[6] MY DRAFT (JAEROSE)

By deftsember

16.8K 2.1K 458

Kumpulan draft yang udah lama numpuk tapi masih ragu buat di post atau di lanjut ngetik nya. Ini semua draft... More

START
YOU MAKE ME [BAB 00: START]
YOU MAKE ME [BAB 01: BEGINNING OF EVERYTHING]
YOU MAKE ME [BAB 02: MEET AGAIN]
YOU MAKE ME [BAB 03: ANNOYING ]
YOU MAKE ME [BAB 04: JINO SI PERANTARA]
DEAR JEFF [BAB 00: START]
YOU MAKE ME [BAB 5: PACARAN]
DEAR JEFF [ BAB 01: AGNESYA LYORA WILMAN ]
YOU MAKE ME [BAB 6: JEFFRIAN'S PROBLEM]
YOU MAKE ME [ BAB 7: JEFFRIAN SICK ]
DEAR JEFF [BAB 02: PEREMPUAN BERJILBAB PUTIH]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 00: INTRO + PROLOG ]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 01: APA ADANYA KITA ]
DEAR JEFF [BAB 03: ROSIETA JASMINE]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 02: SELLA SI PALING SUPPORT SYSTEM ]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 03: DRIVE IN CINEMA]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 04: FEELING LONELY ]
DEAR JEFF [BAB 4: YANG KETIGA KALI]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 00: START ]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 01: DI TINDAS DAN MENINDAS ]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 02: RENCANA PERJODOHAN ]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 03: KEMBALI KEHILANGAN ]
BAB 000: TENTUKAN PILIHANMU!
BAB 0000: FIXED!

CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 04: KELUARGA BARU ]

812 99 44
By deftsember


[ Happy Reading ]





Dua jam sudah berlalu tapi Anna belum juga bangun dari pingsan nya. Ayah dan bunda juga belum kembali dari pemakaman kakek. Yuno tidak tahu harus apa selama di tinggal sendiri dengan Anna yang sedang tak sadarkan diri.

Sejujurnya sejak tadi Yuno tidak nyaman karena hanya dia seorang yang masih sadar. Di tinggal seorang diri di rumah duka bekas orang meninggal adalah satu-satunya alasan yang membuatnya tidak nyaman saat ini.

Katakanlah kalau Yuno tidak percaya dengan hantu. Tapi dia tetap agak merinding kalau di hadapkan oleh sesuatu yang berhubungan dengan orang meninggal. Entahlah, ini pasti karena kata-kata Dika yang pernah bilang kalau orang meninggal biasanya masih berada di dalam rumah nya selama 7 hari setelah dia meninggal.

Jadi untuk mengurangi rasa tidak nyaman nya, Yuno memilih melihat-lihat kamar Anna yang tidak terlalu besar seperti kamar nya tapi tetap terlihat rapi. Mungkin karena Anna seorang perempuan, jadi tingkat kerapihan nya berbeda dengannya yang seorang pria.

Pandangannya jatuh di sebuah meja kecil yang memperlihatkan deretan bingkai berisi foto-foto Anna dengan orang tua dan kakek nya. Ada foto Anna yang masih kecil foto bersama kedua orang tua nya, dan Yuno meyakini bahwa foto itu di ambil saat Anna lulus sekolah dasar. Dan foto tersebut merupakan foto terakhir Anna dengan orang tua nya sebelum ayah dan ibu nya meninggal karena kecelakaan lalu lintas.

Pandangannya sedikit bergeser dan melihat foto Anna bersama kakek. Mungkin foto itu di ambil saat Anna menjuarai sebuah lomba dan foto nya di ambil belum lama ini.

Dari kedua foto tersebut memperlihatkan Anna yang sedang tersenyum lebar tanda kebahagiaan. Yuno memang sudah cukup lama mengenal Anna, tapi dia berpikir Anna jadi jarang tersenyum lagi setelah mereka beranjak dewasa.

Tidak ada alasan pasti kenapa Yuno kelihatan membenci Anna. Padahal saat kecil mereka termasuk dua orang yang bisa dikatakan teman main masa kecil.

Yuno bukannya membenci Anna, dia hanya tidak suka sikap Anna yang terlalu menurut pada peraturan atau perintah. Kehidupan Anna terlalu monoton dan Yuno tidak bisa beradaptasi dengan perubahan itu. Sedangkan dirinya lebih suka hidup bebas menikmati hidup remaja nya dengan banyak warna.

Entahlah Yuno merasa tidak suka dengan perubahan hidup Anna. Menurutnya Anna adalah tipe orang yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan dan terlalu sibuk mengurusi kehidupan orang lain hanya karena ingin menaati peraturan. Terkadang Yuno juga menilai Anna terlalu cari perhatian agar dirinya bisa di sanjung oleh banyak orang.

Terlebih dengan kejadian masa kecil mereka yang sempat menjadi alasan kuat kenapa Yuno jadi tidak suka dengan Anna. Mungkin lain kali Yuno akan menjelaskannya kalau dia tidak lupa.

Intinya cara hidup mereka lah yang membuat hubungan mereka tak lagi akrab seperti dulu. Yuno condong menganggap Anna terlalu superior dan sering menilai rendah dirinya yang payah dalam urusan pendidikan.

Sial! Karena terlalu lama mengenang masa lalu, Yuno jadi melupakan sejenak rasa mencekam yang sempat menyapa kepekaan nya.

Tapi serius. Yuno bukan membenci Anna, dia hanya tidak suka dengan sifat Anna. Mereka sudah tidak bisa menjadi dua orang yang memiliki hubungan akrab seperti saat kecil dulu. Kehidupan mereka juga sepertinya tidak memiliki kecocokan. Jalan hidup Yuno dan Anna tidak berada di jalan yang sama. Sulit untuk mereka bisa mengarungi kehidupan bersama di masa depan. Itu salah satu alasan kenapa Yuno menolak di jodohkan dengan Anna.

"Kenapa sih dulu lo begitu sama gue? Kalau kejadian itu nggak pernah ada, mungkin gue nggak akan se-nggak suka ini sama lo, Anna. Lo juga nyebelin banget lama-lama." cerocos Yuno kepada tubuh Anna yang masih terbujur pingsan.

"Gue masih sebel sama lo, tapi lihat lo begini bikin gue jadi iba." lanjutnya.

"Eunghhh.."

Suara lenguhan samar tertangkap oleh indera pendengaran Yuno. Lelaki itu dengan sigap langsung berjalan mendekati ranjang Anna dan melihat kalau Anna sudah sadarkan diri.

"Anna, you okay?" tanya nya yang tidak dibalas oleh Anna.

Yuno seketika teringat kalau tadi bunda berpesan untuk memberi makan Anna dengan bubur yang sudah bunda masak di dapur. Lelaki itu bergegas menuju dapur untuk mengambil bubur itu untuk Anna. Meskipun dia tidak menyukai hal-hal seperti ini, tapi perintah bunda harus tetap dijalani.

Yuno masuk kembali ke kamar Anna dengan membawa nampan berisi segelas air mineral dan semangkuk bubur yang untungnya bisa di hangatkan pakai microwave.

"Nih makan dulu. Tadi bunda bilang lo harus makan apapun yang terjadi biar lambung lo nggak sakit." ujar Yuno sambil menaruh nampan itu di meja samping ranjang Anna.

Tidak ada respon dari Anna. Yuno menoleh dan mendapati gadis itu sedang menatap kosong entah kemana. Anna kelihatan sangat frustasi dan terpukul kehilangan sang kakek.

"Roseanna, ayo makan dulu. Gue nggak minat ngajakin lo debat karena mengingat keadaan lo sekarang. Jadi khusus hari ini lo yang harus nurut sama omongan gue. Come on, get up and eat the porridge."

Masih tidak ada respon dari Anna. Yuno hampir saja mengumpat kesal kalau tidak ingat keadaan seperti apa yang tengah terjadi sekarang.

Oke, khusus hari ini dia akan menurunkan semua ego dan harga diri nya demi menuruti perintah bunda untuk menghibur Anna yang sedang dalam kondisi berduka.

Mangkuk bubur yang masih di nampan dia ambil dan di sodorkan tepat di depan Anna, berharap gadis itu tidak lagi melamun. Tapi Anna masih belum juga mau bereaksi. Yuno jadi frustasi sendiri.

"Apa perlu gue suapin biar lo mau makan?" tanya nya. Yuno tidak benar-benar yakin dengan ucapannya itu. Dia hanya sedang berusaha menarik atensi Anna.

"Kakek.." suara lirih nan samar keluar dari mulut Anna yang bergetar. Air mata mulai mengumpul di pelupuk mata nya dan siap untuk terjun membasahi wajah nya yang pucat.

"Setelah lo makan dan minum obat, gue bakal anterin lo ke tempat pemakaman kakek."

Kali ini Anna merespon ucapan Yuno. Gadis itu menoleh menatap Yuno dengan tatapan sendu.

"What should i do?"

"Bangun dan makan bubur nya. Jangan siksa diri lo sendiri. Semua orang tau lo lagi berduka, tapi mereka juga nggak mau lihat lo terus-terusan terluka. I can't give sweet words to comfort you. Jadi cepat makan bubur nya, setelah itu kita berangkat ke tempat pemakaman kakek."

Sebenarnya Yuno tidak bermaksud berbicara dengan nada yang tak ramah begitu. Tapi entahlah, dia merasa aneh saja di hadapkan oleh situasi seperti ini dan hanya berduaan saja dengan Anna.

"Aku nggak lapar."

"Meskipun lo bilang nggak lapar, tapi lambung lo berkata lain. I know how you feel now, Anna. Nggak ada yang lebih menyedihkan dari kehilangan sosok orang yang penting bagi hidup lo. But you have to be patient and sincere. Separation is always the end in human life."

Anna melihat Yuno dengan tatapan membingungkan. Tidak ada yang menebak isi pikiran gadis itu sekarang.

"Oke, aku makan bubur nya. Tapi biarin aku sendirian di kamar. Aku lagi butuh waktu sendiri."

Yuno menatap Anna dengan mata memicing curiga. "Lo nggak ada niat untuk mencelakai diri sendiri karena frustasi kan?"

"Nothing. Aku cuma lagi butuh waktu sendirian."

"Oke. Gue tunggu diluar. Minum obatnya juga biar bunda nggak marah-marah."

Yuno beranjak melangkahkan kakinya keluar dari kamar Anna. Saat dia baru saja akan membuka pintu kamar, tiba-tiba dia menangkap suara lirih yang terdengar menyapa nya dengan sangat lembut.

"Yuno, thank you very much. I'm helped by having you here."

Yuno tidak merespon nya. Dia hanya mengangguk dan berdehem samar sebelum melanjutkan langkahnya keluar dari kamar Anna.


🍑🌹



Selepas dari pemakaman kakek, Anna kembali tak sadarkan diri karena terlalu berlebihan saat menangis. Gadis itu kelihatan sangat frustasi saat melihat batu nisan bertuliskan nama kakek tertancap di gundukan tanah yang masih basah.

Yuno, bunda, dan ayah yang melihat keadaan Anna pun tidak bisa untuk diam saja. Ayah dan bunda sudah berusaha untuk menenangkan Anna sampai akhirnya gadis itu menyerah dan tak sadarkan diri karena lelah.

Yuno hanya diam saja dan membantu sekenan nya untuk menenangkan Anna. Karena sejujurnya dia pun bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Menghibur orang yang tengah berduka bukanlah keahlian nya.

Laki-laki itu akan bergerak apabila ada yang menyuruhnya. Seperti saat ini saja misalnya. Tadi ayah dan bunda bilang mau pulang dulu sebentar untuk mengambil pakaian ganti. Rencana mereka sekeluarga akan menginap di rumah Anna. Dan kini dia kembali di paksa untuk jadi orang yang menemani Anna yang tengah tidur dengan tenang di dalam kamar nya.

Bunda terus-menerus memperingati nya untuk tetap berada di sisi Anna dan jangan pergi sedetik pun dari kamar gadis itu. Nampak nya bunda terlalu khawatir mengingat keadaan Anna memang sedang tidak baik-baik saja.

Sebenarnya Yuno juga ingin protes kalau dia tidak bisa ikut menginap di rumah Anna. Segala alasan sudah dia keluarkan tapi bunda dan ayah nya malah mengancam mencabut debit card nya kalau dia tidak mau menurut.

Padahal Yuno pikir Anna hanya butuh ayah dan bunda saja, dan itu sudah cukup. Gadis itu tidak akan membutuhkan nya karena hubungan mereka yang tidak begitu baik. Bukankah Anna malah akan terganggu kalau dia ikut muncul di situasi seperti ini. Gadis itu kan memang membenci nya tanpa alasan.

Tapi tetap saja, ternyata semua rencana nya tidak ada yang berjalan lancar. Itu lah kenapa akhirnya Yuno memilih keluar untuk menghisap beberapa batang rokok di halaman rumah Anna.

Yuno tidak akan betah ditinggal sendirian di rumah duka ini. Pikiran jelek pasti saja membuatnya tidak nyaman. Memang sialan sekali perkataan Dika waktu itu sampai membuatnya jadi lelaki cupu seperti ini.

Setengah jam kemudian ayah dan bunda tiba dan Yuno langsung cepat-cepat membuang dan menginjak putung rokok yang masih tersisa setengah. Lelaki itu berusaha mengipas-ngipas udara agar bau asap rokok sedikit tersamarkan.

"Habis ngapain kamu? Kok malah di luar, bukan nya temenin Anna di dalam?" tanya bunda yang datang-datang dengan membawa satu buah koper berukuran sedang.

"Habis nyari udara segar aja kok, bun. Di dalam masih kecium aroma jenazah kakek, aku agak merinding rasanya." balas Yuno menjawab ucapan bunda.

Tapi mata bunda langsung memicing saat indera penglihatan nya menangkap ada bekas abu rokok di dekat kaki Yuno. "Kamu ngerokok?"

"Ah, kata siapa? Aku aja nggak punya stok rokok. Minggu kemarin udah di palak sama Julio, bun."

"Ayah, anak kamu ketahuan ngerokok lagi tuh." seru bunda sambil menatap tajam ke arah Yuno yang sedang ketar-ketir karena ketahuan oleh bunda nya.

Ayah datang dengan langkah nya yang lebar. Raut wajah nya yang kelihatan lelah terpancar gurat amarah. "Mana?" ucap ayah sambil menyodorkan tangan nya ke arah Yuno.

"M-mana apa nya, yah?"

"Rokok."

"Rokok apa sih, yah? Aku nggak ngerokok. Bunda aja yang salah lihat."

"Mau bohong ya kamu? Emang ayah nggak bisa lihat kalau di celana kamu ada bekas abu rokok dan hidung ayah ini masih berfungsi baik. Kamu habis berapa batang tadi?"

Yuno skakmat. Kalau sudah ayah nya yang bicara dia tidak akan punya nyali untuk mengelak lagi.

"Cuma tiga, yah. Itu juga sisa yang minggu kemarin doang."

"Cuma tiga kamu bilang, dek?!" suara bunda yang nyaring terdengar sangat jelas.

"Bunda masuk aja duluan. Kasihan Anna sendirian di dalam. Biar ayah yang ngurus Yuno." ucap ayah yang berusaha menekan emosi bunda.

Akhirnya bunda masuk ke dalam rumah dan membiarkan putra semata wayang nya itu di interogasi oleh ayah.

"Mana rokok nya? Kasih semua ke ayah tanpa sisa."

Yuno cemberut. Dia merogoh kantung celana nya dan mengeluarkan sebungkus rokok lengkap dengan korek gas nya. Ayah langsung menyita rokok itu dari tangan nya.

"Ayah bukan nya ngelarang kamu untuk mengeksplor masa-masa remaja yang lagi kamu rasain sekarang. Ayah juga dulu pernah ngerasain jadi anak remaja kayak kamu. Tapi karena kakek mu seorang TNI jadi didikan nya lumayan keras dan disiplin. Seumur hidup ayah cuma sekali nyentuh rokok, dan setelahnya ayah langsung masuk rumah sakit karena infeksi tenggorokan. Ayah juga nggak larang kalau kamu mau merokok, tapi harus lihat sikon dulu dan jangan sampai jadi pecandu rokok karena itu bisa merugikan kamu dan orang lain di sekitar kamu. Paham kamu, Gevariel?"

"Aku juga bukan pecandu rokok. Aku ngerokok kalau lagi gabut dan pengen aja kok, yah."

"Kamu gabut dan pengen nya kan hampir tiap hari. Gimana bisa kamu bilang bukan pecandu rokok."

"Nggak rokok nggak laki. Itu kata Minggu. Aku cuma ikut-ikutan temen doang."

"Terus menurut kamu ayah ini bukan laki-laki? Kalau ayah bukan laki-laki kamu nggak akan jadi manusia kayak sekarang, Gevariel."

Akhirnya Yuno bungkam karena melihat ayah nya sudah menampakan raut kesal di balik wajah datar nya yang kelihatan lelah.

"Daripada ngerokok mending kamu ikut ayah aja. Lebih bermanfaat."

"Mau ngapain, yah?"

"Bantu ayah beres-beres rumah Anna."

"Hah? Nggak dulu deh. Aku capek, mau pulang aja terus tidur di rumah."

"Gevariel, jatah jajan bulan ini ayah potong 80% mau?"

Yuno merengut sebal. Sejak tadi ayah dan bunda selalu mengancam nya dengan embel-embel pemotongan uang jajan. Padahal dia tidak bisa hidup tanpa uang. Terlebih dia memiliki prinsip 'ANTI HUTANG-MENGHUTANG'.

Di saat ayah dan Yuno sedang sibuk membereskan rumah, bunda masih menunggu Anna untuk sadar dari pingsan nya. Sekiranya butuh waktu setengah jam lebih sampai Anna bangun dari pingsan nya.

Bunda langsung membantu Anna untuk minum segelas air karena gadis itu kelihatan lemas dan tak bertenaga. Begitu memastikan Anna tidak kembali histeris frustasi, bunda pun memutuskan untuk keluar kamar untuk mengambil bubur untuk di makan oleh Anna.

"Anna udah sadar, bun?" tanya ayah yang melihat bunda sedang sibuk menyiapkan bubur Anna di dapur. Beliau sedang menggeser beberapa perabotan di rumah Anna.

"Udah nih. Bunda mau coba bujuk dia makan, kali aja anaknya mau."

"Terus gimana sama wasiat kakek? Bukan nya harus di bicarakan secepatnya biar Anna juga tau dan kita bisa dapat keputusan dari dia." tanya ayah.

Yuno yang sedang menyapu lantai ruang tengah pun mendadak ikut penasaran dengan maksud obrolan ayah dan bunda nya.

"Nanti dulu deh, yah. Tunggu sampai Anna tenang. Bunda takut dia nangis lagi."

"Coba di bujuk pelan-pelan dulu, bun. Kita kan nggak bisa lama-lama tinggal disini. Dan ayah juga harus cepat-cepat masuk kerja. Yuno sama Anna juga nggak bisa izin sekolah lama-lama."

"Bunda coba omongin pelan-pelan sama Anna dulu. Semoga aja dia bisa terima isi surat wasiat kakek." kata bunda yang jalan dari arah dapur menuju kamar Anna.

Yuno mendekati ayah nya dan bertanya tentang maksud obrolan kedua orang tua nya tadi.

"Lagi ngomongin apa sih, yah?" tanya Yuno.

"Surat wasiat kakek untuk Anna."

"Pakai ada surat wasiat segala. Memang memperlihatkan zaman banget."

"Lanjut nyapu nya biar cepat selesai. Biar mendiang kakek juga tenang rumah nya bersih."

Yuno mendengus karena ayah menyinggung tentang mendiang kakek. Dia kan jadi ingat perkataan Dika.

"Surat wasiat nya tentang harta ya, yah? Kira-kira Anna dapat berapa juta ya?"

"Bukan tentang harta doang, Yuno. Emang kamu pikir surat wasiat cuma tentang harta doang."

"Terus? Kalau bukan tentang hartaㅡ" ucapan Yuno menggantung. Seketika raut wajah lelaki itu berubah. "Jangan-jangan wasiat nya tentang perjodohan kayak waktu itu lagi." ujar nya.

Melihat ayah yang hanya diam saja membuat Yuno menjadi berprasangka buruk.

"Ayah, aku udah bilang nggak mau di jodoh-jodohin begitu. Aku juga udah bilang ke Anna kalau aku nggak suka sama dia. Jangan ngambil keputusan seenaknya tentang masa depan aku dong. Aku kan pengen nyari masa depan aku sendiri." cerocos Yuno.

"Bukan tentang perjodohan lagi."

Raut wajah Yuno langsung lega seketika. "Jadi tentang apa?"

Ayah memalingkan wajah dan kembali melanjutkan kegiatan nya menggeser perabotan rumah. "Nanti juga kamu tau."

Yuno tidak begitu suka dengan sikap ayah nya yang suka membuat orang lain penasaran. Tapi setidaknya dia bisa tenang karena sudah di pastikan isi wasiat kakek buat Anna bukan tentang perjodohan seperti waktu itu.

Di kamar Anna.

Bunda sedang menyuapi Anna bubur. Senyum terbit di wajah bunda saat melihat Anna sudah mau memakan makanan nya walau pandangan gadis itu masih kosong, seolah-olah pikiran nya sedang melalang buana di tempat lain.

"Anna pintar ya, bubur nya udah mau habis." ujar bunda memberikan apresiasi untuk Anna.

Perhatian Anna teralihkan dan gadis itu menoleh ke arah bunda yang masih saja tersenyum hangat untuk menenangkan nya. Dia jadi merasa tidak kesepian lagi, walaupun dia baru saja di tinggal pergi oleh satu-satunya keluarga yang dia miliki.

Entah dia akan jadi seperti apa setelah ini. Hidup sebatang kara di tengah-tengah dunia yang makin berkembang. Apakah dia akan mampu bertahan di tengah rumit nya dunia? Atau dia ikut menyusul anggota keluarga nya yang sudah lebih dulu pergi meninggalkan dunia.

"Anna.." suara bunda kembali terdengar. Sentuhan tangan lembut khas seorang ibu dapat di rasakan di tangan Anna. "Setiap manusia pasti akan menemui takdir seperti ini. Terlahir ke dunia dan meninggalkan dunia, itu sudah menjadi takdir pasti yang akan dilalui oleh setiap manusia di muka bumi ini. Tante tau keadaan kamu sekarang lagi nggak baik-baik aja, tapi ingat kalau kamu nggak pernah sendirian disini. Masih ada om, tante, Yuno, dan teman-teman kamu. Never feel you are alone. Kami ada disini buat merangkul kamu. Kamu boleh sedih tapi jangan sampai berlarut-larut ya. Kakek, nenek, dan kedua orang tua kamu di surga pasti sedih juga kalau lihat kamu sedih. Mereka kembali ke pangkuan Tuhan bukan pengen bikin kamu sedih dan hancur. You must be strong and steadfast. Buktikan ke mereka kalau kamu mampu bertahan di dunia ini."

Anna balas menggenggam tangan bunda yang terasa hangat. Dia sangat merindukan kehangatan seperti ini.

"Tapi Anna udah nggak punya keluarga lagi, tante. Kenyataan nya Anna emang di tinggal sendirian."

"Nggak ada yang bilang begitu, Anna. Kata siapa kamu sendirian, kan masih ada om, tante, dan Yuno. Keluarga kita udah kenal dari dulu, jadi tanpa sadar ikatan kita juga udah kayak keluarga."

"Makasih tante, kalau nggak ada keluarga tante, Anna nggak tau harus bergantung sama siapa."

Bunda tersenyum hangat. Beliau menarik Anna ke dalam pelukan dan membiarkan Anna menangis di pelukan nya. Bunda sangat tahu kalau Anna memang sangat membutuhkan sandaran dan kenyamanan dari seorang ibu.

"Gimana? Kamu udah lebih tenang dari sebelumnya, kan?" tanya bunda sambil menghapus air mata yang mengalir di wajah Anna.

Anna tersenyum simpul. Kehadiran bunda dan ayah memang menjadi penenang paling manjur dan membuatnya tidak merasa sendirian.

"Makasih tante, sekarang Anna udah lebih mendingan."

"Anna, maaf sebelumnya. Tante tau keadaan kamu belum pulih, tapi tante dan om merasa harus mengatakan hal ini secepatnya sama kamu. Ini tentang wasiat yang sempat disampaikan kakek sebelum beliau meninggal. Kakek bilang kalau kamu harus tau tentang wasiat itu."

"Kakek ninggalin wasiat apa, tante?"

Bunda mengambil sebuah amplop yang berisi isi wasiat kakek. Beliau memberikan nya kepada Anna.

"Di baca dulu pelan-pelan, nanti tante coba kasih penjelasan biar Anna paham ya."

Anna tidak bisa banyak menebak apa isi dari surat wasiat yang di tinggalkan kakek. Dia hanya mengira kalau kakek pasti hanya menuliskan pesan-pesan penuh motivasi agar dia semakin kuat menjalani kehidupan setelah di tinggal oleh orang-orang terkasih.

Awalnya dia berpikir begitu, tapi saat dia membaca semua isi surat kakek tiba-tiba saja jantung nya berdegup sangat kencang dan raut wajah nya langsung berubah. Air mata kembali menetes dari pelupuk mata nya. Tangan yang memegang surat itu langsung lemas.

Bibir Anna bergetar dan dia kesulitan untuk mengatakan sepatah kata.

"Ini pasti sesuatu yang sangat berat untuk kamu. Tapi kakek pasti punya alasan kuat kenapa dia kasih wasiat begitu untuk kamu." ucap bunda.

Anna menatap bunda dengan mata berkaca-kaca. "Apa yang harus Anna lakukan, tante?" ucapnya dengan nada lirih.

"Ikuti kata hati kamu, Anna. Apapun keputusan kamu pasti bakal tante dan om dukung. Sekalipun kamu menolaknya, tante dan om bakal tetap jadi wali kamu."

Anna meremas selimut untuk menahan buncahan perasaan yang sedang dia rasakan sekarang. Ini adalah pilihan yang sulit dan dia tidak tahu harus berbuat apa.

"Tante tau tentang perasaan Anna ke Yuno?"

Bunda mengangguk. Beliau langsung menggenggam kedua tangan Anna lagi. "Sangat tau, Anna. Bahkan sebelum kakek kasih tau, tante udah lebih dulu sadar tentang perasaan kamu ke Yuno. Itulah kenapa tante dan om terima perjodohan itu, karena tante yakin perasaan kamu ke Yuno itu sangat tulus. Tapi sayang, Yuno nggak menyadari itu dan dia malah menolak perjodohan nya."

"Kakek udah tau kalau hidupnya nggak akan lama lagi. Makanya dia mempercepat rencana perjodohan itu karena kakek takut Anna sendirian di dunia ini. Kakek pasti berpikir kalau perjodohan itu bakal berjalan lancar, jadi dia nggak akan khawatir lagi karena Anna sudah pasti dapat keluarga baru yang bisa dipercaya." Anna mengatakannya dengan tubuh gemetar menahan tangis.

Bunda tak kuasa menahan kesedihan nya. Beliau menarik Anna ke dalam pelukan nya dan mencoba menenangkan Anna.

"Dan karena kakek udah tau kalau perjodohan nya gagal, beliau jadi bikin rencana baru. Kakek benar-benar mau Anna hidup sama tante dan om karena menurut beliau cuma keluarga om dan tante yang bisa membantu Anna. Kakek terlalu jauh mikirin masa depan Anna. Dan Anna bodoh sampai nggak menyadari itu."

"Maafin tante dan om, Anna. Maafin karena kami nggak bisa mewujudkan keinginan kakek. Dan maaf juga karena udah membuat kamu harus memutuskan keputusan yang sulit kayak gini."

Anna melepas pelukan bunda. Tatapan sendu nya yang berkaca-kaca menyorot bola mata bunda yang sejernih embun pagi.

"Tante, kalau Anna terima wasiat kakek, itu tanda nya Anna nggak akan pernah punya kesempatan untuk jadi pasangan nya Yuno, kan?"

Bunda meringis menahan perih mendengar lantunan kata-kata penuh kepedihan dan keputus asaan yang baru saja keluar dari mulut Anna.

"Kamu akan tetap jadi anak tante dan om, Anna. Apapun keadaan nya."

"Iya. Anak angkat nya tante dan om, bukan anak menantu tante dan om."

"Ya Tuhan, Anna." bunda sampai tidak sanggup untuk berkata-kata. Kepedihan yang di rasakan Anna seolah menyambar ke hati nya.

"Tapi Anna emang udah bisa nebak kalau hal itu nggak akan mungkin terjadi. Yuno nggak suka sama Anna dan dia benci Anna. Mustahil dia mau jadi pasangan sehidup semati Anna. Tapi gapapa, Anna udah ikhlas karena perasaan orang emang nggak bisa di paksakan."

"Anna, tolong jangan senyum kayak gitu, nak. Menangis aja kalau kamu udah nggak kuat nahan nya. Ada tante yang bakal tenangin kamu."

Anna mengulas senyum tipis yang nampak menyedihkan. "Tante dan om benar-benar baik. Pantas kakek kasih kepercayaan buat kalian menjaga Anna. Kalau harus memilih pun Anna bakal memilih menuruti wasiat kakek."

"Anna.." bunda sampai speechless mendengar ucapan Anna barusan.

"Kalau ini kemauan kakek dan satu-satunya harapan terbaik kakek untuk Anna, bukannya Anna nggak bisa nolak. Nggak jadi pasangan hidup Yuno juga nggak masalah. Anna bisa jadi saudara yang baik buat dia."

Air mata bunda langsung mengucur deras. Beliau menunduk dan langsung menangis tersedu-sedu tak kuasa menahan gejolak perasaan nya yang menyakitkan. Anna adalah gadis paling kuat yang pernah bunda temui.

"Kamu yakin, Anna? Kamu bisa merelakan perasaan kamu? Mungkin aja kamu bakal tambah sakit hati karena terima wasiat kakek. Kalian bakal jadi saudara dan kemungkinan untuk bersatu sebagai pasangan itu agak kecil."

"Yuno kan nggak suka Anna sebagai pasangan, tapi mungkin aja dia bisa menerima Anna sebagai saudara angkat nya. Anna nggak masalah sama perasaan ini lagi kok, tan. Di tolak sekali udah bikin Anna sadar diri kalau untuk bersatu dan jadi pasangan sehidup semati sama Yuno itu agak mustahil."

"Tapi tante masih berharap kamu jadi menantu tante, Anna."

Anna kembali memperlihatkan senyum simpul nya untuk menekan perasaan nya yang sedang bergejolak. "Nggak jadi menantu tapi jadi anak angkat kan gapapa, tan. Mungkin nanti tante bisa dapat menantu yang jauh lebih baik dari Anna."

"Tante kesal. Kenapa Yuno nggak bisa lihat potensi kamu yang baik dan setulus ini sih. Sebenarnya cewe kayak gimana yang dia cari."

Anna lumayan terhibur dengan ucapan bunda yang terdengar lucu saat menggerutu anaknya sendiri.

"Anna, apapun keadaan nya. Tante dan om janji bakal jadi orang tua yang baik untuk kamu. Jadi kamu jangan khawatir ya. Semua yang tante dan om punya akan jadi milik kamu juga karena kamu anak tante dan om. Kalau butuh apa-apa jangan di pendam sendiri ya, sayang. Kasih tau tante atau om."

"Untuk sekarang Anna cuma bisa ngucapin terimakasih banyak. Tapi suatu saat nanti Anna pasti bakal menebus kebaikan tante dan om. Anna janji."

"Sekarang aja kamu udah sebaik ini, Anna."

Anna tersenyum melihat raut wajah bunda yang sudah tidak sedih seperti tadi. Rasanya memang mengejutkan dan tidak menyangka kalau takdir seperti inilah yang akan menyatukan nya dengan Yuno.

Bukan sebagai pasangan kekasih atau suami-istri. Tapi sebagai saudara angkat yang tidak akan memiliki kesempatan untuk bertukar perasaan cinta lebih dari batasan nya.

Semoga Anna bisa melalui kehidupan baru nya, seperti yang sudah di wasiatkan oleh kakek.


'Untuk Anna cucu kakek tersayang.

Kalau kamu baca surat ini di pastikan kalau kakek sudah menyusul nenek dan kedua orang tua kamu ke surga. Tapi jangan khawatir karena kakek bakal baik-baik aja disini.

Kakek harus minta maaf karena ninggalin Anna sendirian, padahal kakek sudah berjanji untuk hidup lama biar bisa menemani Anna sampai Anna menemukan kebahagiaan yang pasti.

Tapi ternyata Tuhan punya takdir lain. Jadi kakek terpaksa harus mengikuti kemauan Tuhan. Tapi kakek juga sedih karena nggak bisa melihat Anna bahagia dengan masa depan Anna nanti. Padahal kakek pengen lihat Anna menikah dan punya anak. Takdir memang nggak ada yang tau.

Tentang wasiat kakek, sepertinya kamu udah paham karena keluarga Yuno pasti bakal bantu kamu. Kakek tau kalau Anna pasti syok dan nggak akan terima wasiat terakhir kakek. Tapi kakek mohon pikirkan baik-baik sebelum memutuskan. Cuma keluarga Yuno yang bisa bantu kamu dan kakek pun cuma bisa percaya sama mereka.

Kakek tau perasaan kamu ke Yuno sangat tulus dan kakek juga minta maaf karena nggak bisa mewujudkan keinginan kamu untuk bersatu menjadi pasangan yang bahagia bersama Yuno.

Makanya kakek bikin wasiat ini. Karena kakek yakin meskipun kamu nggak bisa bersatu sebagai pasangan bersama Yuno, kamu masih bisa bersatu menjadi saudaranya. Hubungan kasih sayang antar manusia bisa diberikan untuk siapa aja. Kakek harap Anna mau memaklumi nya dan terima dengan lapang dada ya.

Kakek nggak akan pernah ninggalin Anna sendirian. Dari atas sini kakek bakal jadi bintang yang setiap malam menerangi malam nya Anna bareng nenek, ibu, dan ayah Anna.

Kakek sayang Anna..'




🍑🌹



Saat ini ayah, bunda, Yuno, dan Anna sedang duduk di ruang tengah rumah kakek yang sudah di rapikan setelah acara pemakaman selesai. Empat orang beda generasi itu duduk berhadap-hadapan dengan keadaan yang cukup tegang.

"Ngapain diem-dieman gini? Yuno mau main game online bareng temen nih."

Ayah menghela napas. Beliau menatap Yuno dan Anna yang duduk bersebelahan.

"Anna terimakasih udah memutuskan keputusan yang tepat." ucap ayah. Dan Anna hanya mengangguk untuk merespon nya.

"Ada yang mau ayah bicarakan dan ini mengenai wasiat terakhir kakek."

"Anna udah setuju dan kita juga udah memutuskan. Mulai hari ini Anna akan di angkat menjadi anak ayah dan bunda sekaligus menjadi saudara Yuno. Kartu keluarga resmi nya bakal ayah urus secepatnya."

"Bentar.. ini maksudnya apa, yah? Saudara angkat gimana maksudnya?" ucap Yuno.

"Masih kurang jelas? Isi wasiat kakek nyuruh Anna untuk jadi anak angkat ayah dan bunda sekaligus jadi saudara angkat kamu, Yuno."

"Hah?!" Yuno merespon nya dengan raut wajah terkejut.

"Nggak bisa gitu dong. Kenapa semuanya yang berhubungan sama Anna dan kakek nya harus melibatkan aku? Mulai dari perjodohan sampai anak angkat, kenapa kalian nggak minta pendapat aku dulu. Aku kan anak kandung ayah dan bunda. Emang aku udah bilang mau punya saudara angkat?" ujar Yuno yang nampaknya tidak setuju dengan keputusan ayah dan bunda.

"Ini semua udah ada di surat wasiat kakek, Yuno. Kita harus memghorㅡ" ucapan bunda terhenti karena Yuno.

"Nggak. Aku nggak setuju. Keluarga kita udah terlalu jauh ngebantu keluarga Anna. Meskipun ayah dan bunda dekat sama keluarga Anna bukan berarti bisa memutuskan seenaknya, apalagi semua ini ada hubungannya sama aku. Anna kan udah dewasa, dia bisa urus kehidupannya sendiri. Wasiat itu cuma cara kuno yang nggak akan berguna di kehidupan sekarang."

Anna langsung menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan luka batin nya yang semakin parah setelah di tolak kedua kalinya oleh Yuno.

Setelah tidak bisa jadi pasangan hidup, apa dia juga tidak bisa jadi saudara angkat untuk Yuno?

"Jaga bicara kamu, Yuno. Hormati keinginan kakek. Bagaimanapun keluarga Anna pernah berjasa besar buat keluarga kita."

"Itu kan urusan ayah dan bunda, nggak ada urusan nya sama aku. Tapi kenapa aku yang dijadikan korban nya. Udah cukup di rencana perjodohan, aku nggak mau dibawa-bawa ke dalam masalah hidup Anna lagi."

Raut wajah ayah mulai berubah seram. Tapi kali ini Yuno tidak akan gentar demi kenyamanan hidupnya.

"Kamu terlalu berlebihan. Anna kan bukan orang jahat yang mengancam kehidupan kamu. Lagian apa salahnya berhubungan baik sama Anna, dia cocok jadi saudara kamu."

"Anna? Dia nggak sebaik yang ayah pikir. Kerjaannya ngurusin kehidupan orang dan aku paling nggak suka sama orang begitu. Freak and annoying."

BRAK!

Ayah sampai harus menggebrak meja agar Yuno sadar akan situasi saat ini.

"Gevariel, ayah masih bisa bersabar sekarang. Tapi kalau kata-kata kamu makin kejam, ayah tampar mulut kamu."

Yuno tertawa mencemooh dengan sikap keras ayah nya. "Kalau ayah sama bunda mau angkat Anna jadi anak silahkan aja deh. Tapi jangan harap aku mau anggap dia sebagai keluarga apalagi saudara."

"Yuno, jaga bicara kamu. Anna masih dalam keadaan berkabung." ucap bunda.

"Udah deh, aku angkat tangan sama rencana ayah dan bunda. Terserah kalian aja mau ngapain. Aku juga nggak akan peduli mau Anna jadi saudara angkat kek, mau jadi apa kek. Terserah kalian aja. I won't care about anything."

Yuno bersiap-siap melenggang pergi dari perkumpulan yang membuatnya emosi.

"Gevariel, duduk lagi dan dengerin kata-kata ayah."

"Males. Aku mau pulang aja dan tidur di rumah."

"Gevariel!!"

Emosi ayah hampir saja meledak saat melihat Yuno pergi semakin menjauh dari rumah Anna. Tapi untungnya bunda dengan sigap menenangkan ayah.

"Maaf.." suara lirih Anna terdengar bergetar sampai membuat fokus ayah dan bunda langsung mengarah kepadanya.

"Anna, tolong tenang ya. Jangan pikirin kata-kata Yuno tadi. Dia cuma belum bisa terima kalauㅡ" ucapan bunda kembali terhenti.

"Maaf udah nyusahin om dan tante. Anna bisa hidup sendiri pakai uang pensiun kakek dan dana beasiswa. Om dan tante nggak perlu mikirin tentang wasiat kakek. Kakek pasti ngerti kalau keadaannya nggak seperti yang beliau bayangkan."

"Jangan mikir begitu, Anna. Sebelum tau kakek kasih wasiat itupun om dan tante memang ada rencana mengangkat kamu jadi anak secara resmi. Bukan karena ingin memenuhi wasiat kakek, tapi itu juga jadi keinginan om dan tante yang gagal menjadikan kamu menantu." ujar ayah.

Anna tidak bisa menghindari luka batin nya lagi. Dia menangis sejadi-jadinya sambil menyebut kata maaf dan nama kakek berkali-kali.

"Tapi Anna udah ditolak dua kali sama Yuno. Dia terlalu membenci Anna."

"Yuno pasti cuma salah paham sama kamu. Dia lagi ada di situasi dimana emosinya lagi labil. Jadi jangan terlalu dipikirin banget. Lama-kelamaan dia pasti bisa menerima kamu kok."

Anna tidak bisa berkata-kata lagi. Hanya tangisan yang bisa menjawab bagaimana hancurnya hati dia sekarang.









To be Continued...

Draft terakhir story Yuno dan Anna. Aku udh lumayan lama gak lanjutin ngetik story ini karena terhalang waktu yg makin sibuk hehehe

Tolong anggap yg ada di story ini cuma ada di story ini aja ya guys. Personality Yuno dan Anna tentu berbeda sama Jaehyun dan Rose, jadi jgn sampe ada yg bawa-bawa tentang Yuno Anna ke rl nya Jaehyun dan Rose!!

Btw, kalian penasaran gak sih kelanjutan story ini?? Soalnya setelah aku baca-baca ulang plot story ini cukup menarik, soalnya baru pertama kali aku ngetik story beginian hehehee

Komen dong yg banyak biar aku tau kalo kalian bener-bener tertarik sama kelanjutan story ini. Kali ini aku bisa mempertimbangkan lanjutin story ini atau gak hehe

Setelah ini masih ada 1 draft story lagi yg bakal aku up. Dan setelah itu aku mau bikin polling, kira-kira story mana yg sangat amat wajib dan harus di realisasikan jadi new story wattpad aku.





Continue Reading

You'll Also Like

SISTERS By Nana

Fanfiction

832 126 3
When Joanna and Jerina fight each other.
1.9M 93.1K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
5.3K 1K 13
lima tahun berselang, juna dipertemukan kembali dengan aca yang sedang mencari arsitek untuk rumah barunya
17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...