"Mas pergi kerja terus. Semangat rawat pasiennya ya, aku masuk dulu. Kasian kalau Rian nangis aku tidak ada." Lia langsung masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.
Ia terduduk di lantai setelah masuk ke dalam rumah, air mata sudah menguncur deras, ia menangis sambil memukul dadanya dengan keras. "Ya ampun sakit banget rasanya, kenapa ya jahat banget Hito sama aku." Lia menghapus air matanya dengan kasar, ia tidak mau menangis lagi. Ia lebih baik lebih cepat berberes dahulu.
Tidak banyak yang harus disiapkan, karena Lia sudah bersiap jauh-jauh hari. Masalah cerai, Lia bingung juga sebenarnya. Mau menggugat cerai tapi tidak bisa karena pernikahannya tidak disahkan secara hukum. Lalu bagaimana ini, Hito sendiri malah tidak pernah menalaknya. Biarlah itu, Lia hanya ingin tenang ia akan memikirkan cara agar bisa berpisah setelah selesai menenangkan diri beberapa hari setelah ke luar dari rumah ini. Lagi pula Lia tidak tau sebenarnya mau bagaimana hidupnya ke depan, yang penting ia fokus dengan kehidupan anaknya saja.
Lia mengambil kertas satu lembar lalu menulis pesan. Kenapa tidak di ponsel saja ya kan? Lia menggeleng, tidak ia nanti malah menunggu balasan dari Hito. Lebih baik di kertas saja tidak peduli Hito akan membaca atau tidak.
'Tidak seharusnya kamu ikut dalam hidup penderitaan bersamaku. Aku tau aku yang salah, jadi aku akan kembali ketempat seharusnya aku berada. Berbahagialah dengan wanita itu, aku memilih untuk mengalah karena aku tidak sanggup untuk jadi istri tersembunyi apalagi jika nanti suatu saat istri barumu mengetahui rahasia kita. Lalu aku akan menjadi orang hina di mata kalian semua. Masalah Rian biarlah aku urus, dari awal kamu juga tidak mengharapkan anakku.'
Ponselnya berbunyi pesan dan ternyata Gio yang menghubunginya dan memintanya untuk segera melihat pengumuman apakah ia lulus dengan ujian yang ia lakukan beberapa hari yang lalu. Terlalu banyak masalah membuat Lia melupakan masalah penting seperti ini. Dengan berusaha tenang, Lia membukanya dan ia dinyatakan lulus. Lia menangis dengan keras, menangis bahagia dan menangis sakit hati menjadi satu.
***
Berhubung Hito tidak bisa dihubungi, dengan terpaksa Rian ia titipkan ke tetangga karena ia harus menyelesaikan wawancaranya.
Sesampai di rumah tetangganya ternyata Rian sedang menangis karena suara bayinya terdengar dari luar. Lia langsung buru-buru masuk ke dalam rumah dan pemandangan Rian yang menangis dalam pelukkan wanita paruh baya yang tetap masih kuat walaupun sudah setengah abad.
Saat melihat keberadaan Rian, anak itu sudah merentangkan tangan minta digendong. Dan Lia langsung mengambil ahli, tidak lama tangisan Rian berhenti.
"Nangis Dek baru saja bangun tidur, ia menangis karena rindu Ibunya lihat setelahnya tidak menangis lagi." Lia tersenyum lembut sambil menatap ke arah wajah Rian yang sudah tersenyum lebar dengan tangan yang menepuk-nepuk dadanya. "Iya dia ni manja sekali, makasih ya Bu. Lia pamit dulu," ucap Lia, lalu mengambil tas yang berisi perlengkapan Rian, lalu langsung menuju rumahnya.
Sesampai di kamarnya ia langsung mengangkat Rian dan langsung memberikan asi. "Bayi imut ini ganteng banget." Lia mencium seluruh permukaan wajah Rian. Ia memandangi wajah Rian dengan seksama, sangat menggemaskan.
Lia kira jika Rian hadir maka rasa cinta Hito bisa muncul begitu saja tapi nyatanya Rian di sini tidak akan banyak merubah status anaknya di mata orang lain. Rian tetap dianggap tidak memiliki ayah bukan? Karena Hito tidak pernah mengaku punya bayi. Sampai orang berpikir ia perempuan murahan yang menjual tubuhnya hingga memiliki anak.
Hingga tubuh Lia bergetar saat teringat bahwa Hito sering mengatakannya murahan. Apa itu artinya apa yang orang katakan benar? Ia menjual tubuhnya sendiri, walaupun pada suaminya sendiri.
Gila, Lia bisa gila jika terus melanjutkan pemikiran bodohnya kan. Ia hanya ingin segera pergi. Ia yang sekarang sedang menyusui Rian, tetap langsung bangun dan mengambil semua tasnya yang sudah disiapkan. Lalu langsung menghubungi taksi online.
Ia juga langsung menghubungi temannya, Icha untuk mendatanginya katanya ingin menemani.
"Serius sekarang?" tanya Icha saat sudah berada di depan rumah.
"Aku mau sekarang perginya."
"Hah? Tidak kecepatan? Tidak bisa untuk berbicara lagi dengan suamimu mungkin dia akan berubah pikiran."
Lia emang sedikit menceritakan perihal dirinya yang akan bercerai dengan suaminya. Tapi tentu saja ia tidak memberi tahu kepada Icha salah satu temannya bahwa suaminya adalah Hito. Icha juga temannya selama kuliah pasti wanita itu akan sangat terkejut jika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Semua sudah tidak ada lagi hal yang perlu dibahas." Tidak ada waktu lagi bagi Lia untuk kembali berbicara baik-baik untuk kembali dengan Hito itu tidak mungkin.
"Oke ayo." Icha menatap Lia dengan sedih, ia ikut sedih jika Lia harus bertemu dengan suami yang jahat. Ia penasaran siapa suami Lia, tapi Lia tampak tidak mau membahas bagaimana rupa suami Lia sebenarnya.
Lia menatap ke seluruh area yang sudah lama ditempati. Tetangga pun tidak banyak yang mengenalnya, karena tembok rumah ini dibuat sangat tinggi. Karena ini juga dihuni oleh orang-orang yang kelihatan orang sibuk hingga terkadang mereka jarang pulang. Rumah yang besar tapi tampak sering tidak ada yang menempati.
Tidak lama taksi juga datang, ia menggendong Rian yang sekarang sangat tenang berada digendongan mamanya.
***
Hito duduk di ruangan tempat ia akan memeriksa pasiennya. Ini waktu untuk makan malam, biasanya Hito malas untuk kantin jadi ia menyuruh asistennya untuk mengambil makanan di kantin. Tidak lama Sindi masuk dan memberikan makanan kepada Hito. "Ini Dok."
Hito menerima makanan itu, lalu ia membuka isinya dan tampak berbeda. Ini menunya seperti biasanya tidak ada tambahan seperti acar dan kentang sambal yang biasanya khusus Lia berikan untuknya karena Hito emang suka. Tidak ada yang menyuruh tapi Lia selalu mengirim makanan dengan menggunakan jasa antar.
Wanita itu juga tidak mengirim pesan yang biasa dia lakukan, kadang Lia akan mengirim video mengemaskan Rian atau menanyai hal basa-basi yang tidak penting.
"Pina," panggil Hito pada asistennya, tidak lama Pina datang. Pina memberikan laporan yang emang disuruh oleh Hito tadi.
"Ini siapa kasih?" tanya Hito sambil menunjuk makanan di depannya. Pina sendiri bingung harus menjawab apa tidak biasanya Hito bertanya.
"Kamu makan makanan yang biasa dikirim ke saya ya?" Bukan tanpa alasan Hito bertanya, karena pernah beberapa kali Hito menyuruh Pina yang makan masakan Lia.
"Tidak Dok." Pina menggeleng keras, ia tidak berani jika tidak disuruh walaupun masakan itu emang enak. Pina bahkan tidak berani meminta makanan jika tidak ditawarkan padahal saat itu Hito tidak berniat memakannya dan makanan itu malah basi. "Yang biasanya mengirim makanan tidak memberikannya hari ini."
"Saya ada pasien habis ini?" Hito mengalihkan pembicaraan, ia tidak ingin Pina malah pikir yang tidak-tidak karena terlalu penasaran dengan makanan itu.
"Ada dua lagi," balas Pina sambil mengecek lembaran pasien selanjutnya.
Hito mengangguk, ia rencana akan pulang untuk melihat kenapa dengan wanita itu, nomornya juga tidak aktif. Hito berusaha untuk fokus dengan pekerjaan, setelah selesai ia langsung pulang ke rumah.
***
"Eh Hito." Langkah Hito terhenti, ia menatap heran ke arah Adam. Tidak biasanya Adam ke sini.
"Kenapa? Siapa sakit?" tanya Hito.
Adam sendiri tampak bingung mau menjawab apa, ia sendiri tidak tau mau jawab apa. Karena tujuannya hanya ingin melihat kondisi Hito setelah ditinggal. Tapi Hito terlihat baik-baik saja, apa betul Lia tidak sepenting itu atau Hito belum tahu jika Lia berniat untuk pergi dari rumah hari ini.
Ia sudah mengetahui semua yang terjadi pada adik angkatnya begitu pun dengan keberadaan Lia saat ini.
"Tidak ada gue cuman mau bahas tentang pekerjaan di kantor. Ada sesuatu, gue mau minta tolong." Akhirnya ia memiliki alasan, kan tidak lucu kalau datang tanpa ada alasan.
"Maaf nggak bisa sekarang, gue mau cari makan dulu."
"Bisa bareng kalau gitu, gue juga belum makan," balas Adam lagi.
***
Bangun tidur target sudah tercapai jadi aku double update.
Jika memenuhi target ini = 390 vote + 150 komen aku bakalan langsung update lagi.
Mungkin ada yang tidak sabar menunggu bab selanjutnya bisa wa di nomor ini +62 838‑6394‑7842.
Bab 30 ampai bab 32, harga 5k
Bab 30 sampai bab 43, harga 20k (Paket hemat)