Hanna

By luckybbgrl

1.4M 99.7K 2.1K

18+ Kayla tidak tahu, bagaimana bisa prolog yang ia baca dengan yang teman-temannya baca dari salah satu web... More

prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas🔞
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh dua

tiga puluh satu

25.3K 1.8K 86
By luckybbgrl

Suara musik berdentum kencang disertai dengan sorotan lampu berbagai warna memenuhi ruangan.

Cakra yang tengah menggerakkan tubuhnya sesuai dengan irama musik yang terdengar bersama dengan beberapa gadis di sebelahnya harus menyudahi kegiatannya saat kedua mata tajamnya menangkap sosok yang familiar.

Keningnya berkerut samar, sudut bibirnya naik sebelah saat menyadari bahwa sosok yang ia lihat memang benar sosok yang menarik perhatiannya beberapa hari lalu.

"Sebentar, ya. Haus!" pamitnya pada beberapa gadis yang sempat berjoget bersamanya. Ia melemparkan kedipan sebelah mata sebelum akhirnya benar-benar menjauh.

"Mau kemana, bro?" Cakra yang sudah memfokuskan pandangan pada sosok di kursi bar menoleh ketika pundaknya ditepuk.

"Minum. Haus," jawabnya sembari memegangi lehernya dan tersenyum lebar.

Langkahnya kembali diayunkan mendekat ke arah meja bar.

"Vodka," Cakra bersuara sembari memberi kode angka satu kepada bartender begitu ia sampai di depan meja bar dan duduk di salah satu kursi yang kosong.

"Eh, Hanna?"

Hanna yang merasa namanya dipanggil menoleh, matanya sedikit melebar saat melihat sosok Cakra duduk tepat di sampingnya.

"Lo ngapain di sini?"

"Ini tempat umum, Han. Wajar dong gue ada di sini? Orang kita juga pertama kali ketemu di sini, kan?" Cakra tersenyum manis menatap Hanna, berharap senyumnya dapat memikat Hanna.

Wajah Hanna mengerut, ia segera membuang muka dan meneguk gelas wine yang ada di depannya.

"Lo mau turun gak, Fel?" Hanna menoleh menatap Felia.

"Nanti," jawab Felia sembari beralih meneguk minuman miliknya.

Hanna mendekatkan tubuhnya pada Felia, mulutnya bergerak tepat di dekat telinga gadis itu.

"Gue sebenernya pengen banget nemenin lo di sini. Tapi...," Hanna menjauhkan tubuhnya dan melirik singkat ke arah dimana Cakra duduk.

Felia yang paham apa maksud sahabatnya itu mengangguk singkat.

"Iya, duluan aja. Ntar gue nyusul."

"Oke, duluan!"

Hanna beranjak dari duduknya, hendak melangkah menjauh namun harus terurungkan karena cekalan seseorang.

"Kenapa?" tanya Hanna sedikit sewot sembari menepis tangan Cakra.

Ya, Cakra yang mencekal tangannya entah ada apa.

"Lo mau kemana?" tanya Cakra penasaran. "Temenin gue di sini aja."

"Ogah. Minta temenin noh sama mas-mas Bartender. Jangan sama gue!" Hanna segera melangkah menjauh setelah menjawab.

Tubuh kecilnya bergabung dengan tubuh-tubuh yang lain di lantai dansa.

Cakra yang mendapat balasan sewot sedikit terkejut. Tidak menyangka akan mendapatkan respon seperti itu dari seorang gadis.

Karena hampir semua gadis yang mendapat perhatian dan perlakuan baik darinya akan selalu merespon dengan baik pula. Bahkan tak jarang semakin manja dan menempel padanya.

Tentu saja karena ia tahu bagaimana cara memperlakukan perempuan.

Makanya, ia disebut Playboy-nya Trisatya.

Cakra segera meneguk gelas minumannya yang baru saja disajikan oleh Bartender.

Setelahnya, ia tersenyum miring dan mulai beranjak dari duduknya.

Sebelum melangkah meninggalkan tempatnya, ia sedikit melirik ke arah sosok yang sempat berbisik dengan Hanna.

Keningnya berkerut saat menyadari bahwa gadis itu sudah mulai mabuk.

Bagaimana ia tahu?

Tentu saja tahu.

Gadis itu tiba-tiba saja menangis, kemudian tiba-tiba tertawa. Lalu menangis lagi dan tertawa lagi.

Cakra jadi merinding sendiri. Takut jika gadis itu bukan mabuk tetapi malah kesurupan.

Club-kan tempatnya setan.

Dengan pasti, langkah kaki panjangnya mengayun menuju ke arah kerumunan manusia yang tengah berjoget.

Tubuhnya yang tinggi, membuatnya tidak kesulitan menemukan Hanna yang berada di tengah-tengah sana.

Senyuman miring tercetak samar di bibirnya kala melihat Hanna yang menggerakkan tubuhnya acak.

Cakra segera saja semakin mendekat ke arah Hanna. Memposisikan tubuhnya tepat di belakang tubuh Hanna dan ikut berjoget ringan di sana.

Hanna yang merasa ada sosok baru di belakangnya awalnya diam. Baru ia menoleh saat dengan sengaja sosok itu merapatkan tubuh ke arahnya.

Keningnya yang berkerut samar semakin mengerut kala menemukan sosok Cakra sebagai si pelaku.

"Ngapain sih di sini?" tanya Hanna sedikit mendongak untuk menatap Cakra.

Cakra yang mendengar suara Hanna meski teredam suara musik menunduk untuk menatap balik, alisnya terangkat sebelah.

"Ngomong sama gue?" Hanna memutar bola matanya kesal.

Tanpa banyak bicara ia segera melangkah menjauh, meninggalkan Cakra.

Ia memilih kembali pada tempat duduk yang seharusnya masih ada Felia di sana.

"Loh, kok gak ada?" gumamnya saat mengetahui bahwa Felia telah pergi dari tempat duduknya.

Hanna celingukan, berusaha mencari sosok Felia yang mungkin saja bisa ia temukan di sekitaran tempatnya.

Tapi, nihil.

Abai akan hal itu, Hanna memilih untuk duduk di tempatnya semula dan memesan minuman yang sama dengan yang ia minum sebelumnya pada Bartender.

Baru hendak meneguk minumannya yang telah disajikan, ia harus menghela nafas kasar saat sosok Cakra lagi-lagi mengikutinya.

"Lo tuh ngapain sih ngikutin gue?" tanya Hanna kesal saat melihat Cakra duduk di kursi sebelahnya dengan tangan yang menopang dagu menatapnya.

"Gue gak ngikutin lo kok," Cakra menggeleng pelan.

"Udah tiga kali lo nyamperin gue mulu ya. Itu namanya ngikutin!" Cakra menahan senyumnya saat melihat wajah kesal Hanna yang tampak imut baginya.

Sedang Hanna yang melihat Cakra menahan senyumnya, semakin mengerut jijik.

"Gila!"

Setelah sedikit mengumpat, gadis itu segera saja pergi meninggalkan Cakra lagi. Memilih untuk menuju rooftop bangunan club ini yang ia dengar dari Felia, memiliki pemandangan yang bagus.

Sampai di rooftop, Hanna segera saja mengambil tempat tepat di pinggir tembok bangunan. Membuatnya bisa dengan mudah memperhatikan pemandangan dari atas.

Hanna menghela nafas sebentar, kemudian meneguk minumannya setengah.

Pikirannya melayang.

Ia sudah tahu dimana letak rumah orang tua Hanna, kemudian apa yang harus ia lakukan?

Ia begitu ingin kembali tinggal bersama orang tua Hanna. Membatalkan pertunangannya dengan Regan dan hidup tenang.

Tapi entah kenapa, ada perasaan ganjal yang membuatnya tidak yakin dengan ide tersebut.

Perasaannya, seolah menolak untuk meninggalkan Regan.

Apakah ini perasaan Hanna asli?

Karena tidak mungkin, perasaan tersebut berasal dari dirinya sendiri.

Tak!

Tak!

Tak!

Hanna menoleh, sedetik setelahnya segera membuang muka sembari menghela nafas saat tahu siapa pemilik suara sepatu itu.

Ya, lagi-lagi Cakra.

Ia harus kemana lagi untuk pergi agar tidak diikuti cowok tidak jelas itu?

Cakra langsung mengambil tempat berdiri di sebelah Hanna.

"Lo aja yang pergi sana. Gue capek pindah tempat mulu!" Hanna melirik sinis ke arah Cakra. Sedang yang dilirik hanya terkekeh pelan.

"Gak mau," jawab Cakra sembari membalikkan tubuh. Menyenderkan pinggangnya pada tembok.

"Ck. Diem kalo gitu, jangan ganggu!" Hanna kembali meneguk minumannya sembari memperhatikan pemandangan di bawah.

Ia berusaha untuk tidak memperdulikan Cakra yang ada di sampingnya. Berusaha menganggap cowok itu tembus pandang.

Sedang yang diabaikan, hanya diam sembari memperhatikan wajah Hanna.

••••

"Reg, Hanna di rumah?"

Regan yang tengah memainkan game di ponselnya melirik sekilas ke arah Vicky yang menatapnya penasaran.

"Ngapain nanyain Hanna?" jawab Regan sekilas kemudian kembali fokus pada ponselnya.

Percakapan keduanya mengundang atensi dari sosok yang lain. Farrel, Joel, serta Gading yang masih terbaring di ranjang rumah sakit itu ikut menatap Vicky penasaran.

Tidak biasanya cowok itu tiba-tiba menanyakan Hanna, padahal tidak ada yang menyebut nama gadis itu sedari tadi.

"Mastiin aja, dia di rumah kagak," Regan yang mendengar itu mengerutkan keningnya.

"Apa urusannya sama lo?" Regan menaruh ponselnya, beralih menatap Vicky tidak suka.

"Wush, santai, Bang. Gue dapet foto nih, kayak si Hanna sama Cakra. Cuma pengen mastiin ini beneran Hanna bukan. Kalo Hanna di rumah berarti bukan. Soalnya-"

Perkataan Vicky terpotong karena aksi tiba-tiba Regan yang merebut ponsel cowok itu.

Kening Regan mengerut semakin dalam melihat foto yang ditampilkan di layar ponsel Vicky.

"Foto apaan sih?" Farrel yang penasaran memilih berdiri mendekat ke arah Regan untuk ikut melihat foto yang ada di ponsel Vicky.

Farrel yang telah melihat foto tersebut melotot sambil menutup mulutnya yang terbuka karena kaget.

Gading yang posisinya berada di ranjang, cukup jauh dengan ketiga temannya yang sibuk dengan ponsel itu jadi penasaran melihat ekspresi wajah Farrel.

"Apaan?" Gading menggerakkan mulutnya tanpa bersuara kala tatapannya bersirobok dengan Farrel.

"Ha-"

"Bukan Hanna."

Regan memberikan kembali ponsel Vicky pada sang pemilik.

Ia beralih mengambil ponselnya lagi, mengeluarkan aplikasi game dan beralih mendial nomor seseorang.

Tut.

Tut.

Tut.

"Nomor yang Anda tu-"

Tut

Segera dimatikannya panggilan itu ketika suara operator menyapa.

Dengan cepat, ia menekan tombol panggil lagi pada nomor tersebut.

Tut

Tut

Tut

"Nomor yang-"

"Hanna gak ngangkat?" Vicky menatap Regan penasaran.

"Siapa yang nelfon Hanna?" Regan menatap balik Vicky dengan wajah datar, sebelah alisnya naik.

"Oh, enggak ya? Kirain," Vicky menyenderkan bahunya kembali, memilih beralih memainkan ponselnya.

Farrel yang sedari tadi berada di belakang Regan mengulum bibirnya.

Perlahan ia mendekat ke arah ranjang, dimana Gading berbaring di atasnya.

"Gue balik dulu. Disuruh nyokap ke rumahnya," Regan berdiri, kemudian segera meninggalkan kamar inap Gading bahkan sebelum mendapat jawaban.

Joel yang sedari tadi hanya diam menatap Regan sembari tersenyum sangat tipis.

"Ngapa lo senyum-senyum?" tanya Vicky was-was melihat temannya tiba-tiba tersenyum.

"Kagak," Joel menggelengkan kepalanya sembari tersenyum geli sekali lagi.

"Fix, yang di foto itu Hanna," Farrel tiba-tiba menyeletuk. Membuat teman-temannya menoleh ke arahnya.

"Regan juga tadi telfon Hanna kok, tapi gak diangkat. Gue juga yakin dia gak ke rumah nyokapnya, tapi nyamperin Hanna," Farrel tertawa pelan sembari menatap satu persatu temannya.

"Gue tadi liat pas dia nelfon. Bohong banget bilang siapa yang nelfon Hanna."

To be continue...

•••••

️☺️☺️☺️

maaf ya ak goshting beneran
karena ternyata pkl-nya agak hectic ternyata bundd...

jadwal presentasinya jg sdh keluar, jd mohon doanya semoga lancar yhh

*ilustrasi foto Cakra sama Hanna

anggep aja ga sedeket itu, tp karena angle kamera, jd kliatan deket🙏🏻

khamsamida annyonghaseyo yorobun ale ale☺️🙏🏻

Continue Reading

You'll Also Like

48.5K 4.3K 41
Alexa Smith seorang shewolf malang dengan darah campuran yang mengalir dalam nadinya. Lebih menyedihkan lagi dia sering di siksa dan di perlakukan le...
647K 38.8K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
9.1K 643 40
[VAMPIRE-FANTASY-ROMANCE] Liviana Alexander atau gadis yang akrab dengan panggilan Lily itu selalu dihadapkan dengan segala sesuatu yang tak terduga...
8.7K 987 27
"Kau....siapa???????" "Kau tak lihat aku ini siapa?" ucap Seannu sinis. Victoria terdiam ia sedikit bingung, pikirannya berkecamuk. Apakah yang dilih...