnya yang mengaliri seluruh tubuh. Rasa cintanya pada Gara sangat besar, bahkan sudah menjadi obsesi. Gara itu miliknya. Tidak ada yang boleh mengambil pria itu darinya.

Gara menambah kekuatan pada dekapannya dengan Pearly. Tubuh gadis itu gemetar ketakutan. Lantas ia membisikkan sesuatu di telinganya sembari mengusap punggungnya.

"Jangan takut lagi, ya? Tidak ada yang berani mengganggumu lagi. Saya akan melindungimu karena kamu calon istri saya."

_-00-_

Gara menarik tangan Pearly keluar dari pesta setelah insiden konyol ini terkuak atas bantuan CCTV. Pearly keteteran mengikuti langkah besar Gara dengan kaki kecilnya. Sepertinya pria itu sedang kesal, Pearly bisa melihatnya dari raut wajah Gara dan rahang tegasnya yang semakin terlihat. Seluruh tubuh pria itu basah, Pearly tahu pria itu kedinginan. Ingin menawarkan membeli pakaian, tetapi dirinya terlalu takut jika Gara sedang dalam mode marah seperti ini.

Amarah Gara membludak sejak tadi. Ia tak terima gadis kesayangannya dipermalukan di depan umum oleh Dena. Rasa bencinya terhadap wanita malam itu semakin besar. Karena Dena, pakaiannya harus basah seperti ini. Gara membenci orang yang mengacau hidupnya.

Gara membuka pintu mobil untuk Pearly, dan setelah Pearly masuk ia pun segera duduk di kursi kemudi. Setir mobil menjadi sasaran empuk amarah Gara terhadap Dena. Entahlah, Gara merasa emosionalnya begitu terpancing jika sudah berhadapan dengan Dena.

Pearly berjengkit ketika Gara memukul setir mobil. Tubuhnya kaku, tidak bergerak sedikitpun. Takut jika tingkah lakunya akan menambah kekesalan di hati Gara.

Gara menoleh ke samping, lantas diraihnya belakang kepala gadis itu untuk diusap. "Maaf, saya terpancing emosi."

"Saya benci dengan perempuan itu. Saya tidak suka jika dia sudah berani menyentuhmu," lanjut Gara, nada bicaranya sudah kembali seperti semula.

Gadis itu mengangguk lugu, kemudian menyentuh lengan basah Gara. "Om, apa nggak sebaiknya kita ke toko pakaian untuk mengganti baju Om? Jarak dari sini ke rumah jauh, Pie takut Om sakit."

Hela napas dari dalam paru-paru Gara berembus ke luar, bertemu dengan udara dingin yang menyelimuti mereka. "Tidak perlu."

Lantas pria itu membuka jas basahnya, kemudian melepas satu per satu kancing kemeja yang dikenakan. Gara membuka seluruh pakaian atasnya, hanya menyisakan celana panjang. Tubuh kekar bak binaragawan terpampang jelas di depan mata, Pearly tidak berkedip memandanginya. Rasa kantuk yang sedari tadi menyerang pun menghilang otomatis. Pemandangan yang disuguhkan Gara begitu menyegarkan mata.

"Boros jika saya harus membeli pakaian hanya karena ini."

Gapapa banget, Anjir, lo nggak jadi beli baju! Udah kayak gini aja sampai rumah, kalau perlu kita kelilingi dunia 7 kali dulu baru balik!

Pearly memekik dalam hati. Susunan otot di perut Gara menggodanya untuk dicubit manja. Jika Tuhan tidak memberinya akal sehat, sudah dipastikan Pearly mencubiti otot yang hampir mirip roti sobek itu.

Gara melirik Pearly yang tampak menahan senyum di sebelahnya. Dia tahu pikiran anak itu, lantas terselip ide jahil di otaknya.

"Pie," panggil Gara, membuat anak itu menoleh.

"Apa, Om?"

"Mau hangatin saya?"

Pearly bungkam, jantungnya dirasa berhenti berdetak. Desiran darah yang mengalir pun berhenti begitu suara berat Gara menggema memenuhi ruang kosong. Tawaran Gara itu menggiurkan, tetapi juga menakutkan.

"Saya izin pakai badan kamu untuk menyelimuti saya sepanjang perjalanan."

Lantas setelahnya Gara mengangkat tubuh Pearly menggunakan sebelah tangan, lalu ditempatkan di pangkuannya dengan posisi badan Pearly yang menghadap langsung ke tubuhnya.

Sementara itu Pearly masih membeku, terlebih saat dadanya merasakan detak jantung milik Gara berdegup normal. Dia bersentuhan langsung dengan kulit basah Gara, seluruh lekukan dan susunan otot kekar itu dapat dirasakan dengan jelas. Pearly kepalang, tanpa sadar ia menggigit kecil dada Gara yang berpapasan langsung dengan wajahnya. Bukan tanpa sebab, gadis itu hanya gemas melihatnya.

Gara meringis begitu merasakan sesuatu menggigit area dadanya. "Pie, jangan lakukan itu kalau kamu tidak mau saya berulah."

"Gemes, Om, hehe ...."

_-00-_

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Gara melenguh sembari memijat keningnya yang terasa pusing karena telah basah-basahan semalam. Pria itu bangkit dari tidur, lalu berderap turun dari kasur untuk mengecek kondisi luar. Begitu keluar dari kamar, indera penciumannya langsung disambut oleh aroma masakan dari dapur. Nafsu makannya tergugah, lantas ia berjalan menuju dapur.

Sudut bibirnya tertarik mengulas senyum begitu menemukan Pearly yang sedang memasak di sana. Aura gadis itu menguar kuat jika sedang memasak. Gara menyukai pemandangan itu. Kaki jenjangnya masuk ke dalam dapur, kemudian merangkul bahu Pearly yang tengah mengaduk sesuatu di dalam panci berukuran sedang.

Pearly berjengkit begitu matanya menubruk wajah tampan plus manis yang disuguhkan Gara. Bare face pria itu sangat tampan. Pearly hampir salah tingkah melihatnya.

"Kamu masak apa?"

"Sup ayam. Sup ini bagus untuk menghangatkan tubuh, kata mommy," jawab Pearly lembut.

"Boleh saya rasakan?"

"Boleh, Om. Bilang ya, kalau masih ada yang kurang."

Gara segera mengambil sendok, kemudian menyiduk kuah sup tersebut. Pria itu meniup-niup kuah berasap tersebut, kemudian menyeruputnya.

"Gimana, Om? Kurang apa?"

Gara diam, indera perasanya sedang bekerja menyebarkan aroma rempah serta berbagai macam rasa yang bercampur seimbang di dalam sesendok kuah tersebut.

"Siapa yang mengajarkan kamu memasak?"

"Mommy, tapi dulu Pie malas-malasan. Terus belajar dari Bu Nonik. Enak nggak, Om?"

"Sempurna. Cepat matangkan itu, saya ingin makan bersamamu," ucap Gara, lalu mengelus kepala Pearly.

"Oh iya, Gege sudah pulang belum?"

Gara baru menyadari bahwa sang anak sempat pamit kepadanya. Anak itu berkata ingin pergi menginap di rumah temannya semalam.

Pearly menggeleng pelan. "Memang Gege ke mana?"

"Semalam, dia pamit sama saya. Katanya mau menginap di rumah temannya untuk berlatih basket karena minggu depan akan ada pertandingan antar provinsi. Dia belum pulang, ya?"

Bersamaan dengan itu suara pintu dibuka menyela ucapannya. Itu pasti Gerald. "Gege kali tuh, Om."

"Saya samperin anak itu sebentar, ya."

Gara pun melangkah keluar dari dapur untuk menghampiri sang anak yang baru pulang. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah tubuh lesu Gerald dan langkah gontainya. Gara mendekati anak itu karena merasa ada yang aneh.

"Dari mana saja kamu?"

"Dari rumah Genta, Pa. Kan, aku udah pamit semalam."

Tunggu sebentar. Gara mencium adanya aroma alkohol dari tubuh dan mulut Gerald. Sebagai peminum, tentu Gara mengetahui betul ciri-ciri orang yang telah meminum alkohol. Matanya memicing tajam, membuat Gerald merasa tak nyaman.

"Pa?"

"Kamu minum alkohol?"

_-00-_

Gimanaa? Puas nggak sama part ini?

Kira-kira Gege bakal ketahuan nggak, ya, habis minum sama Kalea?

Jangan lupa komen dan vote-nya lho, babe! Semua itu berarti buat akuu💋

OH IYA, SEKARANG TAKEN YOUR DADDY ADA VERSI CHAT-NYA LHO!

Yang mau baca besi AU-nya, bisa lihat di Instagram aku!

Instagram aku: bearlars_wp

YUK MAMPIRIN VERSI CHAT-NYA JUGA!!

Continue Reading

You'll Also Like

24.9K 488 52
Cieee yang lagi susah cari cast! hhhihihi ... jangan risau, kamu datang ke tempat yang tepat. Kamu akan mendapatkan cast yang cocok untuk semua cerit...
586K 24.7K 31
Alden Joshua Gracio. The Leader of Dankevoort โ€’Geng yang dinyatakan sebagai geng paling berbahaya dan paling dihindari. Pria dengan sejuta rahasia ya...
50M 1.9M 65
Blayze Norman; A cold and ruthless CEO of Norman Enterprises has decided to take Caden Carter as his bride, not even the heavens was going to stop hi...