TANAH BAGHDAD

By frasaberliana

895K 80.2K 53.9K

Menikah dengan seseorang yang pernah kamu cintai dalam diam saat hatimu sedang dirundung kecewa? Bukankah itu... More

Attention
Profil Penulis
Wajib dibaca!
Prolog
TB1 - Khaizuran
TB2 - Khitbah
TB3 - Pernikahan
TB4 - Malam Pertama?
TB5 - Mujahadah
TB6 - Baghdad
TB7 - Dua Garis
TB8 - Prioritas
TB9 - Terhalang
TB10 - Luka
TB11 - Ingkar
TB12 - Dingin
TB13 - Satu Hati
TB14 - Bayangan Kelam
TB15 - Setetes Embun
TB16A - Tasbih dan Rosario
TB16B - Tasbih dan Rosario
TB17 - Pengakuan
TB19 - Right Path
TB20 - Sleepover
TB21 - Tergoda
TB22 - Ujian Untuknya
TB23 - Hilang
Part 24?
TB24 - Pergi

TB18 - Perjanjian

27K 3.1K 3.4K
By frasaberliana

PENGUMUMAN

Ada perubahan nama karakter demi kemaslahatan umat hehe. Nama Sienna Kamila berubah jadi Zalina Kamila

Tiket menuju part 19: 1.8K vote dan 2.5K komentar. Hwaiting!

"Kesabaran orang beriman dan bertakwa tidak memiliki batas karena kepahamannya bahwa semua yang ada dunia ini bersifat fana dan sementara. Tak ada indah-indahnya jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang bersifat abadi dan kekal."

-Wattpad Tanah Baghdad by frasaberliana-

***

"Gue jadi Keisya, gue minta cerai." Ghifari menghentakkan gelas di meja racikan kopi.

Fikra menyesap americano double shot buatan sahabatnya sendiri. "Alenta nggak akan ngapa-ngapain di rumah gue, Ghif. Dia baik."

"Dia baik, tapi setan baik nggak sama lo berdua? Sama lo bertiga?" Ulah Fikra menambah kepeningan di kepala Ghifari. Mungkin begini lelahnya bekerja dengan sahabat sendiri. Bukan hanya urusan pekerjaan yang akan mengganggu hidupnya, tapi juga soal kehidupan pribadi Fikra yang selalu menjadi bagian dari tupoksi kerjanya.

"Lo tahu dia korban yang harus ditolong." Fikra berusaha meyakinkan keraguan untuk membawa Alenta tinggal bersama dengan dirinya dan Keisya.

Satu jam yang lalu, di toko kopi mereka yang hari ini cukup sepi, Fikra membeberkan kisah Alenta pada Ghifari. Dia sudah tidak sanggup menanggung semua beban sendiri. Selain itu, Ghifari bukan orang yang harus ditakuti karena akan menyebarkan aib.

"Dia emang korban yang harus ditolong, tapi enggak dengan cara lo korbanin bini lo sendiri. Lo pikirlah gimana kalau dibalik. Ustazah Keisya bawa teman cowoknya ke rumah lo. Terus minta cowok itu nginap di situ."

"Posisinya beda, Ghif, gue suami dan dia istri. Wajar kalau gue nggak izinin teman cowoknya nginap di rumah."

Ghifari mengumpat tiga kali. "Cuma lo doang yang bisa bikin gue gagal challenge berhenti ngomong 'anjing'. Berengsek lo, Fik! Udah 2024 lo nggak paham soal posisi laki-laki dan perempuan dalam Islam? Perempuan dan laki-laki itu serasi. Se-ra-si. Allah emang lebihin amanah ke kita buat mimpin rumah tangga, tapi bukan berarti lo boleh semena-mena!

"Lo emang qawwam, pemimpin. Tapi istri lo adalah ummu wa rabbatul bait. Dia seharusnya jadi ratu di rumah suaminya sendiri. Jangankan lo bawa Alenta, bahkan kalau lo telaah isi Qur'an dan hadis, nggak ada yang namanya Islam menyarankan seorang suami bawa istrinya tinggal bareng mertua dan ipar. Lo ngaji nggak, sih?" cecar Ghifari.

Gelas es kopi susu terangkat, tidak hanya dia tenggak cairannya, tapi juga dia kunyah es batunya. Ghifari melihat Fikra dengan napas memburu dan mata menyipit yang menatap dengan tajam.

Ghifari adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak dan adiknya adalah perempuan. Dia sudah menjadi tulang punggung sejak SMA karena ayahnya meninggal dunia. Maka dari itu, dia memiliki kepekaan lebih saat ada teman laki-lakinya menyakiti perempuan.

"Lo minta istri lo taat syariat, tapi lo sendiri nggak taat. Lo nggak terima kalau posisinya dibalik, tapi lo sendiri nggak pernah jaga batasan sama Alenta." Ghifari menjeda ucapan demi mengatur emosi.

"Istri yang solehah akan tetap solehah, meski suaminya kayak dajal. Gue setuju. Kesolehan manusia bergantung di kaki masing-masing. Masalahnya, emang lo mau jadi dajjal? Lo mau jadi Fir'aun buat istri kayak Asiyah binti Muzahim?" Ghifari menaruh gelas ke tempat cucian piring. Dia ambil kunci mobil hendak pergi meninggalkan Fikra dari toko kopi.

"Kapan kita mau urus sertifikasi halal?" desak Ghifari sebelum pergi.

"Lo aja yang urus, Ghif. Atau enggak pasang dulu logo halal sementara dari kita sendiri. Gue nggak bisa mikir." Fikra mengacak-acak rambutnya sebelum menghabiskan tegukan terakhir kopi hitam di dalam gelas tinggi.

"Suka-suka lo, Fik. Gue cabut."

"Mau ke mana?"

"Anter nyokap ke rumah sakit!" jawab Ghifari setengah berteriak.

Di balik meja saji kopi, ada satu pelanggan yang menganggurkan laptop di hadapan. Dia adalah seorang lawyer muda muslimah yang juga sahabat Keisya. Siapa lagi kalau bukan Zalina. Perasaannya menjadi risau.

Tentu saja dia memikirkan Keisya yang menghubunginya beberapa jam yang lalu meminta informasi pembuatan paspor. Dia menaruh curiga, Keisya ingin pergi jauh sejenak untuk melepas penat karena perilaku Gus Fikra.

Namun itu barulah satu sisi isi hatinya saja. Zalina jadi ingin tahu soal sahabat Gus Fikra yang tadi menyuarakan tentang keserasian laki-laki dan perempuan dalam Islam. Dia lihat kembali dokumen di dalam laptopnya.

Bulan ini, Zalina mengikuti seleksi khusus profesi advokat/pengacara menulis artikel di media massa. Tulisan 2000 kata miliknya berjudul "Pembangunan Politik Hukum Keluarga di Indonesia".

Di dalam salah satu kalimatnya, Zalina menuliskan,

Islam tidak mengenal konsep setara yang berarti kesamaan hak dan kewajiban persis antara laki-laki dan perempuan. Islam menawarkan konsep keserasian antara laki-laki dan perempuan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan untuk saling melengkapi dan berkolaborasi menjadi pemimpin di muka bumi.

Gadis dengan jas biru dongkernya tersenyum simpul. Lucu sekali. Sampai lekukan mungil di kedua pipinya terlihat. "Astagfirullah hal 'adzim." Dia kembali memusatkan fokus pada laki-laki yang tertunduk frustrasi.

Kartu nama dengan nama lengkap, gelar, dan alamat kantor firma hukum dia keluarkan. Gadis dengan sepatu kulit cokelat tua berjalan cepat mendekati pemilik toko kopi.

"Gus Fikra, saya Zalina Kamila. Sahabatnya Keisya. Ayah saya hakim dan kakak laki-laki saya polisi. Saya merasa perlu memperkenalkan diri supaya Gus Fikra tahu, di Jakarta ini Keisya tidak sendiri."

Zalina sodorkan kartu namanya. "Ini kartu nama saya. Saya harap nomor telepon firma hukum ini tidak pernah menghubungi Gus Fikra secara langsung karena sudah menyakiti Keisya," ucapnya begitu tegas diikuti berbalik badan secara angkuh meninggalkan toko kopi tanpa pamit. 

Zalina tahu apa yang dia lakukan adalah kegilaan sekaligus menodai etika profesi. Namun, emosinya meledak saat mendengar Keisya harus berbagi rumah dengan perempuan lain. Kalau dirinya mampu membela orang lain, kenapa tidak dia membela sahabat sendiri.

Kebaikan Keisya begitu membekas bagi Zalina. Perempuan penghafal Al-Qur'an itu yang dulu mengajarkan Zalina menutup aurat dan mengaji. Tidak akan dia biarkan seorang pun menyakiti hati putri Ustaz Salman yang juga sangat dia hormati.

***

Bude Maryam sudah dipersilakan masuk dan menghangatkan makanan di dapur. Tidak tahu kenapa sejak Bude bertemu tatap dengannya, Keisya sangat ingin menumpahkan sesak di dada yang tak diketahui oleh siapa pun.

Oleh karena itu, Keisya memutuskan masuk kamar terlebih dahulu. Dengan alasan ingin berganti kerudung. Bude Maryam tidak tahu ponakannya berusaha menghentikan air mata yang belum surut.

"Nggak boleh nangis, Kei. Nggak boleh nangis. Bude nggak boleh tahu masalahku."

"Keisya?" panggil Maryam.

"Nggih, Bude." Dia rapikan kerudung dan mengeringkan air mata dengan tisu. Keisya keluar menghampiri Bude Maryam di ruang makan.

"Lontong dan opor ayamnya udah siap, lho. Dijamin enak." Maryam memaksakan senyum yang terukir di wajah senatural mungkin. Dia sembnyikan khawatir karena ponakannya keluar dari kamar dengan mata merah dan sedikit bengkak.

Maryam melihat Keisya dengan tatapan iba. Anak rambut yang menyembul dari tepian kerudung yang membingkai wajah dia rapikan. Ada apa dalam rumah tangga ponakannya. Kenapa anak perempuan dengan satu garis bekas luka di dekat alis lebih banyak beraut murung dibanding tertawa setelah di Jakarta.

Maryam datang juga bukan tanpa alasan. Tadi pagi, dia mendapat telepon dari istri adik iparnya. Isna menghubunginya dan mengatakan sedang banyak memikirkan Keisya. Menantu Kyai Sobari seperti menjaga jarak setelah mengetahui statusnya sebagai anak angkat dari Umi dan Abahnya.

"Makan dulu, baru setelah itu kita cerita-cerita sambil minum teh hangat."

Keisya mengangguk. Masakan Bude Maryam mirip sekali dengan hidangan yang biasa disajikan oleh Umi. Keisya mengunyah makanan dengan sentakan-sentakan emosi di batin. Menahan kerinduan akan kehangatan keluarganya sendiri.

"Nambah lagi, Nduk?" tanya Maryam melihat lontong di piring Keisya sudah habis. Akan tetapi, menantunya menatap kosong kuah yang tersisa sedikit di piring.

"Bude, apa arti sakinah dalam hidup seorang muslim? Apa benar, jika seorang muslim tidak bahagia dalam pernikahannya, artinya tak pernah dia temukan sakinah dalam hidup ini?"

Maryam menutup panci opor di tengah-tengah meja. "Menurut Keisya, arti kata sakinah sendiri itu apa?"

"Ketenangan yang Allah berikan pada setiap hati manusia yang beriman pada Allah dan hari akhir."

"Betul. Lebih lengkapnya lagi, Keisya tahu?"

Keisya mengendikkan kedua bahu.

"Ketenangan yang dimaksud dalam kata sakinah adalah ketenangan yang mutlak diberikan Allah tanpa manusia harus mengusahakan dan mencari."

"Maksudnya bagaimana, Bude?"

"Sakinah adalah hadiah ketenangan yang Allah berikan, pada mereka yang dilanda ketakutan dan kecemasan, tapi berhasil melalui badai cobaan dengan ketaatan dan kekuatan iman."

Keisya masih berusaha mencerna perkataan Bude Maryam perlahan-lahan, tapi pasti. Selain menjadi ibu rumah tangga, Bude Maryam adalah profesor di bidang hukum keluarga Islam. Gelar ini membuat Keisya tidak ragu menceritakan prahara rumah tangganya secara tersirat pada Bude Maryam.

"Sakinah yang dimaksud dalam beberapa ayat Al-Qur'an, khususnya sakinah yang dimaksud dalam surat Ar-Rum ayat 21, di mana Allah berfirman,

'Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa sakinah atau tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.'

"Ayat ini tidak terbatas pada pernikahan yang selalu diliputi bahagia. Sakinah atau tenteram yang dimaksud di sini, juga memiliki arti sebuah ketenangan yang Allah turunkan pada pasangan suami dan istri yang diberikan cobaan, tetapi berhasil menghadapi serta melewati ujian karena berpegang teguh pada Allah swt," lanjut Bude Maryam.

"Jadi maksudnya, ada pasangan suami dan istri yang menjadi semakin dekat dengan Allah setelah diuji?" tanya Keisya.

"Iya, Nak. Kamu benar. Level ketaatan yang bertambah tinggi setelah ujian berakhir adalah salah satu bentuk sakinah yang diturunkan Allah dalam sebuah pernikahan. Jadi nggak tepat kalau ada yang bilang, sakinah hanya dinobatkan pada rumah tangga yang tidak memiliki masalah. Mustahil kita tidak menemukan masalah dalam mengarungi proses kehidupan." Bude Maryam menanggapi.

"Bude, gimana kalau aku nggak menemukan sakinah di dalam rumah tanggaku?"

"Darimana kamu tahu nggak ada sakinah di dalam rumah tanggamu?"

"Karena Bude bilang, sakinah adalah hadiah dari Allah untuk mereka yang berhasil melewati ujian dengan ketaatan. Gimana kalau aku nggak kuat memperjuangkan meraih sakinah dalam rumah tanggaku sendiri?"

Maryam tersenyum dan menggenggam tangan Keisya yang tergeletak di meja makan. Dia tatap dalam mata ponakannya tanpa menghakimi. "Memang nggak mudah dalam menjalaninya, tapi tidak ada kebaikan yang luput dari penglihatan Allah. Tidak ada kebaikan yang sia-sia di muka bumi.

"Bude paham, nggak semua perempuan mendapatkan kondisi ideal dalam rumah tangganya. Jadi yang bisa Bude katakan, untuk para istri yang sedang berjuang dalam kesabaran dan ketabahan semata-mata ingin meraih kasih sayang Allah adalah ...

"Jika perjuangan ini membuatmu semakin jauh dari Allah, maka berhentilah. Tetapi sebaliknya, jika jalan juang ini justru membuatmu semakin dekat dengan Allah, sebenarnya itulah tanda sakinah.  Sakinah yang berarti ketenangan jiwa karena seorang hamba terasa begitu dekat dengan Tuhannya.

"Ambil waktu istirahat sebentar dengan ibadah lalu sambut suamimu pulang dengan hati lapang. Bukan karena rasa cintamu padanya, tetapi karena rasa cintamu pada Allah, Tuhan seluruh alam.

"Jangan lupa panjatkan surat Al-Furqon ayat 74 sebagai bagian dari ikhtiar dan doa.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

"Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.

"Jangan pernah bosan saling mengingatkan antara suami dan istri agar Allah berikan sakinah di dalam rumah tangga. Berdakwahlah pada pasangan dengan cara yang lembut dan jangan gegabah dalam mengambil keputusan," jelas Bude Maryam begitu panjang, tetapi Keisya begitu konsentrasi dalam menyimak nasihat.

"Ya Allah, Bude ... jazakillah khayr," ucap Keisya yang sekarang hatinya sudah berangsur-angsur tenang.

Maryam merentangkan tangan dan tawaran itu tentu segera disambut oleh Keisya yang sangat membutuhkan pelukan. Luruh sudah kerasnya hati karena nasihat begitu menenangkan.

Nanti, saat Bude Maryam sudah pulang, Keisya akan berusaha memberi nasihat kepada Fikra dengan cara yang lembut. Berusaha mencari jalan keluar agar rumah tangganya tidak semakin runyam.

Bude Maryam pulang setelah mereka mendirikan salat asar berjamaah. Keisya segera mandi, memakai gaun malam panjang dengan brukat lembut yaang tidak mengganggu jika harus dipakai tidur, dengan berbekal video di internet dia usahakan menghias rambutnya yang lurus hitamnya menjadi sedikit bergelombang.

Meja makan dia hias dengan lilin. Dia sajikan makanan dan minuman favorit suaminya. Keisya bertekad mendapatkan singgasana tertinggi di hati Fikra dan mencegah adanya perempuan lain tinggal di rumah ini. Berbagai kata-kata indah dia siapkan, dia ingin mendakwahi suaminya tanpa terkesan menggurui.

Namun pada intinya, hal yang ingin dia sampaikan adalah Fikra harus mulai bisa menjaga batasan dengan Alenta. Tersedia banyak sekali opsi jika Fikra harus balas budi. Tanpa harus mengacak-acak kerajaan mereka. Deru suara mesin mobil terdengar semakin jelas. Keisya tahu suaminya sudah pulang.

Pintu rumah dia buka, tetapi Keisya bersembunyi di baliknya. Keisya mengulum senyum dan menahan debaran di jantungnya. Lonjakan bahagia berakhir dengan keretakan di dada. "Fikra—"

Fikra memasuki rumah dengan menuntun Alenta.

"Gue bisa jalan sendiri, Fik."

"Gue gendong aja. Kamar lo di atas. Dokter bilang, lo belum boleh kecapaian."

Lagi dan lagi. Keisya melihat Fikra membopong Alenta dengan romantis. Kali ini bukan menuju parkiran, tetapi kamar.

Reaksi yang pertama kali Keisya lakukan adalah menutup pintu utama. Kemudian, dia masuk kamar. Tanpa air mata. Riasan wajahnya tidak luntur, tetapi bibir berwarna merah marun tak lagi mengukir senyum. Dia duduk di salah satu sudut ranjang. Dinantikannya Fikra masuk kamar.

"Aku mau mulai sekarang kita buat perjanjian."

Keisya segera berdiri saat Fikra mendekat.

"Kamu boleh bawa Alenta ke rumah ini, tapi kamu harus izinin aku mewujudkan cita-citaku."

Lupakan semua nasihat Bude Maryam. Dia merasa dihinakan oleh suaminya sendiri. Tidak dia duga Fikra nekat langsung membawa Alenta ke rumah ini. Dengan bibirnya yang mulai bergetar dan telapak tangannya basah oleh keringat, Keisya ungkapkan keinginannya di dalam hati.

"Kamu boleh bawa Alenta ke rumah ini, tapi izinin aku pergi ke Uzbekistan 3 minggu lagi untuk menenangkan diri."

Keisya memang mengekspresikan sakit karena tusukan gaib di jantungnya melalui air mata di akhirnya, tapi siapa pun manusia yang melihat bagaimana caranya melihat Fikra pasti menganggap perempuan itu sedang maju dalam medan pertempuran tanpa ingin berhenti.

Akan tetapi jauh di dalam lubuk hatinya, dia memiliki harapan jawaban dari suaminya yang kini mulai terlihat emosi. Keisya ingin Fikra menjawab, 'Lo nggak boleh pergi tanpa gue temenin. Gue nggak jadi bawa Alenta tinggal sementara waktu di rumah ini.'

Laki-laki yang tubuhnya menegang dan kedua tangan sudah terkepal kuat di sisi badan kanan dan kiri ingin sekali membuat pembelaan pada diri sendiri. Sepertinya dia terlalu lelah. Fikra mengatur napas dan membuat keputusan tanpa berpikir.

"Oke, lo boleh pergi kemanapun. Asal Alenta boleh tinggal di rumah ini."

Keisya bersumpah, tak akan melupakan setiap kata yang terlontar dari bibir Fikra. Malam ini suaminya tidak membentak, tidak bernada tinggi.

Hanya satu kalimat yang membuat Keisya sadar, bahwa kehadirannya selama ini tidak dianggap.

Hanya satu kalimat yang membuat Keisya dipukul mundur oleh kenyataan, bahwa dia tidak lebih berharga dari Alenta.

Dan hanya satu kalimat yang membuat Keisya hari ini menduga, nasihat Pakde Fatih dan Bude Maryam tidak berlaku untuknya.

Apa itu sakinah?

Dia mulai menyesali pilihan hidupnya sendiri karena menikah dengan Muhammad Fikra Al-Baghdad.

***

Lanjut?

Spam next di sini.

Udah baca versi AU instagram Tanah Baghdad belum? Baca di instagram ceritaberliana

Ada yang habis buat perjanjian, nih. Kelanjutannya akan gimana, ya? :")

Kalian merasa Keisya jadi lebih baik atau malah merasa yang Keisya lakuin salah?

Titip pesan buat Fikra di sini.

©Berliana Kimberly | Part 18 published 21 Maret 2024 | Genre: Romance-Spiritual | Karya ini dilindungi oleh Undang-Undang No.28/2014 tentang Hak Cipta dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Continue Reading

You'll Also Like

74K 12.5K 18
Slow update Spin-off KALAM CINTA SANG GUS "Tentang dua hati yang berakhir patah, juga tentang janji yang dipaksa ingkar." Hidup Hasna yang bebas tan...
2.8M 208K 46
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
1.4K 580 10
Bismillahirrahmanirrahim❤️❤️❤️❤️ Kisah seorang guru muda yang mengajar di sebuah SMA Bandung dan harus berhadapan dengan salah satu siswinya yang...
23.1K 553 54
Brukkkk!!! "aduhhh"ringis nya "Minggir" "HEH LO MINTA MAAF DULU KEK UDH NABRAK GK MINTA MAAF LAGI, WOYYY"teriak nya saat orang itu pergi tanpa memint...