Suddenly Marriage

By Sjvirgo02

54.6K 2.4K 72

"Mi, kemarin Pak Kades dan istrinya datang ke rumah. Dia ingin meminang kamu untuk menjadi istri anaknya," uc... More

Bab 1 | Mendadak Dipinang
Bab 2 | Ternyata Berondong
Bab 3 | Sang Pujaan Hati
Bab 4 | Tak Ingin Menikah
Bab 5 | Calon Suami
Bab 6 | Pernikahan
Bab 7 | Kabur
Bab 8 | Menjadi Makmumnya
Bab 9 | Satu Ranjang
Bab 10 | Insiden Pagi Hari
Bab 11 | Ngunduh Mantu
Bab 12 | Istriku
Bab 13 | Kehidupan Baru
Bab 14 | Sementara Berpisah
Bab 15 | LDR : Lama-lama Dimas Rindu
Bab 16 | Temu Kangen
Bab 17 | Chek-in, Yuk!
Bab 18 | Hampir Kepergok
Bab 19 | Oh, My First Kiss!
Bab 21 | Rindu Sendiri
Bab 22 | Salah Sangka
Bab 23 | Mantan Terindah
Bab 24 | Pelukan Hangat
Bab 25 | Pertanyaan Keramat

Bab 20 | Nafkah

2.4K 104 7
By Sjvirgo02

"Ami, bangun... waktu subuh udah mau habis ini."

"Ayo bangun, Mi, nanti kalau mau lanjut tidur boleh, asal setelah subuhan."

Aku merasakan tepukan pelan di pipiku dalam alam bawah sadarku, aku juga mendengar suara lelaki yang membuatku merasa terganggu. Padahal, aku sedang tidur dengan nyenyaknya, kenapa dia malah menggangguku? Mataku enggan membuka, hingga ketika tiba-tiba saja aku merasakan tubuhku melayang di udara, sontak aku langsung membuka mata dengan lebar.

"Dimas, apa yang kamu lakuin!?" teriakku ketika sadar kalau ternyata dia menggendongku.

"Aku mau bawa kamu ke kamar mandi," jawabnya yang membuatku melotot.

"Ngapain!? Turunin aku sekarang, Dim!" teriakku sambil berontak.

"Nanti aku turunin setelah sampai kamar mandi," ucapnya yang membuatku melotot.

"Nggak usah, turunin aku sekarang, Dim! Kakiku masih berfungsi dengan baik buat jalan ke kamar mandi!" pekikku.

Namun, dia sama sekali tidak mengindahkan perkataanku, dia justru menggendongku dan berjalan menuju kamar mandi meskipun aku sudah berontak.

"Kan udah aku bilang kalau aku bakal turunin kamu di kamar mandi," ucap Dimas saat dia akhirnya menurunkanku.

"Kamu cepat wudhu ya, aku tunggu kita shalat jamaah." Sebelum pergi bisa-bisanya dia menepuk kepalaku pelan.

"Kamu makin berani aja ya sentuh aku, awas aja kamu Dimas!" gerutuku.

Setelah selesai mengambil air wudhu, aku segera keluar dari kamar. Aku melihat dia duduk di tepi ranjang, dia tersenyum ketika aku keluar dari kamar mandi dan aku langsung menatapnya dengan sinis. Aku benar-benar kesal dengannya yang menyebalkan itu.

"Tunggu aku sebentar ya," ucapnya kemudian segera pergi ke kamar mandi.

"Ngapain juga aku nunggu dia?" gerutuku dan bodohnya aku tetap menunggu sampai dia selesai mengambil air wudhu.

Kami melaksanakan shalat subuh berjamaah, ini kedua kalinya kami melakukan ibadah itu bersama-sama. Pertama kali itu saat shalat maghrib di rumahku, entah kenapa aku merasa sejuk dengan keadaan ini. Jujur saja ibadah bersama suamiku nantinya itu adalah impianku dan kini terwujud walaupun bukan dengan lelaki yang aku cintai.

"Anterin aku pulang sekarang," ucapku padanya usai kami melaksanakan shalat subuh.

"Memangnya gerbang kos kamu udah buka?" tanyanya.

"Udahlah, dari selesai subuh seharusnya udah buka. Ayo anterin aku, aku nggak mau makin banyak yang tanya tentang aku yang tiba-tiba pergi, aku aja ini harus cari alasan saat nanti ketemu sama temenku."

"Agak siangan aja aku anterinnya, kita sarapan dulu ya, Ami," ucapnya yang membuatku terdiam, sejujurnya akh tidak bisa menolak makanan, apalagi jika makanan itu didapatkan gratis.

"Sarapan di mana?" tanyaku mulai tertarik.

"Di restoran hotel ini, kita nggak perlu bayar lagi karena yang aku bayar kemarin itu udah termasuk sarapan pagi ini."

"Wah iya, kita harus sarapan dulu. Sayang banget uang hampir dua juta kamu itu hangus kalau nggak sarapan di sini, rugi-rugi!" balasku yang membuatnya tertawa.

"Kenapa kamu ketawa?" tanyaku ketus.

"Kamu lucu," jawabnya kembali terkekeh.

"Aku nggak lagi ngelucu ya, Dimas, aku itu lagi serius. Kamu udah bayar mahal buat kita nginep di hotel ini, ya kali langsung pergi tanpa sarapan. Keenakan pemilik restorannya lah!"

"Tapi, tadi kamu sendiri yang mau minta dianterin pulang sekarang."

"Nggak jadi, aku berubah pikiran. Mending makan dulu aja, udah bayar mahal kok. Rugi amat langsung pulang," ucapku bersungut-sungut dan anehnya dia kembali tertawa, jelas aku kesal karena aku sedang tidak melucu.

"Kenapa sih kamu ketawa mulu!?" tanyaku kesal seakan aku ini badut yang terlihat lucu di matanya.

"Kamu lucu, aku jadi makin suka," ucapnya yang membuatku mendelik kesal.

"Nggak usah aneh-aneh, ayo kita cepat sarapan supaya kamu bisa cepat antar aku ke kosan. Hari ini aku mau bimbingan," ucapku buru-buru memakai hijab dan cardiganku. Aku tidak perlu sok jaim untuk memakai hijab saat ada dia, toh kami sudah menikah hingga dia tidak masalah jika harus melihat rambutku yang selama ini aku tutupi karena itu aurat.

"Iya, ayo kita ke sana." Seenaknya saja dia langsung merangkul bahuku dan mengajakku keluar dari kamar ini.

"Nggak usah ngerangkul segala, malu nanti dilihat orang."

"Nggak masalah, biar nanti kita dianggap pasangan yang romantis." Dia mengatakan itu sambil mengedip dan itu membuatku mendelik karena semakin hari sikapnya itu semakin tengil saja.

Saat aku dan Dimas memasuki lift, ada banyak orang yang sedang ada di dalam lift dan sepertinya mereka juga ingin sarapan di restoran hotel. Melihat orang-orang itu berpenampilan sangat rapi, membuat aku melihat penampilanku sendiri. Aku meringis malu karena saat ini aku justru mirip seperti seorang pelayan di antara banyaknya para bangsawan istana. Dimas masih mending, dia memakai pakaian yang cukup rapi sehingga tidak terlihat seperti gembel, sementara aku? Aku bahkan santai sekali hanya memakai pakaian seperti ini.

"Kenapa?" tanya Dimas sambil menggenggam tanganku, aku hanya mendelik kesal padanya.

"Gara-gara kamu yang ngajak aku pergi dadakan, jadinya aku terlihat gembel sendiri di sini," jawabku dengan berbisik di telinganya.

Dia justru tertawa dan itu membuat aku kesal, rasanya aku ingin sekali mencubit pinggangnya sampai dia kesakitan.

"Kamu pakai apapun juga terlihat cantik dan pantas, Mi, udahlah nggak usah minder segala lihat orang lain."

"Nggak usah ngeledek ya, Dimas," ucapku penuh penekanan.

"Aku sama sekali nggak ngeledek kamu, aku serius. Aku—" Perkataan Dimas terhenti ketika pintu lift terbuka kemudian orang-orang mulai keluar sehingga kami pun ikut keluar.

Saat memasuki area restoran hotel ini, aku terpukau karena tempatnya yang luas dan juga sangat mewah bagi rakyat biasa sepertiku.

"Kamu mau ke mana, Mi?" tanya Dimas sambil menarik tanganku.

"Makanannya di sana," ucapnya lagi sambil menarik tanganku. Aku yang tidak mengerti apa-apa hanya menurut saja,

Setelah mengambil makanan itu, kami pun segera mengambil tempat duduk yang berada di tengah-tengah. Tempat ini sangat nyaman karena ruangannya yang ber-AC sehingga tidak akan kepanasan. Makanan untuk sarapan juga sangat enak, walaupun porsinya sangat sedikit. Sebenarnya bisa saja mengambil dengan jumlah banyak karena sistemnya itu prasmanan, tetapi jelas saja aku malu kalau ambil banyak-banyak. Apalagi makanan itu dijaga oleh para pelayan, aku tidak mau dianggap perempuan miskin yang rakus.

"Anter aku ya, Dim, aku nggak punya banyak waktu. Jam 9 nanti aku harus bimbingan sama dosen," ucapku usai kami menyudahi sarapan paling nikmat yang pernah aku rasakan.

"Iya, mau aku anter ke kampus nanti?" tawarnya yang langsung aku balas dengan gelengan.

"Nggak perlu, nanti aku mau bareng temen. Kebetulan dia juga mau bimbingan," ucapku.

"Teman kamu cewek apa cowok?" tanyanya sambil menatapku curiga.

"Kamu apaan sih, Dim? Kamu mau nuduh aku selingkuh?"

"Aku cuma tanya aja, kamu 'kan tinggal jawab."

"Yang mau bareng aku itu cewek, nggak mungkin juga aku bareng sama cowok kecuali kalau kepepet."

"Baguslah." Aku dapat mendengar dia bergumam pelan.

Akhirnya kami segera pergi dari hotel harga dua juta semalam itu, Dimas benar-benar mengantarku sampai depan gerbang kosanku. Padahal, aku hanya minta diantar sampai depan gang saja karena takut teman-temanku curiga nantinya, tetapi dia malah nekat mengantarku sampai sini.

"Ya udah, aku turun dulu ya. Makasih karena udah anterin aku, kamu langsung pulang aja nggak apa-apa. Hati-hati di jalan ya," ucapku buru-buru ingin keluar dari mobil.

"Tunggu dulu, Ami!" Dia menahan tanganku hingga membuatku terkejut dan urung turun dari mobil.

"Kenapa?" tanyaku sambil melepaskan tangannya.

Tiba-tiba saja dia mengeluarkan dompetnya kemudian mengeluarkan sebuah kartu ATM dan memberikannya padaku, "Ini buat kamu, kata sandinya tanggal pernikahan kita," ucapnya yang membuatku terkejut.

"Buat apa ini?" tanyaku heran.

"Waktu kamu berangkat ke sini, aku lupa ngasih ini ke kamu. Ini kewajiban aku sebagai seorang suami, maaf kalau aku terlambat memenuhi tanggung jawab itu." Mendengar itu membuatku paham apa maksud dia memberikan kartu itu padaku.

"Dim, nggak usah. Aku—"

"Tolong diterima, Ami, meskipun aku tahu kamu nggak cinta aku tapi jangan tolak nafkah yang aku kasih ke kamu. Gunakan uang itu semau kamu, aku nggak akan membatasi apapun yang mau kamu beli karena aku kerja juga buat kamu. Kalau bukan kamu yang habisin, siapa lagi?"

Bolehkah aku menangis sekarang? Aku benar-benar terharu mendengar perkataan Dimas. Meskipun dia tahu kalau aku tidak mencintainya karena aku menikah karena terpaksa, tetapi dia sama sekali tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang suami dengan memberiku nafkah. Demi apapun Dimas ini masih muda, tetapi dia paham dengan kewajibannya.

"Dim, makasih ya." Suaraku bahkan serak ketika mengatakan itu.

"Boleh aku peluk dan cium kening kamu, Mi? Aku pasti kangen banget karena beberapa hari lagi nggak bisa ketemu kamu." Entah karena rasa haru ataupun ada setan yang merasukiku, kepalaku mengangguk dan membiarkan dia melakukan itu.

***

Malam semua, Ami Dimas kembali lagi nih. Ada yang nungguin mereka nggak nih?

Btw....

Selamat menunaikan ibadah puasa semua, maaf telat ngucapin daripada nggak sama sekali kan? Wkwk

Masih semangat buat lanjut?

See you next chapter yaa

Salam

SJ

Continue Reading

You'll Also Like

11.3K 2.8K 63
#𝚂𝚎𝚛𝚒𝚎𝚜 3 𝕲𝖊𝖓𝖗𝖊 : 𝕽𝖔𝖒𝖆𝖓𝖈𝖊 - 𝖆𝖈𝖙𝖎𝖔𝖓 - 𝖙𝖊𝖊𝖓𝖋𝖎𝖈𝖙𝖎𝖔𝖓 ⚠️ 𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐚𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐝𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛�...
2.3K 315 32
Ini isinya perbucinan ya.
9.5K 821 39
Beberapa Momment KiyoKei di Light novel yang aku suka Update random, ngga sesuai chapter Novel milik Syougo Kinugasa
901K 84.2K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...