Sayap Putih

By aynddv

1.6K 195 25

No description! Langsung baca prolog More

Prolog
Sayap Putih
2. Siapa Itu?
3. Dia Kembali?
4. Selamat Ulang Tahun
5. Rafael Robert
6. Nakala

1. Kehidupan

171 20 4
By aynddv

Seorang wanita cantik keluar dari sebuah ruangan bercat putih sembari menggunakan jas putih kebanggaannya. Wanita itu adalah Raina yang baru saja selesai melakukan pemeriksaan terhadap pasien-pasiennya, setelah ini ia akan pergi ke ruangannya untuk bersiap pulang ke rumah. Raina adalah seorang dokter anak di rumah sakit milik ayahnya tersebut, Raina mengambil jurusan itu karena ia memang sangat menyukai anak-anak. Sayangnya dia sendiri tidak bisa memiliki seorang anak

"Bukannya kamu ambil cuti selama satu minggu? kenapa masih berkeliaran di sini?" di tengah jalan Raina bertemu dengan Seana yang merupakan teman dekatnya

Raina tersenyum "Ada pasien anak-anak yang nggak mau di periksa selain sama aku Na jadi ya mau nggak mau aku harus kesini, tanggung jawab"

Seana geleng-geleng kepala "Kamu terlalu baik sih sampe anak-anak cuma mau di urus sama kamu, bahkan anakku juga" Ucapnya sembari menyamakan langkah kaki dengan Raina

"Gimana keadaan suami kamu? katanya abis kecelakaan?" Tanya Raina

"Udah jauh lebih baik, cuma luka ringan kok"

Seana dan Raina adalah dua sahabat yang tidak bisa di pisahkan. Keduanya sudah saling mengenal sedari kecil karena mereka dulu pernah bertetangga. Memiliki sahabat seperti Seana adalah sebuah anugrah terindah bagi Raina, karena wanita itu sangat mengerti apapun tentang Raina. Seana jugalah yang membantu Raina bangkit dari masa-masa terpuruknya. Begitupun sebaliknya, Seana juga merasa sangat beruntung memiliki sahabat berhati malaikat seperti Raina

"Oh iya Rai, aku mau tanya sesuatu"

"Apa?"

"Kemarin aku nggak sengaja ketemu sama Gilang di sini, dia nemuin kamu?" Alis Raina terangkat

"Buat apa dia ketemu aku?"

"Ya siapa tahu kan? kalian kan pernah-"

"Seana semuanya udah selesai, aku sama Gilang udah nggak ada hubungan apapun lagi jadi please jangan sangkut pautin dia sama aku lagi" Gilang adalah mantan kekasih Raina yang pernah hampir menikah dengannya. Dan entah kenapa, Seana ini masih sering menyangkut pautkan Gilang padanya seolah mereka masih berhubungan

Seana merasa menyesal menanyakan hal itu kepada Raina "Rai maafin aku ya, aku nggak bermaksud buat kamu inget kenangan buruk itu lagi. Aku cuma penasaran aja, maaf ya harusnya aku nggak tanya ke kamu"

Raina tersenyum kemudian menepuk bahu sahabatnya itu "Nggak perlu minta maaf, tapi lain kali jangan bahas dia lagi di depanku ya?" Seana mengangguk lega

Kini keduanya sudah sampai di ruangan Raina. Seana hanya diam memperhatikan Raina yang menanggalkan Jas putih kebanggaannya itu. Seana tersenyum melihat sahabatnya yang masih terlihat sangat cantik walaupun usianya sudah tidak lagi muda. Mungkin karena efek masih perawan juga yang membuat Raina terlihat lebih muda dari usianya. Sebagai seorang sahabat tentunya Seana sedih melihat Raina yang tidak juga menikah di usianya yang sekarang. Namun di luar itu, Seana akan selalu mendukung sang sahabat apapun alasannya

"Rai gimana kabar Om Dirga? Aku udah lama nggak main kerumahmu dan Om Dirga juga sekarang udah jarang ke sini"

Raina menoleh "Ayah baik, malah Ibu yang kemaren sempet darah tingginya kambuh"

Seana terkejut "Kok bisa?"

Raina mengangguk "Seperti biasa, Ibu nanggapin tetangga-tetangga yang suka ngatain aku mandul"

"Ck! Kenapa kamu nggak pindah rumah aja sih Rai? tetangga-tetangga kamu itu udah nggak waras tau nggak? mereka juga kan punya anak, harusnya bisa jaga omongannya" Seana geram setiap kali mengingat tetangga-tetangga Raina yang super duper julid menurutnya

Raina tertawa kecil "Mau pindah sekalipun nggak akan merubah apapun Na, selamanya orang kayak aku ini nggak akan pernah berhenti di rendahkan. Dalam masyarakat, seseorang yang nggak bisa punya keturunan itu akan tetap di anggap rendah"

"Justru fikiran yang begitu seharusnya di hilangkan dari masyarakat, kamu juga kan manusia yang sama-sama di ciptakan oleh tuhan. Kalau mereka ngehina kamu artinya mereka juga menghina Tuhan"

"Itu pemikiran kamu, setiap orang kan punya pemikiran yang berbeda"

Seana mencebik kesal, Raina terlalu baik hati menurutnya "Terserah kamu aja deh, udah ah aku mau isi perut dulu. Kamu kalo mau pulang hati-hati ya Rai, kalo di kasih permen sama orang nggak di kenal jangan di ambil"

Raina mendelik "Memangnya aku anak kecil apa?"

Seana mengangguk "Mukamu masih pantes di sebut anak SMP"

"Sembarangan! udah ah sana pergi pergi!" Seana meninggalkan Raina dengan tawa yang menggelegar

***

Di dalam mobil, seorang laki-laki memijat keningnya yang terasa pusing setelah mendengar kabar putra sulungnya kembali berulah. Kali ini tidak sedikit yang babak belur akibat ulah putranya, lima orang pemuda di larikan ke rumah sakit setelah di pukuli oleh Zerga. Marcel sebagai ayah Zerga tentu saja akan di panggil oleh pihak kepolisian, dan jika sudah begini uang adalah jalan satu-satunya agar anaknya bisa di bebaskan

Marcel melirik putra sulungnya yang kini duduk di sampingnya, sembari fokus menyetir ia akan menanyakan sedikit demi sedikit perihal apa yang sebenarnya terjadi "Kenapa di pukuli?" Tanya Marcel

"Ganggu"

Marcel berusaha menebalkan kesabarannya, padahal ia dulu tidak sedingin itu tapi entah mengapa anak-anaknya bisa menjadi sosok yang sangat dingin, Zerga salah satunya "Yang jelas, Ayah nggak faham Zerga"

Zerga berdecak "Mereka dulu yang ganggu, aku cuma ngasih pelajaran" Setidaknya lebih panjang dari yang sebelumnya batin Marcel

Marcel mengangguk "Jadi mereka duluan yang ganggu kamu dan kamu berusaha ngasih mereka pelajaran dengan cara pukulin mereka?" Zerga mengangguk

Marcel geleng-geleng kepala "Zerga udah Ayah bilang berulang kali, nggak semua permasalahan bisa di selesaikan dengan cara seperti itu. Dengan kamu mukul mereka, justru nambah masalah"

"Aku bukan Ayah yang diem aja walaupun berulang kali di sakiti" Marcel terdiam. Lagi-lagi anaknya itu mengungkit masalalunya

"Tapi buktinya walaupun Ayah nggak mukul mereka, Ayah masih bisa hidup bahagia"

"Iya, tapi wanita itu juga sama bahagianya seperti nggak pernah terjadi apa-apa. Harusnya seorang pendosa nggak pantas hidup bahagia" Ucap Zerga dengan sorot mata penuh kebencian

"Ayah tau kamu belum bisa maafin dia, tapi nggak dengan cara merusak diri kamu sendiri Zerga. Kamu juga punya adik-adik, gimana kalau mereka juga mengikuti apa yang kamu lakukan? kamu mau mereka menjadi bahan olok-olok seperti yang kamu terima sekarang?" Tanya Marcel

Zerga langsung terdiam, walaupun wataknya keras, namun jika tentang keluarganya ia akan tetap luluh "Maaf ayah, hari ini aku buat Ayah malu lagi"

Marcel menggeleng "Kata siapa Ayah malu? Ayah nggak pernah malu punya anak hebat seperti kamu"

Tak lama kemudian, Ayah dan anak itu sampai di sebuah Penthouse mewah yang mereka tinggali. Zerga berjalan terlebih dahulu daripada Ayahnya. Sesampainya, Anak laki-laki itu bergabung bersama ketiga adiknya yang sedang berkumpul di ruang tengah. Zerga tertawa melihat Naka dan Shaka yang terlihat tertekan ketika di ajak menonton film Barbie oleh Lula. Mereka heran dengan Lula, padahal sudah besar tapi masih saja menyukai film Barbie

"Bukannya ini udah pernah kamu tonton La?" Tanya Zerga

Lula mengangguk "Ceritanya bagus, jadi nggak ngebosenin kok kalau di tonton ulang. Iya kan kak?" Naka mengangguk cepat sedangkan Shaka menyunggingkan senyum penuh tekanan, kalau bukan Lula pasti sudah Shaka tinggal pergi

Marcel yang diam-diam memperhatikan dari belakang terkekeh gemas melihat anak-anaknya. Yang membuatnya merasa bangga adalah mau seburuk apapun Zerga ia akan tetap menjadi kakak terbaik bagi adik-adiknya. Naka dan Shaka pun sama, keduanya sangat peduli satu sama lain, juga dengan Lula. Walaupun sifat ke-empatnya bertolak belakang, mereka akan tetap saling menjaga

"Kalian udah makan?" Tanya Marcel membuat keempatnya menoleh

"Udah tapi siang tadi" Jawab Lula

Marcel tersenyum "Sore belum kan? kalo gitu ayah pesenin nasi goreng ayam suwir kesukaan kalian" Lula dan Naka terlihat senang, tapi tidak dengan kedua saudaranya

"Pesen lagi" Ucap Shaka

Zerga mengangguk "Kapan kita bisa makan masakan rumahan?"

Marcel menatap sendu anak-anaknya. Memang di Penthouse itu sama sekali tidak ada seorang pembantu jadi semuanya Marcel yang lakukan kecuali memasak, karena untuk yang satu itu Marcel belum menguasainya. Setiap kali dirinya mencoba memasak akan berakhir dengan makanannya yang terasa sangat asin atau kadang juga gosong. Maka dari itu Marcel selalu pesan dari luar

"Kenapa Ayah nggak cari istri aja? biar tiap hari kita bisa makan makanan rumahan?" Seketika Lula mendapat lirikan maut dari ketiga kakaknya yang tidak akan pernah setuju jika Ayahnya menikah lagi

Marcel tertawa, anak bungsunya memang selalu memiliki pemikiran yang berbeda. Jika ketiga anaknya yang lain melarangnya untuk mencari ibu pengganti, justru Lula sering meminta ibu pengganti kepada Marcel. Marcel tahu sebenarnya Lula seperti itu karena dirinya ingin memiliki seorang Ibu, hati Marcel kadang ikut sakit melihat Lula yang sangat mencintai dambakan seorang Ibu

Pernah saat ulang tahunnya yang ke 10 tahun Lula meminta kado seorang Ibu dan Marcel hanya bisa menangis seharian karena tidak mampu mengabulkan keinginan putrinya itu

"Kamu emang nggak takut kalau dapet Ibu tiri yang kayak di film Barbie itu? Ibu tiri itu jahat Lula" Ucap Zerga mengompori

Lula menggeleng "Nggak semuanya, ada kok Ibu tiri yang baik hati"

"Itumah cuma pura-pura baik aja, aslinya pasti mau buang anak-anak tirinya" Shaka juga ikut menimpali

Kanaka mengangguk "Kamu fokus belajar aja nggak usah mikirin Ibu tiri terus, lagian Ayah nggak mau nikah lagi"

Lula mencibir "Itu karena Ayah cuma fokus kerja terus, besok aku mau cariin perempuan yang cocok sama Ayah"

"LULA!" Teriak ketiga saudaranya yang justru membuat Lula dan Marcel tertawa

***

Sedangkan di belahan bumi lain, ada seorang wanita yang walaupun sudah pernah empat kali melahirkan tetapi wajahnya sama sekali tidak menua. Dia adalah Kaluna, yang sekarang sudah menjadi bintang besar dan wajahnya sudah muncul di banyak majalah dunia. Sang suami, Kaivan juga selalu ikut kemanapun dirinya pergi, bagi Kaluna memiliki Kaivan di sampingnya saja sudah cukup maka dari itu dia tidak peduli lagi pada yang lainnya, termasuk anak kandungnya sekalipun

Kaluna sendiri sadar bahwa dirinya adalah sosok ibu yang buruk, karena selama belasan tahun ini dirinya tidak pernah sekalipun menemui anak-anaknya. Kaluna juga berfikir jika mungkin saja anak-anaknya tidak mengenalnya lagi, jadi untuk apa dia menemui mereka. Kaluna terlalu sibuk dengan kehidupannya sendiri sampai-sampai tidak mengetahui jika anak-anaknya sudah kehilangan kehangatan dari seorang ibu

Hari ini Kaluna dan Kaivan masih berada di sebuah gedung untuk menghadiri sebuah peragaan busana. Kaluna terlihat mengobrol dengan beberapa kenalan di temani juga oleh sang Suami. Salah satunya sebut saja Liliana atau sering di panggil Lily, dia juga merupakan seorang model cantik yang menjadi pesaing bagi Kaluna. Keduanya adalah rival namun jika saling berhadapan seperti ini mereka akan berbicara seolah mereka adalah teman, topeng keduanya terlalu tebal

"Lama kita nggak pernah ketemu Kaluna, senang bisa ketemu kamu lagi" Ucap Lily sambil mengembangkan senyuman yang Kaluna tebak itu adalah senyuman palsu

Kaluna juga tidak mau kalah, wanita itu membalas senyuman Lily "Aku juga senang bisa ketemu sama kamu, tapi aku perhatiin dari terakhir kali kita ketemu kamu kelihatan lebih kurus, kamu lagi nggak ada masalah kan?"

Tepat sasaran, rahang Lily mengeras mendengar sindiran halus itu. Saat ini dirinya memang masih menjadi perbincangan di kalangan media mengenai berita perceraiannya dengan sang suami

"Oh ya, denger-denger kamu mau cerai sama suami kamu ya Ly? kenapa bisa gitu?" Tanya teman lainnya. Lily menggepalkan tangannya di samping tubuh, di dalam hati ia merutuki Kaluna yang membuat orang-orang mengingat beritanya. Sedangkan Kaluna tersenyum puas di hadapannya

Lily menatap seseorang yang baru saja bertanya dengan wajah sendu yang di buat-buat "Di dunia ini nggak ada yang sempurna bahkan dalam hubungan pernikahan sekalipun, aku dan mantan suamiku nggak lagi saling mencintai jadi perpisahan mau nggak mau harus terjadi kan?"

Temannya itu mengangguk "Aku tahu kamu wanita kuat Ly, tapi gimana sama anak-anak kamu? bukannya mereka masih butuh sosok kedua orangtua?"

Lily tersenyum "Soal itu nggak perlu khawatir karena aku dan mantan suamiku akan tetap berperan sebagaimana mestinya, mau sampai kapanpun kami tetap orangtuanya. Sebagai seorang ibu, aku nggak akan pernah bisa ngebiarin mereka gitu aja. Iya kan Kaluna?" Ucapnya sembari tersenyum pada Kaluna

Kali ini Kaluna yang kalah telak. Lily membalasnya dengan membahas perihal anak, media memang tahu kalau Kaluna sebelumnya pernah satu kali bercerai walaupun mereka tidak tahu siapa mantan suaminya, dan selain itu media tidak tahu perihal anak-anak Kaluna. Yang media tahu Kaluna belum memiliki anak, mau itu bersama mantan suaminya ataupun dengan suaminya yang sekarang

"Kenapa kamu tanya Kaluna? Kaluna belum punya anak, mana mungkin dia paham"

Kaluna mengeraskan rahangnya. Satu hal yang Kaluna sesali, bisa-bisanya Lily mengetahui perihal masa lalunya, padahal rahasia itu sudah Kaluna tutup rapat-rapat. Kaluna ingin sekali membalas sindiran Lily tapi urung ketika Kaivan mengusap punggung tangannya agar Kaluna lebih bersabar

"Tapi Kaluna, apa kamu nggak berniat punya anak? semua teman-teman seusiamu udah punya anak semua" Ucap yang lain

Kaivan tersenyum "Untuk sekarang, kita berdua memang belum ada rencana buat punya anak. Kalian tahu kan? kasih sayang seorang istri ke suami akan berkurang kalau udah punya anak" Ucap Kaivan bercanda, dan hal itu berhasil membuat mereka terhibur dan melupakan obrolan mereka. Tanpa di sadari yang lain, Lily dan Kaluna sekarang sedang berperang dingin menggunakan tatapan mata

***

Malam harinya, di sebuah kamar bernuansa putih biru terdapat seorang gadis yang tak lain adalah Lula sedang melihat foto-foto beberapa orang wanita yang ia ambil fotonya. Mereka adalah orang-orang yang akan menjadi kandidat istri untuk ayahnya. Aneh memang, di saat orang-orang tidak ingin ayahnya menikah lagi dan punya ibu tiri, Lula justru bersikeras mencari istri kedua untuk ayahnya. Hal itu bukan tanpa tujuan. Selama ini Lula sering melihat ayahnya kesusahan kalau harus mengurus semuanya sendiri, Marcel memang tidak pernah mengeluh tapi Lula yakin ayahnya itu lelah jika harus melakukannya sendiri

Tapi jangan kalian pikir Lula ingin mencarikan ayahnya istri semata-mata untuk mengurus rumah tangga saja. Kalian salah! Lula juga ingin memiliki seorang ibu yang akan ia jadikan sebagai tempat berteduh ketika dirinya sedang di hantam badai besar, Ayah dan kakak-kakaknya memang selalu ada tetapi rasanya tetap berbeda. Seorang ibu punya feeling lebih baik daripada yang lainnya. Lula juga merasa Marcel butuh seorang pendamping, selain Lula, Marcel juga pastinya punya masalah tersendiri dan dia butuh seseorang untuk tempat bersandar. Marcel butuh sosok yang selalu menopang dirinya. Selama ini Marcel selalu mementingkan kepentingan anak-anaknya dan mengabaikan dirinya sendiri. Maka dari itu Lula akan mencarikan wanita terbaik yang bisa menemani hari tua ayahnya kelak

Untuk itu, Lula bahkan mendapatkan dukungan dari kakek dan neneknya. Kakek dan neneknya juga ingin anaknya memiliki hidup yang lebih layak. Terkadang mereka merasa sakit hati setiap kali melihat seseorang yang pernah menjadi menantu mereka terlihat hidup bahagia sedangkan putra mereka harus bekerja keras membesarkan anak-anaknya sendirian. Sebagai orang tua mereka juga sakit hati melihat cucu-cucunya yang di telantarkan oleh ibu kandungnya sendiri

Ceklek

Marcel geleng-geleng kepala melihat putrinya yang ternyata belum juga tidur, padahal ini sudah larut malam. Niatnya ia ingin mengambil gelas susu yang tadi sudah ia berikan pada Lula "Lula, kenapa belum tidur? ini udah larut nak" Laki-laki itu duduk di sebelah putrinya, ia juga ikut melihat foto-foto itu "Foto siapa ini Lula?"

Lula tersenyum "Coba ayah pilih, ini kandidat calon bundanya Lula, cantik-cantik kan?"

Marcel tertawa kecil, ada-ada saja batinnya "Lula pengen banget punya bunda ya?"

Anak itu mengangguk "Jangan di tanya yah, impianku dari dulu kan punya bunda yang baik hati"

Marcel mengusap kepala Lula "Sayang, Ayah minta maaf ya karena Ayah nggak bisa kabulin keinginan kamu"

"Tapi kenapa Ayah?"

Laki-laki itu menggenggam tangan kurus putrinya "Dengerin Ayah, pernikahan itu bukan hal sepele dan Ayah nggak mau mempermainkan hal sakral itu. Ayah cuma menikah satu kali dan itu udah cukup, lagipula Ayah udah punya kalian semua di samping Ayah. Sekarang, fokus ayah cuma kalian, Ayah akan berusaha jadi Ayah sekaligus ibu terbaik buat kalian semua"

Mendengar hal itu, rasanya Lula ingin menangis "Tapi Ayah, kita aja cukup buat Ayah. Kalau nanti Lula dan kakak-kakak semua udah punya keluarga masing-masing, siapa yang jagain Ayah? siapa yang urus Ayah kalau sakit? Ayah juga butuh pendamping"

"Kan ada Lula, Lula nggak mungkin ninggalin Ayah gitu aja kan?"

Lula mengangguk "Oke, kalau gitu aku juga nggak mau nikah, aku mau ngurus Ayah aja"

Marcel lagi-lagi tertawa "Kamu ini udah ngomongin nikah-nikah, masih kecil juga!"

"Aku udah tujuh belas tahun ayah! tahun ini aku udah bikin KTP!"

Marcel menggeleng "Nggak, pokoknya anak ayah ini mau sampe kapanpun bakal jadi bocilnya Ayah"

"Dih bocil-bocil, Ayah sering scroll Tik tok ya?" Marcel tertawa menanggapinya. Laki-laki itu menatap Lula dengan seksama, memang benar Lula sekarang sudah bukan anak kecil yang bisa ia gendong lagi. Tapi Marcel rasanya tidak rela kalau Lula cepat dewasa, di matanya Lula tetaplah seorang bocah kecil. Tapi Marcel juga bingung, terkadang Lula ini berfikiran lebih dewasa dari usianya

"Emang beneran Ayah nggak mau nikah lagi?" Marcel kira Lula sudah lupa tapi anak itu justru bertanya lagi

Marcel mengangguk dan anak itu langsung protes "Tapi kenaoa Ayah? Please mau ya, nanti Lula yang seleksi perempuannya! please mau ya Ayah, demi Lula!"

Marcel sekali lagi menggeleng "No"

"Ayah!!"

"Apa sayangku?"

"Ishh Ayah ini! nggak tau ah aku ngambek"

Marcel tersenyum gemas, laki-laki itu mencium pipi cantik putrinya kemudian mengambil gelas bekas susu "Udah malem, tidur"

Namun Lula tidak menjawab, Marcel geleng-geleng kepala. Besok juga akan kembali seperti biasa, fikirnya. Padahal diamnya Lula sekarang, karena ia sudah memiliki ide cemerlang di otaknya. Kalau dengan cara baik-baik ayahnya tidak mau, jangan salahkan jika dirinya akan menggunakan cara yang licik. Ini semua demi Ayahnya

Setelah keluar dari kamar Lula, Marcel juga mengecek satu persatu kamar anak-anaknya yang lain. Naka sudah tidur karena besok anak itu akan mengikuti kuis di kampusnya, Zerga juga  sudah tidur mungkin karena lelah setelah berkelahi. Tinggal Shaka, dan ternyata anak itu sama seperti Lula belum juga tidur

"Lagi apa?" Tanya Marcel setelah duduk di ranjang Shaka. Anak itu terlihat sedang banyak pikiran akhir-akhir ini, saat Marcel masuk kamarnya pun, Shaka sedang melamun di balkon kamarnya. Di temani juga dengan gitar miliknya

Shaka menoleh ke arah Marcel, kemudian kembali menatap langit yang terlihat cerah malam itu. Marcel bangkit kemudian ikut berdiri dengan tangan di letakkan di atas pagar balkon "Kalau ada masalah itu jangan di pendam sendiri, Shaka masih punya Ayah di dunia ini"

"Ayah"

"Hmm?"

"Ayah malu nggak punya anak kayak aku?"

Marcel langsung menoleh "Pertanyaan macem apa itu? kamu sama Zerga itu sama aja, emang Ayah pernah bilang kalau Ayah malu punya kalian?"

Shaka menggeleng "Tapi aku nggak sepintar Kak Naka dan nggak punya bakat sebaik Kak Zerga, Aku juga nggak sehebat Lula dalam bersosialisasi. Aku satu-satunya anak Ayah yang nggak berguna"

"Siapa bilang?" Shaka menatap sang Ayah yang kini tersenyum ke arahnya "Kamu memang nggak punya bakat yang sama dengan saudara-saudaramu tapi kamu anak Ayah yang hebat, kata siapa kamu nggak berbakat? kamu pintar dalam olahraga, kamu juga bisa main gitar, tuh banyak kan bakat kamu?"

Shaka tersenyum "Tapi aku belum pernah ngasih piala apapun buat Ayah"

Marcel tersenyum "Ayah nggak butuh piala apapun, yang Ayah mau cuma anak-anak Ayah yang bahagia. Di hidup ini nggak ada yang sempurna Shaka, punya anak-anak seperti kalian aja Ayah bangga luar biasa. Ayah punya satu piala yang nggak bisa di lihat orang lain"

"Apa itu?"

"Piala karena udah jadi Ayah paling beruntung sedunia, karena punya anak-anak seperti Zerga, Kanaka, Shaka dan juga Lula"

Shaka jadi terharu mendengarnya "Makasih yah karena udah jadi Ayah terbaik sepanjang masa" Marcel tersenyum mendengarnya, kemudian ia bawa Shaka untuk ia peluk dengan erat

"Makasih juga anak hebat Ayah"

Rasanya langit yang indah pun akan minder karena melihat keindahan hubungan Ayah dan anak itu. Malam itu kekhawatiran Shaka menghilang setelah berbicara dengan Ayahnya. Baginya Marcel adalah Ayah paling hebat dan paling sempurna yang pernah ada dan Shaka sangat menyayanginya

________________________________________________

Halo semuanya

Kembali lagi dengan cerita author

Maaf ya agak ngaret, tadi bilangnya siang tapi sampe sore baru di up

Selamat membaca dan jangan lupa untuk vote komennyaa

Apabila ada kesalahan, author juga minta maaf

Dan selamat berpuasa juga bagi yang menjalankan

Okee sekian dari author

Terimakasih banyak!!!

Babayy








Continue Reading

You'll Also Like

44K 5.7K 41
Irene awalnya tidak pernah menyangka jika kepulangannya ke Korea akan mengubah banyak hal. Rencana pernikahan Jisoo dan mantan kekasihnya membuat Ire...
439K 2.9K 5
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..
948K 21.7K 50
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
618 74 14
Sereia celeste, gadis berusia 24 tahun yang tinggal di sebuah apartemen sendirian. Gadis cantik nan pintar unggulan jurusan hukum ini tentu menjadi...