Diantara 2 Bidadari Surga

By Fizzzhah

33 11 3

Daun tidak membenci angin yang menjatuhkannya, begitu juga kita, tak patut rasanya membenci takdir yang sudah... More

🍁. Prolog

🍁1. Pertemuan

9 4 1
By Fizzzhah


Desir angin menyentuh hati ku, seakan bernyanyi menyebutkan namamu. Aku jatuh dalam pesonamu, saat pertama kali aku menatap mata indahmu.
.
Gadis Senja 🥀



Warna jingga menghiasi langit sore ini, burung berterbangan mencari jalan pulang dan manusia mulai berhamburan kembali ke rumah masing-masing setelah berkegiatan seharian penuh.

Berbeda dengan gadis yang menggunakan gamis biru laut yang kini duduk di taman rumah bibinya sambil menatap senja yang menghiasi indahnya langit.

"Senja itu cantik sekali ya, betapa besarnya kuasa Allah, hingga bisa menciptakan bumi beserta isinya," gumam gadis itu.

Tatapannya tak pernah lepas dari menatap indahnya senja sore hari ini, bukan hal yang pertama baginya menghabiskan waktu untuk menikmati senja.

"Na, masuk yuk, udah sore nih, mandi sana," ucap wanita yang kini berada di belakang kursi taman yang memanjang itu.

"Iya, Bi, sebentar lagi hehe nanggung ini," pintanya sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"Dasar, kamu ini." Wanita itu memilih duduk di samping gadis itu, diusapnya kepala gadis di sampingnya itu yang terbalut hijab putihnya.

"Bibi, suka senja?"

"Bibi suka semua ciptaan Allah, Na."

Gadis itu diam, kini ditatapnya sang Bibi yang senantiasa mengelus kepalanya, "Apa salah jika hanya mencintai beberapa ciptaan-Nya Bi?"

"Tidak salah, Na. Jika kamu hanya mencintai satu saja tidak salah, selagi tidak membenci hal lain. Bukan kah hakikatnya manusia bisa menyukai sesuatu yang berbeda dari manusia lainnya? jika kamu menyukai senja, bisa saja orang lain tidak? tapi, selama tidak menghina dan menjelekkan ciptaan-Nya, maka tidak salah."

Gadis muda itu mengangguk paham, jawaban dari bibinya membuatnya paham, kita mencintai satu hal, tapi tidak harus membenci hal lainnya bukan? semua ciptaan Allah itu indah. Tapi, setiap manusia punya sesuatu yang dia cintai masing-masing.

"Assalamualaikum," ucap dua orang serentak.

Dua perempuan yang berasal dari generasi berbeda itu menoleh ke arah datangnya suara itu, terlihat dua orang pemuda tengah berjalan kearah mereka.

"Waalaikumussalam," jawab keduanya yang kini ikut berdiri setelah dua pemuda itu telah sampai di depan mereka.

"Bunda, maaf Athala baru pulang, tadi nemenin Raza dulu ke toko buku," ucap pemuda sambil mencium tangan sang ibunda.

"Iya, Bunda, maafin Raza ya," ucap pemuda satunya lagi sambil mencium tangan ibunda sang sahabat.

"Iya, Athala, Raza, selama kali pulang terlambat karna alasan yang benar, Bunda tidak masalah."

Kedua pemuda itu tersenyum, pemuda yang sering sekali main ke rumah sahabatnya itu pun sudah hapal dengan perilaku ibunda dari sahabatnya yang sangat baik. Tak heran jika dia juga ikut memanggil ibunda sahabatnya itu dengan sebutan Bunda.

Sedangkan gadis dengan gamis biru laut itu tetap diam tak berani menatap kedua pemuda itu yang sibuk berbicara dengan sang Bibi.

"Oh, iya, Raza, kenalin ini ponakan, Bunda, namanya Nashwa," ucap sang bibi mengenalkan keponakannya.

Sekilas pemuda yang disebut Raza itu menatap gadis yang senantiasa menunduk itu, sangat manis di mata Raza sebelum pemuda itu menggelengkan kepalanya menepis pemikirannya sendiri.

"Ayo, Na, kenalan dulu sama, Nak Raza," titah sang Bibi.

Gadis itu mengangguk, diangkatnya kedua tangannya sebatas dada, "Nashwa Haura Nazhifa."

"Raza Sadhana Ghazwan," jawab pemuda itu melakukan hal sama seperti yang gadis itu lakukan.

"Astagfirullah, mata mu, Raza," tegur Athala Yudhistira, selaku anak dari Bibi Mashita dan sepupu dari gadis bergamis biru laut itu, Nashwa.

Pemuda yang ditegur itu pun menatap ke seberangan arah, guna menutupi kekhilafannya barusan, entah kenapa, gadis bernama Nashwa Haura Nazhifa itu mampu membuatnya keimanannya melemah, Astagfirullah.

Nashwa yang mendengar sang sepupu menegur pemuda yang sejak tadi disebut Raza itu pun seketika menatap pemuda di depannya itu yang kini menatap ke sembarangan arah.

Dapat Nashwa lihat kesempurnaan ciptaan-Nya pada wajah pemuda itu, Nashwa dibuat terpesona dengannya. Namun, saat tak sengaja mata mereka bertemu tatap, baik Raza ataupun Nashwa sama mengalihkan pandangan mereka.

Kecanggungan terjadi, Bibi Mashita yang merasakannya pun berusaha mencairkannya, "Ayo, masuk. Sudah mau magrib."

Ketiga muda mudi itu mengangguk, Bibi Mashita berjalan beriringan bersama Nashwa, sedangkan Athala bersama dengan Raza yang kini berjalan berdampingan dengannya.

"Kamu suka sama, Nashwa?"

Raza yang mendengar lontaran pertanyaan sang sahabat pun hanya menggeleng, "Aku gatau, Tha. Biar waktu yang menjawabnya."

Baik Athala ataupun Raza memilih diam dan melanjutkan langkah mereka memasuki rumah Athala yang berinterior sederhana, tetapi memiliki harga yang fantastis.

Athala bukan berasal dari keluarga sederhana, bisa dibilang sang ayah adalah pengusaha yang sukses, begitu pula dengan Raza yang keluarganya memiliki perusahaan dan beberapa cabang di Indonesia, walaupun sang Abi memiliki pondok pesantren, tetapi di bidang bisnis pun keluarganya berjaya.

🍁🍁

"Ayo, kamu saja yang kumandangkan adzan," titah Athala, saat kini mereka berada di mushola rumah Athala untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah.

Bibi Mashita dan Nashwa berada di shaf belakang, sedangkan Gulzar Praditya selaku suami dari Bibi Mashita masih belum pulang bekerja.

Tak lama kumandang adzan menggema mengisi seluruh musholla, alunannya seakan menyentuh setiap orang yang mendengarnya, Nashwa dibuat terpesona dengan indahnya suara Raza yang kini sedang mengumandangkan adzan.

"MasyaAllah, indah sekali suaranya," batin Nashwa.

"Nashwa, ayo, bangun, kita sholat," tegur Bibi Mashita pada keponakannya itu yang terlihat melamun sampai iqamah selesai Raza kumandang.

"Astagfirullah, maaf, Bi, Nashwa tidak mendengar."

Bibi Mashita hanya menggeleng dengan kelakuan keponakannya ini, mereka pun melakukan sholat magrib berjamaah dengan Raza sebagai imamnya.

Selesai sholat, Athala berbalik menyalami sang Bunda dan juga sang sepupu yang halal bersentuhan dengannya karna baik Athala atau Nashwa mereka sepersusuan.

Raza juga melakukan hal yang sama. Namun, Raza tidak bersalaman dengan Nashwa karna mereka bukan muhrim. Tanpa disengaja, saat Raza ingin berbalik, tak sengaja matanya saling bertatapan dengan Nashwa yang kini juga menatapnya.

"Astagfirullah," gumam keduanya saat menyadari untuk beberapa detik mereka saling mengunci lewat tatapan mata.

"Bunda ke dapur dulu ya, mau siapin makan. Ayo, Na," pamit Bibi Mashita kemudian mengajak Nashwa ikut bersama dengannya karna tida mungkin gadis itu bersama dua lelaki di dalam mushola, walaupun satu diantaranya halal untuknya.

Nashwa menurut, setelah melipat sajadahnya, gadis dengan mukena berwarna lilac itu pergi mengikuti sang Bibi tanpa melepas mukenanya.

Lagi, Raza melihat kepergian gadis itu, terbesit rasa aneh saat melihat gadis manis sepupu dari sahabatnya itu.

🍁🍁

"Makan yang banyak, Nak, Raza, jangan sungkan," titah Paman Gulzar yang sudah pulang setelah sholat isya barusan.

Kini lima orang itu tengah berada di meja makan dan bersiap menikmati makanan yang sudah disiapkan oleh Bibi Mashita dan Nashwa.

"Iya, Ayah," jawab Raza sopan sambil mengambil beberapa lauk dan sayuran kedalam piringnya.

Kini Nashwa dan Raza duduk berhadapan, di samping kanannya ada sang Bibi yang duduk berhadapan dengan anak tunggalnya, Athala, sedangkan Paman Gulzar berada di tempat seharusnya seorang kepala keluarga.

Denting sendok dan garpu saling bersahutan, tak terasa makan malam telah selesai tanpa adanya pembicaraan selama waktu makan.

Kini Bibi Mashita, Paman Gulzar, Athala dan juga Raza berada di ruang tengah, sedangkan Nashwa kini tengah mencuci piring atas kemauannya sendiri yang memang terbiasa melakukan pekerjaan rumah selama dia tinggal di rumah bibinya, bukan perintah, tetapi keinginan sendiri.

Setelah selesai mencuci piring dan membersihkan meja makan, Nashwa ikut berkumpul ke ruang tengah sambil membawa kue dan meletakkannya di meja ruang tengah.

"Dimakan, Nak, Raza. Kuenya enak loh, Nashwa yang bikin," tawar Paman Gulzar sambil memakan kue kering buatan Nashwa.

Raza mengangguk, diambilnya satu kue dan mencicipinya. Bener adanya, kue buatan Nashwa sangat enak dan Raza dibuat ingin terus menerus mencicipinya.

"Ambil aja lagi, Za, jangan malu-malu," ucap Bibi Mashita yang mengerti raut wajah Raza yang kini terlihat ingin lagi.

"Nashwa ini suka bikin kue, enak pula buatannya. Bunda aja kadang kalah sama, Nashwa. Dia juga jago masak, Za, di rumah pun kadang dia yang bersih-bersih kalo Bunda sibuk ikut Ayah kerja keluar kota."

Raza mengangguk, sambil mengunyah kue buatan Nashwa, pemuda itu sambil mendengarkan cerita Bibi Mashita yang menceritakan sang keponakan yang kini hanya menunduk tak berani menatapnya.

"Minusnya, nih anak bandel, keras kepala," sahut Athala yang berhasil membuat Nashwa mengangkat wajahnya dan menatap tajam Athala.

Raza terkekeh melihat respon Nashwa yang sangat menggemaskan baginya. Lagi, Raza dibuat terpesona dengan seorang Nashwa Haura Nazhifa.

"Nak, Raza nginep aja malam ini," usul Paman Gulzar yang diangguki Raza.

"Raza memang berniat nginep disini, Yah. Besok Raza sama Athala mau pergi buat liat kerjaan. Jadi, pagi banget kita harus berangkat makanya, Athala usulin buat nginep disini."

Paman Gulzar dan Bibi Mashita mengangguk paham, ini bukan yang pertama Raza menginap karna memang Raza dan Athala sudah bersahabat sejak masih kecil, begitupun keluarga mereka juga sudah saling mengenal sejak lama, karna abinya Raza adalah sahabat Paman Gulzar dari sejak sekolah menengah atas.

"Paman, Bibi, Nashwa izin ke kamar dulu ya, mau ngerjain tugas sekolah," pamit Nashwa yang kemudian berlalu pergi setelah diiyakan oleh Paman dan bibinya.

Tatapan Raza tak lepas dari Nashwa saat gadis itu berlalu menuju kamarnya di kamar atas. Athala pun melihat apa yang Raza lakukan dan memilih diam kemudian tersenyum jahil.

"Halalin kalo suka," celutuk Athala yang dihadiahi tatapan tajam Raza.

🍁🍁
 


28032024🍁

Selamat membaca karya gadis senja yang kedua.

Happy reading, jangan lupa vote + komen + masukan library kalyan juga yaaa :)

Salam sayang gadis senja 🥀

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 52.7K 24
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
549K 20.8K 34
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
502K 54.3K 22
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
1.1M 42.8K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...