He Fell First and She Never F...

Od vousmezera

269K 21.2K 3K

"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, to... Viac

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
42
43
44
44 (a) - Edisi LDR Sementara
44 (b) - Edisi LDR Sementara
45
46
47
48
49
50
51-Flashback (Spesial) Edisi Lebaran
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
attention please‼️please read until the end‼️
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97

41

2.7K 222 32
Od vousmezera

"Loh ini mereka kenapa tidur disini?" Mayted yang baru tiba di Hambalang sedikit terkejut melihat Vanessa dan Ati tidur disofa ruang tengah bukan di kamar mereka masing masing.

"Dari semalam maraton drakor bang, udah gitu tadi pas sahur malah nggak sahur di meja makan." Ucap Rajif yang baru keluar dari ruang kerja Bapak.

"Jangan bilang makan disini?" Tanya Mayted curiga.

Rajif mengangguk. "Bapak sampai marah sama duo princess ini, tapi bodo amat mereka. Akhirnya, Bapak juga ngalah karena emang udah mepet imsak. Tadi kita semua telat bangun juga."

Mayted mendekati Vanessa yang masih tertidur dengan posisi tidur yang sudah amburadul, persis seperti posisi tidur anak kecil, selimut saja sudah terbuang ke lantai. Beda dengan posisi tidur Ati yang sangat normal.

"Nggak ada yang bangunin mereka?" Tanya Mayted kepada Rajif.

"Udah dibangunin sama Bang Rizky, tapi mereka berdua malah ngomel marah hahahaha. Ngakak banget Bang Rizky dimarahin mereka tadi." Rajif tertawa.

"Berarti nggak tidur mereka berdua dari sebelum sahur?" Mayted membenarkan leher dan tangan Vanessa pelan pelan.

Rajif menggeleng. "Nggak bang, makanya Mas Rizky dimarahin sama mereka karena baru tidur setelah shalat subuh."

Mayted melihat jam dinding di ruang tengah, waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 siang dan kedua gadis didepannya ini masih tertidur pulas tanpa dosa.

"Bapak nggak marah emangnya? Biasanya lewat dari jam 9 Bapak pasti marah." Gumam Mayted.

"Udah Bapak bangunin juga bang tadi jam 8, tapi karena Bapak langsung berkuda jadi belum liat aja nih dua bocah masih tidur. Jam 12 Bapak selesai, kalo udah balik dan lihat mereka masih tidur, mungkin kena sidak lagi ini." Ucap Rajif.

Mayted menghela napas panjang, ia menyentuh pipi Vanessa berkali kali. "Mbak sayang bangun."

"Mbak Ati bangun udah siang, nanti Bapak marah." Mayted juga membangunkan Ati.

"Ayo bangun mbak, nanti Bapak keburu pulang." Mayted dengan segala usahanya membangunkan kedua gadis didepannya.

Ati langsung tersadar, ia bangun dan segera menuju westafel.

Vanessa sedikit sadar, ia memicingkan matanya melihat sosok kesayangannya didepan dengan pakaian pdhnya, entah apa lagi aktivitas Kakeknya hari ini.

"Mau hibernasi mas." Ucap Vanessa pelan dengan rengekannya, malahan ia berpindah posisi.

"Bangun sayang." Mayted membenarkan rambut gadisnya itu seraya juga mengelus dahinya.

Vanessa sedikit terganggu tidurnya, ia akhirnya membuka kedua matanya, tak lupa mengucek matanya khas orang baru bangun tidur. Dan ia juga menguap tanpa menutupnya. Mayted tertawa melihat tingkah Vanessa yang sangat mirip dengan anak kecil dipaksa bangun tidur.

"Ayo duduk, Mbak Ati udah cuci muka loh. Kamu juga gih." Mayted membantu pacarnya itu duduk untuk mengumpulkan seluruh nyawanya.

Gadis itu perlahan lahan sudah sadar total, ia menatap Mayted yang berlutut didepannya. Bukannya mendengarkan Mas-nya untuk bangun dan langsung cuci muka, justru ia memeluk tubuh Mayted.

"Mau pelukan pagi." Ucap gadis itu dengan suara seraknya, ia masih sesekali menguap.

Mayted tertawa kecil. "Udah siang sayang, nggak lihat itu udah mau jam 12?"

"Pantesan ya chat mas nggak kamu bales, ternyata bukannya tidur malah nonton drakor." Sahut Mayted, ia juga membalas pelukan gadisnya itu.

"Mumpung libur mas, nanti nggak ada waktu lagi." Balas gadisnya itu.

"Jangan sering sering, nggak baik juga. Kamu pasti lebih tahu." Ujar Mayted.

Vanessa mengangguk pelan. Entah akan dilaksanakan perintah Mas-nya atau tidak, yang penting ia mengangguk saja dulu.

"Mandi gih." Sahut Mas-nya.

"Kamu mau kemana pake pdh gini? Ada acara formal?" Tanya Vanessa setelah sadar melihat penampilan rapi Mas-nya.

"Ada sayang, Bapak nanti ke Mabes TNI." Balas Mas-nya.

"Aku nggak disuruh ikut kan?" Tanya Vanessa cemas, karena pasti sangat membosankan.

Mayted menggeleng pelan. Seketika Vanessa menghela napas lega.

"Ada rencana mau pergi hari ini?" Tanya Mayted, karena biasanya kalo Bapak tidak mengajak cucu cucunya, pasti mereka mencari kegiatan lain.

"Trio kembar di rumah semua?" Tanya Vanessa.

"Iya, Mas Habib dan Mas Bintang lagi ikut Bapak berkuda. Bentar lagi balik." Kata Mayted, kini laki laki itu duduk disebelah Vanessa.

"Nggak kemana mana, mau lanjut bobo aja nanti hehe." Vanessa mendadak menguap lagi dan Mayted menutup mulut gadis itu sambil tertawa.

"Ditutup, masuk lalat nanti."

"Ngantuk banget mas." Vanessa kembali memeluk Mas-nya, sifat manja Vanessa kembali membuat laki laki itu gemas sendiri. Sepertinya energi gadisnya sudah banyak kesedot oleh waktu tidurnya yang salah sehingga badannya lemas karena tidur yang tidak sesuai jamnya.

"Nanti kalo udah hidup sama mas, mas temenin nonton drakor sampai kamu ketiduran di ruang tengah." Ujar laki laki itu.

Vanessa yang mendengarkan itu langsung mendekatkan posisi duduknya. "Kenapa? Kamu aja nggak suka."

"Iya nanti mas coba nonton, mas mau nyeimbangi apa yang kamu suka juga. Nanti kalo udah hidup sama mas, mas temenin kamu begadang, dan kalo kamu ketiduran kayak gini, mas langsung bawa ke kamar terus peluk kamu. Kalo tidur di sofa badan kamu pegel nanti bangunnya." Siapa sangka Mas-nya itu akan berkata romantis tiba tiba.

"Nonton di kamar aja sih kalo gitu biar kamu nya nggak susah gendong, biar makin romantis ya nggak?" Sahut Vanessa.

"Bisa juga, nanti mas tinggal peluk kamu aja sampai pagi." Ucap laki laki didepannya ini, sedangkan Vanessa tidak bisa menahan senyumnya.

"Dahlah gausah bahas lagi aku salah tingkah." Gadis itu menutup wajahnya.

"Udah siap jadi Ibu Teddy belum? Atau Ibu Wijaya kali ya?" Mas terus menggoda Vanessa.

"MASS!!!" Teriak Vanessa dengan salah tingkahnya.

Sedangkan Mayted hanya tertawa melihat reaksi gadis itu yang semakin memerah wajahnya. Lucu sekali.

"Mas kamu jangan wangi gini, ntar cegil kamu makin membludak." Kata Vanessa dipelukan Mas-nya.

"Masa iya mas nggak pake parfum." Mayted menggelengkan kepalanya.

"Soalnya bikin cegil kamu makin jatuh cinta, aku aja makin jatuh cinta ini." Iseng Vanessa balik menggoda Mas-nya.

"Pinter banget balas ngegombalnya." Ledek Mayted, gadis itu malah semakin mengeratkan pelukannya sambil tertawa kecil.

"Kapan kapan mau ngegym bareng nggak?" Ajak Mayted.

"Ah males." Rengek Vanessa, gadis itu bahkan melakukan olahraga saja tidak pernah, berenang pun juga sangat jarang, diajak jogging oleh trio kembar apalagi, ini justru ngegym? Wah Vanessa tidak pernah membayangkan ia akan berolahraga.

"Pola hidup kamu nggak sehat sayang. Bangun susah, nyaris selalu kesiangan, jam tidur berantakan, makan sayur juga jarang kalo nggak mas paksa, sering makan atau minum manis, olahraga nggak pernah." Omel Mayted.

"Aku nggak bisa ngegym mas." Vanessa melepas pelukan mereka.

"Mas ajarin mbak sayang." Ucap Mayted.

"Aaaa Mas, nggak ah." Vanessa masih belum ada niat untuk berolahraga. Gadis itu masih menentangnya.

"Sebelum kamu makin sibuk, gamau ngegym bareng mas emangnya?" Mas masih terus merayu Vanessa.

"Kapan?" Tanya Vanessa, sepertinya gadis itu sedikit luluh.

"Weekend nanti." Ucap Mas-nya.

"Iyadeh liat nanti." Ucap Vanessa walaupun sedikit terpaksa. Tapi setelah ia pikir pikir nggak ada salahnya ia mencoba peralatan gym yang belum pernah ia sentuh itu. Entah emang niat Mas-nya yang mau mengajak olahraga atau ada iming iming untuk ngegym date alias pacaran tapi ada benefitnya.

"Oiya mas, aku udah liat surat pindah tugas kamu. Jadi wadanyon ya?" Ini pembicaraan yang belum Mayted jelaskan kepada Vanessa. Ia tidak heran bagaimana gadis itu mendapatkan informasinya, pasti sudah bertebaran di sosial media.

"Nggak kasih tahu aku." Ada sedikit ekspresi sedih yang terpancarkan dari wajah gadisnya.

"Iya sayang, bukannya nggak mau kasih tahu, mas mau kasih tahu langsung, suratnya juga baru turun kemarin. Dan masih lama. Itu—"

"Kabarnya kamu juga mau Seskoad ya?" Vanessa langsung memotongnya. Ia sudah tahu kalimat selanjutnya yang akan Mas-nya itu katakan.

"Aku denger juga mau ke luar negeri?" Mayted dihantam pertanyaan dari Vanessa. Sepertinya gadis itu sudah lama untuk mempersiapkan pertanyaan ini.

Mas hanya terdiam sambil memandang wajah gadisnya yang mati penasaran dan sedikit tak rela.

"Kalo Seskoad emang iya sayang, Bapak rencana mau narik mas lagi jadi ajudan Presiden, tapi mas harus sekolah dulu dan balik ke batalyon." Jelas Mas.

"Luar negeri?" Tanya Vanessa.

"Mas masih belum putuskan."

"Berapa lama sekolahnya?" Tanya Vanessa dengan menilik.

"Kurang lebih 10 bulan mungkin setahun lebih, kalo di AS bisa 14 bulan." Jelas Mas.

"Lama banget, sebelumnya di Ranger nggak selama ini." Keluh Vanessa tak percaya.

"Beda sayang, Ranger kan sekolah kualifikasi pasukan elit, kalo Seskoad untuk jabatan/pangkat lebih tinggi. Syarat jadi ajudan Presiden minimal harus Letkol, mas harus naik satu pangkat lagi." Ucap Mas-nya lagi.

"Ribet banget, mau Mayor atau Letkol, kinerja mas udah bagus kok." Ucap gadisnya.

"Udah aturannya sayang." Mayted mengelus puncak kepala gadisnya.

"Kayaknya kamu bakal ambil di AS ya?" Entah kenapa feeling Vanessa mengatakan iya.

"Masih kemungkinan mbak sayang."

Vanessa terdiam sesaat, Mas tahu apa yang dipikirkan gadisnya ini. Banyak ketakutan dan rasa khawatir setelah mereka mengobrol tentang pendidikannya. Memang tak lama lagi, hanya menghitung bulan sebelum Bapak di lantik bulan Oktober.

"Berarti mas bakal ninggalin aku pas masih koas." Ucapnya dengan nada sedih.

"Iya tapi mas bakal balik sebelum kamu selesai koas juga. Kamu 2 tahun kan pendidikan koasnya? Mas nggak sampai 2 tahun sayang. Atau mungkin kita sama sama selesai." Kata Mayted mengusir kekhawatiran gadisnya.

"Aku aja belum bisa ngebayangin mas balik ke batalyon, ini aku dipaksa lagi ngebayangin kamu sekolah apalagi ke AS?" Sahut Vanessa dengan lesu.

"Mbak sayang..."

"Mas sekolah disini aja." Pinta Vanessa memohon.

"Mas disuruh Bapak ke AS."

Saat itu rasanya detak jantung Vanessa berhenti beberapa detik. Seakan akan ia tenggelam di lautan dan tak bisa menyelamatkan diri naik ke permukaan. Gadis itu terdiam beberapa saat sebelum ia mencoba mengontrol dirinya.

"Kenapa?"

"Biar cepat selesai, di Indonesia bisa jadi lama. Masing masing negara beda ketetapan dan ketentuannya." Jelas Mas-nya.

"Terus aku gimana?" Ini hal yang sebenarnya Vanessa sudah tahu jawaban dari Mas-nya.

"Kamu tetap jadi dunianya mas, Vanessa. Hal yang kamu takutin nggak akan terjadi. Apa yang bikin kamu takut? Komunikasi kita pasti lancar walaupun mas nggak bisa ngabarin kamu setiap hari, tapi mas bakal usahain terus. Lagian mas kesana untuk pendidikan sayang, bukan—" Mas belum selesai menyelesaikan perkataannya tapi Vanessa sudah memotongnya.

"Itu masalahnya."

"Mas, komunikasi yang lancar aja bisa ada salah paham. Apalagi jarang?"

"Bedanya apa saat kamu di stase kemarin? Komunikasi kita juga kurang bagus kan? Tapi kita baik baik aja, sayang. Walaupun sempat berselisih paham." Sahut Mas.

"Kita masih bisa ketemu, aku masih bisa liat wujud kamu mas."

"Mas nggak akan gugur, Vanessa."

"Mas apaan sih kok kesana omongannya?" Vanessa mulai kesal dengan pembicaraan ini.

"Karena kamu ngomongnya sudah mengarah kesana." Jelas Mayted.

"Bedanya apa kalo mas sekolah di Indonesia, Vanessa? Nggak ada bedanya, kamu tetap aja nggak bisa lihat mas, kita juga bakal beda kota." Vanessa langsung terdiam karena semua perkataan Mas benar.

"Mas tapi kalo kamu kenapa kenapa aku bisa langsung nyusul, sedangkan kalo di AS aku nggak bisa. Kalo pun bisa, nggak bisa saat itu juga." Vanessa mengeluarkan unek unek kekhawatirannya.

"Mas sudah bilang, mas nggak akan kenapa kenapa. Mas pasti pulang dengan keadaan baik baik aja sayang." Mayted tahu kekhawatiran Vanessa. Tidak sekali ia menghadapi situasi ini, sudah beberapa kali termasuk ketika pertama kali ia pendidikan dan itu dari keluarganya.

Entahlah, dibatinnya Vanessa tidak bisa mempercayai omongan Mas-nya 100%. Tidak ada jaminan, bahkan Mas-nya juga masih disini. Itu hanya kalimat penenang saja.

Lihat saja Kakeknya, seorang jendral saja bisa kena empat kali tembakan, seorang prajurit hebat, komandan terbaik, pemberani, tak kenal takut, dan selalu waspada saja bisa terjadi sesuatu.

Vanessa tidak meragukan Mas-nya, ia sangat percaya kalau Mas bisa melaluinya dengan baik. Tapi, tetap saja kan? Tidak ada jaminan, apalagi mereka akan sama sama jauh dan berkomunikasi pun belum tentu lancar.

Ini bukan masalah kepercayaan atau keraguan tentang ada orang lain dihubungan mereka, tapi kehilangan satu sama lain atau tidak.

Sedikitpun Vanessa tak pernah membayangkan Mas akan berselingkuh darinya. Itu tak akan terjadi bisa ia pastikan itu. Mungkin kalau dibuat perbandingannya, lebih baik Mas berselingkuh dengannya daripada terjadi sesuatu yang ia takutkan. Vanessa memang akan sakit hati tapi ia masih bisa melihat Mas, kalau yang lain? Akan apa jadinya kalau terjadi? Bagaimana dengan dunianya?

"Udah sayang gausah dibahas ya? Masih lama, mas juga masih disini, masih didepan kamu. Nggak ada yang perlu ditakutin." Mayted tak mau melanjutkan pembicaraan ini, bukannya menghindar, ia tak mau berselisih paham lagi dengan Vanessa karena gadis ini belum bisa mencerna semuanya dengan baik. Membicarakan hal ini butuh ketenangan dan waktu yang mendukung. Kalo ia paksakan hari ini, Vanessa akan kehilangan kendali emosinya.

"Mas, tinggal hitungan bulan? Apanya yang masih lama?" Linat, Vanessa tidak bisa terima.

"Mbak sayang..." Mayted menghela napasnya.

"BANG! Ayo! Bapak sudah selesai." Tiba tiba Rizky memanggilnya. Mayted sedikit kaget karena ia tidak menyadari itu. Sepertinya mereka tidak sadar kalau Bapak sudah pulang dari berkuda, bahkan sudah rapi dan bersiap siap menuju Mabes TNI.

Mas menatap Vanessa yang masih terlihat sorot mata kekhawatiran dan ketakutannya. Gadis itu belum mengerti dan sepertinya memang harus pelan pelan memberi pengertian kepada gadisnya. Memang tidak mudah karena Mayted juga sadar ini situasi yang sulit untuk gadisnya karena Vanessa berpacaran dengan seorang Abdi Negara, seseorang yang segala sesuatunya hanya untuk negara, dan hidupnya hanya untuk negara.

Mas tersenyum tipis, ia mengusap kepala gadisnya sekedar menenangkan sementara. Tak enak meninggalkan Vanessa disituasi seperti ini tapi ia tak ada pilihan karena ia ajudan Bapak yang harus mengikuti kerja dan kegiatan Bapak tanpa harus mempedulikan hal yang lain.

"Sayang. mas kerja dulu ya? Kamu kalo mau pergi hari ini kasih tahu mas mau kemana, nanti ada Valdo dan Jimmy yang jagain. Kalo nanti mau dijemput sama mas, kabarin mas aja ya?" Pamit Mayted.

Vanessa hanya mengangguk lesu. Mayted mengelus punggung tangan gadis itu dan langsung menyusul Rizky dan Bapak ke dalam mobil. Tak cukup waktu yang lama, rombongan Bapak sudah menghilang dari radar Hambalang.

"Bakal seberat apa ya nanti kedepannya?" Gumam Vanessa. Gadis itu menjadi melamun, entah memikirkan apa atau memang pikirannya sedang kosong.

"Mas sibuk di batalyon dan lanjut pendidikan sedangkan gue sibuk koas, ujian profesi dokter, internship, dan spesialis. Kira kira bakal gimana ya akhirnya? Siapa yang bakal berkorban dan banyak ngalahnya ya nanti? Siapa ya yang paling sabar dengan komunikasi yang pasti hilang hilangan?" Pikirannya mungkin sedang kosong, tapi tidak dengan kegelisahannya.

"Dengan masih panjangnya perjalanan karir gue dan mas yang ngejar usia diri sendiri dan orang tuanya, gue gimana ya? Sedangkan gue masih muda banget. Gue nggak nolak sebagai pasangan mas sekarang, tapi kalo nanti seandainya mas serius dan gue belum siap, gimana? Berarti ada kemungkinan gue nolak mas ya nanti?" Dan masih banyak lagi ketakutan lainnya yang mulai memperkeruh.

"Kasian mas kalo harus nungguin gue..."

Yang dari awalnya tentang pendidikan Mas, kini malah bercabang ke hubungan mereka. Mas laki laki dewasa yang sudah waktunya untuk menetapkan arah kehidupan barunya, sedangkan Vanessa apa dirinya bisa mengejar hal itu diusia mudanya? Disaat masih banyak mimpi dan ambisinya?

Gadis 22 tahun itu belum tahu apa yang akan ia putuskan nanti. Entah akan mengorbakan cintanya atau impiannya. Vanessa tidak mau serakah.

"Jangan sampai gue jatuh cinta di waktu yang salah. Jangan sampai gue berada di posisi dimana gue jatuh cinta sama orang yang tepat tapi di waktu yang salah." Vanessa menenggelamkan kepalanya diatas kedua lututnya. Gadis itu berkelahi dengan pemikirannya sendiri.

————————————————————

Guys aku baik baik aja dan sehat hahaha makasih yang udah nyariin aku kemarin, i'm totally okay! Lagi ribet sama skripsian aja😵‍💫🥊 dan kemarin emang pengen istirahat aja😚 Makasih perhatiannya ya cegil & cemut! <3

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

27.1K 2.9K 18
Hati kuatnya yang rapuh perlahan, akankah ada seseorang yang dapat menguatkannya kembali di lain hari?
759K 36.5K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
Summer In Paris Od Anna Dysa

Všeobecná beletria

45.9K 5.3K 42
Chava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehang...
116K 2.6K 17
"Mau kan Yo, kamu nikah sama aku?? Aku sayang kamu banget!! Maaf kalau pernikahan ini terjadi terlalu cepat.." "Nggak apa-apa, dengan begini aku bis...