Culdesac

Autorstwa moonstarskies

25.9K 5.9K 4.2K

Cul•De•Sac (kəl-di-ˈsak) n. - jalan buntu Perjodohan paling realistis! Sebagai seorang anak perempuan tunggal... Więcej

1: perkenalan
2: ipad kuning
3: jagain
4: tunangan?
5: old flame
6: new year for newlywed
7: roommate
9: anak
10: health and sick
11: opname
12: LDR
13: LDR pt. 2
14: home
15: mood
16: strategi
17: image
18: pembanding
19: flaw
20: confessions
21: closure
22: mama
23: backstreet
24: sebuah utas
25: viral

8: drama and gossips

667 174 120
Autorstwa moonstarskies


Notes: hi.. lagi apa? Udah mau lebaran yaa.. kayanya gw bisa sih up 1 lagi sebelum lebaran karena ga banyak kerjaan dan temen2 gue udah mudik semua, tapi ga janji yaa.. kalian tim mudik apa engga, yang?





8.

"Mas..." panggil Airin. "weekend ini saya boleh kerumah papa ga?" tanyanya tiba-tiba.

"Ada apa?"

"Kangen aja."

Bergas terdiam sejenak "kesananya sama saya ya?"

"Emang mas ga malem mingguan sama Shera?"

Ia berhenti, "Oh iya sih ada janji." Ia lupa janjian nonton dengan kekasihnya itu.

"Nah kan..." Airin membereskan piring didepannya, "eh, mas beneran ketemu Shera dipesawat?"

"Iya, kok tau?"

"Mama cerita." Jawab Airin, "kaya di film-film ya, mas?"

Bergas melihat kearah Airin dan tidak menemukan cemburu disitu, "kalo di film biasanya laki-lakinya yang ngajak kenalan."

"Oh ini Shera yang ngajak kenalan?"

"Shera ngajak ngobrol terus, sampe saya ga bisa istirahat, tapi lucu sih." Jelas Bergas.

"Mas kenapa bisa suka sama Shera?" tanya Airin lagi, kali ini ia kembali dari dapur yang tidak jauh dari meja makan sambil membawakan air minum untuk Bergas.

"Dia independen, anak orang kaya tapi ga manja."

"Oh, kerja apa?" Airin mematut diri dipantulan kaca lemari hias sembari mengambil tasnya sendiri dan jas Bergas yang tersampir di sofa.

"Punya usaha tas mewah sama temannya kalo ga salah." Ujar Bergas setelah meminum air yang dibawakan Airin.

"Udah berapa lama sih mas pacarannya?"

"Setahunan." Jawab Bergas lagi, kini ia beranjak dan menerima jas yang dibawa oleh Airin.

"Oke, you're good to go, mas." Airin tersenyum setelah membantu Bergas memakai jasnya, "silahkan berangkat duluan pak dirut, saya lagi mesen grab."

Bergas masuk mobilnya, meninggalkan Airin yang menunggu taksi onlinenya, dimobil ia tersadar betapa lancarnya ia bicara pada Airin, banyak ia bercerita hal ga penting yang ga akan pernah ia lakukan pada orang lain.

"Aneh, ga pernah-pernahnya gue selancar itu cerita soal hal pribadi keorang lain." Gumam Bergas 

~~

Ethan masuk ke lobby apartemennya dan melihat ada petugas kargo sedang memindahkan beberapa barang, dari kotak file ia melihat logo perusahan tempat ia bekerja sekarang.

Laki-laki itu mengerutkan alis, ia tahu siapa yang tinggal satu gedung dengannya.

"Bergas?" ia mendekati resepsionis, "ini pindahan? Pak Bergas kan?"

Resepsionis itu mengangguk, "iya pak Ethan." Senyumnya.

"Oh... apartemennya disewakan atau?"

"Sepertinya ga disewakan," ujar si resepsionis, "oh iya, bapak kan temennya pak Bergas ya? Pak Bergas nikah sama siapa sih pak?"

"Nikah?"



~~

Kali ini Nina betul-betul bilang kalau ia akan pulang ke Amsterdam dan meminta Airin untuk memenuhi janjian makan siang dengannya weekend ini.

"Ayin nanti ada temen Nina yang mau gabung ya, selebritisss." Ujarnya.

"Nina punya temen seleb lain selain Ayin?" tanya Airin sombong.

"Ayin bukan seleb!" mereka berdua tertawa-tawa, "eh mas Ega mana?"

"lagi pergi sama pacarnya."

Jawaban Airin sontak membuat Nina cemberut, "Ayin gapapa yah kaya gini?"

Airin mengangguk, "gapapa, soalnya bayarannya papa happy banget, trus juga mas tuh not bad kok... baik."

"Ayin beneran ga ada perasaan apa-apa yah ke mas Ega."

Airin menggeleng, "ga ada, makanya bisa santai aja dia mau ngapain juga."

"Disellaaa!!"

Airin kaget karena tiba-tiba Nina melambaikan tangan dengan heboh keseorang perempuan yang baru datang.

"Ninaaa... aaa maaf baru bisa ketemu sekarang." Ujar prempuan bernama Disella itu.

"Gapapa Didi... eh kenalin ini sepupu gue, Ayin." Ujarnya.

"Hai... eh? Lho? Ini Bossnya Naura kan??"

Airin berusaha mengingat-ingat, "oh iya, kamu KOL yang sering diundang sama Blu yah?"

"Iya kaak.." ujar Disella ceria.

"Sempitnya dunia." Nina tertawa. "Di, pesen makan dulu yuk."

"Okey..."

"Eh iya karena gue udah mau cabut lagi, jadi hari ini gue kumpulin semua temen-temen gue, gapapa ya? Ntar kenal-kenalan aja." Ujar Nina.

"Emang siapa lagi mau dateng?" tanya Airin.

"Roommate Nina pas di Amsterdam abis lo balik Ai, namanya Lala."

~~

"Menurut lo gosip apa beneran?" tanya Ethan vie teleponnya ke Stella.

"Serius? Tapi ga kedengeran mo nikah tuh." Stella sibuk bersiap-siap karena ia sudah terlambat janjian dengan sahabatnya, Nina.

"Atau dia sengaja diem-diem ya?"

"Biar apa?" Tanya Stella.

"Biar ga usah undang gue."

"Penting banget lo? Lagian, kali aja tuh resepsionis ngaco?"

"Ga mungkin." Sanggah Ethan, "karena gue kepo, gue tanya lagi tuh ke resepsionis, katanya yang bilang pak Bergas nikah tuh mamanya sendiri waktu nitipin petugas kargo ke resepsionis. Ngapain coba mamanya pak Bergas bohong? Atau masa iya si resepsionis bikin hoax?"

"Ya kali aja?" Stella angkat bahu. "Udah ah gue mo siap-siap nih!"

"Ga yakin gue, La." Gumamnya, "eh lo mau kemana sih?"

"Mo ketemu temen gue."

"Dimana?"

"Apa sih lu kepo banget!" Stella berusaha mengabaikan Ethan.

"Yah, padahal mau gue ajak makan sekalian ngobrolin report event tahun baru kemarin."

"Apa hubungannya sama gue, lo meeting aja sama tim lo, sama Airin tuh."

Ethan tiba-tiba tertawa, "agak sensi ya lo sama Airin kalo gue liat-liat... kenapa?"

"Apaan sih? Sotoy."

"Gara-gara dia cantik ya?"

"Idih?"

"Dia bisa kerja kok." Gumam Ethan.

"Siapa juga yang bilang dia ga bisa kerja? Dia udah banyak dibelain sama orang kantor terutama cowo-cowo pecinta visual macem lo dan Azam."

Ethan tertawa, "masa?" lalu Ethan berdehem, "Kalo gue suka sama Airin lo marah ga?"

Stella terdiam, "apa urusannya sama gue?"

"Oh gapapa ya?"

Stella memutar bola mata, "udah ah, gue mo cabut, mending lo tutup telponnya  sekarang."

"Tapi kata Bergas no office romance." Lanjut Ethan tanpa menggubris Stella.

"Bagus deh." Ujar Stella.

"Kok bagus? Lo seneng ya gue ga bisa punya hubungan sama Airin?"

"Engga. Gue lega karena nambah lagi alasan untuk jauh-jauh dari lo." Stella menyambar tasnya, "udah ya, bye!"

"Eh La, La! Gue anter mau?"

"Enggak, makasih."



~~

Bergas masuk kerumah besar orang tuanya, ia disambut wangi masakan rumahan, "maaa... paa..." sapanya.

"Eh Ega? Sini ke dapur..." sahut Dewi.

Bergas masuk ke dapur yang tak kalah luas dan terbuka.

"Lho? Airin mana?"

"Lagi pergi sama sepupunya, Nina tuh lho ma, yang kemarin bikinin acara." Jelas Bergas.

"Oh, kamu ga ikut?"

"Engga, acara cewe-cewe." Bergas duduk di kitchen island dapur. Tadinya ia hendak pergi dengan Shera tapi mundur karena lagi-lagi perempuan itu sedang bad mood tanpa alasan.

"Hai, nak, kok sendiri? Istri mana?" Arton menepuk pundak anak bungsunya.

"Pergi sama Nina, sepupunya."

"Oh yang rame gemesin itu ya? Baik lho anak itu." Ujar Arton.

"iya, mana cantik.. keluarga Airin cantik-cantik kayanya yah, dulu juga Yana cantik banget." Ujar Dewi.

Jujur Bergas agak lupa wanah Yana, mamanya Airin, tapi seingat dia memang cantik. "Mama masak apa?" tanya Bergas.

"Lagi ungkep ayam, ada yang mau mama bakar, sisanya mau di frozen buat Prana bawa. Prana mau pulang lho, Ga..."

"Oh ya? Kapan?"

"Akhir bulan ini, mumpung libur dan Aruna udah hampir setahun, udah bisa diajak pergi jauh." Ujar Dewi.

"Pertama kali Ega ketemu Aruna nih." Sahut Arton, memang saat istri Prana melahirkan anak keduanya di Canada, bergas belum pernah ketemu karena ia ga sempat pergi kesana.

"Iya, liat fotonya sih gemes, Aria udah gede ya sekarang, tiga tahun ya?" tanya Bergas.

"Iya tiga tahun." Ulang Dewi, "kamu sama Airin ga nunda punya anak kan, Ga?"

Untung saja Bergas ga lagi minum, bisa disembur itu air. "emm belum ngobrolin sih."

"Nunda juga buat apa, kamu sama Airin udah sama-sama cukup umurnya, udah mapan juga." Ujar Arton.

"Iya pa, iya." Bergas berusaha menghindari obrolan.

"Emang rencananya mau punya anak berapa?" tanya Dewi.

"Sedikasihnya." Diplomatis, Bergas memilih jawaban diplomatis.

"Halah." Dewi mencibir.

"Ya kan mama sama papa tuh udah ada cucu dua, cowo sama cewe, udah lengkap, kan? Jangan ngejar-ngejar Ega sama Airin deh." Bergas menerima sepiring lalapan yang baru saja Dewi potong-potong.

"Bukan ngejar-ngejar ih kamu nih." Dewi cemberut, "tapi emangnya kamu sama Airin mau 'pacaran' sampe kapan sih?"

"Sampe bosen." Jawabnya sekenanya lagi.

"Memang ngeselin banget anak kamu yang ini, pa." Dewi melanjutkan membuat bumbu ayam bakar.

"Giliran nyebelin langsung jadi anak papa, ya ga?" Arton mengerling pada Bergas.

"Ehm ma, pa, emangnya Airin itu ga tahu ya kalo dulu mama pernah hutang nyawa ke tante Yana?"

Dewi terdiam sebelum menggeleng, "mama ga tahu Yana atau mas Darwin cerita atau ga ke Airin, memang kenapa kok tiba-tiba tanya itu?"

"Gapapa... soalnya kayanya Airin ga tau." Ujar Bergas.

"Kalo Airin tahu, kira-kira Airin jadi sebel ga ya sama mama?" Dewi berhenti mengaduk-aduk bumbu ayam bakar, kini mukanya jadi sedih.

"Engga ma..."

"Ega," ujar Dewi, "mama tuh beneran sayang banget lho sama Airin, Airin itu anak baik!"

"Iya mama..."

"Jangan dibuat sedih ya, Ga!"

Bergas terdiam, "engga, ma..." jawabnya.

~~

Airin tidak bisa menahan kagetnya saat satu lagi teman Nina yang datang ternyata Stella.

"Ayin, ini Lala."

Mereka sama-sama tersenyum canggung sampai Stella berkata, "lah Airin mah teman sekantor gue."

"Ah yang bener?" Nina memekik.

"Iya, bu Stella ini direktur keuangan di kantor Ayin, Nin."

"Ga usah pakai bu, kan di luar kantor, santai aja." Ujar Stella.

"Iya ih, kan kalian seumuran, kan?" tanya Nina.

"Ini beneran dunia sempit banget, atau dunianya Nina yang sempit, masa teman-temennya saling related gini." Disella tertawa.

Lalu larutlah mereka dalam obrolan ringan, Nina menceritakan bagaimana ia dan Airin adalah sepupu yang cukup dekat karena keduanya yang berjarak hanya dua tahun itu sama-sama anak tunggal, lalu bagaimana Stella melewatkan masa-masa Airin tinggal di Belanda dan baru datang saat Airin sudah pulang. Lalu Disella, atau Didi teman akrabnya semenjak SMU yang kini berprofesi sebagai selebgram.

"Jadi selebgram enak ya?" tanya Stella, "this is pure curiousity ya, ga ada judgement."

Didi tertawa, "Enak ga enak kak, orang liatnya kita diundang sana sini, dapet barang gratis dari endorse, tapi namanya kerja mah kadang ada saja dramanya." Jelas Disella.

"Kaya apa itu?" tanya Stella.

"Di, ceritain yang mau endorse lu barang palsu Di." Sahut Nina.

"Oh... hahaha." Didi tertawa lagi, "itu aneh banget sih." Ia menyeruput minumannya sebelum bercerita, "jadi ada satu orang ini, katanya sih punya usaha jual beli tas branded sama teman-temennya, kedengerannya sih keren banget ya, nah dia mau endorse gue, gue udah mastiin bahwa ini bukan barang palsu karena gue ga mau image gue juga kacau karena diendorse sama toko barang knock off begitu... mereka dengan yakin bilang kalo  itu barang authentic alias asli yang beli di eropa." Disella memberi jeda, "nah pas tu barang dateng, astagaa... gue nih bukan orang kaya ya, tapi gue ga bego, memang sih barangnya tuh ga jelek, tapi kan sekali dua kali ya gue pernah lah beli barang asli ditokonya langsung, boxnya ga kaya begitu... mana harga tasnya itu cenderung murah, yaaa sebeli-belinya mereka dari FO luar negeri kan ga mungkin harga sampe lebih murah 70%? Mana banyak item yang new release.. Terus pas gue bilangin eeeh dia  marah-marah, ngatain gue sama tim gue itu kampungan, ga ngerti barang, terus bilang kalo dia ga mungkin pakai barang palsu karena tunangan dia itu direktur hotel apa resort gitu lah."

Nina cekikikan seperti menikmati cerita Didi sedang Stella dan Airin masih mendengarkan dengan seksama.

"Direktur hotel?? Jangan-jangan tunangan pak Bergas lagi, ya Rin?" Stella ikut tertawa.

"Hahaha..." Airin tertawa garing, "alay juga tunangan pak Bergas kalo gitu." Tapi kemudian ia terdiam, lah Shera bukannya punya usaha tas mewah sama temannya? Tapi masa iya dunia sesempit itu untuk Airin?

"Direktur lo katanya masih single, La?" tanya Nina.

"Iyaa... Eh masa kata Et—" Stella melirik kearah Airin, "kata temen gue yang segedung apartemen sama bos gue itu, kemarin dia pindahan soalnya mau nikah, tapi anehnya ga ada yang diundang."

Airin menelan ludah.

"Belom kali, belom sebar undangan." Ujar Nina.

"Yaa mungkin saja sih..." Lalu tiba-tiba Stella tertegun, "eh bentar." Ia menoleh cepat kearah Airin, "elo, sepupunya Nina yang namanya Ayin kan? Iyakan? Nina panggil lo Ayin kan??"

Dada Airin berdegup, sialan, kenapa ini? "Iya... kenapa memang...?"

"Ini sepupu lo yang kemarin nikah?" tanya Stella.

"Iya. EH YA AMPUN KALIAN SEKANTOR YA!" Nina tiba-tiba panik, "ya ampun!" Nina memandang horor kearah Airin.

"Bener itu elo?"

Airin menghela nafas entah apa yang akan ia katakan, apakah ia harus berbohong lagi, atau, "iya..."

"AYIN!"

Airin mengangkat jarinya, meminta Nina untuk diam, ia yang akan bicara, "iya gue daftarin nikahan kemarin." Dalam hati ia berdoa agar Stella tidak sadar siapa mempelai laki-lakinya.

"Sama?"

"Ada." Jawabnya singkat, "itu masuk kehidupan pribadi gue."

"Oh..." Stella mengangkat alis, "kata Nina sama temen sekantor."

"Ninaa...." Airin menggeram. "Ayin Cuma minta dua hal sama Nina."

"Iya satu ga teriak, dua ga boleh bilang-bilang tapi.... AYIN TOLONG MAAFIN NINA!!!" sahut Nina yang ikutan panik.

"...dan dijodohin?" Tanya Stella lagi.

Kali ini Airin memilih diam.

"Rin... ini ga kaya yang gue pikirin kan?" Tanya Stella hati-hati.

"A-apaan?" Airin berusaha untuk tidak panik.

"Elo... sama pak Bergas?? Elo tunangan misterius pak Bergas selama ini??"

"Enggak!" Sanggah Airin, "iya, enggak!"

Stella mengerutkan alis, "gimana sih??"

Airin nenghela nafas, "iya gue dijodohin sama pak Bergas karena orang tua kami sahabatan, tapi gue bukan tunangan dia dulu."

"Jadi beneran?" Stella membelalakan mata.

"Gue dengerin dulu deh, tapi please banget ada yang jelasin ke gue yah nanti?" Pinta Disella.

"Nanti Nina yang jelasin!" Nina angkat tangan.

"Rin... beneran?" Tanya Stella lagi.

Airin menarik nafas, "ibu Stella Luis, saya mohon dengan amat sangat untuk ga cerita hal ini kesiapapun!" ia menyatukan dua telapak tangannya, memohon. "Pleeasse!!"

"Kalo nyebarin gue udah pasti bakal dipecat pak Bergas kan?" Tanya Stella.

Ah iya juga, suaminya kan punya jabatan. "Betul, bu Stella Luis."

"Apaan sih manggil gue pake nama lengkap! Serem tau ga" Stella bergidik.

"La, termasuk ke pak Bergas pun elo ga boleh, GA BOLEH, bahas." Pinta Airin.

"Kenapa?" Tanya Stella.

"Karena kita udah sepakat buat ngerahasiain ini." Jelas Airin. "Kalo sampe bocor, ga cuma karir lo yang terancam, tapi juga gue!"

"Tapi kan elo istrinya..." Stella nampak ragu.

"Tapi kan kita cuma dijodohin Stellaaa... kita ga saling ci—" bahkan Airin enggan mengucapkan kata itu, "—punya perasaan!"

"Oh my God, this is so k-drama..." gumam Disella.

"Tapi rasanya ga seindah k-drama, i am trully cursed here!" Ucap Airin.

Stella ikut melengkungkan bibirnya dengan sedih, "yaudah... gue janji bakal pura-pura ga tau... dan ga akan cerita ke siapa-siapa."

"Ke pak Ethan juga." Ujar Airin.

"Ethan?" Stella mengangkat alis, "karena dia atasan lo?"

"Iya, karena itu, dan karena gue tau lo deket sama Ethan lebih dari rekan kerja." Ujar Airin.

"Sok tau! Emang lo pernah liat gue sama Ethan ngobrol selain di kantor? Selain soal kerjaan??" Tanya Stella.

"Ga pernah liat ngobrol sih, tapi pernah liat lo di apartemen Ethan pake piyama."

~~

"Ga pernah liat ngobrol sih, tapi pernah liat lo di apartemen Ethan pake piyama."

"Shit..." Stella bergumam.

"Lala..." Wajah Nina dan Didi makin penasaran akan drama yang ga selesai-selesai ini.

"Gue..." Stella berujar lirih, "tau dari mana lo—"

"Sebagai orang yang juga tau banget ga boleh ada office romance, apa yang lo lakuin sama pak Ethan tengah malem di apartemen pak Ethan, bu Stella?"

"OH MY GOD, Lala balikan sama Ethan???" Nina memekik.

"BALIKAN?" Airin ikut menaikkan suara. "berarti pernah pacaran??"

"Tapi gue ga ada apa-apa lagi sama dia, elo liat gue itu kebetulan!" sahut Stella.

"Masa?? Kebetulan? Yakin?" Airin mangangkat alis.

"Anjir." Stella menggeram. "ya lo liat saja sendiri, gue di kantor ga akan pernah deketan lagi sama Ethan, karena memang sekarang hubungan gue profesional."

"Ya kita liat aja, tapi lo harus bisa jaga rahasia ini."

"Oke, tapi ga usah juga bahas soal Ethan didepan gue, dan awas aja kalo lo pake jabatan suami lo buat mecat gue!"

"Ga bakal!"

"OKE!"

"OKE!"

"OMG, seru banget sih girls, you guys are definitely my new ganks!" Disella mengambil ponselnya dan mengambil foto yang akan ia upload disosial medianya yang memiliki lebih dari 100 ribu followers bertuliskan 'my new sisters, love them and their drama-ma-ma-ma-ma...'



~~



"Gimana filmnya menurut kamu?" tanya Bergas pada Shera.

"Jelek.. berat banget, ga paham." Ujar Shera, "Eh laper ga?"

Film ini merupakan adaptasi science fiction dan Bergas mengakui ia memang tidak terlalu menikmati filmnya karena ada detail yang tidak sesuai, meski begitu ia tidak akan bilang sebuah karya itu jelek. Kasian yang sudah bikin capek-capek.

"Pasta yuk?"

"Minggu lalu udah european food, katanya minggu ini indonesian biar kita adil." Protes Bergas, ia tidak terlalu suka makanan barat.

"Kalo mau makan makanan kaya gitu mah kita ke warung padang atau warteg aja, kamu nih... kalo ngemall ya makan di bistro yang cakep dong." Ujar Shera sambil pura-pura manyun.

"Resto indonesia juga banyak yang bagus lho."

"Ah kamu nih susah ya diajak makan, beneran deh seleranya tua banget."

Akhirnya Bergas mengalah, mereka duduk disebuah bistro italy dengan pasta dihadapan masing-masing.

Bergas membaca sekilas pesan dari Airin yang bilang ia kerumah papanya setelah pergi dengan Nina. "Oh iya, usaha tas kamu yang sama temen-temen kamu gimana?"

Shera mengangkat alis, "tiba-tiba nanya? Tumben."

"Ya kan pengen update aja."

"Biasa aja."

Lagi-lagi jawaban gantung. Kalo ini dilakukan oleh bawahannya dikantor sudah pasti orang itu akan kena SP. "biasa aja nya tuh gimana?"

"Ya kerja, beli tas, dijual, udah." Shera menjulurkan tangan, menunjuk botol saus, "itu saus, siniin."

"Tolong." Ujar Bergas.

"Iya. Tolong tuan!" Shera bersungut, "gila hormat ah kamu."

"Lah? Bagian mananya? Itu basic manner."

"Don't teach me about basic manner ya, Gas, aku nih dari keluarga terpandang, table manner itu makanan harian aku."

"Oke tuan puteri." Ujar Bergas sambil memberi botol saus kepada Shera. "makasih nya mana?"

Shera memutar bola mata dengan kesal tanpa menjawab.



~~



Suara bell luar membuat emak, asisten rumah tangga dirumah Darwin berlari kecil kedepan, ia membuka pintu dan mendapati suami dari nona-nya, "eh mas Bergas, masuk mas. Non sama bapak lagi ngobrol dihalaman belakang, tadi habis makan malam."

"Makasih mak." Bergas berjalan menuju halaman belakang, dirumah Darwin tidak ada kolam renang tapi halaman belakangnya memiliki kolam ikan koi yang besar dan cantik, suara air yang mengalir disebelah taman luas berisi pohon-pohon bunga anggrek begitu menenangkan.

"Nginep aja." Sayup-sayup Bergas dengar Darwin bilang pada Airin.

"Ih mau pah, tapi mas gimana dong? Mana Airin belum pamit lagi jam segini belum pulang."

Bergas melirik jam tangannya, pukul 20.32.

"Ega baik kan sama kamu, nak?" tanya Darwin.

"Baik, Ai dikasih kartu buat beli kebutuhan rumah tangga." Ujarnya bercanda.

"Yee... kamu nih masa baiknya diukur dari uang belanja?"

Airin tertawa renyah, entah kenapa tawanya begitu menyenangkan didengar, "bercanda ih papah!  Tapi ya pah, mas tuh ga rewel, masa ga bisa sarapan ringan tuh ga cerita, kayanya takut Airin repot, terus mama Dewi yang kasih tau kalo mas ga bisa kaya Ai gitu yang kalo pagi cuma minum jus."

"Waduh, terus?"

"Ya udah Ai kalo pagi sekarang masak yang agak berat, tapi asik kok, ga repot soalnya Airin udah siapin dari malem gini." Jelas Airin.

"Ega ga picky ya soal makanan?" tanya Darwin.

"Engga, tapi ga bisa makan pedes kaya Airin."

"Kalian nyambung kan ngobrolnya?"

Bergas ga lihat Airin menjawab apa karena ia menjawab itu dengan gestur anggukan.

"Mas orangnya pinter jadi... bisa diajak ngobrol apa aja kayanya." Ujarnya setelahnya.

"Kok kayanya?"tanya Darwin yang bertanya sambil menoleh mengambil minum dan ga sengaja melihat Bergas. "Eh Ega, udah lama?"

"Belum pah, baru aja sampe, lagi ngobrol apa nih? Ngomongin Ega ya?" tanyanya dengan nada bercanda.

Airin terlihat kaget, setau dia kan Bergas lagi ngedate sama pacarnya, "mas kok kesini?" ia mengambil ponsel untuk melihat kalau-kalau Bergas mengiriminya pesan, tapi ia tidak menemukannya.

"Iya tadinya mau telfon tapi sibuk nyetir." Ujar Bergas.

"Mas udah makan?" tanya Airin, "ada rawon."

Bergas sudah makan sedikit tadi saat pergi dengan Shera tapi mendengar ada rawon sepertinya menarik, "belum."

"Ai ambilin nasi ya, mas."

"Temenin sekalian sana." Ujar Darwin.

Airin datang dengan sepiring nasi dan pisau kecil untuk memotong telur asin, "mas tadi jadi pergi sama Shera?" tanyanya pelan.

Bergas mengangguk, memperhatikan Airin memotong telur asin untuknya.

"Tapi ga makan?"

"Makan, italian food gitu, saya ga terlalu suka." Jawab Bergas.

"Mas tuh suka banget masakan indonesia ya?" Tanya Airin sambil menyendok telur asin dari cangkangnya. "Sama kaya papa."

Bergas mengangguk, "iya, tua emang selera saya."

"Kok tua? Emang kalo suka makanan indonesia tuh tua?" Tanya Airin sungguh-sungguh.

"Eh Ai, telur asinnya saya cuma suka kuningnya aja."

"Oh oke..." Airin menyendok hanya kuning telur asin saja. "Ga suka putihnya?"

"Kalo telur biasa suka, kalo telur asin tuh putihnya terlalu asin buat saya."

"Ooh, oiya, Mas makan dulu, saya ambil tas sama siap-siap pulang ya." Ujar Airin.

"Nanti aja, kamu duduk situ dulu, ga enak makan sendiri."

Airin nurut, ia duduk sambil ngemil timun dan lalapan lain.

"Kamu udah makan?" Tanya Bergas.

Airin mengangguk, "tadi sama papa."

"Ini enak, yang masak siapa?" Tanya Bergas lagi.

"Emak, tapi saya yang potongin lalapan sama ngepresto dagingnya lho, mas." Pamer Airin. "Eh, mas pake aja sambelnya, emak tau saya ga bisa makan pedes jadi sambelnya dibikin satu yang ga pedes."

Bergas mencicipi sambal tidak pedas itu. "bener, ga pedes." Ujarnya lalu mulai makan.

"Mas gimana perginya tadi?" Tanya Airin hati-hati setelah menoleh kanan kiri? Memastikan Darwin atau emak dan Iyun ga ada didekat situ.

"Ga gimana-gimana, cuma nonton." Ujar Bergas.

"Nonton apa?"

"Kamu tau ini ga?" Ia menyebut sebuah judul film.

"Ohh yang diangkat dari buku kan? Bagus ga mas?" Tanya Airin. "Adaptasi novel biasanya suka kurang detail karena banyak yang harua dipotong kan?"

"Iya, emang secara detail kurang, tapi dialognya bagus, dan penggambaran karakter juga sesuai bayangan saya sih." Ujar Bergas.

"Mas baca bukunya?"

Bergas mengangguk.

"Saya baca separo yang original version, mas, ga kuat, berat banget bahasanya." Tambah Airin.

"Saya punya versi inggris dan indonesianya tuh, pertama saya baca yang inggris, trus kepengen tau lebih dalem lagi, saya cari versi translationnya."

"Pinjem!"

Berhas tertawa, "iya.." ia menyuap makanan lagi, "lain kali kalo nonton film berat gini saya ajak kamu deh, bukan Shera." Ujar Bergas enteng.

"Lah? Ga mau! Nanti jadi gosip!"

"Oh iya, Airin, kamu mau nginep?" tanya Bergas tiba-tiba.

"Nginep sini? Mau sih, tapi mas udah jemput jadi ya udah pulang aja."

"Kalo kamu mau nginep gapapa, saya pulang sendiri nanti."

Airin menimbang-nimbang.

"Masih kangen papa kan?"

Airin mengangguk.

"Ya udah gapapa kamu nginep aja, besok saya jemput. Malam ini saya nginep apartemen sekalian cek sisa barang yang hari ini diangkut kargo.

"Bener gapapa, rumah kosong lho?"

"Iya gapapa."

"Okey..." Senyum lebar mengembang diwajah cantik Airin, "makasih ya mas."

Simpel, satu kalimat terima kasih dan itu cukup membuat hati Bergas bahagia, entah kenapa.

~~

Ethan tiba di apartemennya dari gym, ia mampir resepsionis untuk mengambil paket. Beberapa boks kargo milik Bergas masih berada dipojok lobby, jadi, kembali ia meneliti barang-barang yang belum diambil oleh kargo. Ia berusaha mengingat-ingat apakah Bergas pernah membicarakan soal rencana menikahnya atau tidak, tapi seluruh obrolan mereka dikantor selalu formal dan soal pekerjaan.

"Malam pak, Ethan." Sapa si resepsionis, ini berbeda dengan resepsionis tadi saat ia pergi.

"Malam, ini barangnya Bergas tower A?" Ia mengajukan pertanyaan yang sama.

"Betul pak."

"Mo pindahan ya setelah nikah?" Tembaknya.

"Benar pak... sudah pindah dari sekarang sih, pak, hanya sisa barang ini aja yang belum diangkut."

Ethan kaget, ternyata benar Bergas akan menikah, "kamu pernah ketemu calon istrinya?"

"Belum sih pak, tapi kayanya beberapa waktu yang lalu ada yang datang kesini terus mereka pergi keluar bareng, cantik pak, cantik banget. Rambutnya panjang hitam, mukanya cantik padahal make upnya tipis."

Ya memang pantes kalo orang seperti Bergas punya pacar atau tunangan cantik, Bergas sendiri punya kualitas yang ga main-main secara fisik maupun materi. Soal sifat ya Ethan cuma tahu ke profesionalan dia saja dan sedikit sifat dia saat kuliah dulu.

"Oke kalo begitu saya naik dulu deh." Ethan melambaikan tangan kearah si resepsionis. Ia menekan tombol lift dan menunggu lift itu naik dari parkir basement.

Lift terbuka dan Ethan melihat ada Bergas disitu, laki-laki itu membawa beberapa box yang masih berupa lembaran.

"Pindahan pak?" tanya Ethan.

"Iya... ngomongnya santai saja, Than, diluar kantor ini."

Ethan tertawa, "gue liat box-box punya lo didepan, bener pindahan?"

Bergas mengangguk, "apartemen mulai bosenin."

"Oh, bosenin... katanya karena lo nikah?"

Bergas menoleh kearah Ethan yang dengan tajam menatapnya.

"Bener apa gosip?" Tanya Ethan.

Bergas terdiam cukup lama sebelum akhrinya melempar satu senyum dan menjawab, "gosip."



Bersambung...

Ps. Ayang udah vote belum? Kalo udah jangan lupa komen-komennya ditunggu yaa.. kissz

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

506K 27.6K 18
𝐒𝐡𝐢𝐯𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 𝐱 𝐑𝐮𝐝𝐫𝐚𝐤𝐬𝐡 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 ~By 𝐊𝐚𝐣𝐮ꨄ︎...
152K 5.4K 62
|A COURT OF THORNS AND ROSES| Perhaps it was her own fault that the people around her always ended up hurt. Perhaps she had done something, stumbled...
50.9K 1.7K 46
Infidelity is plain unremarkable for movie star, Evelyn Bellamy - you'd say the same if you see what goes down in Hollywood where stars are made and...
357K 7.7K 36
𝗕𝗥𝗘𝗔𝗞𝗜𝗡𝗚 𝗧𝗛𝗘 𝗥𝗨𝗟𝗘𝗦 | ❝ rules are meant to be broken. ❞ 𝐃𝐄𝐒𝐂𝐄𝐍𝐃𝐀𝐍𝐓'𝐒 𝐅𝐈𝐂 𝐉𝐀𝐘 𝐗 𝐅𝐄𝐌!𝐎𝐂 𝐇𝐈𝐆𝐇𝐎𝐍𝐙𝐈𝐀𝐋𝐋 ©...