He Fell First and She Never F...

By vousmezera

286K 22.2K 3.1K

"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, to... More

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
44 (a) - Edisi LDR Sementara
44 (b) - Edisi LDR Sementara
45
46
47
48
49
50
51-Flashback (Spesial) Edisi Lebaran
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
attention please‼️please read until the end‼️
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99

1

21.7K 327 8
By vousmezera

Rumah yang sangat besar dan luas itu cukup riuh di pagi hari. Seisi rumah di pagi itu begitu ramai, tepatnya di meja makan yang cukup panjang, kira kira bisa mengisi 15 orang disana. Pukul 08.00 seluruh anggota keluarga sarapan di meja makan yang sudah disediakan oleh pelayan rumah yang bertanggung jawab dalam memasak.

Bi Ina dan Bi Mia, dua perempuan yang sudah berumur itu tentunya sudah tidak asing lagi jika mereka sudah lama bekerja dengan Menhan RI saat ini.

Tentu sudah lengkap dengan ajudan dan para sekpri yang ikut bergabung dengan mereka dalam meja makan tersebut. Keluarga Bapak selalu sarapan bersama sebelum melakukan kegiatan masing masing, termasuk dengan para ajudan, adc, dan sekpri.

"Mas Didit, adikmu kapan balik ke Indonesia?" Tanya Bapak disela sarapan mereka.

"Mbak Yanti? Kemarin katanya bulan depan, Pak. Mbak Yanti masih sibuk sama bisnis fashionnya." Balas Mas Didit.

"Papa nggak bantu Tante Yanti?" Tanya Habib, anaknya Mas Didit.

"Iya Mas, Papa besok flight ke Paris. Gantian sama Tante Yanti. Kasian tante kamu itu terlalu lama ngehandle, nanti bisa lupa punya anak tunggal perempuan." Ledek Mas Didit, kalo adiknya saat ini ada disebelahnya, dipastikan Mas Didit sudah digebukin oleh adik perempuannya itu.

"Ngomong ngomong, Vanessa kenapa belum turun?" Bapak teringat dengan salah satu cucunya. Cucu perempuannya yang kedua, Vanessa Jasmine Aurora D.

"Vanessa kayaknya belum bangun, Kakek. Dia maraton drakor tuh semalam." Jawab Atizanesya Ragowo. Cucu perempuan Bapak yang pertama, anak dari Mas Didit.

"Lagi?" Kali ini bukan anggota keluarga yang menyahut. Suara tegas dan dingin itu menyapu suasana sarapan pagi itu.

"Saya sudah ingatkan kalo hari ini Mbak Vanessa ada jadwal Osce, Pak. Saya izin keatas ya Pak bangunin Mbak Vanessa." Sahut laki laki itu, ia beranjak berdiri setelah diberi izin oleh Bapak.

"Pasti berantem lagi mereka." Bisik Ati ke saudara kembarnya, Bintang.

Suara itu tidak lain dan tidak bukan adalah Ajudan Pribadi Bapak yang diutus dari TNI. Namanya, Teddy Idza Regan Dwijaya. Sosok prajurit dengan pangkat Mayor yang kini bertugas sebagai ajudan Menhan. Selain menjaga dan mengurus Bapak, Mayor Teddy yang disingkat dengan panggilan Mayted, juga menjaga para cucu Bapak. Namun yang lebih diperhatikan olehnya adalah dua cucu perempuan Bapak, Mbak Ati dan Mbak Vanessa.

Bapak punya empat cucu. Dari anaknya yang pertama (Mas Didit) mempunyai tiga anak kembar. Dua laki laki dan satu perempuan. Mereka adalah Habib Ragowo D, Bintang Ragowo D, dan Atizanesya Ragowo D. Sedangkan cucu yang satu lagi dari anaknya yang kedua (Mbak Yanti) mempunyai anak perempuan tunggal, namanya Vanessa Jasmine Aurora D.

Habib dan Bintang tentu juga mempunyai ajudan yang selalu menjaganya kemanapun mereka pergi, walaupun penjagaannya tidak seketat kedua cucu perempuannya Bapak. Kemana pun para cucu Bapak ini pergi, tentu ada yang mengawal dan mengikutinya. Setiap kegiatan dan apa yang mereka lakukan hari itu, adc atau ajudan yang menjaga mereka akan melaporkan kegiatan mereka kepada Bapak, tanpa terkecuali.

Dan diantara keempat cucu Bapak, memang yang paling ekstra dijaga adalah Vanessa. Jauh sebelum Bapak menjadi Menhan, Vanessa memang sudah cukup terkenal, parasnya yang cantik dan cerdas sudah cukup populer di sosial media manapun, salah satunya TikTok.

Selain kini sedang sibuk menjadi mahasiswa kedokteran di Universitas Indonesia, Vanessa juga seorang Selebgram. Walaupun tidak begitu mencolok di dunia entertainment semenjak Kakeknya menjadi Menhan dan kini statusnya sebagai calon presiden, Vanessa sangat membatasi segala pekerjaannya dalam bidang tersebut. Namun, tetap saja ia sangat populer.

"Tok tok!" Mayted mengetuk pintu kamar Vanessa.

"Vanessa, Mbak Vanessa bangun mbak! Kamu hari ini ada ujian Osce!" Teriak Mayted dari depan pintu kamarnya.

Sekali, dua kali, hingga tiga kali tidak ada respon akhirnya Mayted memutuskan untuk membuka pintu kamar itu yang memang tidak pernah dikunci, itu perintah Bapak, karena takut jika ada terjadi sesuatu.

Mayted masuk ke kamar yang cukup luas dengan nuansa estetik yang dibangun dengan warna pink pastel dan putih. Secepatnya melangkah ke samping ranjang Vanessa yang besar dan luas itu. Benar kata Mbak Ati, cucu Bapak yang satu ini bukannya belajar Osce, tapi malah menonton drakor. Lihat saja! Macbook milik gadis itu masih menyala dan memutar drakor yang entah sudah menayangkan episode ke berapa.

"Mbak Vanessa! Bangun mbak!" Mayted dengan tegas namun sabar membangunkan Vanessa. Ia sudah tahu semua sifat, karakter, dan kebiasaan semua cucu Bapak. Dari keempat itu, Vanessa yang paling sulit untuk dibangunkan.

"Mbak Vanessa Jasmine Aurora!" Kali ini Mayted berteriak keras sambil menepuk pipi Vanessa pelan agar gadis itu bangun.

"Hmm..." Vanessa merintih.

"Mbak bangun, kamu itu ujian jam 11! Ini sudah jam 9 mbak!" Harusnya Vanessa yang stress dan kalang kabut karena waktu sudah mepet, tapi ini malah sebaliknya. Mayted yang justru sibuk dari tadi melihat jam berkali kali dipergelangan tangan kanannya.

"Pak aku masih ngantuk, lima menit lagi ya?" Vanessa mendumel dengan mata yang masih tertutup.

"Kamu ujian Mbak Vanessa! Kamu itu bukannya belajar kenapa malah drakoran sih?" Mayted frustasi melihat tingkahnya.

"Cepetan bangun, mbak!" Suara Mayted semakin tinggi.

Teriakan yang menggelegar itu tetap tidak direspon oleh Vanessa.

"Ya Allah Mbak Vanessa!!!" Kali ini Mayted tidak bisa sabar lagi, ini sudah kelewatan, ia yang akan pusing jika Vanessa terlambat.

"IH PAK TEDDY BERISIK BANGET SIH!" Vanessa bangun dengan kesal, rambutnya yang berantakan, wajahnya yang ia tekuk menandakan kesal karena kehadiran Mayted.

"Bangun mbak, ditunggu Bapak dibawah. Cuma kamu yang belum turun! Cepat bangun, mandi, dan sarapan, kamu hari ini ujian mbak! Nggak ingat?" Hardik Mayted.

"Oiya ya aku Osce astaga!!" Vanessa akhirnya tersadar setelah nyawanya sudah terkumpul full lalu berlari ke kamar mandi secepat kilat. Mayted hanya menghela napas dan geleng kepala karena harus lebih sabar mengurus dan menghadapi bocil yang berumur 22 tahun itu.

Mayted membuka gorden kamar Vanessa yang besar dan panjang itu agar sinar matahari masuk ke dalam kamarnya. Tak lupa laki laki itu mematikan AC di kamar gadis tersebut.

"Capek ya bang?" Itu Rajif yang menyahut setelah melihat Mayted keluar dari kamar Vanessa dan menutup pintunya.

"Jangan ditanya Jif, saya lebih baik ngurus Mbak Ati daripada Mbak Vanessa. Pusing saya, anaknya bener bener rewel dan susah diatur." Pagi pagi Mayted sudah memijit kedua dahinya.

"Hahaha semangat bang, saya cuma perlu ngurus duo tampan aja." Rajif sengaja banget meledek Abangnya itu. Memang benar kalo Rajif selain ikut mengurus jadwal Bapak, laki laki keturunan Jawa itu juga mengurus jadwal dua cucu laki lakinya Bapak.

"Pak, bener kan Vanessa ngedrakor." Ati bersuara ketika melihat Mayted turun tangga.

"Saya heran, kenapa Mbak Vanessa nggak kayak kamu yang morning person, kalo seperti itu saya nggak susah setiap hari bangunin si putri tidur itu, Belum ngapa ngapain saja energi saya sudah habis." Keluh Mayted dan kembali duduk di meja makan.

"Vanessa kalo disuruh hibernasi seharian bakal dilakuin Pak, dimana mana bisa tidur dia." Sahut Bintang yang menggigit roti bakar miliknya.

"Sudah Ted? Gimana cucuku yang satu itu?" Tanya Bapak.

"Aman Pak, Mbak Vanessa lagi mandi, mungkin sebentar lagi turun." Jawab Mayted dan Bapak mengangguk paham.

"Kan aku udah bilang Pak, kalo Mbak Yanti kelamaan di Paris, anak tunggalnya itu makin betingkah. Kalo Mbak Yanti ada disini itu bocil pasti nggak akan bisa bangun kesiangan." Ucap Mas Didit.

"Ya sudah, nggak papa. Kasian dia, beberapa hari ini belajar terus mau Osce kan? Lagian nggak ada bedanya Mbak Yanti dengan Mayor Teddy, mereka sama sama tegas tapi tetap saja Vanessa nggak peduli." Bapak tertawa.

"Morning, Kakek sayang." Sapa Vanessa riang yang masih turun dari tangga, seolah olah tidak terjadi apa apa.

"Pagi cucuku yang paling cantik. Kenapa baru turun sayang?" Tanya Bapak.

"Hehe, aku semalam nonton drakor. Nggak mau stress ujian Osce hari ini, makanya aku nyoba untuk dibawa rileks terus milih nonton drakor daripada belajar." Vanessa cengengesan. Ia sudah rapi dengan rambutnya yang di curly, dipakaikan bando coklat polos, dan outfitnya yang semakin membuatnya terlihat mempesona.

"Lama banget turunnya mbak! Udah jam setengah 10. Kamu mau jalan jam berapa ke kampus?!" Mayted kembali berkomentar dengan sinis. Bahkan didepan Bapak, Mayted memang berani sekali mengomeli cucu kesayangan Bapak itu.

"Apa apaan sih sensi banget?! Pak Teddy ini berisik banget! Aku juga tahu kali jam 11 ujian Osce! Aku juga hidupin alarm tahu! Kalo Pak Teddy nggak bangunin aku juga pasti tetap bangun!" Vanessa semakin kesal dibuatnya.

"Iya saya tahu, tapi kalo kamu yang terlambat saya yang pusing!" Balas Mayted.

"Pusing kenapa sih? Yang nganterin aku ke kampus juga Mas Lino!" Vanessa tetap nggak mau kalah debat.

"Iya memang! Tapi kamu pernah telat Osce Mbak Vanessa! Dan saya yang negosiasi dengan dosen kamu biar kamu bisa ujian! Kalo saya nggak berhasil kamu bisa gagal ujiannya! Ingat tidak?!" Balas Mayted lagi, tak kalah sinis.

"Tapi itu aku terlambat karena macet, Pak Teddy!"

"Saya tahu, makanya saya bangunin kamu tiga jam lebih awal biar berangkatnya cepat dan lebih awal. Lagian kamu juga nggak rugi. Keadaan jalan nggak ada yang tahu, Mbak Vanessa." Debat terus berlangsung tanpa mereka berdua sadari, kini mereka menjadi pusat perhatian seisi rumah. Bahkan mbak-mbak yang membersihkan rumah Bapak saja ikut terdiam.

"Aneh! Ribet banget jadi ajudan!" Vanessa dengan kesal mengambil roti isi selai stroberi dan meninggalkan mereka semua. Lino yang tahu pergerakan itu hanya mengekori Vanessa karena ia tahu langsung jika situasi seperti ini tanpa babibu, ia harus mengantar Vanessa ke kampus sebelum berangkat ke kantor Menhan untuk bekerja.

"Anjir, Pak Teddy dibilang ribet." Sahut Ati dengan speechless.

"Langsung asem ekspresi Pak Teddy cok." Ucap Bintang yang melihat Mayted menatap punggung Vanessa yang semakin jauh itu dengan tatapan dingin.

"Pantesan gue kalo emosi sama Vanessa dia makin emosi." Habib menghela napas.

"Kelakuan anak tunggal." Sindir Bintang

"Pisces girl emang gitu." Sahut Mbak Ati.

"Sudah Ted, maafin cucu saya ya kalo Vanessa merepotkan kamu terus. Salah saya karena memberi tanggung jawab lain kepada kamu." Ucap Bapak.

"Tidak Pak, saya tidak merasa direpotkan. Memang seharusnya saya mengurus Mbak Vanessa, kalau tidak mungkin Mbak Vanessa bisa telat setiap hari." Mayted sudah mulai melunak, memang tadi ia terpancing emosi melihat kelakuan Vanessa yang setiap hari harus ia hadapi. Ia mengerti, ia memahami Vanessa, tapi ia tidak bisa melihat Vanessa yang terus bangun kesiangan terus terusan. Tidak sesuai dengan prinsipnya.

"Kakek, Papa aku ke Untar ya, ada ujian blok juga."Ati yang juga mahasiswi kedokteran ikut pamit, diikuti oleh dua saudara kembarnya yang berangkat ke kantor untuk bekerja sebagai anak magang.

Bapak dan Mas Didit mengangguk melihat anak serta cucunya menuju garasi mobil. Setelah semua cucunya kembali ke aktifitasnya, barulah Bapak berangkat ke Kantor, begitu juga Mas Didit yang tengah sibuk prepare untuk keberangkatannya besok.

"Sudah Ted, Mbak Vanessa sudah aman. Kamu jangan gelisah gitu." Bapak melihat gelagat Mayted yang duduk disamping sopir. Kini mereka keluar dari Kertangerara menuju kantor Kemhan.

"Mbak Vanessa sudah masuk ruangan Osce, bang. Ini Lino sudah chat saya." Ucap Rizky yang kini duduk disebelah Bapak.

Mendengar hal itu, Mayted bernapas lega, ia tidak khawatir lagi. Ia mengangguk paham dan kembali membuka jadwal Bapak hari ini yang cukup padat. Mengurus Vanessa hampir tiga tahun ini, bukannya membuatnya semakin enjoy dan berharap gadis itu mengerti, tapi semakin pusing karena kelakuannya yang berbanding terbalik dengan ketiga sepupunya yang kembar itu.

Mayted pikir melihat kepopuleran, kecantikan, dan kecerdasan Vanessa sebagai mahasiswa kedokteran UI yang selalu mendapat nilai bagus, mengurusnya mungkin tidak perlu ribet, ia merasa Vanessa tadinya sosok yang penurut. Tapi ternyata, cucu Bapak yang satu itu cukup membuatnya harus banyak bersabar, mengerti, dan berusaha untuk menjaga Vanessa lebih esktra.

Anaknya memang rewel, sensitif, clingy, ribet, susah diatur, berisik, dan emosian, tapi ia sosok yang ceria, baik hati, happy virus di keluarga, perhatian, dan memiliki empati yang tinggi kepada sesama walaupun dibalik itu semua ia juga punya luka kesedihan yang dalam.

Itulah kenapa Mayted mengerti Vanessa. Ia memang tegas dengan Vanessa, ia tidak pernah bisa marah dengan cucu kesayangannya Bapak itu. Tapi masalahnya, Vanessa selalu mengira dirinya marah dan selalu emosi padahal itu pembawaan Mayted yang tegas. Namanya juga Prajurit Kopassus! Ia tidak bisa selembut Rizky, Rajif, Agung atau Deril.

"Ada ada saja pagi ini." Gumam Mayted dengan helaan napasnya yang pelan, takut jika Bapak menyadarinya.

Continue Reading

You'll Also Like

850K 41.2K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
27.1K 2.9K 18
Hati kuatnya yang rapuh perlahan, akankah ada seseorang yang dapat menguatkannya kembali di lain hari?
55K 5.8K 43
Chava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehang...
116K 2.6K 17
"Mau kan Yo, kamu nikah sama aku?? Aku sayang kamu banget!! Maaf kalau pernikahan ini terjadi terlalu cepat.." "Nggak apa-apa, dengan begini aku bis...