He Fell First and She Never F...

vousmezera

272K 21.3K 3K

"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, to... Еще

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
44 (a) - Edisi LDR Sementara
44 (b) - Edisi LDR Sementara
45
46
47
48
49
50
51-Flashback (Spesial) Edisi Lebaran
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
attention please‼️please read until the end‼️
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97

19

2.6K 168 11
vousmezera

Waktu sudah hampir menunjukkan jam 11 malam tapi Vanessa enggan beranjak dari ruang tengah. Ia melamun entah berapa lama, pikirannya hanya kosong. Tak tahu juga apa yang sedang dia pikirkan. Seharusnya, ia belajar untuk sidang skripsinya nanti, tapi gadis itu malah melakukan hal yang sia sia.

"Kamu mikirin apa, mbak?" Tiba tiba Mayted datang dengan membawa segelas coklat hangat untuknya yang biasa Vanessa buat jika dirinya kesulitan untuk tidur.

"Nanti pagi kamu susah dibangunin. Lagi ada masalah?" Tanya Mayted sekali lagi, gadis itu sepertinya enggan berbicara.

"Pak Teddy kenapa belum pulang?" Tanya Vanessa, perempuan itu malah mengalihkan pembicaraan.

"Saya nggak pulang, saya diminta nginap sama Bapak." Ujarnya, Vanessa hanya mengangguk ringan.

"Kenapa, mbak?" Mayted terus menggali dengan rasa penasaran.

"Nggak papa Pak, lagi nggak mikirin apa apa. Memang lagi ngelamun aja." Jawabnya ngasal.

"Nanti kamu kerasukan kalo bengong malam malam gini!" Sahut Mayted.

"Iih Pak Teddy jangan nakutin, nanti aku nggak bisa tidur." Vanessa merengek manja.

Mayted tertawa kecil. "Ya makanya kamu cerita, mbak. Ada apa?"

"Kepikiran aja." Vanessa menatap kosong tv didepannya, tangannya memegang gelas berisi coklat hangat yang dibikin Mayted tadi.

"Kepikiran tentang?" Mayted mendekatkan duduknya agar bisa mendengar Vanessa bercerita.

"Pak Teddy lah! Bapak kenapa waktu di Hotel Fairmont natap aku dingin banget, Pak?! Aku ada salah apa? Terus Pak Teddy kenapa nggak khawatirin aku padahal kaki aku lecet karena heels?! Terus Pak Teddy pas aku tanya aku cantik nggak kenapa nggak digubris? Aku salah apa? Pak Teddy kesal ya karena waktu itu rundownnya jadi mundur? Pak Teddy udah capek ya ngurusin aku? Makanya Pak Teddy nggak khawatirin aku!" Vanessa tak ada kasih jeda sedikitpun.

Mayted sempat tertegun. Jadi penyebab gadis ini tidak bisa tidur karena dirinya. Mayted berusaha untuk tidak mencubit pipi gadis disampingnya ini karena kelewatan lucu dan menggemaskan!

"Ya ampun mbak, saya kira kamu kenapa. Saya nggak capek ngurusin kamu. Lagian waktu itu kamu memang kelamaan, kayak siput! Saya agak pusing kalo harus potong waktu Bapak semisal ngaret. Nggak bisa sembarangan dipotong gitu aja, Mbak Vanessa. Jadwal Bapak tuh padat banget." Jelas Mayted.

"Berarti beneran marah sama aku ya?" Tanya Vanessa lesu.

"Saya nggak marah, mbak. Saya hanya mikirin cara biar waktu Bapak di schedule selanjutnya tidak terkena dampak ngaret. Jadi saya nggak bisa memikirkan apapun saat itu dan hanya fokus ke Bapak." Jelas Mayted.

"Bohong!" Celetuk Vanessa mengintimidasi Mayted.

"Beneran, mbak. Ngapain saya bohong." Ucap Mayted serius.

"Terus pas aku tanya aku cantik nggak, Pak Teddy kenapa nggak gubris?" Tanya Vanessa.

"Cantik mbak, kamu selalu cantik. Semua orang juga tahu kamu gimana pun tetap cantik mbak!" Kali ini Mayted memujinya. Daripada bocil ini semakin tantrum.

"Ihh Pak Teddy, jawab serius." Vanessa menoel lengan Mayted yang berisi otot miliknya.

"Saya takut mbak." Ucap Mayted pelan.

"Takut apasih Pak Teddy?" Tanyanya dengan nada clingynya.

"Saya takut nggak kuat liat kamu dan puji langsung kemarin soalnya kamu kelewat cantik mbak! Pangling saya!" Akhirnya Mayted memilih untuk mengakuinya.

Vanessa melongo tak percaya hingga menutup mulutnya, lalu beberapa detik ia tertawa ngakak. "Pak, serius?"

"Iya, nggak usah ledek saya!" Ujarnya malu.

"Pak, lucu banget telinganya merah." Vanessa semakin meledeknya.

"Udah sana tidur, saya mau tidur ngantuk!" Mayted berdiri dari sofa tersebut, tapi pergerakannya malah ditahan Vanessa.

"Ih Pak, jangan kabur. Pak Teddy belum jawab pertanyaanku yang lain." Ia memaksa Mayted duduk kembali.

"Pertanyaan yang mana cil?" Tanya Mayted.

"Itu kenapa Pak Teddy malah natap aku dingin banget di aula?" Vanessa reminder lagi.

"Banyak kamera mbak, saya kalo mengubah ekspresi sedikit saja orang orang bisa berasumsi yang aneh aneh, saya males dikit dikit diviralin." Jelasnya kepada Vanessa.

"Terus kenapa nggak khawatir aku lecet kakinya? Pak Teddy nggak mau jagain aku lagi ya? Pak Teddy jagain perasaan pacarnya ya?" Vanessa
melemparkan banyak pertanyaan.

"Loh pacar apa ini maksudnya?" Mayted heran.

"Nggak usah pura pura nggak tahu, Pak!" Kesal Vanessa.

Mayted tertawa kecil. "Kamu ini cemburu apa gimana?"

"Kok jadi bahas cemburu?" Vanessa malah kebingungan.

"Kamu selalu penasaran sama perempuan yang dekat atau yang digosipin sama saya, mbak. Nggak sadar?" Gotcha! Vanessa ketahuan.

"Ya wajar nggak sih? Nanti Pak Teddy punya pacar, aku nggak diurus lagi." Sedihnya.

"Mbak, kamu itu udah 22 tahun loh! Bentar lagi S.ked, bukan anak kecil lagi yang harus semuanya saya urus dan saya jaga." Jelasnya.

"Pak Teddy mau ninggalin aku ya?" Mayted sudah melihat mata Vanessa yang sudah mulai berkaca kaca.

"Ya ampun mbak, nggak gitu. Kok ambil kesimpulan seperti itu?" Mayted menghapus air mata bocil cengeng itu.

"Pak Teddy pasti nggak sayang sama aku ya? Pasti Pak Teddy selama ini ngurusin dan ngejaga aku karena perintah Kakek aja." Ucap Vanessa sambil menunduk.

"Kata siapa, mbak? Saya sayang sama kamu loh." Ucap Mayted dengan lembutnya dan tentu pengakuan itu justru tak terbayangkan oleh Vanessa.

Vanessa mengerjap beberapa menit, mencoba memahami perkataan Mayted.

"Pasti karena aku bocil di mata Pak Teddy, ya kan?" Ucapnya.

"Nggak mbak, saya sayang sama kamu bukan karena kamu bocil atau tingkah kamu yang bikin saya pusing. Tapi karena saya memang sayang sama kamu." Kalo ada yang bilang Mayted tidak deg degkan mengatakan ini, salah besar. Justru Mayted mengatur detak jantungnya dan nada bicaranya agar tidak kelihatan gugup.

"Hah? Bentar bentar."

"Pak, nggak yang kayak aku pikirin kan?"

"Berarti bener dong dugaan adc Kakek yang lain kalo Pak Teddy suka sama aku?" Karena pengakuan ini, Vanessa menjadi gugup.

Namun beberapa detik setelahnya, Vanessa malah tertawa ngakak. "Pak, kok bisa suka sama aku? Padahal aku sering banget bikin Pak Teddy kesal dan naik darah."

"Ya saya sendiri juga bingung kok bisa suka sama bocah kematian kayak kamu, mbak!" Gerutunya gemas, laki laki itu mencubit pipi Vanessa.

"Kok kesannya saya nyatain perasaan saya nggak ada romantis romantisnya ya?" Ujar Mayted dengan heran sendiri.

"Aaaa Pak Teddy." Rengek Vanessa.

"Kenapa lagi sih cil?" Tanya Mayted melihat tingkah Vanessa yang super aneh.

"Aku jahat banget ngomong gini, tapi aku nggak ada perasaan apapun ke Pak Teddy. Gimana dong?" Ada rasa sedikit bersalah didalam diri Vanessa.

"Ya nggak papa, mbak. Saya juga cuma ngasih tahu perasaan saya saja ke kamu." Mayted mengacak rambutnya.

"Pak aku serius ini. Kalo aku nggak bisa balas perasaan Pak Teddy gimana? Bapak sendiri kan tahu ceritanya, aku masih takut." Vanessa merengek sedih.

"Nggak masalah mbak, saya nggak keberatan jatuh cinta sendirian. Kalo kamu memang nggak bisa masa saya harus paksa? Perasaan kamu itu ya kendalinya dikamu sendiri." Mayted bersandar ke sofa.

"Tapi aku usahain ya, Pak? Aku mau coba juga. Tapi jangan marah kalo gagal ya?" Ucapnya dengan nada pelan.

"Iya mbak, terserah kamu. Udah jangan dipikirin serius mbak." Mayted menenangkannya.

"Sejak kapan, Pak?" Tanya Vanessa, Mayted langsung mengerti maksudnya.

"Saat pertama kali kamu dikenalin ke saya sama Bapak tahun 2020 di Kemhan, ketika saya dilantik sebagai ajudan Bapak waktu itu. Saya ingat sekali kamu datang dengan jakun UI dan saya lihat Makara kamu, saat itu juga saya kagum sama kamu setelah dengar cerita Bapak. Setelah itu sebenarnya saya ada rasa interest dan penasaran sama kamu, tapi saya coba biar hilangin itu semua. Waktu itu siapa pun juga mana berani deketin cucu Menhan dan Jendral bintang tiga, mbak! Saya mana berani." Kata Mayted sembari mengingat beberapa kenangan ketika ia pertama kali bertemu dengan Vanessa.

"Lagian saat itu kamu juga sudah ada pacar kan. Saya tahu diri juga dan saya sempat mikir kamu ini kenapa beda dari yang lain, seperti Mbak Ati, Mas Habib, dan Mas Bintang. Walaupun umurnya sama tapi sifatnya berbanding terbalik. Semenjak kamu putus sama mantan kamu itu, perasaan saya juga tiba tiba merasa sangat aneh, saya merasa begitu simpati ke kamu. Tapi kalo suka ya mungkin baru sebulan ini." Mayted meluruskan.

"Kok bisa aku nggak sadar ya? Kaget banget aku dengerinnya dari seorang Mayor Teddy yang terkenal cuek dan dingin." Vanessa menutup mulutnya kaget.

"Tapi kok bisa ya, Pak? Padahal Pak Teddy udah ngurusin dan jagain aku 3 tahun lebih, kenapa baru sukanya sekarang?" Tanya Vanessa lagi, kalo dipikir pikir memang benar sih.

"Kan kamu punya pacar mbak saat itu, gimana sih? Lagian saat itu saya juga sempat dekat sama perempuan lain." Ucapnya.

"Oh yang anaknya Jendral itu ya? Yang kemarin?" Vanessa menebak asal.

"Kamu kok bisa tahu?" Tanya Mayted kaget.

"Kemarin liat Mas Rizky godain Pak Teddy, terus pas aku pamit ke belakang sama Kakek, banyak yang gosipin Pak Teddy sama anaknya Jendral itu." Ucapnya tanpa melihat Mayted.

"Lagian Pak Teddy digodain Mas Rizky malah salah tingkah. Cie Bapak, ketemu mantan pacar atau mantan gebetan tuh kemarin?" Goda Vanessa, bisa bisanya gadis itu masih meledeknya. Padahal gadis itu tahu siapa yang dia sukai.

"Apa sih mbak, nggak ada ya. Kan saya udah bilang sempat dekat saja. Kamu ngeledek saya tapi sebenernya cemburu." Iseng Mayted mencoba membalasnya.

"DIH APAAN?! Ngapain cemburu, Pak." Vanessa melempar bantal sofa ke arahnya.

"Bener ya nggak cemburu? Liat nanti." Mayted memastikan.

"Pak Teddy jangan aneh aneh, aku merasa diancam!" Vanessa mulai dengan sisi manjanya.

Mayted tertawa melihat kelakuan Vanessa yang up and down ini.

"Mm.. Pak, kalo semisal aku nggak bisa balas perasaan Pak Teddy, gimana?" Tanya Vanessa.

"Saya ikhlas saja, berarti memang kamu bukan takdir saya. Pasti saya terima mbak, nanti masalah perasaan saya gimana nya, mungkin bakal hilang sendirinya kalo sudah balik ke Batalyon." Ucapnya sedikit ragu, ragu karena apakah ia akan bisa melupakan gadis ini nanti jika memang mereka tidak bisa bersama.

"Beneran harus pindah ya?" Ada nada tak rela keluar dari mulut Vanessa.

"Iya, mbak. Surat perintahnya juga sudah turun."

"Kalo saya sudah balik ke kesatuan, kamu harus aware ya sama diri sendiri, jangan nyusahin Bapak! Apalagi sekpri Bapak, mereka nggak akan bisa tegas sama kamu dan protect kamu. Mereka pasti akan lebih sibuk nanti." Mayted sudah mewanti wanti.

"Aaaa Pak Teddy, jangan ngomongin sekarang, masih lama kan? Nggak suka." Rengeknya kepada Mayted dengan sedih.

"Iya iya maaf ya mbak, sudah jangan sedih." Mayted menepuk nepuk pelan punggung Vanessa.

"Pak, makasih ya sudah jujur sama perasaannya. Kalo Pak Teddy nggak ngasih tahu, aku pasti akan terjebak dengan perasaan bersalah karena biarin Pak Teddy jatuh cinta sendirian. Kita harus jatuh cinta sama sama ya? Aku usahain dari sekarang dan semoga berhasil. Dan Pak Teddy terlepas perasaannya ke aku, seperti biasa aja ya? Kalo aku salah dan menyebalkan marahin aja, jangan nggak enakan karena perasaan sendiri. Aku nggak mau ya kayak gitu! Pokoknya Pak Teddy harus jagain dan ngurusin aku seperti biasa." Ancamnya kepada laki laki didepannya yang berpangkat Mayor.

"Iya Mbak Vanessa, bawel banget!" Laki laki itu mencubit hidung mancungnya.

"Sana gih tidur."

"Pak Teddy nggak?" Tanya Vanessa.

"Sebentar lagi, saya masih ada kerjaan." Kata Mayted.

Vanessa mengangguk. "Yaudah aku keatas ya, jangan sampai nggak tidur Pak!"

"Iyaa mbak, tidur yang nyenyak ya, jangan lupa baca doa."

Setelahnya Vanessa meninggalkannya sendirian di lantai satu. Namun beberapa menit setelah itu, ia berteriak dari lantai dua dekat pagar pembatas.

"Pak, makasih ya coklat panasnya!" Vanessa langsung lari karena pasti akan dimarahi karena berteriak tengah malam.

"Ya ampun si bocil malah teriak. Bapak bisa kebangun." Mayted menggelengkan kepalanya.

Mayted lega, setidaknya perasaannya sudah plong dan tidak memikirkan hal aneh. Tadinya ia kira setelah ia berusaha melawan rasa takutnya untuk menyatakan perasaannya, ia kira Vanessa akan menjauhinya atau tidak menyukainya bahkan bisa saja gadis itu membencinya. Dilihat dari penilaian awalnya, memang terbukti jika gadis itu tidak ada perasaan apapun kepadanya.

Mayted tidak masalah, sungguh. Ia hanya cukup Vanessa mengetahuinya perasaannya. Tapi, siapa sangka kalo gadis itu malah berusaha untuk membalas perasaannya nanti. Tak peduli akan berhasil atau tidak, melihat perjuangan Vanessa saja ia sudah merasa dicintai oleh gadis itu. Ia merasa sudah diterima walaupun baru di depan pintu hatinya.

Jatuh cinta dengan cucu calon presiden, siapa sangka Mayted malah masuk ke dalam perangkap itu. Entah apa yang akan terjadi jika orang orang tahu ia memiliki hubungan dengan cucu calon presiden yang sangat cerdas dan juga populer nantinya.

Mayted tak akan menyerah, bukan Vanessa yang berusaha untuk setara dengannya, tapi ia yang harus berusaha untuk setara dengan Vanessa karena dari segi apapun, latar belakang, pendidikan, masa depan karir, dan status sosialnya tidak ada apa apanya dibanding dirinya sendiri. Mayted yang akan memantaskan diri agar ia pantas bersanding dengan perempuan yang ia suka dengan segala penuh resiko.

Ia sudah bertekad untuk memperjuangkan cintanya kali ini apapun rintangannya. Bahkan jika Vanessa menolaknya, ia akan terus berusaha hingga Mayted menyadari bahwa rasa suka dan cintanya itu hanya sebetas untuk menganggumi gadis itu, bukan untuk memilikinya.

Продолжить чтение

Вам также понравится

41.6K 5.5K 50
Kim Seokjin, seorang presdir perusahaan terbesar di Korea Selatan. Terlahir dari keluarga kaya raya, membuatnya sering tertipu wanita yang hanya meng...
Feminisme[✓] eina

Фанфик

28.7K 4.8K 21
Rosi Mawar Serasih dinikahi oleh pria dari golongan kaya bernama Vinan Putra Prasetya. Gadis desa berumur 18 tahun itu, tak pernah mengira akan menja...
OUR INCOMPLETE STORY sava

Подростковая литература

41.4K 2.1K 43
FAN FICTION OF PRINCE MATEEN (SUDAH TAMAT) Bagaimana rasanya saat pergi berlibur ke tempat impian dan tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang bisa ju...
42.4K 6K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG