He Fell First and She Never F...

Da vousmezera

286K 22.2K 3.1K

"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, to... Altro

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
39
40
41
42
43
44
44 (a) - Edisi LDR Sementara
44 (b) - Edisi LDR Sementara
45
46
47
48
49
50
51-Flashback (Spesial) Edisi Lebaran
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
attention please‼️please read until the end‼️
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99

38

2.7K 217 24
Da vousmezera

Sahur kali ini jangan tanya betapa kagetnya Vanessa karena ketika turun dan bergabung bersama yang lainnya untuk sahur, ia melihat Mas-nya itu bergabung bersama Kakeknya, Mas Rizky, Mas Rajif, Mas Agung, dan trio kembar di meja makan. Yang membuatnya kaget adalah Mas-nya itu menggunakan pakaian rumah santai. Bukankah dirinya bilang semalam pulang ke rumahnya?

Vanessa juga kali ini dibangunkan oleh Mas Lino, ternyata adc Kakek yang satu itu tidak tidur dan tetap melanjutkan drakor yang mereka tonton semalam di ruang tengah. Berbeda dengan Vanessa yang hanya sanggup setengah episode dan akhirnya dipindahkan oleh Mas Lino ke kamar.

Vanessa berusaha menutupi rasa kagetnya, sepertinya baru kali ini Mayted bergabung sahur di Hambalang, karena semalam apapun selesai kegiatan Kakeknya, Mas-nya itu akan selalu pulang. 

Vanessa menarik kursi disebelah Mas Rajif, ia langsung duduk tanpa mempedulikan Mayted yang sesekali mencuri pandang ke arahnya.

"Nes, lo nggak salah pake piyama pendek disini?" Heran Ati, bahkan saat ini saja Hambalang sangat dingin membeku, AC saja tidak ada yang dihidupin.

Setelah berhasil mengumpulkan nyawa, ia langsung tersadar. "Lah iya ya dingin banget anjir."

"Lo error banget deh? Segila itu koas ya? Gue takut banget asli." Di meja makan itu hanya duo perempuan itu yang berceloteh.

"Lo berdoa aja jangan sampai dapat stase 1 forensik. Gue aja heran bisa survive anjir, serem deh pokoknya." Vanessa bergidik ngeri.

"Lo udah dapat bocoran belum di rumah sakit mana?" Tanya Vanessa, ia langsung menyuapi dirinya sendiri.

Ati menggeleng. "Gue berharap nggak jauh dari rumah."

"Percuma mau deket apa nggak, kalo stase berat lo nggak akan bisa pulang." Vanessa tiba tiba menguap.

"Mbak, ngantuk banget ya?" Tanya Mas Agung. Laki laki itu sesekali menciduk Vanessa menguap berkali kali.

"Iya mas, kacau banget tidur aku di rumah sakit. Aku pernah nggak tidur 4 hari. Mau balas dendam aku buat hibernasi." Ucap Vanessa.

Semuanya tertawa mendengar Vanessa.

"Makan yang banyak mbak, kelihatan kurus kamu." Ucap Mas Rizky.

"Kamu ada sahur nggak selama disana?" Tanya Kakek ikut nimbrung.

"Jarang, kayaknya bisa dihitung jari." Balas gadis itu.

"Loh kenapa?" Tanya Kakek heran.

"Ya mau gimana? Aku kadang pembedahannya tengah malem, bahkan mayat yang dateng aja bisa lebih dari 2, kadang selesai baru jam 6 pagi. Bahkan pernah dari jam 9 malam baru selesai jam 9 pagi. Ngeri kan? Gimana aku mau sahur? Kalopun bisa sahur aku nggak bisa juga, setelah liat mayat hancur gitu aja aku nggak nafsu makan. Bahkan bisa mandi dan buka puasa beberapa menit aja bersyukur, ini baru mau ambil handuk atau baru aja makan satu kurma, aku udah dipanggil. RSCM tuh rame terus perasaan. Pokoknya ngeri deh stase forensik." Oceh gadis itu.

"Nes, jangan nakutin gue." Ati tiba tiba merinding.

"Ya lo liat aja keadaan gue sekarang. Gue makan ini aja masih kebayang mayat mayat yang gue bedah, yang gue visum." Vanessa jadi tak berselera lagi.

Disebrang tepat di sebelah Mas Bintang, Mayted hanya terus memperhatikan dan mendengar gadisnya itu bercerita. Sepertinya kemarin sudah banyak cerita yang ingin gadisnya itu ceritakan kepadanya. Tapi Mayted justru memperkeruh suasana. Seharusnya gadis itu menceritakan semua keluh kesah dan rasa khawatirnya kepadanya tapi karena dirinya sendiri Vanessa memilih untuk memendam semua sendirian.

"Stase selanjutnya apa?" Tanya Habib tiba tiba.

"Bedah." Ucap gadis itu.

"Wah gila Nes lo apes apa gimana? Kerjaan lo kalo nggak di igd ya di ruang operasi. Makin nggak bisa pulang." Tanya Ati kaget.

"Please no comment, jangan tanya tanya lagi! Huaa gue pusing." Rengek Vanessa sambil menempelkan kedua wajahnya di meja makan.

"Please Mbak Ati lo harus di RSCM!" Ucap Vanessa, ia malah membahas lagi padahal tadi ia yang ingin berhenti.

"Kenapa njir? Kalo pun di rs sama kan pasti beda." Ucap Ati.

"Itu dia, gue takut gila sendirian. Paling nggak kalo gue udah mulai nggak waras, lo bisa sadarin gue." Celoteh Vanessa dan respon orang orang disana hanya tertawa sedangkan Vanessa hanya melanjutkan makanannya sepelan mungkin karena terkadang masih mengingat beberapa hal di forensik kemarin.

"Hari ini jadwal saya kemana saja, Ted?" Tiba tiba Kakek memanggil Mas-nya. Sontak jantung Vanessa berdegup kencang namun tetap cuek tanpa melihat Mas-nya.

"Pagi ini ke kantor dulu pak ada kedatangan ketua dpr komisi 1 Bu Meutya, siangnya ke TPU makam ayahnya Bapak, terakhir ada acara Buka Puasa bersama Presiden dan Kabinet Indonesia Maju di istana." Ucap Mas-nya.

Bapak mengangguk paham, ia memang sudah lama sekali ingin mengunjungi makam ayahnya.

"Kalian berempat ikut jadwal Kakek hari ini ya!" Perintah Kakeknya mutlak.

"Iya Kakek." Sahut trio kembar.

"Hah? Aku juga?" Tanya Vanessa shock disaat mulutnya pun masih penuh dengan makanan.

"Loh emang kenapa? Kamu udah lama nggak ikut kegiatan Kakek kan?" Bapak malah balik bertanya.

Vanessa mendadak bingung dan pusing. Ia menatap Sekpri Bapak bergantian. Semuanya juga bingung.

"Y-ya tapi kan aku mau tidur seharian, aku capek banget nggak bohong." Ucap gadis itu pelan dengan memelas.

"Kakek please mau istirahat, sehari aja deh gapapa. Besok aku ikut kalo ada kegiatan." Vanessa memelas sekali.

"Nggak bisa Mbak. Harus ikut, kamu lupa terakhir kapan ke makam buyut kamu sendiri? Besok aja hibernasinya." Ucap Kakeknya tegas.

"T-ta—"

"Kakek nggak terima alasan ya, Vanessa." Gadis itu langsung mengerucutkan bibirnya.

"Ih nggak bisa juga besok, kan Mbak Ati wisuda." Vanessa mencoba meluluhkan Kakeknya.

"Vanessa." Panggil Kakeknya dengan aura dingin.

"Iya ikut." Tidak bisa diganggu gugat perintah Jendral.

"Mataku nggak kuat." Ucapnya kelewat pelan, mungkin hanya dirinya yang bisa mendengar. Vanessa bersandar ke bahu Mas Rajif yang berada disebelahnya.

Mayted yang melihat pemandangan itu langsung menatap Rajif mengintimidasi, tak suka, dan juga tatapan dingin yang menusuknya.

"Bentar!" Vanessa langsung mengubah posisinya.

"Ke istana emang boleh? Kan kabinet doang?" Tanya Vanessa.

"Boleh mbak, nanti ada tempat khusus untuk tamu undangan lainnya." Itu Mas-nya yang menjawab, sepertinya laki laki itu bersikap profesional.

"Oh yaudah." Ucapnya singkat dan cuek.

"Beneran nggak ada harapan untuk kabur ini." Gumamnya, gadis itu kembali menempelkan dahinya ke atas meja.

"Lagi berantem?" Tiba tiba Bapak bersuara.

"Hah? Siapa?" Tanya gadis itu.

"Disini siapa lagi yang pacaran selain kamu dan Mayor Teddy, mbak?" Tanya Bapak.

"Yaiya sih." Vanessa menggigit bibir bawahnya.

"Jawab Mayor!" Tihtah Bapak.

"Kit—" Belum Mayted menyelesaikan perkataannya, Vanessa langsung memotongnya.

"Nggak berantem." Potong Vanessa, mereka berdua saling bertatapan. Bedanya tatapan Vanessa ke Mayted kelewat dingin.

"Benar itu Mayor?" Tanya Bapak memastikan.

"Ben—"

"Diam Vanessa, Kakek nanya Mayor Teddy, bukan kamu." Bapak langsung memotongnya dengan tegas.

Vanessa terdiam dan tak berani menjawab lagi.

"Ada salah paham sedikit, Pak." Lebih baik Mayted jujur daripada ia ketahuan bohong oleh Pak Prabowo. Bisa habis dirinya.

Suasana dimeja makan sangat menegangkan dan mencekam, bagi mereka semua kalo Bapak tahu permasalahannya, Mayor Teddy bisa habis kali ini. Mungkin tak akan ada ampun untuk Mayor Teddy.

"Vanessa yang cari masalah atau kamu, Ted?" Tanya Bapak lagi.

Mayted terdiam, ia sungguh tak ada keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya. Bisa mati dirinya kalo mengaku jika ia yang menyakiti cucu kesayangannya itu. Sedangkan Vanessa justru ikutan ketakutan dan panik, semarah marahnya dia kepada Mas-nya itu, ia tak akan tega Kakek akan memghabisinya atau memarahinya. Cukup sekali saja Mas-nya itu melindunginya waktu ia dan trio kembar kabur diam diam ke Bandung. Walaupun sudah tua, Kakeknya itu memang terkenal diktaktor, apalagi karena latar belakang keluarganya terdahulu yang membiasakannya sampai sekarang, belum lagi sifat kemiliteran Kakeknya itu.

"Aku yang salah." Setidaknya Vanessa masih punya hati untuk melindungi Mas-nya dari amukan Kakeknya nanti.

"Kenapa lagi mbak?" Tanya Bapak heran melihat tingkah cucunya ini yang belum berubah.

"Masalah kecil pokoknya." Jawab Vanessa, Mayted semakin tak tahu diri melihat Vanessa justru membelanya dan melindunginya. Ia semakin merasa dirinya sangat brengsek.

"Jangan kayak anak kecil lagi mbak. Kasihan ajudan Kakek. Selesaikan baik baik ya." Ucap Bapak.

"Iya." Singkat Vanessa.

Diwaktu yang sama, waktu imsak sudah masuk. Semuanya bersiap siap shalat subuh berjamaah dan kali ini Mayted menjadi imam. Setelah melaksanan shalat subuh, semua ajudan maupun sekpri Bapak bersiap siap, ada yang mandi, ada yang menemani Bapak berenang, ada yang lagi mengurus berkas berkas.

Sebenarnya Bapak jarang sekali berenang di saat puasa, tapi hari ini ia ingin melakukannya dengan beberapa alat yang memastikan tidak ada air yang masuk ke dalam lubang lubang alat inderanya. Berenang di saat puasa sebenarnya makruh, boleh dilakukan tapi lebih baik jangan karena ada potensi membatalkan, tapi sepertinya tidak terjadi karena gaya berenang militer yang sangat tenang tersebut bisa dipastikan tidak akan kemasukan air. Kakeknya sudah ahli jadi ia percaya saja.

Dan ternyata yang menemani Kakeknya berenang pagi ini adalah Mayted, Mas-nya.

Setelah mandi dan sedang bersiap siap, ia tak sengaja melewati area kolam renang di rumah. Tadinya bermaksud mengambil cepolannya yang tertinggal di meja makan, ketika ia melewati kolam renang, Vanessa tersentak kaget melihat Kakeknya dan Mas-nya itu tengah melakukan pemanasan. Disitu ada Bapak, Mayted, dan Mas Rizky yang memantau Bapak serta Mas-nya.

"Anj apa apaan dia toples gitu. Kalo liat Kakek mah nggak dosa kan gemoy, tapi anjir kalo Mas gue sumpah nggak sengaja liat, nggak batal kan?" Guman Vanessa, ia bertanya tanya sendiri.

"Nes stop! Mending kabur daripada lo luluh anjir. Ayo kabur ke kamar!" Vanessa langsung lari pontang panting ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya langsung.

"Itu bocah kenapa?" Tanya Mas Rajif kepada Habib.

"Kebelet pup kali mas." Asal Habib.

"FAKMEENNN GANTENG BANGET WOI ASLI GAKUAT GUE ASTAGFIRULLAH MAAFKAN HAMBAMU INI YA ALLAH." Teriak Vanessa histeris di kamarnya.

"Anj bagus banget badannya." Vanessa masih membayangkan ketidaksengajaan yang ia lihat pagi ini.

"Anjirlah astagfirullah istigfar Vanessa." Gadis itu mencoba menahan salah tingkahnya.

"Ya jelas lah bagus badannya, dia tentara pasti rajin ngegym. Beda jauh sama gue yang kalo ada waktu libur justru rebahan seharian." Vanessa meroasting dirinya sendiri.

Ia lebih baik fokus dengan dirinya, ia sedang memilih pakaian mana yang seharusnya ia gunakan hari ini.

"Aduh nggak boleh pakaian terbuka ya? Ke istana soalnya nanti sore." Guman Vanessa ketika melihat lihat bajunya di closet miliknya.

"Ini ajalah, biar gue dibilang kembar sama Kim Yoo Jung."

Setelah mengambil baju yang akan ia pakai dari closet miliknya, ia langsung bergegas mengganti pakaiannya dengan wajah yang sangat mengantuk. Lalu langsung menghias wajahnya di depan meja rias, semaksimal mungkin makeup tipisnya ini tetap awet sampai malam nanti. Hingga tak sadar waktu sudah menunjukkan pukul 07.40.

Tok tok tok!

Tiba tiba ada yang mengetuk pintunya.

"Mbak.." Sepertinya itu suara Mas Rizky.

Untung saja Vanessa sudah selesai siap siap.

"Kenapa mas?" Tanya Vanessa ketika ia membuka pintu kamarnya.

"Cantik amat mbak, keren banget outfit today." Goda Mas Rizky.

Vanessa tertawa malu.

"Dipanggil Bapak." Ucap laki laki itu.

"Dimana mas?" Tanya Vanessa lagi.

"Kolam renang."

Saat itu juga jantung Vanessa berdetak kencang.

"Harus sekarang?" Vanessa bisa mati kutu kalo bertemu Mayted dengan posisi seperti tadi.

"Iya mbak sebelum Bapak lupa." Vanessa hanya mengangguk dan mempersiapkan jantungnya agar tidak meledak.

Ia turun bersama Mas Rizky dan langsung ke area kolam renang, jangan tanya kondisi jantungnya saat ini. Sesampainya disana, ia melihat Bapak yang masih bolak balik sedangkan Mayted baru naik keatas.

"Kuat kuat Vanessa."'Gumamnya.

"Wah udah rapi banget cucuku, cantik banget mbak." Ucap Bapak dari pinggir kolam.

"Belum, rambutku belum aku curly." Ia menunjuk rambutnya yang masih ia cepol asalan.

"Kenapa Kakek?" Vanessa semaksimal mungkin memfokuskan dirinya kepada Kakeknya walaupun ia sadar Mayted tengah memperhatikannya dari samping.

"Cantik amat calon lo bang." Senggol Rizky.

Mayted hanya tersenyum dan menggeleng salah tingkah. Pandangan Mayted sama sekali tak berpaling dari gadisnya itu. Mayted selalu mengakui kalo style fashion Vanessa selalu menarik dan keren, sesuai dengan usianya. Atau bahkan ia bisa menyesuaikannya.

"Udah dikasih kabar Ayah kamu belum?" Tanya Kakek tiba tiba.

"Nggak ada tuh, ada apa emangnya?" Tanya Vanessa heran, ada apa lagi kali ini.

"Dua bulan lagi RUPS tahunan, kamu harus ke Korea Selatan kan ngehadirin rapat perusahaan." Kata Kakeknya dan itu membuat dirinya shock lagi dan lagi. Ada aja hal dihidupnya yang bikin ia kena serangan jantung.

Mayor Teddy dan Rizky hanya memperhatikan obrolan Bapak dan cucunya tersebut.

"Gimana ceritanya? Aku masih koas, nggak mungkin bisa." Ucap Vanessa dengan raut wajah kebingungan.

"Emang nggak bisa Ayah aja yang wakilin?" Tanya Vanessa.

"Bisa, tapi pemegang saham lainnya mau lihat kamu langsung." Ucap Bapak lagi.

"Tapi sepertinya setelah kamu selesai stase bedah, dapat libur nggak nanti?" Tanya Bapak.

"Mungkin." Ucap Vanessa ragu, karena ia juga tidak tahu.

Bapak mengangguk paham. "Setahu Kakek di bulan itu juga ada Kunker ke Korea Selatan, semoga sama jadwalnya jadi kamu nggak sendirian kesana."

Vanessa mengangguk paham.

"Yaudah nanti kamu telfon Ayah kamu ya, semalam Ayah kamu yang kasih tahu Kakek." Ucap Bapak yang bersiap siap naik keatas.

"Iya aman."

"Saya bilas dulu ya, setelah itu siap siap." Ucap Bapak kepada kedua ajudannya itu, Mas Rizky langsung mengikuti Bapak. Sedangkan Vanessa yang udah kalang kabut takut berduaan dengan Mayted justru langsung kabur walaupun akhirnya dihalang Mas-nya yang masih berpenampilan toples.

"Ih apaan?" Kesal Vanessa. Laki laki itu bisa bisanya tersenyum kepadanya.

"Ih jauh jauh, kamu basah. Aku udah rapi banget ini." Vanessa mengomeli Mas-nya, entah beneran kesal atau ia menutup salah tingkahnya.

"Cantik banget." Puji Mayted.

"Emang." Cuek gadis itu. Sedangkan Mayted tertawa kecil.

"Masih marah? Masih nggak mau ngomong sama mas?" Tanya Mayted lembut.

"Nggak." Singkatnya, Vanessa pengen lari saja dari sini, ia tak berani menatap Mas-nya itu. Bisa memerah wajahnya.

"Kapan mau ngomong sama mas? Mas tersiksa banget kamu diemin terus." Ucap Mayted.

"Ya rasain sendiri!" Ucap Vanessa ketus, gadisnya itu masih sangat kesal ternyata.

"Sayang." Panggil Mayted pelan.

"Apa?" Jawab Vanessa pelan walaupun dengan nada ketusnya.

"Makasih sayang." Vanessa nggak expect Mas-nya justru berterima kasih kepadanya dan kenapa?

"Karena?"

"Kamu belain mas tadi didepan Bapak padahal kamu tahu mas udah nyakitin kamu." Sahut laki laki itu yang semakin dekat ke arah Vanessa.

Vanessa gelagapan, ia bener bener tak kuat melihat Mas-nya seperti ini. Bisa luluh dirinya.

"Tuh tau!"

"Iya makanya dengerin penjelasan mas ya sayang?" Pinta Mas-nya.

"Nggak mau sekarang, nanti aja." Ucap gadis itu, bisa gila dia lama lama disini.

"Kenapa?" Tanya Mayted.

"Ya aku belum mau sekarang, nanti aja."

"Kamu kenapa kuat banget diemin mas? Nggak kangen mas? Nggak mau cerita ke mas? Nggak mau peluk lagi?" Tanya Mayted bertubi tubi.

"Apaan sih, udahlah aku mau ngecurly rambut!" Ucap Vanessa, masih terus berusaha menutupi salah tingkahnya.

"Mas nggak kuat kamu diemin terus mbak sayang. Ayo baikan please ya? Dengerin penjelasan mas." Pinta Mayted memohon.

"Ih aku bilang nanti! Udah ah sana bilas badannya terus siap siap!" Sahut Vanessa ia langsung membalikkan badannya untuk meninggalkan Mas-nya itu. Entah lelucon apa yang semesta kirimkan kepadanya pagi ini, ketika ia membalikkan badannya, justru ia kepleset karena lantai yang licin.

"AAAA!" Vanessa kaget, Mayted yang posisinya ada dibelakang langsung menangkap tubuh mungil itu. Vanessa masih menutup kedua matanya karena ia pikir dirinya justru kecebur ke dalam kolam.

Mayted tak tahan menahan senyumnya melihat ekspresi wajah gadisnya ini yang kelewat menggemaskan.

"Buka matanya sayang, kamu nggak papa. Nggak kecebur." Ledek Mayted sengaja menggodanya.

Sialan sialan!! Bisa merah langsung wajah gue kalo gue langsung buka mata!

Mayted seperti setengah memeluk tubuh gadisnya itu.

"Buka mata kamu mbak, mau saya ceburin? Pegel nih!" Goda Mayted, ia tahu gadisnya itu akan salah tingkah.

Alih alih membuka matanya, Vanessa langsung melepas tubuhnya dari Mayted yang berusaha menopang tubuhnya.

"IHHH MASS BASAH BAJUKUUUU!" Omel Vanessa.

"Lagian jalan bukannya pelan pelan, malah lari udah tau ini tepi kolam!" Mayted malah mengomelinya.

"Ya tapi nangkap akunya yang ikhlas! Bajuku..." Vanessa menatap nanar lengan bajunya yang basah.

"Daripada kamu kecebur, nanti kamu malah makin marah sama saya." Ucap Mayted.

"Ih pagi pagi nyebelin banget sih?!" Sewot Vanessa dengan kesal.

"Udah jangan marah marah terus, mas makin sayang nanti." Goda Mayted.

"Aneh! Gajelas!" Vanessa meninggalkan Mas-nya itu tanpa menunggu reaksinya.

"Nanti malam kita bicara ya?" Teriak Mayted.

"Pikir pikir dulu!" Jawab gadis itu tanpa menoleh ke belakang.

Mayted tertawa kecil, walaupun belum official baikan, ia sudah lega gadisnya itu mau diajak bercanda lagi walaupun dibalas dengan nada ketus dan juteknya. Ia tetap suka, apapun yang ada dimiliki Vanessa akan ia sukai karena menurutnya semua hal tentang Vanessa sangat menggemaskan. Apapun emosi yang Vanessa punya, akan terlihat menggemaskan dimata Mayted. Terkecuali melihat emosi Vanessa semalam, ia tak sanggup. Itu bukan menggemaskan, tapi amat sangat menakutkan. Bahkan ia lebih takut Vanessa cosplay seperti itu dibanding ia dimarahi komandannya di militer.

Sepertinya kelak, ia akan menjadi suami takut istri.

Setidaknya gadisnya itu tidak cuek lagi dan sikapnya tidak sedingin malam tadi. Ia bersumpah tak akan merasakan itu lagi karena sangat menyakitkan.

Mayted langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan langsung siap siap.

Setelah semuanya selesai dan dirasa tidak ada lagi yang harus ditunggu, rombongan Bapak meninggalkan Hambalang dan langsung menuju kantor Kemhan. Beberapa jam di perjalanan, akhirnya Bapak dan rombongan pengawalannya serta keempat pilar kehidupannya sampai di kantor.

Mereka berempat tak melakukan apapun selain menunggu ziarah ke makan buyutnya dan menghadiri acara buka puasa bersama di Istana.

Trio kembar dengan kesibukannya masing masing dan begitupun Vanessa. Ia akan memanfaatkan waktunya ini untuk tidur di ruangan lain yang jauh dari orang orang. Bukannya menghindar, hanya saja ia takut jika tidur di ruangan kerja Kakeknya, tiba tiba ada tamu bisa bisa ia akan mempermalukan Kakeknya.

Ia mengantuk sekali, kalo bukan karena perintah Kakeknya untuk datang, ia pasti masih tertidur di kamarnya saat ini. Ia tidak berani menentang Kakeknya, tak ada yang berani menolak perintah sang Jendral tersebut, termasuk keempat pilar kehidupannya.

"Mau kemana?" Tanya Mas-nya itu yang datang berlawanan arah dengannya. Ia melihat Vanessa diam diam keluar dari ruang kerja Bapak. Sepertinya Mayted baru menyelesaikan beberapa pekerjaan di ruangan lain.

"Ngantuk, mau tidur." Ucap gadis itu cuek.

"Di ruangan Bapak saja, jangan jauh jauh." Ucap laki laki itu yang sangat rapi dengan pdhnya hari ini. Tangannya sibuk memegang dua ponsel, beberapa kertas, dan buku catatannya.

"Katanya ada tamu nanti." Kata Vanessa, gadis itu kembali menguap. Mayted yang memperhatikan itu tersenyum tipis, kasihan sekali gadis kesayangannya ini.

"Hanya Bu Meutya, selain itu nggak ada. Tidak apa apa, tidur saja di sofa ruangan Bapak. Saya ambilin selimut di mobil." Ucap Mayted.

Vanessa menghela napasnya mengerti.

"Nggak mau ganti bajunya dulu? Nanti lecek. Baju ganti kamu ada di mobil dinas saya." Tanya Mayted.

Vanessa menggeleng. "Gausah, kemejanya juga nggak keliatan banget. Nggak papa. Paling keliatan kusutnya nanti di lengan baju."

"Yaudah, masuk lagi. Saya ambilin selimut sebentar." Mayted meninggalkan gadis itu untuk mengambil barang yang disebutkan.

Vanessa kembali masuk ke dalam dan mengasingkan diri ke sofa paling ujung. Habib dan Bintang sepertinya sedang mabar ml sedangkan Ati melakukan video call dengan Papanya, sepertinya sedang membicarakan pakaiannya untuk wisuda besok.

Melihat Kakeknya yang sedang zoom meeting entah sama siapa didamping Mas Rizky, dan beberapa ajudan lain yang membantu pekerjaan Kakeknya. Ruangan ini tidak sepi dan juga tidak ribut, ia bisa tidur nyaman beberapa saat sebelum nanti siang ke makan buyutnya.

Vanessa langsung tertidur dalam waku kurang lebih 5 menit. Secapek itu dirinya dan sangat membutuhkan istirahat beberapa waktu.

Mayted kembali ke ruangan dengan selimut ukuran sedang. Ia langsung sadar ketika melihat Vanessa memilih mengambil posisi di ujung ruangan. Ia mendekati gadis itu, wajah lelahnya tak bisa dihilangkan meskipun gadis itu sudah merias wajahnya secantik itu.

Mayted menyelimutinya dengan pelan dan hati hati. Mengelus punggung tangan Vanessa beberapa saat lalu meninggalkan gadis itu karena harus melakukan beberapa pekerjaan.

Hampir setengah hari berada di Kemhan dan kunjugan Bu Meutya juga sudah berakhir. Ketua Komisi 1 DPR tersebut sudah meninggalkan Kemhan. Tak lupa Bu Meutya menitip salam kepada Vanessa karena tak tega membangunkan gadis itu setelah Mayted menceritakan apa yang terjadi.

"Sekarang saja ya ke makam. Takutnya nanti saya telat ke Istana. Sudah jam 2 ini." Ucap Bapak kepada Mayted dan sekprinya.

"Baik pak, mobil sudah disiapkan." Ucap Mayted.

"Cucuku masih tidur?" Tanya Bapak melihat tak ada batang hidung Vanessa dihadapannya.

"Masih tidur pak." Ucap Mayted.

"Bangunin pelan pelan, Ted. Atau kamu gendong saja dia ke mobil. Nanti saya bangunkan kalo sudah sampai di TPU." Ucap Bapak.

"Baik pak kalau begitu saya izin menggendong Mbak Vanessa ke mobil bersama Bapak." Bapak mengangguk setuju.

"Rizky kamu satu mobil sama ketiga cucuku dulu ya. Biarkan Vanessa sama saya."

"Siap pak." Ucap Rizky.

Mayted mendekat ke arah Vanessa, ia lipat selimut itu dan menyerahkan selimut serta tasnya kepada Agung. Pelan pelan laki laki itu menggendong gadisnya dan langsung menaruh Vanessa dengan pelan ke mobil Bapak berwarna putih, tepat disamping Bapak. Ia sedikit menurunkan sandaran kursi agar Vanessa sedikit nyaman. Lalu ia menyelimuti tubuh mungil itu dan menaruh tas gadis itu yang dipegang Agung disamping gadis itu.

Setelahnya, semua rombongan Bapak meninggalkan Kemhan menuju TPU Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Beberapa menit setelahnya, rombongan Bapak sampai di TPU.

"Vanessa.." Bapak menepuk nepuk paha cucunya berkali kali.

"Nak sayang." Bapak berusaha lagi.

Vanessa terbangun dan sedikit terkejut bangun bangun sudah di mobil dan bersebelahan dengan Kakeknya. Ia juga melihat Mas-nya justru sudah berada disampingnya membukakan pintu.

"Ayo bangun, ziarah." Ucap Kakeknya dan Vanessa langsung mengangguk paham. Ia duduk beberapa menit untuk mengumpulkan nyawanya. Kakeknya sudah jalan terlebih dahulu bersama yang lain.

"Lama banget mbak, mau digendong?" Tanya Mayted melihat tak ada pergerakan dari gadisnya ini.

"Nggak!" Tolak Vanessa mentah mentah. Ia langsung turun dari mobil.

"Bersihin dulu itu ilernya." Ledek Mayted. Kini mereka berjalan berdampingan menyusul yang lain.

"Gausah ngawur, aku mana ada ileran!" Vanessa sensi sekali kepada Mas-nya. Entah kenapa Mas-nya itu senang sekali menganggunya dari tadi pagi.

"Jangan deket deket! Aku masih marah ya!" Vanessa mengingatkan.

"Nggak kangen saya?" Tanya Mayted disepanjang jalan mereka.

"Biasa aja." Ucap gadis itu cuek.

"Saya kangen mbak." Kata Mayted.

"Nggak nanya dan nggak peduli!" Ucap Vanessa ketus.

"Galak banget." Sindir Mayted.

"Daripada ganjen sama mantan padahal udah ada cewek?" Vanessa memang juaranya untuk ngeskakmat orang atau menyindirnya dengan menusuk.

"Mbak..." Mayted menahan pergelangan tangan gadisnya.

"Apa sih?" Tanya Vanessa dibawah sinar matahari yang terik di siang bolong itu. Nggak heran gadis itu sensi.

"Kasih saya kesempatan jelasin. Jangan marah terus sama saya mbak, saya jadi takut kalo kamu tiba tiba nyerocos minta putus lagi." Ucap Mayted dengan segala kekhawatirannya.

"Semarah marahnya kamu sama saya, jangan sebut kata itu lagi ya? Saya nggak bisa tidur mikirin perkataan kamu itu semalam." Pinta Mayted.

"Mungkin kamu bisa tanpa saya, tapi saya nggak bisa tanpa kamu mbak." Ucap laki laki itu, perkataan Mayted membuat gadis itu terdiam cukup lama.

"Kamu masih sayang sama saya kan?"

"Emangnya kamu sayang sama aku mas?"

"Saya sayang sama kamu mbak, sampai kapanpun."

"Terus kenapa nyakitin aku? Mas mau masuk ke list orang selanjutnya yang bikin aku trauma?"

"Mbak sayang.. Bukan gitu. Nanti sa—"

"Jangan panggil aku itu lagi."

Entah kenapa hati Mayted teriris mendengar Vanessa berkata seperti itu.

"Kenapa? Kamu masih pacar saya mbak. Kamu nggak serius kan ngomong gitu?" Tanya Mayted dengan gusar, takut sekali jika Vanessa justru berkata iya.

Vanessa menggeleng, gadis itu menghentikan langkahnya. Ia tidak bermaksud menyakiti perasaan Mas-nya, bahkan ketika Mayted menyakitinya, sedetikpun tak terbayangkan jika laki laki itu pergi dari hidupnya.

"Bukan gitu, sedih aja kalo kamu manggil aku kayak gitu tapi justru kamu malah nyakitin aku. Aku gatau ini lebay apa gimana, aku udah takut banget kalo liat kamu kemarin sama mantan kamu. Memori trauma aku langsung kilas balik. Aku udah dua kali mas ngeliat pake mata kepala aku sendiri secara langsung lihat sosok yang aku sayang sebelumnya ternyata malah khianatin aku dibelakang, pertama ayah kedua mantan aku sebelumnya. Mereka juga ngelakuin hal yang sama kayak kamu. Aku aja belum bisa berdamai sama yang udah terjadi dihidup aku, tapi justru kamu malah patahin aku."

"Mungkin orang orang diluar sana nganggap aku moodyan, nganggap aku suka ngambek atau merajuk, nganggap aku egois dan banyak omongan lain yang seakan akan kalo kata anak jaman sekarang aku itu cewe red flag. Mereka nggak tahu apa yang aku lalui dihidup aku sendirian, mereka nggak tahu apa yang Tuhan ambil dari hidup aku sampai aku berakhir jadi gini. Kenapa ya orang orang justru nyalahin aku atas suatu hal yang bukan dikendalikan aku?"

Vanessa menelan salivanya. "Mas apa yang kamu harapkan dari perempuan yang dari kecil aja hidupnya hilang arah? Tanpa diarahin orang tua?Apa ekspektasi kamu ke aku yang hidupnya aja kacau? Mungkin kamu pikir hidupku terlalu mewah, nyaman, dan terjamin. Itu emang benar, tapi dengan hal itu Tuhan justru nampar aku berkali kali walaupun dengan hidup enak dengan segala fasilitas yang ada, aku masih tersiksa sama hidup aku sendiri. Kayaknya Tuhan tuh nggak mau aku hidup tenang. Aku susah payah ngendaliin emosi aku sendirian mas tanpa diajarin sama orang tua aku. Kalo aku bisa ngendaliin emosi dengan baik, aku nggak mungkin bertahun tahun stuck sama psikiater, nggak mungkin aku konsumsi obat supaya aku sembuh. Aku gamau berlindung dibalik kata trauma, aku juga nggak mau dikasihani, tapi emang salah ya aku egois sama diri sendiri sekali aja? Kenapa ya seakan akan aku dituntut untuk ngertiin kesalahan kamu dan berpikir oh mungkin mas emang ada alasan lain? Aku harus ngertiin mas siapa tahu mas nggak bermaksud seperti itu."

Vanessa melanjutkan perkataannya sedangkan Mas terus mendengarkan gadisnya berbicara yang semakin membuatnya merasa, sepertinya memang ia tak akan bisa mendapatkan maaf dari Vanessa.

"Mas, aku pernah berpikir seperti itu dua kali ke dua orang yang berbeda, bahkan sebelum aku berpikir aku justru langsung ngeyakinin diri sendiri kalo mereka memang nggak bermaksud nyakitin aku, tapi nyatanya aku makin hancur karena ketika mendengar alasannya, mereka memang sengaja nyakitin aku. Kenapa seakan akan aku yang jahat disini karena belum berani dengerin penjelasan kamu? Kenapa seakan akan aku yang nyakitin kamu disini karena aku belum bisa ngasih kamu kesempatan untuk dengerin penjelasan kamu? Aku salah ya menghindar sebentar untuk mempersiapkan diri sendiri untuk dengerin penjelasan kamu? Kenapa ya orang orang nuntut aku seakan akan aku harus ngalah lagi dan lagi? Kapan ya semesta sekali saja berpihak ke aku dan ngertiin aku sekali aja?"

Gadis itu berusaha keras untuk tak menjatuhkan air matanya. Terlihat ia sangat menahan emosinya dengan mengepalkan kedua tangannya.

Vanessa meninggalkan Mas-nya sendirian disana menyusul keluarganya ke makan buyutnya. Laki laki itu masih membeku dengan semua pengakuan gadisnya. Seakan akan dengan segala hantaman batu besar yang berkali kali membuat Mayted tersadar jika bukan Vanessa yang harus ngertiin kesalahan saya, saya jahat sekali memaksanya meminta kesempatan untuk menjelaskan kesalahan saya karena saya ingin menyelamatkan perasaan saya sendiri, tanpa saya sadari kalo Vanessa juga membutuhkan waktu untuk kembali menerima rasa sakit, saya terus memaksanya hingga saya tidak sadar kalo saya kembali membuka luka lamanya. Bukan kamu yang egois, tapi saya.

Continua a leggere

Ti piacerà anche

89.4K 6.7K 32
Ceritanya ngebuat kalian seneng deh pokoknya. Namanya juga HAPPINESS. Happiness is a choice, not a result. Nothing will make you happy until you choo...
116K 2.6K 17
"Mau kan Yo, kamu nikah sama aku?? Aku sayang kamu banget!! Maaf kalau pernikahan ini terjadi terlalu cepat.." "Nggak apa-apa, dengan begini aku bis...
41.5K 2.1K 43
FAN FICTION OF PRINCE MATEEN (SUDAH TAMAT) Bagaimana rasanya saat pergi berlibur ke tempat impian dan tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang bisa ju...
54.9K 5.8K 43
Chava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehang...