Celestial: The Angelic Kingdo...

By Maple_Universe

90 18 0

[ZODIAC ACADEMY] Empat siswa Libra dari Zodiac Academy dikirim dalam misi pencarian Artefak Bintang ke Domini... More

Author Preface
Who Am I?
[02] Determining The Portal Area
[03] Entering New Dimention
[04] Crossing The Qantharah Brigde
[05] Angels Who Are Close to Humanity
[6] - Hamullet Arasy
[7] Justice is Upheld
[8] Goose Scales

[01] Assignment Reduction

19 3 0
By Maple_Universe

Three step clap!

Siang itu Lumina melakukan salah satu tarian yang terdiri dari tiga ketukan antara gerakan mata, tangan, dan kaki. Kombinasi gerakan tersebut membuatnya dapat berpindah posisi dengan cepat pada setiap tepukannya. Lalu, dengan sedikit sentuhan pita panjang dari tongkat sihirnya, ia berputar dan menggerakkan tongkatnya ke atas hingga muncul cahaya kuning yang mengaburkan pandangan di sekelilingnya.

"Cukup!"

Lumina menoleh ke belakang saat mendengar seruan mendadak itu. Ia meletakkan Ribbon Wand—tongkat sihir berbentuk pita miliknya—dan menghentikan latihan tarian penyegelannya. Kemudian, memandang seorang pengawas asrama yang berdiri tegap menghadap gadis itu.

"Ada apa, Cygnus?" Lumina berjalan mendekati si pengawas asrama sambil berusaha mengontrol napasnya agar lebih teratur. Energinya cukup terkuras banyak, tetapi Lumina tetap melakukannya karena latihan itu terasa menyenangkan.

"Kau dipanggil Kepala Sekolah. Sebaiknya cepat ke ruangannya kalau tidak ingin kena hukuman," beber Cygnus dengan santai dan tampak acuh tak acuh.

Lumina memelotot kaget. Dipanggil Kepala Sekolah? Apa yang telah ia perbuat sampai bisa dipanggil seperti itu?

"Tunggu! Aku masih belum mengerti. Kenapa Kepala Sekolah ... ingin bertemu denganku?"

Cygnus mengangkat bahunya. "Lebih baik pastikan saja sendiri."

Setelah itu, Cygnus pergi meninggalkan Lumina bersama pikirannya yang sedang menebak-nebak beragam kemungkinan. Pasti ada sesuatu yang gawat sampai dirinya bisa dipanggil oleh orang penting di Zodiac Academy.

Lumina berharap tidak ada hal buruk yang akan menimpanya. Ia pun pergi dari lapangan menuju toilet untuk mencuci mukanya agar terlihat lebih segar, menyisir rambut silver sebahunya, dan memastikan seragam yang dipakai dalam keadaan sopan, sebelum melangkah menuju ruang Kepala Sekolah. Padahal, jika ia diberi cukup waktu, Lumina ingin sekali mandi terlebih dahulu.

Gadis itu berjalan melalui koridor sekolah yang memiliki langit-langit tinggi. Ketika mencapai pintu ganda hitam dengan ukiran berbentuk kepala singa yang memiliki tatapan tegas, ia mendapati dua siswa laki-laki seumurannya berdiri di sana.

Lumina mengenal mereka. Salah satunya Dedric, si pemuda berambut hitam sebahu yang sorot matanya tajam. Satunya lagi bernama Jove, pemuda berkacamata semi-hitam yang terlihat malas-malasan dan tidak memiliki minat saat menatap ke depan pintu ruangan Kepala Sekolah yang tertutup.

Ketika pintu itu terbuka, Lumina berpapasan dengan keempat siswa Zodiac Academy yang lain. Ia kenal salah seorang siswa itu, namanya Kamalika. Namun, mereka tidak saling menyapa dan keempat siswa itu berjalan terburu-buru dengan aura yang misterius.

Lumina, Dedric, dan Jove melangkah masuk ke ruangan Kepala Sekolah yang megah. Tak lama kemudian, masuk lagi Zoya yang berpenampilan rapi dan cukup anggun. Lumina mengenal gadis itu cukup dekat, jadi ia menyapanya dengan ramah.

"Kuharap kita dipanggil bukan karena telah berbuat kesalahan," bisik Lumina yang dibalas anggukan pelan oleh Zoya.

Prof. Lucas, sang kepala sekolah Zodiac Academy yang duduk di sofa hitam, mulai membuka pertemuan setelah keempat siswa pilihannya hadir di ruangan. Ketenangan dan kesopanannya menonjolkan wibawa bangsawan yang membuat keempat siswanya menaruh atensi penuh serta rasa hormat. Meski begitu, Prof. Lucas menyambut dengan ramah dan mempersilakan mereka duduk agar merasa tenang, alih-alih berdebar karena tegang.

"Ada yang tahu kenapa kalian dipanggil ke sini?" Prof. Lucas melempar pertanyaan, sementara keempat siswanya saling lirik dengan tatapan bingung dan berusaha menebak-nebak.

"Mungkinkah kami berbuat kesalahan?" Lumina memberanikan diri untuk bertanya.

Dedric menyahut setelahnya. "Saya tidak tahu, tapi apa pun itu alasannya, saya rasa pasti ada sesuatu yang penting."

Prof. Lucas mengangguk-anggukkan kepala. Mata berwarna emasnya menatap kepada Zoya dan Jove yang belum memberi pendapat. Namun, kedua siswa itu tetap diam dan memilih untuk tidak menebak-nebak.

"Tenang saja, kalian tidak dipanggil karena membuat kesalahan atau melanggar aturan akademi." Prof. Lucas memaparkan singkat dan menepis kekhawatiran para siswanya.

Lumina menghela napas lega dan kembali menyimak Prof. Lucas yang akan menjelaskan tujuan dipanggilnya keempat siswa itu.

"Kalian kupanggil ke sini karena kalian adalah murid terpilih yang kupercaya mampu menjalankan tugas dengan baik."

Lumina dapat melihat Dedric tersenyum. Sepertinya pemuda itu merasa gembira karena mendapat pujian dari orang nomor satu di Zodiac Academy.

"Singkatnya, ada misi sangat penting dan rahasia yang berkaitan dengan ramalan tidak menyenangkan. Kalian berempat kutugaskan untuk mencari Artefak Peta Bintang ke wilayah Celestial Dominion dan membawanya ke sini." Prof. Lucas melanjutkan pemaparannya hingga membuat keempat siswa di hadapannya terkejut. Mereka tidak pernah mendengar nama wilayah dominion itu, apalagi mengetahui kondisi di dalamnya.

Mereka masih terdiam, menunggu Prof. Lucas menjelaskan lebih detail.

"Hanya orang berzodiak Libra yang mampu melewati portal dimensi itu dan kalian bereempat adalah murid yang cocok. Jadi, aku ingin kalian bersiap-siap dan berangkat malam ini."

Keempat murid itu tersentak kaget. Malam ini? Lumina menatap Zoya yang terdiam membisu. Sementara itu, Jove melepaskan kacamata dan menaruh benda itu ke sakunya, membuat mata telanjangnya yang buta sebelah menjadi terekspos lebih jelas.

"Keberangkatannya malam ini? Apakah itu berarti situasinya sangat genting?" Lumina bertanya dengan cemas. Lalu, Prof. Lucas menjawab dengan anggukan.

"Saya belum pernah mendengar wilayah itu, Prof. Apakah ada informasi tentang artefak yang ingin kami dapatkan?" Dedric melontarkan pertanyaan dengan semangat. Ia tampak menggebu-gebu dan tertarik pada misi tersebut.

Prof. Lucas tersenyum sebentar, lalu menjawab dengan tenang. "Tidak ada. Kalian akan mencari tahu langsung sambil kita berangkat ke wilayah itu."

"Kita?" Lumina memandang Prof. Lucas dengan curiga.

Prof. Lucas mengangguk. "Ya, aku akan mendampingi kalian selama pencarian itu."

"Wow!" Lumina memekik spontan, sementara Zoya memelototkan matanya karena tidak menyangka bahwa Kepala Sekolah yang akan mendampingi langsung dalam misi mereka.

"Menarik." Dedric nyengir, menampakkan deretan giginya yang rapi. Hal itu membuatnya lebih bersemangat.

"Aku harap salah satu dari kita tidak akan ada yang mati." Jove yang sedari tadi diam kini bergumam.

Lumina meliriknya dengan ekspresi horor. "Kenapa kau berpikir begitu?"

Jove menatap Lumina dengan tenang, seakan-akan gumamannya bukanlah sesuatu yang menyeramkan. "Bukankah jika kita didampingi seseorang yang sangat kuat, itu berarti misinya semakin sulit?"

Pernyataan Jove membuat Zoya makin membisu. Diam-diam Lumina menyetujui ucapan Jove yang terdengar cukup realistis.

"Tenanglah, kalian tidak perlu terlalu cemas. Ada satu hal lagi yang akan kusampaikan. Umumnya di setiap tim pasti membutuhkan sosok pemimpin untuk menjadi pusat komando. Nah, kurahap Lumina bisa melakukannya dengan baik dan bijak." Prof. Lucas menatap Lumina sungguh-sungguh. Sementara gadis itu justru merasa gugup dan tidak yakin mengapa harus dirinya yang ditunjuk sebagai pemimpin dalam misi ini.

"Saya?" Lumina mengarahkan telunjuk pada dirinya sendiri sambil bertanya untuk memastikan.

Setelah Prof. Lucas mengonfirmasi bahwa memang benar dirinyalah yang akan memimpin misi itu, Lumina memandang ketiga temannya dengan ragu. Ia melihat Zoya tersenyum mendukungnya, sementara Jove tidak terlalu peduli, dan satu-satunya yang membuat Lumina merasa cemas adalah Dedric. Pemuda itu terdiam, tampak tidak setertarik sebelumnya. Ia merasa Dedric tidak menyukai gagasan itu.

"Ada pertanyaan lain? Jika tidak ada, kalian bisa bersiap-siap dari sekarang dan sampai jumpa lagi dini hari nanti di Lapangan Hijau." Prof. Lucas mengakhiri sesi pertemuan singkat itu dan keempat siswanya bergegas keluar dari ruangan.

Lumina berjalan gontai menuju kamar asrama. Zoya merangkulnya sepanjang jalan dan berusaha memberi hiburan.

"Tenang saja, pendamping kita kan Prof. Lucas. Bukankah seharusnya kau bahagia karena figur yang kau kagumi itu mendampingi kita?" tanya Zoya sambil tersenyum. Suaranya lembut dan menenangkan.

Gadis itu tahu bahwa dari dulu Lumina memang mengagumi orang-orang yang memiliki kemampuan sihir seperti dirinya—Cursed dan Seal, salah satunya adalah sosok kepala sekolah mereka.

"Sejujurnya aku sama sekali tidak keberatan, tapi barangkali ada yang lebih mampu menjadi ketua di tim kita selain aku." Lumina membalas dan berhenti di depan pintu kamar asramanya.

"Belum tentu. Memangnya kau peramal? Kalau Jove yang mengatakannya, mungkin aku akan percaya."

Lumina hanya tertawa singkat saat Zoya membuat lelucon kecil yang sebenarnya tidak terlalu bagus. Namun, mungkin gadis itu benar. Jove memang punya kemampuan meramal karena ia seorang Seer. Sementara itu, Zoya sendiri merupakan penyihir tipe Healer yang mampu membuat Lumina merasa lebih baik bahkan hanya dengan kata-katanya.

Begitu tiba di kamar, Lumina segera membersihkan dirinya dengan mandi air hangat. Ia lalu berpakaian dan mengepak barang-barang ke dalam ransel. Ketika dini hari tiba, ia pun bergegas pergi ke Lapangan Hijau sesuai instruksi dari Prof. Lucas. Sampai di sana, ia melihat teman-teman kelompoknya telah datang. Tak lama kemudian, muncul empat siswa lain yang sebelumnya berpapasan dengan mereka di ruang Kepala Sekolah siang tadi.

Lumina berasumsi mungkin keempat siswa itu adalah kelompok lain yang ditugaskan Prof. Lucas dalam misi serupa ke wilayah yang berbeda.

Beberapa menit kemudian, Prof. Lucas datang melalui sihir teleportasi dan berdiri di tengah-tengah seluruh siswanya. Ia memaparkan singkat tentang misi penting dan perang antara ras manusia dan penyihir.

Lumina merasa bahwa suhu malam ini sangat dingin, apalagi saat angin tiba-tiba menerpa kulit wajahnya. Kemunculan Prof. Lucas yang datang tiba-tiba bukanlah satu-satunya hal mengejutkan pada malam dingin berangin itu. Kepala Sekolah Zodiac Academy tersebut mendadak membagi dua tubuhnya, lalu masing-masing dari sosok itu menghampiri Tim Libra dan Tim Capricornian.

"Kulakukan karena ada dua tim yang harus kudampingi." Prof. Lucas menjelaskan secara singkat saat melihat Lumina dan Zoya tampak takjub menyaksikan pemisahan tubuh tersebut.

Di sisi lain, Dedric masih terlihat muram dan lebih banyak diam—seperti ekspresi mayat hidup yang pernah dipanggil oleh sihir necromancy-nya. Sementara itu, Jove tampak tidak terlalu peduli seperti sebelumnya.

"Sudah siap berangkat?" Prof. Lucas bertanya memastikan yang dibalas dengan seruan yakin dari Tim Libra.

Namun, mereka tidak menyadari, bahwa angin kencang yang berembus malam itu bukanlah angin biasa.[]

Continue Reading

You'll Also Like

946 107 8
Merupakan kisah seorang laki-laki yang sangat nakal,seketika berubah saat melihat seorang gadis muslimah dan sholeha.tapi sayangnya perasaan nya tak...
636 125 8
Menceritakan tentang sebuah kisah Bulan dan Matahari, yang harus mempertahankan kisah mereka, hingga akhir nanti. Namun bisakah Bulan dan Matahari be...
3.9M 159K 69
Highest rank: #1 in Teen-Fiction and sci-fi romance, #1 mindreader, #2 humor Aaron's special power might just be the coolest- or scariest- thing ever...
3.6M 357K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...