Xodiac Punya Cerita

By KEVINZCR

22.2K 1.8K 1.8K

Apakah impian Zayyan terlalu muluk? Impian nya adalah menjadi penyanyi solo yang terkenal di negeri tercinta... More

Zayyan
Naik Pesawat
Impian Setinggi Gedung Agensi
Pertanda Apa?
Kamsahamida...
Jangan Sedih
Trio Hongkong
Hyunsik
Setelah Wajib Militer
Cuma Melihat Dari Luarnya
Karena Kamu
Membuat Oranglain Berubah
Jangan Marah
Seperti Kemarin
Heat Waves
Seseorang yang Kau Lihat di Layar
Ketemu Lagi
Namaku Zayyan
(Bukan update : Titip foto masa lalu Beomsoo)
Jauh Dekat
Bitterlove
Bitterlove (2)
Ada Aku
Love Care
Beauty is Pain?
Chapter Spesial Ramadhan 💖
Demi Ayang!
Creme Brulee
Kamsahamnida, Kim Dongbhin
Chapter Spesial Lebaran 💖 (Part I)
Lebaran (part II)
Cowok Imut
Gyumin
Cinta Pertama
Cinta Pertama (2)
Downpour

Beomsoo Revenge

500 48 61
By KEVINZCR

Foto yang ini aku taruh lagi ya, guys. Biar nyambung sama ceritanya...

Malam itu.

Alarm yang dipasang pada ponsel Zayyan berbunyi. Zayyan yang tidur nyenyak sambil memeluk tubuh Sing, perlahan membuka matanya. Dengan mata yang masih berat, Zayyan heran dengan dirinya sendiri yang memeluk tubuh Sing selagi tidur. Perlahan, Zayyan bangkit dari tidurnya dan duduk. Lalu mematikan alarm yang berisik itu.

Waktu menunjukkan dua setengah jam sebelum Subuh. Terlalu pagi untuk makan sahur. Tapi, Zayyan sengaja bangun jam segitu agar punya waktu untuk memasak.

Usai mencuci muka, Zayyan ke dapur, membuka kulkas, dan mengeluarkan bahan makanan yang sore tadi sudah ia siapkan. Didalam kulkas, juga masih ada beberapa cup creme brulee buatan Sing.

Zayyan meletakkan bahan makanan diatas meja dapur dan menutup kulkas. Sejenak, Zayyan memandangi bahan-bahan yang akan dimasaknya. Lalu, Zayyan teringat mamanya. Zayyan tidak tau mamanya bangun jam berapa untuk menyiapkan menu sahur untuk keluarganya. Zayyan juga ingat, dirinya yang susah banget dibangunin dan bikin mamanya emosi.



"Ajay, buruan bangun! Keburu imsak nanti!" omel mamanya pada saat itu.

Dan saat itu, Zayyan yang ngantuk banget karena suka begadang, membantah omelan mamanya. "Ajay nggak usah sahur, ma. Ngantuk banget ini."

Mama ngegeplak bahu Zayyan. "Nggak boleh gitu! Bangun, nggak?! Mama guyur nanti kalau nggak bangun!"

"Iya! Iya!" bentak Zayyan yang ngantuk banget dan terpaksa meninggalkan ranjang empuk kesayangan nya.



Mata Zayyan berkaca-kaca. Zayyan kangen omelan mamanya setiap kali membangunkan sahur. Rasanya, Zayyan ingin minta maaf sama mamanya karena selalu susah dibangunkan untuk sahur dan bikin mamanya emosi.

Tiba-tiba seseorang merangkulnya dari samping. Zayyan menengok, dan itu adalah Sing. Zayyan pun buru-buru mengusap airmatanya.

"Hei, Sing. Ngapain?"

Sing mengucek matanya yang terasa kering. "Entahlah. Aku terbangun jam segini dan nggak bisa tidur lagi."

Sing melihat bahan makanan diatas meja dapur. Sing berpikir, pasti jam segini adalah waktunya "sarapan" buat orang muslim seperti Zayyan, untuk menambah energi sebelum pagi datang dan memulai puasa.

"Aku bantuin masak, ya?" kata Sing.

"Nggak usah. Kamu balik tidur lagi aja."

"Sudah kubilang, aku nggak bisa tidur lagi, Zayyan. Kamu mau masak apa?"

"Mm... sundubu jjigae?"

"Ide bagus."

Zayyan dan Sing masing-masing mengambil talenan dan pisau. Zayyan memotong sawi putih, sedangkan Sing memotong wortel. Lalu, Zayyan memotong tahu sutra dan dada ayam fillet, sedangkan Sing memotong jamur enoki. Lanjut, Zayyan ngegeprek bawang putih, mencincangnya, lalu memotong daun bawang, sedangkan Sing memotong bawang bombay.

Sing memanaskan pan menggunakan api sedang, memasukkan minyak, lalu menumis bawang bombay hingga layu. Lalu, Sing memasukkan bawang putih, daun bawang, potongan daging ayam, dan memasaknya hingga berubah warna.

"Zayyan, kaldunya mana?"

"Nih," Zayyan menuang air kaldu ikan kedalam masakan. Lalu, mereka berdua memasukkan satu-persatu bumbu lainnya yaitu cabai bubuk, kecap asin, kecap ikan, minyak wijen, saus gochujang, dan garam. Sing mengaduknya hingga rata dan memasaknya hingga mendidih.

Zayyan menata sayuran pada pan lain seperti sawi, jamur enoki, wortel, dan tahu. Lalu, Sing menuangkan kuah dan ayam yang tadi dibuatnya, diatas pan berisi sayuran tersebut. Kemudian, Sing memanaskannya hingga sayuran layu dan matang. Hampir selesai. Tinggal tambahkan dua butir telur (yang bisa dimakan mentah) diatasnya.

Sing menghela napas. "Akhirnya selesai juga."

Nggak lama kemudian, Zayyan dan Sing menikmati nasi dan sundubu jjigae alias sup tahu, di meja makan. Sing hanya mengambil porsi sedikit. Ngapain banyak-banyak, toh dirinya nggak puasa, pikir Sing.

Zayyan tersenyum kearah Sing. Lucu aja, seorang non-muslim seperti Sing malah ikutan sahur.

"Sing, terima kasih sudah membantuku memasak."

"Sama-sama." Sing menengok kearah Zayyan yang masih menikmati makanannya. Lalu, Sing membelai-belai kepala Zayyan dengan lembut.

"Zayyan, aku salut padamu."

"Kenapa?"

"Kau tau, kan. Kegiatan kita sebagai trainee benar-benar menguras tenaga dan melelahkan. Tapi kau kuat menjalani itu semua sambil puasa? Tidak minum lebih dari 12 jam? Kalau lapar, masih bisa ditahan. Tapi menahan haus lebih sulit, bukan?"

Zayyan menikmati makanannya sambil mengangguk. "Kau benar."

"Kau benar-benar pria yang kuat, Zayyan. Aku belum tentu sekuat dirimu, meski badanku gede."

Zayyan memandang Sing. Dipuji oleh Sing sambil merasakan belaian tangan Sing di kepalanya, membuat pipi Zayyan memerah.

"Zayyan? Pipimu merah?"

Zayyan salah tingkah. "Ini... gara-gara sup nya kepedesan. Kayaknya kita kebanyakan pakai gochujang," jawab Zayyan. Padahal bukan karena itu pipi Zayyan memerah.

Sing hanya tersenyum melihat tingkah Zayyan.



Sementara itu, didalam sebuah kamar.

Sepasang mata Leo perlahan membuka. Kemudian, perlahan Leo bangkit dan duduk, dengan wajah yang masih lesu karena baru bangun.

Tangan Leo menggoyangkan tubuh Ricky yang tidur disampingnya. "Ricky?!"

"Mm...?" mata Ricky setengah membuka.

"Masa' aku mimpi... lihat Zayyan sama Sing memasak bersama ditengah malam."

Ricky membalikkan tubuhnya membelakangi Leo. "Nggak jelas lu, Ouyin."

"Itu pertanda apa, ya?"

"Ya mana gue tau!" Ricky menutupi kepalanya sendiri dengan bantal.

Leo tantrum dikit, dan tangannya terus menggoyang-goyangkan tubuh Ricky. "Hei, Ricky! Di mimpiku, Zayyan sama Sing suap-suapan! Romantis banget! Aku cemburu!"

Ricky pun menangis dalam hati. "Tuhan, selamatkan aku dari roommate bodoh (tapi ganteng) ini..."


****


Beberapa hari sebelumnya, para trainee telah terbagi dalam beberapa kelompok, yang didalamnya berjumlah antara tiga sampai lima orang. Grup satu terdiri dari Leo, Sing, Zayyan, dan Ricky. Grup dua terdiri dari Beomsoo, Wain, dan Hyunsik. Awalnya, Hyunsik mengajak Dongbin untuk bergabung. Tapi, Dongbin tidak mau dan memilih untuk bergabung dengan kelompok trainee lain. Saat itu, Beomsoo hanya tersenyum sinis. Beomsoo lega karena tidak satu kelompok dengan Dongbin yang pernah berbuat jahat padanya.

Sedangkan sisanya, para trainee juga membentuk kelompok masing-masing.



Pagi ini, Zayyan dan trainee lainnya melakukan pemanasan di ruang latihan dance. Selagi melakukan pemanasan, Zayyan belum sadar kalau Sing sudah tidak berada disebelahnya.

Zayyan penasaran dan menengok ke sekeliling. Hingga menemukan Sing berdiri di pojokan bersama Leo.

Terlihat Leo sedang melontarkan candaan kepada Sing, hingga membuat Sing tertawa dan Leo juga ikut tertawa. Leo terlihat merangkul bahu Sing dengan erat dan kembali bercanda dengan Sing. Lagi-lagi, Leo berhasil membuat Sing tertawa sampai ngakak. Leo pun saking ngakaknya sampai memeluk tubuh Sing dengan erat.

Zayyan melihat itu semua, dan entah kenapa... wajah Zayyan terlihat menahan sedih. Zayyan memalingkan mukanya dan melanjutkan kegiatan pemanasan.

Diam-diam, Leo memandang Zayyan sambil tersenyum menyeringai. Ternyata benar, Zayyan akan cemburu kalau Leo terlalu akrab dengan oranglain. Itu bukti kalau Zayyan menyukaiku juga, pikir Leo.

Perlahan, senyum Leo memudar.

Sebentar...

Leo memandang Sing. Gimana kalau ternyata Zayyan cemburu bukan karena suka sama Leo, melainkan karena suka sama Sing?

Sing memandang Leo dengan heran. "Ouyin, ada apa?"

Oo tidak, batin Leo.



Siang hari pun tiba. CEO datang untuk melihat performance dari masing-masing kelompok. Mulai dari grup Leo, Sing, Zayyan, dan Ricky. Lalu, grup Beomsoo, Wain, dan Hyunsik.

Setelah selesai tampil didepan CEO, mereka pun duduk beristirahat. Kelompok Leo dan kelompok Beomsoo duduk berdampingan. Dengan posisi seperti ini : Hyunsik - Wain - Beomsoo - Leo - Ricky - Sing - Zayyan.

Sing menggenggam tangan Zayyan. "Hei, Zayyan? Kau baik-baik saja? Masih kuat, kan?"

Zayyan mengatur nafasnya yang ngos-ngosan setelah tampil. "Aku baik-baik saja. Thanks!"

Kemudian, giliran grup Dongbin dan empat trainee lainnya. Seterusnya berlanjut hingga semua kelompok tampil didepan CEO.

CEO terlihat mencatat sesuatu diatas meja. Kemudian, ia berbicara kepada semua trainee yang duduk dihadapannya. "Saya akan mengumumkan sesuatu, berdasarkan penilaian yang kami lakukan selama ini..."

"...tentu, tujuan didirikan nya agensi hiburan ini adalah untuk mendebutkan suatu boygroup. Yang calon membernya ada diantara kalian semua..."

"...kami sudah merencanakan semuanya. Tapi, kami nggak akan sebut berapa jumlah membernya, dan kapan debutnya..."

"...meski begitu, saya baru akan menyebutkan dua orang saja yang akan masuk debut-line. Sedangkan trainee lainnya yang akan masuk debut-line, masih kami rahasiakan."

"Debut-line?" para trainee saling mengobrol sejenak mendengar perkataan CEO. Mereka semua berdebar, juga penasaran siapa yang akan masuk debut-line, meski CEO hanya akan menyebutkan nama dua orang diantara mereka.

"Baik, saya akan sebutkan nama dua orang itu. Yang pertama, Lee Ou Yin."

Semua mata langsung tertuju pada Leo. Sedangkan, Leo tercengang sambil memegang dadanya.

Kemudian, Leo berdiri ditempatnya. Leo menghela napas dan matanya berkaca-kaca karena sangat terharu disebut masuk debut-line. Kepada CEO, Leo memberi cara penghormatan ala Tiongkok. Kepalan tangan kanan Leo digenggam dengan telapak tangan kirinya. Posisi kedua tangan tersebut sejajar dengan wajahnya. Ia melakukan nya dengan sedikit membungkuk. Sambil berkata,
"tài xièxie nin le, Zǒng Cái (terima kasih banyak, CEO)."

Leo kembali duduk dan mengusap airmatanya. Beomsoo yang duduk disampingnya tersenyum cerah kearah Leo sambil merangkul bahu Leo dengan hangat. Beomsoo memberi selamat pada Leo dan ikut bahagia, meski Beomsoo sendiri belum pasti apakah akan masuk debut-line juga atau tidak.

"Nama yang kedua, Kim Dongbin."

Sama seperti Leo, kemudian semua mata juga tertuju pada Dongbin. Ia juga tidak menyangka dan terharu mengetahui dirinya masuk debut-line.

Dongbin berdiri ditempatnya dan membungkukkan badan kearah CEO, sambil berkata, "kamsahamnida, sajangnim."

Reaksi Beomsoo sangat berbeda. Beomsoo melirik penuh dendam kearah Dongbin yang nampak terharu. Beomsoo masih ingat perbuatan yang dulu Dongbin lakukan padanya, dan sekarang orang sejahat Dongbin masuk debut-line?!

"Tapi, ingat!" lanjut CEO. "Keputusan ini bisa berubah. Leo dan Dongbin bisa saja dibatalkan dari debut-line kalau kemampuan mereka mengalami penurunan. Kalian paham?"

"Baik, sajangnim."

Sedangkan, Zayyan tertunduk dan merasa galau. Padahal, Zayyan berada disitu karena pihak agensi sendiri yang mengiriminya e-mail, dan memintanya bergabung dengan agensi untuk "prepare debut". Zayyan jadi ragu apakah dirinya akan debut atau tidak? Jika tidak, lebih baik sejak awal dirinya tidak kembali ke Korea?


****


Sore yang indah, ditempat favorit kita : rooftop.

Dongbin bersama salah satu trainee sedang menikmati pemandangan dari atas rooftop. Senyuman Dongbin terlihat cerah ketika mengobrol santai dengan temannya itu.

Tentu, Dongbin pasti bahagia karena dirinya masuk debut-line. Begitulah pikir Beomsoo, yang tanpa mereka sadari, memasuki area rooftop dan berjalan kearah Dongbin dan temannya.

"Yaaa!!" seru Beomsoo. Mendengar itu, Dongbin dan temannya menengok ke belakang, kearah Beomsoo. Sorot mata Beomsoo terlihat penuh dendam.

Dongbin dan temannya membalikkan badan kearah Beomsoo dan menatapnya. Temannya bertanya, "Dongbin, apa perlu aku bantu?" karena merasa Beomsoo datang tidak dengan damai.

Dongbin tersenyum kearah temannya. "Nggak usah. Kamu balik aja ke kamar. Aku ada urusan dengan Beomsoo."

"Beneran, nih?" tanya temannya. Dongbin hanya mengangguk. Kemudian, trainee tersebut meninggalkan Dongbin dan Beomsoo di rooftop.

"Ada apa, Beomsoo?"

Beomsoo tersenyum sinis. "Shibal! Orang sepertimu tidak pantas debut!"

Dongbin juga tersenyum sinis dan mendekati Beomsoo. "Kenapa?
Iri ya karena aku masuk debut-line?
Iri bilang bos!"

Satu tangan Beomsoo mendorong dada Dongbin dengan kasar.

"Beomsoo, kupikir urusan kita sudah selesai waktu itu?"

"Siapa bilang urusan kita sudah selesai?!"

"Terus kau mau apa?! Udahlah, Beomsoo. Kau nggak akan bisa debut! Mending dari sekarang kau keluar dari agensi ini! Jangan pernah berharap jadi Idol! Kecuali aku, yang masuk debut-line dan bakal jadi idol masa depan!"

Beomsoo meninju pipi Dongbin. "Bermimpi lah, brengs*k!"

Dongbin balas meninju pipi Beomsoo lebih keras. Lalu, Beomsoo menendang dada Dongbin hingga ia jatuh telentang di lantai. Beomsoo langsung menyerbu dan menduduki perut Dongbin, lalu meninju wajah Dongbin berkali-kali dengan penuh emosi. 

"Beomsoo! Stop!" Dongbin yang masih dipukuli mulai memohon, dan membuat Beomsoo menghentikan pukulannya. "Please, stop! Mianhae... mianhae-yoo!"

Beomsoo menghela napas. Sebagai penutup, satu tamparan keras Beomsoo layangkan ke pipi Dongbin. Lalu, Beomsoo melepaskan dirinya dari tubuh Dongbin. Beomsoo berdiri dan berjalan pergi. Wajahnya masih terlihat emosi sambil menghela napas dengan lelah. Tenaga Beomsoo terkuras tapi hatinya puas.

Rupanya, Dongbin hanya pura-pura kalah. Tiba-tiba dari belakang, rambut Beomsoo yang memang sedikit panjang, ditarik dari belakang oleh satu tangan Dongbin. Hingga tubuh Beomsoo tertekuk ke belakang hampir 90 derajat. Beomsoo memekik kesakitan, kedua tangannya berusaha melepaskan satu tangan Dongbin yang menarik rambutnya dengan sangat kuat. Tulang punggung Beomsoo yang tertekuk ke belakang terasa sakit, begitupun dengan rambutnya yang seperti akan tercabut dari kepalanya.

Tangan Dongbin tidak juga lepas. Beomsoo membalikkan tubuhnya sehingga berhadapan dengan Dongbin. Seketika itu, Dongbin meninju perut Beomsoo dengan keras.

BUG!!!

"Aarrghh...!" Beomsoo memekik kesakitan. Sial baginya, ketika Dongbin melanjutkan meninju perutnya dengan keras berkali-kali.

Beomsoo yang tidak tahan akhirnya jatuh ke lantai. Dongbin menendang bahu Beomsoo hingga membuatnya telentang, dengan ekspresi kesakitan. Seketika, Dongbin menduduki perut Beomsoo lalu mulai memukuli wajahnya.

Baru dua pukulan Dongbin layangkan ke pipi kanan dan kiri Beomsoo, tiba-tiba seseorang menendang lengan Dongbin kearah samping dengan keras, hingga Dongbin terpisah dari tubuh Beomsoo dan jatuh telentang agak jauh.

Rupanya yang menendang adalah Wain. Lalu, Wain menyerbu dan menduduki perut Dongbin lalu meninju wajah Dongbin berkali-kali dengan penuh amarah. "BERANINYA KAU MEMUKULI BEOMSOO!!"

Tiba-tiba, Sing datang. Dari belakang, Sing dengan kedua tangannya menarik tubuh Wain hingga terpisah dari Dongbin. Lalu, Zayyan, Leo, Hyunsik, dan Ricky juga berlari ke rooftop setelah mendengar keributan ditempat itu.

Hyunsik langsung menghampiri Dongbin dan menaikkan tubuh Dongbin hingga duduk. "Hei, Dongbin? Gwenchana?"

Dengan wajah lesu dan terdapat luka, Dongbin hanya tersenyum. "Hyung..."

Hyunsik terharu. Rasanya entah berapa lama Dongbin tidak tersenyum padanya dan memanggilnya "hyung". Hyunsik masih menyayangi Dongbin, meski Dongbin bilang tidak lagi menganggap Hyunsik sebagai sahabat. Hyunsik pun memeluk Dongbin dengan hangat.

Sedangkan, Zayyan menghampiri Beomsoo dan menaikkan tubuhnya hingga duduk. "Beomsoo? Gwenchana?"

Beomsoo belum bisa menjawab karena masih menahan sakit hingga membuat matanya terpejam. Mata Zayyan berkaca-kaca. Meski Zayyan kecewa dengan sikap Beomsoo yang belakangan ini sangat cuek terhadapnya hingga membuatnya menjauh, tapi Zayyan juga tidak tega melihat Beomsoo terluka dan kesakitan. Zayyan pun hanya bisa memeluk Beomsoo.

Sedangkan, Sing memeluk Wain dari belakang sambil menahannya agar tidak lagi menyerang Dongbin. Kalau tidak ditahan, bisa-bisa Wain akan menghabisi Dongbin, karena melihat Dongbin memukuli Beomsoo. Sementara itu, Leo dan Ricky menghela napas dan heran dengan kekacauan yang telah terjadi.


****


Mereka semua sudah kembali kedalam. Posisi duduk mereka terbagi jadi dua. Dongbin yang tubuhnya terluka ditemani Hyunsik yang memeluknya dari samping. Sedangkan, Beomsoo yang tubuhnya juga terluka ditemani Wain, Zayyan, Sing, dan Ricky. Beomsoo yang menahan sakit, berada dalam pelukan Wain yang duduk disampingnya.

Sedangkan, Leo berdiri dihadapan mereka sambil bertolak pinggang. "Kalian ini kenapa sih?!" Leo emosi.

Dongbin menegakkan duduknya dan menunjuk kearah Beomsoo. "Dia duluan tuh yang mulai! Shibal itu nggak terima kalau aku masuk debut-line!"

"Apa betul, Beomsoo-hyung?" tanya Leo. Beomsoo dengan perasaan malu, hanya mengangguk.

Leo menghela napas. "Beomsoo-hyung, kenapa sampai harus seperti itu? Mungkin saja kau juga masuk debut-line? Kita tidak tau siapa saja yang masuk debut-line selain aku dan Dongbin."

Beomsoo emosi. "Kalaupun aku masuk debut-line, aku nggak mau satu grup sama Dongbin!"

"Siapa juga yang mau satu grup denganmu?!" balas Dongbin.

Beomsoo hendak berdiri dan menyerang Dongbin, tapi langsung ditahan oleh Wain dan Zayyan.

"Cukup!" bentak Leo. Ia menghela napas. "Beomsoo-hyung, kau yang salah. Kau yang lebih dulu melabrak Dongbin."

"Lihat, kan?" Dongbin merasa menang. "Beomsoo yang salah! Dia harus minta maaf padaku!"

Leo tersenyum sinis kearah Dongbin. "Hei, Dongbin. Kamu pikir, aku nggak tau? Aku sudah dengar cerita tentang perbuatan yang dulu pernah kau lakukan pada Beomsoo, saat kalian berada di agensi yang lama. Wajar kalau Beomsoo menjadi dendam padamu."

"Itu bukan alasan! Tetap saja, kali ini Beomsoo yang berbuat salah padaku!" kata Dongbin.

Lalu, Zayyan maju dan berdiri disamping Leo. Zayyan menatap Dongbin dengan amarah. "Lalu mau mu apa, Dongbin? Ingin dapat permintaan maaf?"

Melihat Zayyan disampingnya, Leo pun merangkul bahu Zayyan. Lalu, Zayyan melanjutkan, "Dongbin, apa kau pernah minta maaf pada oranglain, setelah berbuat salah padanya? Apa kau pernah minta maaf pada Beomsoo? Apa kau pernah minta maaf padaku, setiap kali ucapanmu menyinggung perasaanku? Lalu, kenapa kalau ada oranglain yang berbuat salah padamu, dia harus minta maaf?"

Dongbin memalingkan mukanya, merasa kalau ucapan Zayyan benar, dan dirinya kalah.

Leo memandang sahabat-sahabatnya (kecuali Dongbin) yang duduk dihadapannya. "Oke. Aku rasa, masalah ini sudah selesai. Aku harap, sahabat-sahabatku yang aku sayangi, jangan ada yang berkelahi lagi. Kalau ada masalah, tolong selesaikan baik-baik..."

"...Wain-hyung, tolong antar Beomsoo ke Rumah Sakit."

"Oke," jawab Wain.

Leo melanjutkan, "dan, Hyunsik-hyung..."

Saat Hyunsik memandang Leo, maka Leo pun jadi terbawa perasaan alias baper. "Hyunsik-hyung... tolong... bawa... Dongbin... ke Rumah Sakit... juga."

"Oke," jawab Hyunsik.



Wain, Beomsoo, Hyunsik, dan Dongbin sudah pergi ke Rumah Sakit. Leo, Sing, Zayyan dan Ricky lega karena keributan sudah selesai. Zayyan menyandarkan kepalanya di bahu Sing. Lemes rasanya ikut bantu melerai orang berantem disaat puasa gini, batin Zayyan.


****


Satu jam sebelum waktunya berbuka puasa, dan Zayyan berniat membeli makanan untuk dirinya berbuka nanti.

Zayyan merapikan penampilannya didepan cermin. Entah kenapa sore ini, Zayyan pengen ngikutin style nya Leo yang suka pakai headphone kalau jalan-jalan keluar. Zayyan pun menutupi kedua telinganya dengan headphone, kemudian pergi keluar.



Di trotoar, Zayyan pun berjalan santai ditengah banyaknya warga Korea yang juga berjalan di trotoar itu. Bukan cuma style nya Leo yang Zayyan tiru, tapi juga kebiasaan Leo yang suka mainin ponsel sambil jalan. Zayyan menunduk kearah layar ponselnya untuk memilih lagu yang akan diputar. Hingga tanpa sengaja, Zayyan menabrak seseorang.

"Mianhae," kata Zayyan sambil memandang orang itu, dan ternyata orang itu adalah Dongbin yang baru selesai diobati di Rumah Sakit.

"Dongbin... kau sudah lebih baik?"

"Lain kali kalau jalan pakai mata!" bentak Dongbin, lalu meninggalkan Zayyan begitu saja.

Zayyan menengok dengan sinis kearah punggung Dongbin yang menjauh. "Sumpah, ngeselin banget tuh orang!" 

Kemudian, Zayyan hendak menyeberang jalan. Headphone di kedua telinga Zayyan masih memutar lagu kesukaannya dengan volume agak keras. Bersamaan dengan itu, Sing dan Leo mengirim pesan ke ponsel Zayyan. Sing minta tolong dibelikan sesuatu, sedangkan Leo ngambek karena Zayyan tidak mengajaknya pergi.

Sambil menyeberang jalan, Zayyan membalas satu-persatu pesan yang masuk.

Tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan tidak terkendali. Karena orang yang mengendarai sedang mabuk. Itu adalah mobil yang sama yang kemarin malam, hampir menabrak motor yang sedang dinaiki Leo dan Zayyan. Ketika Leo hendak mengantar Zayyan kembali ke agensi setelah Zayyan sholat tarawih.

Sejumlah orang panik dan berteriak melihat mobil yang tidak terkendali itu. Begitupun dengan Dongbin yang masih berada di trotoar.

Mobil itu melaju kearah Zayyan yang masih menyeberang. Sayangnya, Zayyan tidak melihat karena masih menunduk sambil mengetik ponselnya.

Melihat itu, Dongbin berteriak kearahnya. "ZAYYAN!!"

Headphone di kedua telinga Zayyan memutar musik dengan keras. Sehingga, Zayyan tidak mendengar teriakan Dongbin.

"ZAYYAN, WATCH OUT!!"

Zayyan masih berjalan sambil menunduk mainin ponselnya. Tidak mendengar, tidak melihat.

Reflek, Dongbin berlari kearahnya. Ketika sudah dekat dengan punggung Zayyan, Dongbin mendorongnya sekuat tenaga hingga Zayyan terdorong cukup jauh dan tubuhnya jatuh dengan keras.

Zayyan merasakan sakit di tangan dan kakinya, juga kaget karena telah didorong dari belakang oleh seseorang. Lebih kaget lagi, didepan matanya, Zayyan melihat Dongbin ditabrak oleh sebuah mobil.

"Dongbiiinn!!!"


****


Bersambung

Dongbhin-aa... saranghae! 😘😊💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

Continue Reading

You'll Also Like

114K 11.7K 34
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
3.3K 352 10
Karena sebuah malapetaka yang terjadi pada Vesunard Empire, membuat Keluarga bangsawan Kim Royal Family, harus kehilangan sang Putra Mahkota mereka s...
167K 26.4K 48
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
2.9K 39 1
Jangan sampai salah lapak ya, jika tidak suka silahkan out:)