TANAH BAGHDAD

Par frasaberliana

896K 80.3K 53.9K

Menikah dengan seseorang yang pernah kamu cintai dalam diam saat hatimu sedang dirundung kecewa? Bukankah itu... Plus

Attention
Profil Penulis
Wajib dibaca!
Prolog
TB1 - Khaizuran
TB2 - Khitbah
TB3 - Pernikahan
TB4 - Malam Pertama?
TB5 - Mujahadah
TB6 - Baghdad
TB7 - Dua Garis
TB8 - Prioritas
TB9 - Terhalang
TB10 - Luka
TB11 - Ingkar
TB12 - Dingin
TB13 - Satu Hati
TB14 - Bayangan Kelam
TB15 - Setetes Embun
TB16A - Tasbih dan Rosario
TB17 - Pengakuan
TB18 - Perjanjian
TB19 - Right Path
TB20 - Sleepover
TB21 - Tergoda
TB22 - Ujian Untuknya
TB23 - Hilang
Part 24?
TB24 - Pergi

TB16B - Tasbih dan Rosario

22.1K 2.6K 2.5K
Par frasaberliana

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Perbaiki solat, perbanyak baca Al-Qur'an, sedekah, zikir, dan hindari maksiat.

Tiket menuju part 17: Ratakan vote dan komentar part 16 A dan 16 B masing-masing 1.5K vote dan 2.1K komentar

"Saya terima nikahnya. Dapat dibaca saya terima kepribadiannya, kualitas imannya, hasil didikan orang tuanya, orang-orang di sekitarnya, masa lalunya, masa sekarangnya, dan masa depan yang akan kami bangun bersama. Penerimaan itu bukan hanya milik laki-laki yang mengucapkan akad, tetapi juga milik perempuan yang menjadi pihak dengan diwakilkan oleh walinya di dalam akad."

-Wattpad Tanah Baghdad by frasaberliana-

***

🎡 London di musim gugur, 5 tahun yang lalu 💂🏼‍♂️

"Gue nggak punya apa-apa lagi, Le."

"You still have me in here. I'm your best friend." Mata dari perempuan dengan kepala yang terhias topi baseball biru tua terlihat begitu yakin menatap lawan bicaranya.

Fikra melihat pantulan cahaya matahari pada air di Sungai Thames dengan ekspresi sendu. Tak bergairah menjalani hari setelah ditipu oleh teman sekamarnya di asrama mahasiswa. Uang yang didepositkan oleh Pakde Dirga dan Bude Ratna untuk biaya kuliahnya selama di London ludes dalam sekejap.

"Gimana kalau lo ceritain aja kronologi penipuannya ke bokap gue? Siapa tahu Daddy bisa bantu," ucapnya dalam bahasa Indonesia begitu fasih karena Alenta memiliki darah blasteran Inggris - Sunda.

"Malu, Le. Gue kelihatan bego sampai bisa ditipu orang dengan dalih investasi usaha."

"Percaya sama gue. Daddy akan kasih jalan keluar buat lo."

Pria tinggi besar dengan rambut beruban menanggapi aduan sahabat putrinya tanpa mencela. "Mungkin bisa minta tolong teman saya di kepolisian, sekalipun saya tidak bisa berjanji bisa menemukan pelakunya. Belum lagi kamu bilang, dia sudah pulang ke negara asalnya."

Fikra mengacak-acak rambutnya. Uang sejumlah ratusan jutanya raib begitu saja. Sementara dia belum membayar uang sewa kamar asrama untuk semester depan.

"Tapi Fikra, saya bisa bantu memberi tempat tinggal untuk sementara waktu. Tinggallah bersama kami dan menjaga putri kecil nakalku yang satu ini."

Moses mengacak pelan puncak kepala putri tunggalnya sambil tertawa hangat. "Tiga minggu ke depan, saya harus pergi ke New York untuk mengurus bisnis. Saya harap, kamu bisa menjaga Zevanya. Kamar di lantai dua rumah kami kosong, tetapi selalu kami bersihkan."

"Baik, Tuan Moses. Saya akan jaga Alenta. Tiga minggu lagi saya pastikan, saya sudah memiliki tempat tinggal."

"Nak, bukan begitu maksudku. Kau bebas akan tinggal di sini sampai kapan pun. Bila harus sampai lulus pun tidak masalah."

"Saya tidak bisa menerima bantuan tanpa melakukan apa pun. Apakah boleh sebagai gantinya, saya membantu di toko kopi milik Tuan? Saya bisa menyapu, mengepel, atau mencuci piring," jelas Fikra dalam bahasa Inggris berlogat Amerika. Walau berkuiah di Inggris, Fikra masih merasa belum mahir mengucap kata seperti para pemain dalam film Harry Potter.

"Tupai kecil, di mana kau menemukan teman sebaik ini?" puji Moses pada Alenta yang hanya memberi cengiran kuda lalu memeluk ayahnya.

"Baiklah karena kamu memaksa, kamu bisa membantu menjaga toko kami."

Nyaris 4 semester Fikra tinggal di bawah atap yang sama dengan Alenta dan Tuan Moses. Seorang pemuda muslim dilayani begitu baik di dalam rumah yang sangat hangat. Pemilik rumah adalah seorang ayah tunggal dengan putrinya yang memeluk agama Katolik. Fikra menganggap Alenta seperti sahabat, bahkan adiknya sendiri. Dia jaga putri Tuan Moses dengan sepenuh hati dalam sehat mau pun sakit.

Saat Fikra terbangun sedikit terlambat untuk solat subuh, dia bisa mendengar Alenta dan ayahnya sedang melakukan doa pagi di ruang tengah.

"Apakah putri kecilku tidur dengan baik semalam?"

"Bagaimana perasaan Zevanyaku pada pagi hari yang cerah ini?"

Alenta akan menumpahkan semua keluh kesahnya. Mulai dari masalah kuliah sampai sesepele masalah sisir yang patah. Kemudian keduanya akan sama-sama menangkupkan tangan masing-masing dan berdoa.

Sementara Fikra di kamar atas mengenakan sarung dan pecinya, menggelar sajadah. Tuan Moses tidak ragu mengeluarkan salib dari kamar yang digunakan oleh Fikra. Pemuda yang sedang diuji masalah ekonomi membaca doa qunut untuk memulai harinya.

"Fikra, ayo, sarapan. Kau harus tahu hari ini aku membuat daging barbeque halal yang enak," ucap Tuan Moses begitu bersemangat.

Mereka bertiga menyantap hidangan istimewa dengan cara menghormati perbedaan yang ada. Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.

Semua yang terjadi di London begitu membekas. Rumah dari keluarga Katolik yang taat justru memberikan kehangatan di hati Fikra yang saat itu terasa begitu kosongnya.

Fikra memang menjalani pendidikan di bawah lembaga pendidikan swasta Islam selama SMP dan SMA, tetapi pergaulan anak-anak di sekolahnya sangat jauh dari syariat. Nilai-nilai di dalam pesantren perlahan-lahan terkikis, digantikan dengan hingar bingar ibukota.

Seajaib itu Allah memberikan hidayah. Tuan Moses tak ragu membawa Fikra ke masjid yang tak begitu jauh dari tempat mereka tinggal. Laki-laki paruh baya berkata, "Saat harimu buruk, jangan menjauh dari Tuhan. Pergilah ke masjid sebagaimana kau lihat aku dan putriku juga pergi ke gereja."

Panggilan "Gus" yang tak hanya bermakna sebagai panggilan "Cah Bagus" dalam bahasa Jawa, tetapi merujuk pada keturunan kyai atau pendiri pondok pesantren seakan-akan lebih pantas disandang Fikra saat dirinya berada di London. Dengan segala ketidaksempurnaan imannya, Fikra berusaha aktif dalam berbagai perkumpulan pemuda muslim internasional. Terutama dalam forum-forum yang membahas ekonomi dan bisnis syariah.

Gaji dari aktivitasnya bekerja di toko kopi Tuan Moses ditambah pendapatannya sebagai asisten peneliti akhirnya terkumpul dan dia mampu menyewa flat sederhana tak jauh dari kampus. Namun, tak ada yang namanya hidayah, jika tak dibarengi dengan ujian dari Allah. Gus Fikra jatuh hati pada perempuan dengan nama baptis Zevanya.

"Gue minta maaf udah ingkar janji, tapi gue nggak bisa bohong sama diri gue sendiri. I have feelings for you. Gue suka sama lo, Alenta Zevanya." Dengan nekat Fikra ungkapkan perasaannya di malam tahun baru saat kembang api baru selesai padam.

"Are you crazy? Kita beda, Fik."

"I know."

"Gue nggak akan terima lo."

"Gue tahu, Le."

Gadis itu melihat lawan bicaranya dengan mata berkaca-kaca. "I love my church, i love my christmas eve, i love my father and God more than everything."

Fikra tidak terkejut dengan ungkapan Alenta yang menandakan dia lebih mencintai Tuhannya dibanding apa pun. Tembok besar antara dirinya dengan Alenta memang mustahil runtuh. Mereka sama-sama tidak mau berada dalam hubungan bernama pacaran.

Dua anak manusia yang sekarang sudah dewasa saat menempuh pendidikan strata 2 juga sudah tidak ada waktu membangun hubungan tanpa adanya ujung kepastian.

"Gue cuma luapin perasaan sebelum terlambat. Maaf, baru bisa kasih tahu sekarang, Le. Gue harus benar-benar pulang ke Indonesia. Baru aja gue dapat kabar, Bude dan Pakde yang selama ini ngerawat gue wafat. Gue nggak tahu akan balik ke London lagi kapan."

Kecewa semakin tertumpuk di dalam hati Alenta. Sudahlah Fikra mengingkari janji persahabatan mereka, menyiram luka atas cinta dalam diam yang selama ini ditutupi olehnya, ditambah dengan kepulangan yang tiba-tiba.

"Gue nggak tahu siapa yang egois di antara kita! Lo atau gue. Tapi gue mau bilang lo jahat! Lo jahat, Fikra! Lo pergi dengan ninggalin hati gue yang berantakan! Lo jahat menghadapkan gue dengan dua pilihan. Antara lo atau Tuhan!"

Akhir dari kisah persahabatan mereka tak tertutup dengan indah. Usai menyelesaikan ujian akhir dari S-2nya, Fikra pulang ke Jogja. Bahkan dia tidak menghadiri prosesi wisuda. Tanpa berpamitan dengan Alenta dan Tuan Moses yang selama ini sudah menjadi bagian dari hidupnya di Britania Raya.

Fikra hanya berani melewati gereja tempat biasa Alenta beribadah. Untuk menyadarkan diri bahwa tidak ada yang bisa disatukan antara dirinya dengan perempuan penyuka kucing. Mereka bukan hanya berbeda kewarganegaraan, tetapi juga berbeda prinsip hidup yang kebersamaannya dapat ditoleransi di ranah hidup bermasyarakat, tetapi tidak untuk mencapai tahap membangun keluarga.

Pemilik tasbih dan rosario tak akan pernah menyatu di bawah akad nikah yang sama. Begitu ucapnya di dalam hati. Fikra hanya mampu mendoakan yang terbaik untuk Alenta, memandang dari kejauhan seorang perempuan dengan gaun putih berbalut jas musim dingin cokelat muda yang berjalan menuju gereja bersama ayahnya.

Dia tidak tahu, beberapa bulan tidak berjumpa, Alenta kembali hadir di dalam hidupnya dalam kondisi hancur jiwa dan raga.

***

"Pak, sepertinya Ibu Alenta mengalami guncangan emosi yang terlalu kuat. Beliau harus istirahat total. Jangan sampai pendarahan lagi karena berbahaya untuk ibu dan janinnya."

Fikra melampiaskan sakit di dada dengan memandangi wajah Alenta. Kalau saja dia tidak pernah mengecewakan Umi dan Abi. Kalau saja semua dalam hidupnya baik-baik saja. Tentu dia mampu memurnikan hatinya hanya untuk Keisya.

Walau Umi dan Abi tak pernah memberitahunya, Fikra kecil paham bahwa ada tali yang sengaja diikat antara dirinya dengan Keisya. Dia tidak menolak jika benar dijodohkan dengan Keisya. Idad memang hanya mampu melihat Zuran sebagai teman hidupnya. Namun, tanpa alasan yang pasti Umi dan Abi malah membuangnya ke Jakarta.

Apakah Fikra dianggap sebegitu nakalnya oleh Kyai Sobari dan Bu Nyai Wahidah? Sampai Fikra harus menentukan langkah kakinya sendiri untuk pergi ke negeri Britania Raya.

Bertemulah dia di sana dengan Alenta Zevanya. Gadis cantik yang terlihat dingin di luar, tetapi begitu ramah dan hangat setelah semakin lama dia mengenalnya.

Perempuan dengan mata terpejam turut menahan sakit di dada. Setelah kepulangan Fikra, Alenta seperti hilang arah. Dia rasakan kehilangan begitu dalam. Menyerupai sakit saat ibunya pergi meninggalkannya saat kecil begitu saja. Ibu kandungnya yang bercerai dengan Daddy dan bersumpah tak mau lagi menemui mereka.

"Boleh nggak gue berhenti sampai di sini aja?" tanya Alenta dengan suara pelan sebab bibir yang terhalang masker oksigen.

"Le ...."

"Gue nggak kuat."

"Lo kuat, Le. Lo kuat."

Cinta Fikra tidak bertepuk sebelah tangan. Jika saja takdir berpihak pada mereka, penghalang di antara mereka tak pernah ada, Alenta sangat ingin bisa bersanding dengan Fikra. Laki-laki yang selalu menghormati dan memperlakukannya dengan baik hingga dia merasa sangat berharga hidup di dunia. Laki-laki selain Daddy yang mau sukarela menjaganya dengan tulus.

Malam hari saat pesta kelulusan S-2, Daddy sudah melarangnya pergi berpesta. Alenta berdalih ingin membuka pertemanan baru dengan orang lain agar mampu melupakan laki-laki berkulit kuning langsat yang gigi serinya akan tampak ketika senyumnya mengembang. Pergilah dia dengan Dante, salah seorang teman kuliahnya.

Ternyata malam itu menjadi bencana baginya. Alenta terbangun di sebuah kamar hotel. Tubuhnya hanya ditutup selimut putih tebal. Alenta Zevanya, kehilangan kehormatan pada hari di mana seharusnya dia merasakan bangga atas pencapaian akademiknya.

Dante menganggap apa yang terjadi di antara dirinya dengan Alenta terjadi atas kesepakatan keduanya. Sementara Alenta tidak pernah bersepakat atas apa pun. Dia hanya ingat menerima minuman yang diberikan Dante padanya.

Beberapa minggu setelah mengetahui kehamilan, Alenta luntang-lantung tidak tentu arah karena tak berani pulang. Dia hanya terbayang Fikra dan meminta bantuan padanya. Sayangnya, sahabat yang selama ini menjadi sayap pelindungnya sedang melakukan akad nikah di Jogja. Alenta datang ke rumahnya tanpa tahu sudah ada perempuan yang berstatus sebagai istri dari sahabat yang pernah mencuri hatinya.

Maafin gue yang sampai hari ini masih sayang sama lo.

It's always been there and i don't know how far it would be there.

Alenta hanya mengucapkan kalimat cinta pada Fikra di dalam hatinya. Dia tahan semua adukan emosi dalam tubuhnya yang sekarang dihuni oleh sosok mungil yang mungkin kelak akan jadi pelipur lara baginya.

***

"Za, kalau kamu mau pulang duluan, pulang dulu aja. Udah malam."

"Nggak apa-apa, Kei. Mobilku lagi diservis. Aku tunggu dijemput Abangku."

Keisya mencoba menghubungi Fikra berkali-kali, tetapi tetap tidak ada jawaban.

"Ustazah Keisya belum pulang?"

"Saya masih tunggu Gus Fikra," jawab Keisya pada Ghifari. Sengaja dia sematkan panggilan kehormatan di depan nama suaminya sebagai bentuk adab pada nasab suaminya di hadapan orang lain.

"Kei, Abangku udah jemput. Kamu nggak apa-apa aku tinggal sendirian?" tanya Zalina sambil merapikan laptopnya.

"Nggak apa-apa, Za. Lagian, ini tempat suamiku kerja."

"Beneran?" Zalina meyakinkan.

Keisya mengangguk. Sebelum pamit, Zalina menyempatkan diri memeluk Keisya. "Kei, kamu punya aku sebagai sahabatmu. Jangan lupa sahabat kamu ini lawyer. Ya, walaupun belum senior, tapi kamu paham maksudku, kan?"

Senyuman tulus Zalina dapatkan dari perempuan yang dia yakin hatinya sedang berantakan karena ditinggal begitu saja oleh suami tercinta. Bahkan sampai larut malam sang istri tidak mendapatkan kabar atau apa pun dari suami yang menggendong perempuan lain di depan orang-orang.

"Aku pulang, ya, Kei. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Satu per satu karyawan Lembayung Coffee shop pulang. Sementara Ghifari juga berkali-kali gagal menghubungi Fikra.

"Ustazah, maaf kalau saya lancang. Apa boleh saya antar Ustazah pulang? Ini benar-benar sudah larut malam. Berbahaya kalau Ustazah pulang sendirian. Di sini kami juga nggak punya tempat istirahat yang layak."

Ghifari bisa melihat pancaran keraguan dari mata Keisya. Akhirnya dia panggil salah satu staf perempuan yang kebetulan belum pulang. Dia minta untuk menemaninya mengantarkan Keisya pulang.

"Ghifari, apa boleh saya ke ruangan Gus Fikra sebentar? Saya mau bawa tempat bekal suami saya pulang."

Ghifari mengantar Keisya lalu mengunci pintu ruangan-ruangan penting dari toko kopinya. Di dalam mobil, Keisya lihat isi tempat makan yang dia siapkan untuk suaminya masih utuh. Keisya menelan getir. Bahkan suaminya tidak membaca pesan singkat lucu yang dia tuliskan dengan tujuan sebagai penghibur.

Makan siangnya pakai telur goreng dan sayur, ya.

Soalnya tadi pagi Idad udah makan sosis dan daging asap. Biar sehat dan kuat!

Zuran sayang Idad.

***

Sesampainya di rumah, halaman masih kosong. Mobil sedan abu-abu belum terparkir di sana. Keisya melanjutkan aktivitas pribadinya. Saat sedang menyisir rambut, akhirnya dia dengar suara mobil yang disusul suara langkah kaki ke kamar. Fikra sudah pulang.

"Kei?" panggil Fikra.

Keisya menutup botol terakhir dari rangkaian perawatan wajahnya. Dia bersiap menaiki ranjang, tetapi dihadang suaminya.

"Aku izin tidur duluan, ya, Fik."

"Kei, tadi gue ...."

"Aku udah ngantuk." Keisya mencium punggung tangan suaminya secepat kilat. Kemudian dia rebahkan tubuhnya ke ranjang. Ternyata Keisya sedang melepaskan emosi yang ditahan sejak bertemu Alenta di toko kopi tadi siang. Dia terlelap memunggungi Fikra.

***

Lanjut ke part 17?

Spam next di sini.

Keisya kenapa, ya, kira-kira?

Gimana masa lalu Fikra dan Alenta? :")

Sekarang mulai paham pelan-pelan kisahnya Fikra, Alenta, dan Keisya? Semoga kalian betah menemani mereka.

©Berliana Kimberly | Part 16(B) published 13 Maret 2024 | Genre: Romance-Spiritual | Karya ini dilindungi oleh Undang-Undang No.28/2014 tentang Hak Cipta dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

2.5K 295 2
Sorai dan kehidupan barunya yang ternyata jauh lebih pahit.
23.7K 3.3K 34
Sebab ketahuan menginap semalam di kosan Matteo pacarnya, Asmaraloka dijodohkan dan dinikahkan paksa oleh Sang Papa dengan Alzam, seorang santri jebo...
129K 10.1K 39
"Yayah! Mau kan jadi Yayah benelannya Aila?" tanya Aira dengan begitu gemas. Fadhil tersenyum lembut sambil mengusap puncak kepala gadis kecil di gen...
74K 12.5K 18
Slow update Spin-off KALAM CINTA SANG GUS "Tentang dua hati yang berakhir patah, juga tentang janji yang dipaksa ingkar." Hidup Hasna yang bebas tan...