Xodiac Punya Cerita

By KEVINZCR

21.8K 1.8K 1.8K

Apakah impian Zayyan terlalu muluk? Impian nya adalah menjadi penyanyi solo yang terkenal di negeri tercinta... More

Zayyan
Naik Pesawat
Impian Setinggi Gedung Agensi
Pertanda Apa?
Kamsahamida...
Jangan Sedih
Trio Hongkong
Hyunsik
Setelah Wajib Militer
Cuma Melihat Dari Luarnya
Karena Kamu
Membuat Oranglain Berubah
Jangan Marah
Seperti Kemarin
Heat Waves
Seseorang yang Kau Lihat di Layar
Ketemu Lagi
Namaku Zayyan
(Bukan update : Titip foto masa lalu Beomsoo)
Jauh Dekat
Bitterlove
Bitterlove (2)
Ada Aku
Love Care
Beauty is Pain?
Chapter Spesial Ramadhan 💖
Creme Brulee
Beomsoo Revenge
Kamsahamnida, Kim Dongbhin
Chapter Spesial Lebaran 💖 (Part I)
Lebaran (part II)
Cowok Imut
Gyumin
Cinta Pertama
Cinta Pertama (2)
Downpour

Demi Ayang!

572 39 47
By KEVINZCR

Tarik, sis! 💃🎵

Zayyan ganteng banget, woy! 💖💖







Di Korea juga ada kurma. Namanya jujube, atau "kurma China".

Sore itu, Leo mengendarai motor scoopy di jalanan kota Seoul. Motor milik salah satu staf OCJ yang ia pinjam. Meski waktu berbuka puasa masih tiga jam lagi, tapi Leo sudah pergi mencari jujube untuk Zayyan berbuka puasa nanti.

Leo nyengir. "Zayyan pasti senang kalau aku kasih jujube buat dia. Kemudian, dia akan makin sayang sama aku."

Ketika sampai di toko buah, sayangnya buah jujube telah habis terjual. Kemudian, Leo kembali mengendarai motor untuk mencari ketempat lain.

Saat Leo berada di supermarket terlengkap sekalipun, lagi-lagi tidak ada stok buah jujube. Habis terjual, kabarnya. Leo menggaruk-garuk kepala saking herannya.

"Tolonglah, ahjussi. Mungkin masih ada sedikit stok buah jujube untuk saya beli? Istri saya lagi ngidam," kata Leo berbohong kepada penjualnya.

"Oo... kasihan, istrimu lagi ngidam, ya? Tapi maaf, anak muda. Buah jujube nya beneran kosong. Beli buah yang lain aja, ya?"

Kemudian, Leo pun meninggalkan tempat itu, lalu kembali mengendarai motor. "Pokoknya aku harus dapet buah jujube, buat Zayyan buka puasa! Demi Zayyan! Semangat!"

Leo kembali mengendarai motor untuk mencari toko buah lainnya. Dibalik kepalanya yang tertutup helm, sepasang headset bluetooth tanpa kabel menempel di kedua telinga Leo, memutar lagu berjudul Creme Brulee untuk menemani perjalanan Leo.

Sambil mengendarai, Leo tersenyum dan menyanyikan lagu tersebut. Dengan lirik yang dia ubah sesuka hatinya, dan menambahkan nama Zayyan didalam liriknya.

"Zayyan, you are my sun light, sun light..." 🎵

"Walking around in circles thinking 'bout you..." 🎵

"Staring through the darkness lost without you..." 🎵

"Oh, what can I do without you, got no clue..." 🎵

"I'm confused, ain't no use..."🎵
"I'm just feeling so blue..." 🎵

"I could get some whiskey on the rocks, now..." 🎵

"Gotta get you off my mind, oh, somehow..." 🎵

"Oh, what can I do, let it sit, let it chill, let me feel..." 🎵

"How it feels to have something so true, ooh..." 🎵

"Ooh, ooh..." 🎵
"You are my clue, ooh, ooh..." 🎵

"To something so true, ooh, ooh..." 🎵
"Oh, Zayyan, I wanna be close to you..." 🎵

"Zayyan, you're my sun light, sun light..." 🎵

"I could be your starlight, starlight..." 🎵

"Ain't no other way..." 🎵
"You can be my bae..." 🎵

"If I could make you stay..." 🎵
"Make you crème brûlée..." 🎵




"Nggak ada juga?!" tanya Leo kepada pedagang buah yang ke-35817206 yang Leo temui sore ini.

Pedagang buah itu menggeleng. "Maaf, anak muda. Kebetulan stok buah jujube sedang kosong."

Leo menggaruk kepalanya lagi saking herannya. Ada apa sih dengan hari ini? Apa karena ini hari pertama di bulan Ramadhan, maka semua umat muslim di Korea memborong buah jujube sampai habis? Ah, kayaknya nggak juga. Atau buah jujube memang sedang tidak musim?

Atau... semesta memang tidak mengijinkan Leo membuat hati Zayyan senang hari ini? Oh, tidak, batin Leo.




Sudah lebih dari satu jam, Leo mengendarai motor berkeliling jalanan kota Seoul, menghampiri setiap toko buah, supermarket, pasar, dari toko kecil sampai toko yang katanya paling lengkap, semua sudah Leo datangi. Tapi sayang. Jangankan kurma Arab, kurma China pun tidak ada.

Saat Leo kembali mengendarai motor, tiba-tiba motornya mogok. Ternyata bensinnya habis karena Leo lupa mengisinya. Dengan pasrah, Leo turun dan berjalan sambil mendorong kedua stang motor itu menuju Gas Station yang berjarak 500 meter dari situ.

Tiba-tiba ponsel Leo berdering. Leo berhenti sejenak dan melihat layar ponsel. Ternyata yang menelpon adalah staff OCJ pemilik motor yang Leo pinjam.

Leo menjawab panggilan. "Yeoboseyo?"

"Ouyin, motorku mana?! Kapan dibalikin?!"

"Maaf, hyung. Aku masih ada urusan penting. Hyung kalau mau pergi, naik taksi aja. Nanti ongkos taksinya aku ganti."

Terdengar suara staff menghela napas. "Yaudah. Tapi jangan lama-lama! Secepatnya kembalikan motorku!"

Leo menutup panggilan dan juga menghela napas. Lalu kembali berjalan sambil mendorong kedua stang motor menuju Gas Station.

Tiba-tiba, titik-titik air turun dari langit. Gerimis pun datang. Leo jadi lebih terburu-buru mendorong motornya. Meski cuma gerimis, tapi titik-titik air dari langit yang cukup banyak, membuat seluruh tubuh Leo sedikit basah.

"Oo my God! Kenapa begini amat, ya?!" ratap Leo.

Setelah 500 meter ditempuh, akhirnya Leo sampai di Gas Station, kemudian mengisi bensin. Bertepatan dengan turunnya hujan, dan Leo pun berteduh ditempat itu.

Lagi-lagi ponsel Leo berdering. Ia menjauh dari titik pengisian bensin, lalu menatap layar ponsel. Leo tersenyum karena ternyata Zayyan yang menelpon. Lalu, Leo pun menjawab panggilan.

"Halo, baby? Eh... halo, Zayyan?"

"Ouyin, kamu dimana?"

"Aku... mm..." Leo tidak mau bilang kalau dirinya sedang sibuk mencari buah jujube untuk Zayyan. Niatnya mau ngasih surprise. "Aku... aku sedang ada urusan. Zayyan, ada apa menelpon ku?"

Terdengar helaan nafas Zayyan. "Entahlah. Perasaan ku nggak enak. Ouyin, kamu baik-baik aja, kan?"

Leo tersenyum senang mendengarnya. Zayyan bertanya apa Leo baik-baik aja? Apa Zayyan mengkhawatirkan Leo? Bagaimana Zayyan bisa tau kalau keadaan Leo sore ini sedang tidak baik?

"Aku... aku baik-baik aja," jawab Leo.

"Yang bener?!"

"Iya."

"Yaudah. Aku harap kamu segera kembali."

"Iya, sayang. Kamu kangen ya sama aku?"

"Apa?!"

"Nggak, kok. Kamu tadi salah denger."

"Baiklah. Bye, Leo!"

Panggilan pun ditutup. Perasaan Leo berbunga-bunga karena tadi ditelpon oleh Zayyan. Membuatnya kembali bersemangat untuk mencari buah jujube demi ayang tercinta.

Motor sudah selesai diisi bensin, dan hujan pun sudah reda. Leo kembali mengendarai motor untuk mencari buah manis itu. "Demi ayang! Fighting!"




Waktu berlalu. Rasanya kota Seoul yang luas ini sudah dikelilingi oleh motor yang dikendarai Leo. Entah berapa kilometer jarak yang sudah Leo tempuh. Dan semua pedagang buah di kota ini sudah melihat wajah tampan Leo yang menghampirinya dan menanyakan buah jujube. Sayangnya, semua pedagang buah menjawab sama : "Maaf, tidak ada." 

Dua setengah jam sudah, sejak Leo keluar dari gedung agensi dan mengendarai motor pinjaman. Tapi buah manis yang Leo cari untuk Zayyan berbuka puasa, tidak bisa ditemukan.

Leo capek, lalu memarkir motornya di sebuah taman. Leo duduk di taman itu sambil meminum sekaleng soju, dan beristirahat. Bukan cuma capek, Leo juga sangat kecewa. Dia sudah berusaha keras hanya untuk hal sepele : membeli sejenis buah. Tapi ternyata gagal. Leo juga merasa gagal membuat Zayyan senang hari ini.

Leo melirik jam tangannya. Ternyata, setengah jam lagi sebelum waktu berbuka puasa bagi umat muslim. Leo menghela napas. Sia-sia sudah usaha kerasnya sore ini.

Leo menengok kesamping. Kira-kira satu meter disebelah Leo, terlihat perempuan berhijab yang duduk sambil memainkan ponselnya. Leo tidak ingat siapa yang lebih dulu duduk disitu, dirinya atau perempuan itu?

Tapi, sesuatu menarik perhatian Leo. Di pangkuan perempuan itu, terdapat tas plastik transparan, yang memperlihatkan isi di dalamnya. Yaitu, dua kotak kecil berisi buah kurma. Bukan lagi jujube atau kurma China seperti yang sejak tadi Leo cari, melainkan itu kurma Arab.

"Excuse me," sapa Leo kepada perempuan itu. "Boleh saya tau, dari mana anda membeli buah itu?"

"Aku membelinya di Busan," jawab perempuan itu.

"Busan?!" seru Leo, mengingat jauhnya jarak dari Seoul ke Busan.

"Iya, oppa. Aku datang dari Busan, dan aku membeli buah ini sebagai gift untuk temanku."

Leo hanya mengangguk. Dan berpikir, mana cukup waktu setengah jam untuk pulang-pergi ke Busan dan membeli kurma disana? Ah, sudahlah. Leo menyerah.

"Terima kasih informasinya," Leo berdiri dan membungkukkan badan kearah perempuan itu. Lalu membalikkan badan dan hendak pergi.

Melihat punggung Leo yang menjauh, perempuan itu berdiri. "Oppa, tunggu!"

Leo terhenti, lalu membalikkan badan kearah perempuan itu.

Perempuan itu memberikan satu kotak kecil berisi kurma kepada Leo. "Ini untukmu, oppa. Ambillah."

Leo terharu, lalu menerima sekotak kurma itu. "Terima kasih banyak! Aku akan membayarnya," kata Leo sambil buru-buru mengeluarkan dompet dari sakunya. Tapi, perempuan itu mencegahnya dan tersenyum.

"Aku tidak menjualnya. Itu gratis untukmu," kata perempuan itu.

Leo semakin terharu. Dengan kedua tangan memegang sekotak kurma, Leo membungkukkan badan berkali-kali kearah perempuan itu. "Terima kasih banyak! Terima kasih banyak!"

Leo membawa sekotak kurma itu, kemudian mengendarai motor untuk kembali ke agensi. Leo sungguh terharu. Walaupun kurma itu tidak dibeli dengan uangnya sendiri, tetapi diberikan oleh seseorang baik hati, usaha keras Leo sore ini untuk memberikan kurma untuk Zayyan tidaklah sia-sia.



****



Dari bangunan Moslem Center, adzan Magrib berkumandang.




Sementara itu di gedung agensi OCJ.

Zayyan duduk di pantry sambil menikmati segelas teh hangat. "Alhamdulillah," ucapnya lega, setelah 13 jam berpuasa.

Tiba-tiba Leo muncul didepan pintu. "Zayyan!"

Zayyan pun menengok kearahnya. "Ouyin? Kamu dari mana aja?"

Leo duduk disamping Zayyan dan meletakkan sekotak kecil kurma didepan Zayyan. "Hei, Zayyan. Ini untukmu."

"Wah, terima kasih," Zayyan tersenyum. Kemudian menyadari, bahwa ini di Korea. Di negara mayoritas Non-muslim. Tidak seperti di Indonesia yang dengan gampangnya, kita bisa membeli kurma yang banyak dijual di bulan Ramadhan. Zayyan heran melihat kurma Arab di depannya. Bukan kurma China alias jujube yang juga dikonsumsi orang Korea.

"Ouyin, kamu dapet kurma Arab dari mana?"

Ouyin nyengir. Lalu, ia menceritakan semuanya. Bagaimana ia selama 2,5 jam lebih, berkeliling kota Seoul naik motor demi mencari buah kurma. Tentang bagaimana sulitnya mendapatkan buah itu, entah kenapa. Dan disaat Leo sudah menyerah, seorang perempuan berhijab baik hati memberikan sekotak kecil kurma kepadanya.

"Oo my God. Ouyin..." Zayyan merasa kasihan, lalu memijat punggung Leo dari samping. "Kamu nggak perlu bersusah payah begitu."

"Hehehe, nggak apa-apa kok. Demi kamu, apa sih yang enggak?" kata Leo.

"Terima kasih untuk kurma nya. Tapi, lain kali jangan seperti ini lagi."

Zayyan kepikiran sesuatu. "Ouyin, apa mungkin kamu salah pengertian ya? Apa kamu pikir, aku harus banget makan kurma?"

"Lho? Bukannya memang harus banget? Orang muslim kalau buka puasa memang harus banget makan kurma, kan? Kalau enggak, dosa."

"Bukan! Aduh," Zayyan jadi ngerasa nggak enak. "Kamu salah, Ouyin. Aku memang dianjurkan makan kurma. Tapi kalau enggak ada, ya udah! Aku bisa makan apa saja yang penting halal."

"Oo..." Leo mengangguk karena baru tau. Ia menggaruk kepalanya. "Kalau tau begini, mending tadi aku belikan buah yang lain. Ngapain aku susah payah cari kurma?"

"Ya sudah. Aku hargai usahamu, Ouyin. Terima kasih banyak, ya."

Zayyan mengambil sebutir kurma dan sebuah pisau kecil. Ia sayat kurma itu, mengeluarkan bijinya, lalu menyuapkan sebutir kurma yang manis itu ke mulut Leo.

Leo tersenyum. Satu suapan yang diberikan Zayyan, menghilangkan semua lelahnya setelah berusaha keras mencari kurma, tadi sore.

"Manis, kan?" tanya Zayyan, yang kemudian melahap sebutir kurma.

"Tapi ada yang lebih manis, yaitu kamu."

"Jangan merayuku!" Zayyan ngegeplak bahu Leo, dan Leo hanya tertawa.

"Nih, lagi. Aaa..." Zayyan menyuapkan kurma kedua ke mulut Leo. Sebenarnya, Leo kurang suka rasanya yang terlalu manis. Tapi karena Zayyan yang nyuapin, Leo rela diabetes seandainya Zayyan menyuapkan sekarung kurma ke mulutnya.

Zayyan sendiri sudah menyantap tiga butir kurma, lalu meminum segelas air dan mengucap hamdalah. Zayyan tersenyum kearah Leo. "Hei, Ouyin. Karena kamu sudah bersusah payah mencari kurma untukku, aku akan traktir kamu ganjang gejang. Mau, kan?"

Leo tersenyum dan mengangguk. "Asik! Aku ditraktir sama Zayyan!"

"Tapi nanti, ya. Aku ibadah dulu. Kira-kira lima sampai sepuluh menit."

"Siap! Aku tunggu."

Zayyan tersenyum, lalu meninggalkan ruangan pantry untuk sholat magrib di kamarnya. Sementara itu, Leo bersorak kecil karena senangnya. Leo merasa berhasil membuat Zayyan senang dengan memberinya sekotak kurma. Ditambah lagi, Zayyan akan mentraktirnya ganjang gejang dan makan berdua dengan Zayyan.




Didalam kamar.

Zayyan sudah menyelesaikan rakaat terakhir sholat magrib, kemudian berdoa. Selesai berdoa dan merapikan sajadah, Zayyan heran karena Sing tidak juga berada di kamar itu.

"Sing kemana?"

Zayyan keluar dari kamar dan kembali menuju pantry, dan terlihat Leo yang masih duduk menunggunya. "Ouyin, Sing kemana ya? Kita ajak Ricky juga, yuk?"

Leo berdiri, berjalan mendekati Zayyan dan merangkul bahunya, sambil membawa Zayyan pergi. "Zayyan, nggak usah nyariin mereka. Kita makan berdua aja, oke?!"

"Tapi..."

"Ssstt! Ayo, ah! Aku udah laper, nih!" kata Leo sambil memencet tombol lift dan memasuki lift itu bersama Zayyan.



****



Sing berjalan di koridor membawa satu plastik besar berisi bahan-bahan makanan, menuju dapur. Sesampainya di dapur, Sing menggunakan celemek dan mengeluarkan bahan-bahan dari dalam plastik.

Kalian pernah lihat chef ganteng? Malam ini, Sing seperti karakter chef ganteng dalam komik manhwa. Meski cuma mengenakan t-shirt yang membalut tubuh atletisnya, dan celemek yang menutupi bagian depan tubuhnya.

Sing menggunakan bahan-bahan seperti kuning telur, gula, dan susu untuk membuat sajian dessert. Saat semua bahan sudah didalam wadah, Sing mengocoknya menggunakan mixer elektrik berukuran kecil.

Sambil mengocok bahan-bahan tersebut, Sing tersenyum, hingga menampakkan lesung di pipinya yang manis. Membayangkan orang yang disukainya akan menikmati sajian yang sedang ia buat dengan penuh cinta. Ada yang bilang, kalau kita membuat hidangan enak untuk orang yang kita sukai, lalu orang itu menikmati hidangan buatan kita, maka orang itu akan menyukai kita juga.

Lalu, Sing menambahkan vanilla dan mengaduknya hingga rata. Kemudian, Sing menyiapkan beberapa cup alumunium foil, dan memasukkan campuran tersebut kedalam cup. Sing meletakkan beberapa cup yang sudah terisi kedalam loyang. Lalu, Sing memasukkan loyang tersebut kedalam oven dengan suhu tertentu.

Merasa cukup lelah, Sing duduk dan beristirahat. Lagi-lagi lesung pipinya yang manis terlihat saat Sing tersenyum. Tidak sabar menunggu dessert nya selesai dibuat, dan dinikmati orang yang dia sukai.



****



Bersambung


Kemarin, Leo sama Sing. Sekarang, Leo sama Beomsoo. Ya ampun, Leo gini amat ya... 😍😍💖💖

Continue Reading

You'll Also Like

9.3K 694 23
" Akan ku lakukan apapun untuk membawa kedamaian abadi walaupun harus mengorbankan nyawa ku sekalipun. " Berawal dengan keceriaan berakhir denga...
3.3K 352 10
Karena sebuah malapetaka yang terjadi pada Vesunard Empire, membuat Keluarga bangsawan Kim Royal Family, harus kehilangan sang Putra Mahkota mereka s...
230K 18.9K 93
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
69.1K 3.3K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++