He Fell First and She Never F...

vousmezera

255K 20.1K 2.8K

"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, to... Еще

1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
44 (a) - Edisi LDR Sementara
44 (b) - Edisi LDR Sementara
45
46
47
48
49
50
51-Flashback (Spesial) Edisi Lebaran
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
attention please‼️please read until the end‼️
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94

3

3.2K 182 3
vousmezera

Vanessa membuka matanya perlahan, entah rasa lelah yang menghinggapi atau memang tidurnya yang sangat nyenyak hingga ia begitu malas untuk bangun. Ia sadar ada beberapa suara di luar sana, ia juga akhirnya terbangun karena hebohnya orang orang diluar yang tidak ia ketahui sedang melakukan apa.

Satu hal yang Vanessa bingung adalah, dimana dirinya sekarang? Ia beranjak duduk, celingak celinguk memahami keadaannya saat ini. Seingatnya ia tidak mabuk, ia tidak aneh aneh, tapi kenapa kamar ini sangat asing? Ini bukan kamar miliknya, tentu juga bukan kamar Habib dan Bintang karena jika diperhatikan lagi, ini kamar laki laki.

Pakaiannya utuh, bahkan persis pakaian yang ia pake ketika ujian Osce kemarin. Tersadar dengan satu foto yang terpajang di lemari kamar itu, ia langsung terkejut dan membelalakkan matanya.

"Bentar bentar, masa iya gue di rumahnya Pak Teddy? kocak aja lo, Nes." Vanessa masih bisa bisanya tertawa ketika nyawanya masih belum terkumpul sempurna.

"Ini memang rumah saya, yang kamu tidurin semalam itu kamar saya, Mbak Vanessa." Sosok yang tidak ia duga muncul di depan pintu dengan menyenderkan bahunya ke dinding dekat pintu, melipat kedua tangan didepan dadanya. Pakaiannya yang kelewat santai sukses membuat Vanessa kaget. Mayted dengan kaos Rangernya dan celana pendek selutut berwarna coklat.

"Hah? Kok bisa, Pak? Aku tidur disini? Sendirian kan?" Vanessa memicingkan matanya curiga.

"Pintu tol semalam nggak bisa dilewatin, ada kecelakaan, tadinya saya mau anterin kamu ke Kertanegara tapi karena nggak ada siapa siapa saya bawa aja kamu ke rumah saya, dan satu lagi kamu itu tidur ditemani Mama saya! Jangan mikir yang aneh aneh!" Ucap Mayted dengan sewotnya.

Vanessa menghela napas kesal, entahlah ia sangat kesal sekali kalo Mayted dengan nada tegasnya dan arogannya itu, ia seperti dimarahi.

"Sini bangun, sarapan, kamu ditunggu Mama saya di meja makan. Kamu mau pulang jam berapa?" Sungguh Vanessa kaget ketika Mayted menggendongnya turun dan membantunya berdiri. Ia merapikan kasur dan tempat tidur yang ditempati Vanessa semalam.

"Mama Pak Teddy nyiapin sarapan ya? Aku nggak enak pak hehehe nggak bantuin, malah bangun kesiangan." Vanessa cengengesan malu.

"Nggak papa, kamu dimana mana memang princess mbak! Orang tua saya juga udah tau dari dulu. Kamu mau jam berapa pulang? Sekarang udah jam 11 siang, mau sore aja?" Tanya Mayted sekali lagi.

Vanessa tidak menghiraukan perkataan Mayted, justru ia menatap sosok laki laki dihadapannya ini dengan tatapan heran.

Kok bisa ya dia seganteng ini kalo lagi nggak kerja? Udah gitu anjirlah badan gue bau parfum dia yang sehari hari itu.

"Mbak Vanessa?! Dengerin saya?" Mayted menjentikkan jarinya di depan wajah Vanessa.

"Habis sarapan aja Pak, eh atau makan siang ya? Aku nggak enak sama keluarga Pak Teddy." Vanessa dengan dramatisnya berakting seperti merengek.

"Yaudah, nanti saya anterin ke Hambalang." Laki laki itu meninggalkan kamarnya.

"Pak Teddy cuma nganterin doang?" Tanya Vanessa mengikuti Mayted ke ruang makan di rumahnya.

"Yaiyalah, mau ngapain lagi? Lagian ini weekend, saya juga punya waktu sendiri, Mbak Vanessa." Ucapnya sambil menarik kursi meja makan agar Vanessa langsung duduk.

"Gimana Osce kamu? Bisa?" Tanya Mayted, sembari mengambil nasi uduk buatan Mamanya tadi pagi dan memberikannya ke hadapan Vanessa yang sesekali masih menguap. Perempuan itu selayaknya diperlakukan seperti seorang princess.

"Hmm.. Aman aja bisa kok aku." Sahut Vanessa sambil menyuapi dirinya sendiri.

"Kenapa kayak ragu ragu gitu, mbak?" Tanya Mayted yang kini menuangkan teh melati yang disukai Vanessa.

"Aku bisa Pak, tapi di waktu waktu terakhir aku sempat ngeblank, sempat lupa, ada sih dibantu untuk diingetin, tapi aku nggak tahu itu salah apa nggak. Nggak tahu deh Pak jangan tanya ih, aku kepikiran." Vanessa mendadak lesu.

"Iya iya tidak saya tanya lagi, maaf ya. Kamu sudah keren bisa ngerjainnya, saya percaya pasti bagus hasilnya." Ucapnya lagi.

"Yakin banget, Pak? Aku aja ragu." Ujar Vanessa sambil menunduk.

"Ya saya tahu gimana kamu belajar mbak, saya tahu kamu mati matian tiap malam biar nggak tidur, makanya saya selama ini tidak pernah marah sama kamu kalo bangun kesiangan walaupun saya harus ekstra sabar buat bangunin kamu pagi pagi!" Jawab Mayted santai.

"Aaa Pak Teddy aku terharu loh." Vanessa beneran mewek.

"Yaelah mulai cengengnya, sudah habisin makanannya, mau ketemu Mama sama Papa saya nggak sebelum pulang? Mereka lagi di rumah pak rt sebentar." Tanya Mayted.

"Mau, masa nggak ketemu Pak, nggak sopan tahu." Ucap Vanessa dengan clingynya.

"Yaudah." Mayted mengangguk dan mengacungkan jempolnya setuju.

Vanessa lahap memakan masakan Mamanya, perempuan itu sesekali mengecek ponselnya, entah siapa yang ia chat, entah siapa yang ia balas, dan entah siapa yang heboh menanyakan keadaannya setelah kejadian kemarin. Mayted hanya tersenyum tipis melihat bocil didepannya ini, kadang ia tak percaya badan sekecil ini bisa menjadi mahasiswa kedokteran, kadang ia juga tak percaya dengan badannya yang mungil ini, ia sudah berumur 22 tahun. Perempuan yang sudah ia bantu urus dan bantu menjaganya dari umur 19 tahun itu sudah berada di tahap skripsi.

Tahun kemarin Mayted berjuang keras untuk selalu membantu Vanessa, selalu memberi semangat ke Vanessa, selalu memberi motivasi ke Vanessa, dan selalu menghibur Vanessa yang sering sekali menangis tanpa kenal waktu. Tahun lalu tahun terpatahnya gadis itu, Vanessa diselingkuhi oleh laki laki yang sudah membersamainya dari kelas 2 SMA.

Mayted marah? Tentu saja, kalo Bapak? Apalagi, jangan tanya Mas Didit dan Mbak Yanti serta sepupu trionya, semuanya menghujat dan ingin melaporkan atau memberi pelajaran kepada mantan pacar Vanessa, tapi perempuan itu bilang tidak usah, karena tetap saja tidak ada pengaruh untuknya.

"Mbak, kalo ada laki laki yang deketin kamu, kamu mau nggak membuka hati untuk halaman yang baru?" Tanya Mayted tiba tiba.

Vanessa tertegun mendengar pertanyaan Mayted. "Tiba tiba nanya?"

"Iya, saya penasaran." Mayted berusaha menjaga imagenya agar tidak kelihatan salah tingkah. Aneh juga mengapa ia bertanya seperti itu.

"Pak Teddy kepo, daripada Bapak yang nanya, mending aku yang nanya. Pak Teddy kapan selesain masa dudanya?" Vanessa berbalik tanya.

"Loh kok malah kamu yang nanyain saya?" Mayted kebingungan.

"Loh, saya wajar Pak belum berani, toh saya baru tahun kemarin patah hati, belum ada tenaga Pak untuk mengenal orang baru. Kalo Bapak kan udah beberapa tahun, masa nggak mau buka hati, Pak? Pak Teddy banyak yang suka loh dari berbagai kalangan lagi. Apalagi cegil cegil diluar sana juga pasti banyak yang mau sama Pak Teddy." Goda Vanessa.

"Saya belum ada kepikiran mbak, mau fokus sama Bapak dan rencana mau lanjutin pendidikan." Ujarnya dengan helaan nafas panjang.

"Ih, Pak Teddy udah tinggi pangkatnya, nggak perlu sekolah juga kan buat naik pangkat? Pasti ada cara lain, emang Bapak nggak mau punya anak?" Lihat betapa ceplas ceplosnya cucu Bapak Menhan ini.

"Ya mau lah mbak, tapi belum ada kepikiran sekarang apalagi tahun ini." Jawab Mayted cuek.

"Ehei Pak Teddy gagal moveon ya?" Vanessa semakin menggodanya.

"Dih nggak lah, yang ada kamu kali gagal moveon." Mayted balas menyerangnya.

"Enak aja, ngapain aku gamon-in bentukan opet kayak gitu." Kesal Vanessa sedangkan Mayted hanya tertawa terbahak bahak.

"Males ih Pak Teddy nyebelin, sengaja ya bikin aku kesel." Vanessa mulai ngambek.

"Nggak mbak, ngapain saya sengaja. Saya memang pure nanya karena penasaran. Mbak Vanessa kan cantik udah gitu pinter anak kedokteran lagi, masa nggak ada yang mau deketin kamu di kampus gitu?" Tanya Mayted iseng lagi. Menjaili anak tunggal Mbak Yanti ini memang sangat menyenangkan.

"Ada sih, tapi aku nggak mau aja Pak." Ucap Vanessa sambil menyeruput teh melati.

"Kenapa?" Mayted penasaran.

"Ya sama kayak Bapak lah, saya trauma Pak TRAUMA!! Takut saya tuh, belum bisa percaya cinta cinta lagi. Saya udah pusing skripsi Pak Teddy." Vanessa menegaskan.

"Tos dulu." Mayted mengajaknya high five dan disambut Vanessa dengan sumrigah.

"Kamu masih muda banget mbak, fokus pendidikan aja dulu, Bapak pasti mau ngelepas kamu kalo udah spesialis juga. Pengen spesialis apa jadinya? Saraf atau Jantung?" Tanya Mayted lagi, mereka berdua ini kalo akur pasti sudah kayak bestie banget, walaupun umur mereka nyaris beda 13 tahun, tapi tidak ada masalah.

Selagi Mayted menghormati dan menghargai Vanessa sebagai cucu Bapak, Vanessa pun begitu, ia tahu situasi dan kondisi, ada waktunya ia bercanda dengan Mayted seperti sebaya, ada waktunya ia menghormati Mayted karena menghormati yang lebih tua.

Bahkan Mayted saja memfollow second account ig Vanessa yang isinya alay dan jamet, kadang Mayted mengejek sering sekali mengejek isi instagram story Vanessa, karena menurutnya akrab dengan cucu calon presiden harus pinter pinter. Apalagi modelan Vanessa yang susah dideketin, seperti pertama kali mereka bertemu. Tapi kalo saling kesal dan berantem, dunia sudah mengibarkan bendera putih, yang artinya menyerah.

"Jantung. Aku pengen jadi ahli jantung." Sumrigah Vanessa.

"Ya sudah semoga berhasil ya mbak, saya yakin bisa kok. Kamu kelewat cerdas soalnya. Masalah jodoh, pasti nanti datang dengan sendirinya, yang tentunya setara sama kamu." Ucap Mayted.

"Aamiin!!" Teriak Vanessa kencang dengan senyumannya yang sangat manis.

Tiba tiba dengan anehnya detak jantung Mayted berdetak melebihi tempo normalnya, melihat Vanessa tersenyum manis dengan barefacenya persis seperti anak kecil itu membuat hatinya meleleh. Membuat perasaannya yang tadinya membeku kini perlahan mencair, sejujurnya dari awal pertemuannya, dari pertama kali ia diperkenalkan Bapak, Vanessa memang menjadi perhatiannya, perempuan didepannya ini memiliki daya tarik yang kuat untuk memikat siapapun di sekitarnya.

Nggak Ted. Jangan. Jangan sampai perasaan lo jatuh ke bocil di depan ini. Dia tuh bocil Ted, yang ada lo makin pusing ngurusin dia. Tapi ya Allah, emang bocil satu ini cantik, manis, pinter lagi. Minusnya emang rewel dan berisik aja. Niru siapa ya dia? Mbak Yanti kalem, Mas Didit juga, Ayahnya sendiri aja malah kayak gue, keras dan tegas, Bapak juga gitu, nih anak niru siapa ya sifat rewel dan berisiknya?

Продолжить чтение

Вам также понравится

97.9K 8.3K 83
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
Summer In Paris Anna Dysa

Художественная проза

41.5K 5K 41
Chava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehang...
Maze [✓] erishyaa🌙

Любовные романы

46.8K 5K 29
Kim Go Eun atau Zea Kim, seorang CEO wanita perusahaan fashion asal Korea Selatan sedang berada dipuncak karirnya. Diusianya ke 30, Ia berhasil menja...
ESPRESSO abd

Фанфик

9.7K 1.1K 8
[Nathan Tjoe-A-On] "That's that me, espresso." • • • Sabrina tidak pernah mengira kunjungannya ke kedai kopi apartemen pagi itu membuat orang seperti...