ALESSANDRO [NEW VERSION]

By tansapphira

421K 36.6K 7.7K

Alessandro Malachi yang akrab disapa Ace, seorang pewaris tunggal Malachi Group sekaligus ketua geng mobil AR... More

CAST
PROLOG
ACE | 1
ACE | 2
ACE | 3
ACE | 4
ACE | 5
ACE | 6
ACE | 7
ACE | 8
ACE | 9
ACE | 10
ACE | 11
ACE | 12
ACE | 13
ACE | 14
ACE | 15
ACE | 16
ACE | 17
ACE | 18
ACE | 19
ACE | 20
ACE | 21
ACE | 22
ACE | 23
ACE | 24
ACE | 25
ACE | 26
ACE | 27
ACE| 28
ACE | 29
ACE | 30
ACE | 31
ACE | 32
ACE | 33
ACE | 34
ACE | 35
ACE | 36
ACE | 38
ACE | 39
ACE | 40

ACE | 37

2.6K 205 14
By tansapphira

"AAAAA! Kakak!"

Ivory hampir terjengkang melihat sebuah boneka lumba-lumba besar begitu ia membuka pintu. Ace yang berada di balik boneka tertawa renyah.

"Kaget?"

"Iya, lah!" jawab Ivory kesal. Sedetik kemudian, mata cewek itu berbinar. "Ini buat aku?!"

"Hmm."

"WAAAAA!"

Ivory langsung memeluk bonekanya dengan riang. Boneka Ace sangat unik, bentuknya lumba-lumba warna biru muda dan putih, besarnya hampir sama dengan Ivory.

"Kak, ini gede banget. Makasih," ucap Ivory menahan haru.

Ace mengusap kepala Ivory, lalu mencium pipinya. "Seneng, ya?"

"S-seneng," jawab Ivory tergagap. Wajahnya sudah panas karena Ace tiba-tiba mencium pipinya.

Ace gemas sekali. Ia menciumi pipi Ivory berkali-kali, mengabaikan protesan Ivory.

"Kak, ih! Lepasin!"

"Nggak!" jawab Ace sambil terus menciumi pipi Ivory.

Ace terkekeh. Ia memeluk Ivory erat-erat, gemas karena pacarnya cemberut.

"Mau berangkat sekarang?"

"Mau, bentar aku taruh ini di kamar dulu. Kakak duduk di dalem aja."

Sejak berbaikan dengan Rebecca, Ivory sudah kembali ke rumah. Rebecca sudah kembali ke Singapura karena cewek itu memutuskan untuk menetap di sana. Juan dan Rendra juga meminta Ivory kembali ke rumah saja, supaya tidak terpisah dan lebih mudah bagi mereka untuk memantau Ivory.

Hari ini, Ace dan Ivory mau nge-date. Ace sudah menyusun rencana matang-matang. Anggap saja, ini perayaan seminggu mereka jadian.

"Kita mau ke mana?" tanya Ivory.

"Sarapan."

Ivory mengangguk tanpa bertanya lagi. Ia percaya-percaya saja dengan Ace. Cowok itu tidak akan membuatnya terjerumus, kan?

Mereka sampai di sebuah warteg tidak lama kemudian. Ace sudah mematikan mesin, sedangkan Ivory masih mematung, memandangi tempat yang mereka kunjungi kali ini.

Ace memegang pipi Ivory. "Hei, kenapa melamun? Kamu nggak suka?"

"Kak, Kakak serius?" tanya Ivory.

Ace mengangguk. "Kalo kamu nggak suka, kita pindah aja. Aku ada te—"

"Bukan! Bukan aku nggak suka. Justru aku tanya, Kakak serius mau makan di sini? Kakak kan nggak biasa makan di tempat kayak gini. Nanti Kakak diare," jelas Ivory.

Ace mengangguk lagi. "Aku mau coba, kemarin lihat di Instagram kayaknya enak. Semoga nggak sakit perut."

Senyum Ivory langsung mengembang. Ace lucu sekali, sempat-sempatnya tergoda melihat posting-an warteg di Instagram.

"Ya udah, ayo turunnnnn!" seru Ivory bersemangat.

Ace menghela napas lega. Ia sudah mencari warteg paling bersih di Instagram semalam penuh, memastikan kalau mereka berdua tidak akan sakit perut.

Begitu sampai di dalam, Ace langsung duduk di kursi kosong, sedangkan Ivory berdiri di depan etalase. Kening Ace berkerut. "Eve, ngapain di situ?"

"Lah, pesen dulu! Siniiii!" Ivory melambaikan tangannya, memanggil Ace.

Ace kebingungan. Ia pikir, mereka akan disodori menu setelah ini.

"Pesennya di sini? Bukan dikasih menu?" tanya Ace.

"Ih, nggak! Pesennya langsung di sini, kita bisa pilih langsung menu yang kita mau. Bisa mix and match sendiri."

Ah, Ace baru paham. Ia menggaruk tengkuknya, agak malu.

Sambil mengamati Ivory memesan, Ace berdiri di belakang Ivory dan meletakkan kepalanya di atas kepala pacar mungilnya itu. Ace juga melingkarkan kedua tangannya di sekitar pundak Ivory, memeluk si cewek.

"Udah, sekarang giliran Kakak," ucap Ivory sambil melepaskan diri. Jujur saja, agak panas dipeluk Ace yang super-raksasa itu.

Sehsaj memesan, Ace membawa piring mereka berdua ke meja. Makanan di hadapannya memang kurang menarik, tetapi melihat Ivory yang berbinar sekali, Ace mencoba suapan pertamanya.

"Wah, enak!"

Bukan, bukan Ace yang berteriak. Justru Ivory yang kegirangan.

"Kak, ini warteg paling enak yang pernah aku makan!" akunya senang.

Ace ikut tersenyum melihat Ivory. "Oh ya?"

"Iyaaaa!!" Ivory menyodorkan sendok penuh nasi dan lauk pada Ace. "Nih, Kakak coba."

Ace pun tidak ragu mencoba. Ia mengangguk, pilihan Ivory semuanya memang enak. Lebih enak dari yang ia pilih.

Ace akui, warteg yang mereka kunjungi ini enak sekali. Harganya juga tergolong murah— setidaknya bagi Ace. Tempatnya bersih dan varian lauknya banyak sekali.

Sekarang giliran Ace, ia juga ikut menyodorkan sendok penuh nasi dan lauknya pada Ivory.

"Kamu coba," ujarnya.

Ivory langsung melotot. "Kak, ayamnya enak banget!"

Mereka makan sambil suap-suapan. Setelah makan, Ace membayar dan mereka kembali ke mobil.

"Happy?" tanya Ace.

"Happy! Makasih, Kak." Ivory tersenyum lebar sekali sampai bibirnya seperti mau robek.

Seumur hidupnya, Ace tidak pernah melihat cewek sesenang ini diajak makan warteg. Hanya butuh kurang dari seratus ribu saja sudah bisa menyenangkan Ivory sampai seperti ini.

Pandangan Ace tertuju pada pipi putih gembul milik cewek di sebelahnya. Ace yang tidak tahan langsung mendekat dan mencium pipi Ivory sekilas.

Ivory langsung terdiam kaku. Wajahnya panas, matanya menatap Ace tidak percaya.

"Kenapa?" tanya Ace dengan dahi berkerut.

"Kaget," jawab Ivory. "Serangan mendadak."

Ace tertawa. Gemas, Ace menarik kepala Ivory dan mencium pipinya berkali-kali sampai Ivory memberontak kesal.

"Kak, udah! Nanti pipi aku habis!"

"Aku beliin makanan lagi, biar gembul lagi," jawab Ace sambil terus menciumi pipi Ivory.

"Ih, udah!"

Ivory mendorong Ace, dan akhirnya cowok itu mengalah. Ia mencubit pipi Ivory pelan lalu mulai menjalankan mobilnya.

Kali ini, Ace membawa Ivory ke luar kota. Berhubung sedang libur, karena jarang mereka bisa berduaan seperti ini. Terkadang, di hari libur pun, Ace masih harus ke kantor untuk membantu ayahnya.

"Kak, kita mau ke mana lagi?"

"Ke luar kota," jawab Ace. Mata Ivory langsung membulat.

"Hah?"

Ace tidak menanggapi lagi. Ia membekap mulut Ivory yang terus mengoceh, minta diberitahu.

"Tunggu aja, bentar lagi sampe."

Ivory langsung diam. Pandangannya lurus ke depan, memperhatikan jalanan.

Butuh satu jam setengah perjalanan ke tempat yang mereka tuju— sebuah rumah kayu dengan halaman berumput yang sangat luas. Di sana, terdapat banyak sekali—

"WAAAAAHHHHH!!!"

Ivory buru-buru melepas sabuk pengamannya, tetapi tidak berhasil. Ace menepuk pelan tangan Ivory, lalu membukakannya untuk cewek itu.

"Sabar, pelan-pelan. Binatangnya nggak akan lari ke mana-mana."

Ivory terkikik. Ia langsung turun, berlari ke arah peternakan, diikuti oleh Ace.

Tempat yang mereka tuju kali ini, adalah sebuah peternakan besar yang dihuni oleh berbagai hewan— sapi, kambing, rusa, kuda, bahkan sampai ayam-ayam cantik pun ada.

"Selamat pagi Den Ace. Tumben dateng ke sini, Den."

Seorang pria tua menyapa hangat. Pria itu memakai caping, kaus putih, celana pendek, dan sandal jepit. Di tangannya, terdapat keranjang penuh isi pakan ayam.

"Pak Eko," sapa Ace. "Sayang, sini."

Ivory berhenti sejenak, pikirannya mendadak buntu mendengar Ace memanggilnya 'sayang'. Jantungnya seperti sedang melompat-lompat kegirangan, wajahnya langsung panas.

Dengan langkah kaku, Ivory berjalan mendekati Ace. Cowok itu merangkul Ivory, langsung menunjukkan 'kepemilikannya'.

"Saya bawa pacar saya ke sini, Pak. Sekalian ngenalin ke Pak Eko."

Pak Eko tertawa. "Waduh waduh, saya berasa orang penting bisa kenal sama pacarnya anak Bos," guraunya. "Salam kenal, Non, saya Pak Eko, yang jaga tempat ini."

"Saya Ivory, Pak," jawab Ivory malu-malu. Masih karena efek dipanggil 'sayang' tadi.

"Den Ace ini pinter sekali cari pacar, cantik banget, Den," puji Pak Eko. "Ya sudah, silakan kalau mau main. Bapak siapkan minuman sama makanan dulu, ya."

Pak Eko pun masuk ke dalam rumah kayu— yang ternyata adalah tempat tinggalnya. Pak Eko tinggal bersama istri dan anaknya, tetapi mereka sedang pulang ke kampung halaman.

"Sini, aku mau kenalin kamu sama Lucero."

Ivory dituntun Ace mendekati kandang kuda. Di sana, terdapat empat kuda besar yang cantik dan terawat. Ivory langsung naksir melihat kuda putih yang sangat cantik.

"Ini Lucero, kudaku," ujar Ace. "Lucero, this is Ivory, my girlfriend."

Ace menuntun tangan Ivory menyentuh Lucero— kuda hitam legam yang mengkilap dan gagah. Kuda itu agak merunduk, tahu bahwa Ivory bukanlah ancaman.

"Ini peternakan punya Kakak?" tanya Ivory.

"My Dad's. Tapi ini kudanya punya aku," tutur Ace. "Kuda cokelat sama putih yang itu punya adik sepupuku. Kalau yang itu, belum ada pemiliknya."

Mata Ivory tertuju pada kuda yang ia taksir tadi— kuda yang belum memiliki pemilik.

"Kenapa belum ada?"

"Dia baru di sini, kemarin aku beli dari teman," ujar Ace. "Mau kenalan?"

"Mau!"

Ivory dan Ace menghampiri kuda cantik itu. Saat dilihat dari dekat, kuda itu terlihat makin cantik saja.

"Halo ...." Ivory mengusap kuda itu lembut. Kuda itu merunduk, mengusap-usapkan moncongnya ke tangan Ivory.

"Dia belum ada namanya," ujar Ace. "Ada ide?"

"Princess, soalnya dia putih kayak princess!"

Ace tersenyum geli, ia mengangguk setuju. "Namanya Princess, dan kayaknya dia udah nemuin pemiliknya."

"Hah? Siapa? Masa baru dikasih nama udah langsung nemu pemiliknya," tanya Ivory bingung.

"Kamu, kamu pemiliknya," jawab Ace. "Sekarang, Princess punya kamu."

Ivory masih diam, bingung. Cewek itu menatap Princess, yang juga sedang menatapnya.

"Kak, jangan, Princess pasti mahal. Mending kasih—"

"Jangan mikirin harga. Aku mau kasih Princess untuk kamu, pacar aku."

Ivory masih diam, menatap Ace dengan ekspresi yang tidak terbaca.

"Kamu ... nggak seneng, ya?" tanya Ace.

"Aku ... seneng banget!"

Ivory langsung melompat dan memeluk Ace. Untung saja Ace tanggap, ia menggendong Ivory sebelum cewek itu membuat mereka berdua terjengkang.

"Kak, makasih, ya!"

"You're very welcome, my princess," jawab Ace. "Princess for my princess."

Ivory terkekeh. Matanya sudah berkaca-kaca saking senangnya.

"Hari ini, aku mau ajarin kamu naik Princess," ujar Ace, memulai kegiatan seru mereka hari ini.

***

Mobil Ace baru tiba di rumah Ivory pukul sembilan malam. Cowok itu melepas sabuk pengamannya, lalu menatap pacarnya yang tertidur pulas sepanjang perjalanan.

Ace tertawa kecil. Melihat wajah Ivory membuatnya teringat kejadian-kejadian lalu, di mana mereka masih seperti anjing dan kucing. Setiap berpapasan, selalu bertengkar.

"Untung cantik," ujar Ace.

Karena tidak tega membangunkan Ivory, Ace turun dan menggendong cewek itu ke dalam. Sebelumnya, Ace sudah menghubungi Juan, meminta tolong untuk dibukakan pintu.

"Kamarnya yang mana, Kak?" tanya Ace.

"Itu, lantai dua di pojok. Lo bawa adek gue ke mana sampe kecapekan begini?"

"Main kuda-kudaan," jawab Ace asal, sebelum melanjutkan langkahnya ke kamar Ivory.

Sontak saja, Juan melotot. "Heh, maksud lo apa?!"

Juan mengikuti langkah Ace ke kamar Ivory, masih menuntut penjelasan. Emosinya sudah sampai ubun-ubun, tangannya terkepal siap meninju Ace.

"Lo apain adek gue?!" tanya Juan tertahan.

Ace membaringkan Ivory perlahan, tidak ingin cewek itu terbangun. Dilepaskannya kedua alas kaki Ivory, lalu ia menatap malas ke arah Juan. Ia mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan foto Ivory dan Princess.

Emosi Juan langsung mereda. Ia mengusap wajahnya, suhu udara yang tadinya panas langsung kembali normal.

"Awas lo macem-macemin adek gue. Gue potong barang lo," ancam Juan.

Ace tidak menggubris lagi. Ia tidak tahu kalau Juan akan se-cerewet ini, sampai kupingnya terasa sakit mendengar omelan cowok itu.

Ace mengusap kepala Ivory lembut. Ia mendekatkan wajahnya ke kening Ivory, mengecupnya lama.

"Sleep well, beautiful," bisik Ace. Ivory menggeliat sedikit, lalu kembali lelap.

Usai memberi kecupan selamat malam, Ace menegakkan tubuhnya dan melirik Juan. "Gue pulang dulu."

Juan hanya berdeham, lalu menatap kepergian Ace dengan jantung yang masih tak karuan.




Princess and Lucero




Alessandro.
10-04-2024.

Continue Reading

You'll Also Like

2.3K 176 14
Cerita FunFaction Not Real! |Tokoh| Exelicks Dai Dan Member member lain lain Dont like this ship? Go.
GHEVAS By ichaaa

Teen Fiction

41.3K 3.2K 29
[ℂ𝕠𝕞𝕡𝕝𝕖𝕥𝕖𝕕] [𝓟𝓾𝓫𝓵𝓲𝓼𝓱𝓮𝓭: 30 𝓐𝓹𝓻𝓲𝓵 2020] -𝒟𝑒𝓈𝒻𝒾𝓀𝒶 𝒜𝓇𝒹𝑒𝓇𝒶 - "𝘋𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘭𝘶𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪𝘨𝘶�...
19K 1.4K 30
Spin-off Science 7 Terjebak bersama tukang gombal yang berambisi menjadi pacarnya, hidup Aliza semasa SMA ternyata penuh ketidaktenangan. Terlebih la...
Arzella By Vinnie

Teen Fiction

205K 14.3K 33
Teen fiction Berawal dikhianati sang pacar, Zella akhirnya bertemu dengan Arderas Kaizen. Cowok yang katanya paling anti sama cewek. Kisah mereka jug...