[6] MY DRAFT (JAEROSE)

By deftsember

16.6K 2.1K 458

Kumpulan draft yang udah lama numpuk tapi masih ragu buat di post atau di lanjut ngetik nya. Ini semua draft... More

START
YOU MAKE ME [BAB 00: START]
YOU MAKE ME [BAB 01: BEGINNING OF EVERYTHING]
YOU MAKE ME [BAB 02: MEET AGAIN]
YOU MAKE ME [BAB 03: ANNOYING ]
YOU MAKE ME [BAB 04: JINO SI PERANTARA]
DEAR JEFF [BAB 00: START]
YOU MAKE ME [BAB 5: PACARAN]
DEAR JEFF [ BAB 01: AGNESYA LYORA WILMAN ]
YOU MAKE ME [BAB 6: JEFFRIAN'S PROBLEM]
YOU MAKE ME [ BAB 7: JEFFRIAN SICK ]
DEAR JEFF [BAB 02: PEREMPUAN BERJILBAB PUTIH]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 00: INTRO + PROLOG ]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 01: APA ADANYA KITA ]
DEAR JEFF [BAB 03: ROSIETA JASMINE]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 02: SELLA SI PALING SUPPORT SYSTEM ]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 03: DRIVE IN CINEMA]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 04: FEELING LONELY ]
DEAR JEFF [BAB 4: YANG KETIGA KALI]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 00: START ]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 01: DI TINDAS DAN MENINDAS ]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 02: RENCANA PERJODOHAN ]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 04: KELUARGA BARU ]
BAB 000: TENTUKAN PILIHANMU!
BAB 0000: FIXED!

CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 03: KEMBALI KEHILANGAN ]

409 90 28
By deftsember


 [ Happy Reading ]






Seminggu setelah rencana perjodohan gagal, hubungan Anna dan Yuno tidak mengalami titik terang ke arah yang lebih baik. Keduanya masih terlibat perang dingin, atau lebih tepat nya hanya Yuno yang menganggap mereka bermusuhan.

Tante Christy selaku bunda nya Yuno sering mengunjungi rumah nya karena masih merasa tidak enak dengan tingkah Yuno yang di anggap sangat tidak sopan. Tapi untung nya kakek dan Anna sendiri sudah tidak mempermasalahkan hal itu.

Semalam tiba-tiba saja kondisi kesehatan kakek menurun. Demam nya tidak kunjung turun dan kakek juga sempat batuk darah. Anna yang khawatir dengan kondisi kakek pun langsung membawanya ke rumah sakit.

Kakek memang memiliki penyakit cukup parah yang sudah di derita nya sejak beliau masih menjabat sebagai Letnan Kolonel Angkatan Darat. Dan semakin bertambah nya usia membuat penyakit kakek semakin parah.

Anna menaruh perhatian lebih besar dengan kondisi kesehatan kakek, itu lah mengapa dia memilih untuk tetap kuliah di Jakarta. Padahal bu Mega sudah bilang kalau Anna bisa saja memiliki kesempatan untuk kuliah di luar kota atau luar negeri dengan beasiswa yang di raih nya. Tapi Anna tidak bisa meninggalkan kakek nya sendirian dalam kondisi kesehatan yang makin menurun.

Gadis itu sampai izin tidak masuk sekolah karena ingin menemani kakek nya yang tiba-tiba saja harus di larikan ke ruang ICU karena kondisi kesehatan nya yang semakin menurun. Sekarang kakek belum sadarkan diri setelah diberikan tindakan medis oleh dokter.

Anna hanya bisa melihat kakek nya dari luar ruangan ICU. Dokter bilang kakek harus mendapat waktu untuk memulihkan diri dari masa kritis yang sempat dilalui nya.

"Permisi, keluarga bapak Ghani di harap menemui dokter sekarang." ucap seorang perawat.

Anna selaku keluarga satu-satunya yang kakek miliki pun bergegas menuju ruang dokter. Di setiap langkah nya terpatri rasa panik dan khawatir tentang pernyataan dokter nanti.

Gadis itu masuk ke ruang dokter dan duduk di kursi yang berhadapan dengan dokter. Dalam hati Anna terus berdoa semoga tidak ada yang salah dengan kondisi kesehatan kakek.

"Langsung aja ya, mbak. Saya akan jelaskan mengenai kondisi kakek sekarang. Kesehatan nya makin menurun karena di picu oleh penyakit jantung yang di derita kakek sejak lama. Dan dari hasil pemeriksaan terbaru saya dapat menyimpulkan bahwa ada tumor jinak yang menyerang limfa kakek. Tumor nya sudah mencapai hampir stadium akhir. Dan itulah penyebab kenapa kondisi kakek langsung drop dan kritis."

Anna tidak percaya dengan penjelasan yang baru saja di utarakan oleh dokter. Setahu Anna kakek sehat-sehat saja, walaupun kakek sering kali mengeluh dada nya sesak. Tapi Anna tahu kalau itu karena ada masalah di jantung kakek. Dia tidak menyangka kalau kakek memiliki penyakit yang jauh lebih membahayakan.

"T-tumor? Apa dokter nggak salah periksa? Selama ini masalah kesehatan kakek cuma di jantung nya aja."

"Mohon maaf, tapi dari hasil pemeriksaan medis mendiagnosis kakek mengidap tumor limfa stadium dua dan harus segera di lakukan tindakan operasi khusus untuk menghindari penyebaran tumor nya. Tapi karena melihat kondisi kakek yang udah berusia tua, kami para dokter yang menanganinya pun harus ekstra hati-hati."

Tangan Anna mengepal dan bergetar. Penjelasan dokter barusan seperti sambaran petir di siang bolong. Sangat tidak terduga dan mengejutkan.

"Apa setelah operasi nanti kakek bisa sehat lagi, dok?"

"Kalau itu tentu nya saya sebagai dokter nggak bisa kasih kepastian yang detail. Tapi sebagai dokter saya akan melakukan semampunya untuk meringankan penyakit kakek."

Pikiran Anna kosong. Saat ini yang ada di otaknya hanyalah cara bagaimana agar sang kakek tetap sehat.

"Prosedur operasi harus segera dilaksanakan secepatnya. Dan tentu saja sebelum benar-benar melakukan prosedur operasi, pihak keluarga harus melunasi biaya administrasi nya."

Anna menghapus air mata yang tidak sengaja turun dari pelupuk matanya.

"Kalau saya boleh tau kira-kira biaya operasi kakek berapa ya, dok?"

"Saya bukan ahli di bidang tersebut. Mbak boleh tanyakan langsung ke pihak terkait. Tapi kalau di perkirakan sepertinya membutuhkan dana lebih dari 50 juta."

Napas Anna langsung sesak. Dia sadar kalau mengumpulkan uang sebanyak itu tidak mungkin bisa dilakukan dalam waktu singkat. Dia butuh sekiranya dua tahun kalau mau menabung dulu. Tapi tentu saja keadaan kakek tidak akan mampu menahannya sampai selama itu.

"Saya usahakan bayar administrasi nya. Jadi tolong selamatkan kakek saya, dok."

"Sudah kewajiban saya untuk menyelamatkan nyawa orang. Pihak keluarga di mohon terus berdoa untuk kesembuhan kakek."

Anna beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan dokter. Langkah nya terseok-seok meratapi nasibnya yang malang.

Kakek adalah satu-satunya keluarga yang dia punya saat ini. Tentu saja Anna tidak akan membiarkan kakek meninggalnya seperti yang dilakukan kedua orang tua nya dan juga sang nenek.

Tapi mengingat tentang biaya pengobatan kakek yang membutuhkan banyak uang dalam waktu singkat, Anna pikir dia akan menjadi gila sekarang.

Harus cari dimana uang sebanyak itu dalam waktu cepat?!

Satu-satunya orang yang mungkin saja bisa menolongnya tanpa pandang bulu adalah keluarga Yuno. Tapi apa mungkin dia masih memiliki muka meminta bantuan mereka setelah kejadian malam pembatalan perjodohan itu.

Anna tidak tahu harus bagaimana. Tapi satu-satunya hal yang terpikirkan saat ini adalah dia harus bekerja keras mencari uang untuk tambahan biaya pengobatan kakek.

Apapun akan Anna lakukan demi orang yang dia sayangi dan kasihi.


🍑🌹


Saat ini Anna sedang berada di ruang guru untuk menghadap wali kelas nya. Dia duduk berhadapan dengan bu Mega dengan wajah menunduk.

"Jadi apa alasan kamu mau ngambil uang beasiswa? Bukannya kamu bilang mau pakai itu buat persiapan kuliah nanti?" tanya bu Mega dengan suara nya yang terdengar tajam dan tegas.

"Ada keperluan yang lebih penting dan saya butuh uang itu secepatnya, bu."

"Anna, tolong pikirkan lagi matang-matang ya. Kamu mungkin masih dapat fasilitas lain dari beasiswa itu. Tapi tetap aja kamu butuh dana untuk persiapan kuliah. Kalau kamu ambil semua uang beasiswa nya, terus gimana kamu kuliah nanti?"

"Bagi saya sekarang kuliah nggak begitu penting. Saya masih bisa kuliah kapan aja kalau memang ada kesempatan."

"Kalau ibu boleh tau, emangnya uang itu mau kamu pakai buat apa? Itu bukan uang yang sedikit loh."

"Untuk biaya pengobatan kakek saya. Beliau harus di operasi secepatnya dan saya lagi butuh banyak dana untuk biaya pengobatan nya."

Bu Mega menghela napas panjang. Dia tahu sekali Anna bukan murid yang akan menyelewengkan uang untuk hal yang tidak penting. Kalau anak ini benar-benar sudah tidak memiliki jalan keluar, dia akan nekat melakukan segala nya.

"Anna maaf ibu nggak tau kalau ternyata kakek kamu lagi sakit."

"Iya bu, gapapa."

"Oke, ibu bakal bantu ngomongin masalah ini ke pihak terkait. Semoga aja semuanya dilancarkan dan kakek kamu segera sembuh."

Anna mengucapkan terima kasih kepada wali kelas nya.

"Ada satu hal lagi yang mau saya bilang ke ibu. Karena saya butuh banyak biaya untuk pengobatan kakek, jadi kayaknya saya mau coba kerja sampingan. Dan kemungkinan saya nggak bisa ikut les tambahan minggu depan."

"Apa harus sampai segitunya, Anna? Kamu bentar lagi ada ujian, memangnya kamu bisa belajar sambil kerja?"

"Saya masih belum bisa pastikan. Tapi yang terpenting sekarang ini adalah keadaan kakek saya. Saya mohon ibu memaklumi keterbatasan saya."

"Kalau itu mau kamu, ibu nggak bisa nolak. Tolong jangan patah semangat ya, kamu pasti bisa melalui semua ini dengan lancar."

Anna kembali mengucapkan terima kasih sebelum beranjak keluar dari ruang guru. Langkah demi langkah kaki menuntunnya menuju ruang kelas yang sudah menunggu nya.

Dia masih belum tahu pekerjaan apa yang harus dia lakukan demi menambah penghasilan untuk biaya pengobatan kakek. Tapi yang jelas Anna sudah sangat semangat untuk bekerja keras.

CKLEKK..
BRUKKK..

Baru saja Anna membuka pintu kelas, dia langsung disambut oleh keributan yang terjadi di dalam kelas. Mata nya langsung menangkap sosok Yuno yang sedang duduk di kursi guru sambil mengangkat kedua kaki nya ke meja.

Sungguh tidak mencerminkan perilaku terpuji seorang siswa.

"Hai bu KM. Hari ini kita free class lagi. Dan lo pasti nggak ngizinin kita keluar kelas. Jadi jangan marahin kita kalau kita bikin ribut ya. Kita nggak bisa diam aja nunggu bel pulang." ucap Dika sambil memperlihatkan cengiran nya.

"Jangan terlalu ribut. Nanti kelas lain terganggu." kata Anna sekenanya.

Dika, Minggu, dan Julio nampak bingung melihat tingkah Anna yang kembali aneh. Biasanya gadis itu tidak akan menerima segala macam bentuk keributan kelas. Tapi apa yang terjadi sekarang?

"Tumben. Biasanya lo paling anti ada keributan di kelas." celetuk Julio.

"Udah capek ngeladenin kita ya, Na?" sahut Minggu.

"Mau aku larang pun kalian nggak akan mau nurut kan. Jadi lakuin apapun sesuka kalian asal jangan bikin masalah buat orang lain. Kalau mau rugi ya cukup untuk diri kalian sendiri, jangan ajak-ajak orang lain." ujar Anna dengan raut wajah datar.

Gadis itu duduk di bangku nya dan langsung membuka buku pelajaran. Dia perlu membaca sesuatu untuk meringankan beban pikiran nya.

Yuno yang sejak tadi diam memperhatikan gerak-gerik Anna pun ikut heran karena tidak biasanya gadis itu bersikap santai dan acuh begini.

"Gue bakal lakuin apapun sesuka hati. Jangan marah kalau nanti ke ganggu, karena lo udah ngizinin kita buat ribut di kelas." ucapnya.

Namun Anna tidak peduli dan memilih sibuk dengan buku yang sedang di baca nya. Yuno kembali heran dengan perubahan sikap Anna. Apa gadis itu bersikap seperti ini karena merasa terhina perjodohan mereka di tolak olehnya.

Tapi untuk apa dia peduli, toh bukankah hal yang bagus kalau Anna se-cuek ini. Jadi dia tidak akan merasa di ganggu dan bebas melakukan apapun yang dia sukai.

BRAKK!!

Yuno menggebrak meja guru dengan kencang. Membuat se-isi kelas terkejut dengan kelakuan nya.

"Ming, ambil gitar." suruhnya.

"Mau ngapain lo?" Minggu balik bertanya.

"Mau apalagi? Ya gitaran lah. Gue lagi pengen genjreng gitar."

"Jangan di kelas, No. Nanti bu KM ngamuk." ujar Julio.

"Udahlah ambilin aja."

Minggu menggerutu meladeni sikap bossy Yuno yang sayangnya sulit untuk dia tolak. Lelaki itu berjalan mendekati Yuno dan memberikan gitar yang di maksud tadi.

"No, jangan gitaran di kelas. Nanti ganggu kelas lain yang lagi belajar." ujar Ezekiel selaku wakil ketua kelas.

Namun apa daya kalau Yuno terlalu mengedepankan sikap keras kepala nya. Lelaki itu mulai memetik senar gitar dan menyanyikan lagu yang dia hafal di otaknya.

Sesekali tatapan nya mengarah ke Anna yang masih cuek dan sok sibuk membaca buku. Gadis itu sama sekali tidak menggubris tindakan nya seolah tidak peduli.

Rasa penasaran dan kesal di hati Yuno membara. Dia semakin mengeraskan petikan gitar nya dan menyanyi dengan suara lantang. Anak-anak kelas sudah mulai mengeluh karena kelakuannya itu.

Ezekiel datang menghampiri Anna dan berbisik kepadanya. "Anna, itu Yuno bakal di biarin aja? Anak-anak kelas mulai ke-ganggu sama dia."

Anna menoleh ke arah Ezekiel lalu melirik Yuno yang masih asik dengan yang dilakukannya. Dalam hati dia mendesah lelah karena tidak ingin meladeni Yuno yang kembali berbuat ulah.

"Biarin aja deh, Ki. Udah sering di bilangin tapi anaknya nggak mau nurut. Lagian bentar lagi juga bel pulang."

"You okay, Anna? Aku lihat-lihat muka kamu agak pucat loh."

Anna tersenyum ala kadarnya menanggapi kekhawatiran Ezekiel. "I'm okay. Aku cuma agak kelelahan aja."

"Oke. Kamu lanjutin aja baca nya. Nggak perlu ladenin Yuno. Nanti dia juga berhenti sendiri kalau capek."

"Iya, aku juga nggak minat ngeladenin dia kok."

Ezekiel tersenyum hangat, dia mengusap puncak kepala Anna dan hal itu bisa dilihat jelas oleh kedua mata Yuno yang sejak tadi mencoba mencuri-curi pandang ke arah gadis itu.

"Ah anjir! Nggak jelas banget nih gitar." seru Yuno sambil melempar gitar nya.

Minggu si pemilik gitar tersebut langsung histeris karena gitar kesayangannya di banting cukup keras.

"Yuno anjing! Gitar kesayangan gue kenapa lo banting?"

"Gitar lo udah rusak tuh. Suara nya udah nggak enak."

"Nggak perlu di banting juga, bangsat!"

Dika dan Julio berusaha menenangkan Minggu yang sedang menangisi gitar kesayangannya yang baru saja di aniaya oleh Yuno.

Sedangkan si pelaku utama mulai beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari kelas dia berseru menyuruh Dika untuk membawakan tas nya.

Anna yang sempat melirik Yuno pun hanya bisa meredam kekesalan nya dalam hati. Laki-laki itu kenapa semakin hari malah semakin tidak jelas saja kelakuannya.

Yuno saat ini seperti bocah kecil yang sedang menarik perhatian orang-orang disekitarnya dengan kelakuan aneh nya.


🍑🌹


Pertanyaan dan rasa heran di hati nya semakin luas dan mengganggu ketentraman hati Yuno. Dan semua itu di sebabkan oleh satu orang, yakni seorang gadis bernama Roseanna Laurent.

Dia juga tidak tahu kenapa akhir-akhir ini pikirannya sering dipenuhi oleh bayang-bayang gadis itu. Padahal sebelumnya Yuno tidak pernah memperdulikan eksistensi sang gadis.

Sialan! Ini pasti terjadi setelah dia menolak mentah-mentah perjodohan mereka. Jadi secara tidak sadar dia mulai memikirkan Anna. Tapi tidak mungkin juga kalau dia merasa bersalah karena sudah menolak perjodohan itu. Lagipula hubungan mereka juga tidak baik, jadi untuk apa memulai hubungan yang menyangkut masa depan.

Tapi seketika Yuno sadar akan sesuatu. Dia tidak melihat Anna saat jadwal les tambahan, padahal gadis itu yang selalu mengatakan betapa penting nya belajar untuk masa depan. Tapi lihat sekarang, Anna sendiri juga yang mendustai kata-kata nya.

Tidak di ketahui apa alasan kenapa Anna tidak ikut les tambahan. Bahkan Ezekiel si wakil ketua kelas yang cukup dekat dengan Anna saja tidak tahu sama sekali. Dua anak kelas yang kelihatan dengan Anna saja tidak mengetahui alasan nya juga.

Ah sudahlah. Untuk apa dia memikirkan orang yang tidak penting untuk kehidupan nya. Mau Anna kenapa-napa juga tidak menjadi urusan nya. Lebih baik menikmati apa yang sedang dia lakukan sekarang.

"Dika, lo udah order gofud kan?" tanya Minggu.

"Udah dari tadi. Gue order pizza sama burger, tapi kenapa lama banget ya sampai nya. Driver nya nggak kompeten banget, bakal gue kasih bintang 1 nanti."

"Cewe-cewe pada kemana? Bukan nya tadi mereka udah dateng ya."

"Lagi ke mini market. Katanya mau beli sesuatu." sahut Ezekiel.

"Beli apa tuh? Kok nggak ajak-ajak. Jangan-jangan beli balon lonjong lagi. Xixixi..." celetuk Julio dengan memasang raut wajah aneh.

Yuno melempar bantal ke arah lelaki itu dan mengomel untuk tidak berpikir yang macam-macam. "Jangan kejauhan mikirnya. Kalau mau maksiat jangan disini. Apartemen gue bebas maksiat."

"Nebak doang anjir. Tapi kalau bener juga gapapa sih. Temen nya cewe lo body nya boleh juga, No. Bisa lah gue ajak ke kamar bentar."

"Lo mau gue tinju, Jul? Jangan cari dosa di apartemen gue. Mending lo sewa kamar Oyo deh kalau mau yang enak-enak."

Julio mencibir mendengar ocehan Yuno. Padahal dia hanya bercanda saja, tapi Yuno malah menanggapi nya dengan serius. Akhir-akhir ini sifat Yuno agak aneh. Lelaki itu jadi lebih sensitif dan mudah kesal.

"Tuh cewe-cewe udah pulang. Coba periksa barang belanjaan nya. Takutnya mereka beneran beli barang terlarang." ujar Minggu saat melihat cewe-cewe datang.

"Makanan nya belum datang?" tanya Melanieㅡ dia cewe yang baru di pacari Yuno beberapa bulan yang lalu.

"Belum. Driver nya agak lelet. Nanti gue protes deh kenapa nganter makanan gitu aja lama banget."

Melanie duduk di samping Yuno yang sedang sibuk memainkan ponsel nya. Gadis berwajah manis itu melirik ponsel pacarnya dan melihat kalau Yuno sedang membuka akun media sosial nya. Padahal yang dia tahu Yuno termasuk orang yang jarang bermedia sosial.

"Kok tumben buka instagram. Mau posting foto ngedate kita kemaren ya?"

Mendengar suara Melanie membuat Yuno tersentak kaget dan hampir menjatuhkan ponsel nya. Dia menoleh melihat pacarnya yang sedang menatapnya juga.

"Nggak kok. Aku cuma lagi iseng aja buka instagram."

"Kenapa kamu nggak posting foto ngedate kita? Padahal foto nya mesra banget loh."

"Lebih baik jangan, Mel. Ayah nya cowok lo galak banget. Bisa-bisa Yuno di sidang semalaman kalau ayah nya tau foto ciuman kalian." celetuk Ezekiel sambil tertawa bersama Dika dan Julio.

Yuno yang tidak terima dengan kata-kata Ezekiel pun melempar lelaki itu dengan bantal sofa. "Kurang ajar, jangan fitnah lo. Kita berdua nggak ciuman."

"Nggak ciuman gimana? Jelas-jelas di foto itu lo lagi keenakan di cium sama Melanie. Sok polos banget anjir." ujar Minggu.

"Cuma cium pipi, bangsat! Jangan kotor otak lo. Muka gue biasa aja, nggak usah berlebihan."

"Tapi lo pengen di cium yang lain kan? Baru di cium pipi aja udahㅡ" ucapan Dika terhenti karena Julio menyela nya.

"Anjir hujan. Pantesan aja gofud nya lelet. Pasti driver nya neduh dulu nih." seru Julio saat melihat ke arah balkon apartemen Yuno.

"Coba cek aplikasi nya lagi, Dik. Lihat driver nya udah sampai mana."

Dika melihat ponsel nya dan membuka aplikasi gofud. Dia mengerutkan dahi saat melihat titik lokasi driver sudah tiba di sekitaran komplek apartemen Yuno.

"Driver nya udah sampai komplek apartemen. Kayaknya lagi jalan kesini deh. Tungguin aja, paling bentar lagi juga datang."

"Siap-siap pencet bintang 1 kalau si driver nya datang. Terus maki-maki dikit biar tuh orang introspeksi diri. Kalau kayak gini kan merugikan konsumen juga." ujar Julio.

"Biar gue yang maki-maki tuh driver." kata Minggu dengan semangat. Dia ingin terlihat sok jagoan di depan perempuan-perempuan cantik teman Melanie.

Dan beberapa menit kemudian bel apartemen Yuno berbunyi. Mereka semua yang ada disana meyakini kalau yang memencet bel tadi tidak lain dan tidak bukan pasti driver yang mengantarkan pesanan mereka.

"Ming, buka pintu nya terus lo maki-maki tuh driver."

"Siap bos!"

Minggu berjalan dengan langkah lebar menuju pintu apartemen Yuno. Dia membuka pintu apartemen dan langsung mengoceh mencaci-maki driver gofud itu.

"Anjir, lo lelet banget sih! Hampir satu jam gue nungguin. Mau gue laporin ke pihak gofud nya ya biar lo diㅡ" ucapan yang keluar dari mulut Minggu mendadak terhenti saat dia menyadari siapa orang yang ada di depannya ini.

"Maaf kalau telat. Tadi hujan nya deras banget, jadi harus neduh dulu."

Raut wajah Minggu langsung berubah terkejut begitu menyadari siapa sosok di depannya ini.

"Bu KM?!"

Anna menyodorkan kantung plastik berisi pesanan Minggu dkk. "Ini pesanan nya. Total semuanya 370.000."

"Tunggu.. ini maksudnya lo berubah jadi driver gofud?"

Anna tidak mau menanggapi pertanyaan Minggu barusan. Tidak ada yang perlu tahu apa alasan kenapa tiba-tiba dia bekerja sampingan menjadi driver gofud.

Minggu yang merasa di cueki oleh Anna pun jadi kikuk sendiri. Dia mempersilahkan Anna untuk masuk ke apartemen selagi dia mengambil uang untuk membayar pesanan nya.

Awalnya Anna ingin menolak karena saat ini tubuh nya lumayan basah kuyup karena kehujanan. Dia takut mengotori apartemen orang. Tapi Minggu terus memaksa nya dan membuat Anna jadi tak enak hati untuk menolak.

"Guys! Pesanan nya udah datang."

Anna bisa mendengar seruan cempreng milik Minggu. Kalau ada teman-teman nya Minggu di dalam, itu berarti Yuno juga ada di dalam. Huh, Anna mengeluh kenapa dia harus bertemu dengan Yuno di situasi yang tidak tepat begini.

"Bu KM beneran anjay!!!"

"Anjir ada bu KM!!"

Suara teriakan Dika yang melengking di sahuti oleh suara seruan Julio yang tak kalah melengking. Kedua orang itu bereaksi seperti sedang melihat hantu.

Anna menoleh ke arah dua orang yang sedang berdiri berdampingan menatapnya dengan raut terkejut. Tapi sial sekali karena mata Anna tidak sengaja melirik ke arah Yuno berada. Betapa perih hati nya saat melihat lelaki itu sedang di rangkul mesra oleh seorang perempuan yang kemungkinan pacarnya.

Hah.. perasaan tak enak dan tak nyaman ini kenapa harus muncul sekarang.

"Anna? Ya ampun kamu kehujanan ya? Baju kamu sampai basah kuyup begini." Ezekiel yang tiba-tiba muncul langsung datang menghampiri Anna. Lelaki itu sudah menyediakan handuk kering untuk di pakai oleh Anna.

Anna saja sampai terkejut menerima perhatian dari Ezekiel seperti ini. "Makasih banyak, Ki. Tapi aku harus pergi sekarang. Aku masih ada kerjaan."

"Disini aja dulu sampai hujan nya reda ya.."

Anna menggeleng. Dia tidak mungkin menerima tawaran Ezekiel. "Makasih, tapi aku lagi buru-buru."

"Bentar!" celetuk Melanie yang sedang membuka bungkus makanan. Perempuan itu mengambil sepotong pizza dan menatapnya seolah-olah dia tidak akan sudi memakan nya.

"Apa-apaan nih? Ini sih udah nggak layak di makan lagi. Udah dingin dan berantakan gini. Lo nggak becus banget kerja nya." ujar Melanie sambil melihat tajam ke arah Anna.

"Saya udah minta maaf karena kebetulan di jalan tadi hujan dan saya harus neduh."

"Terus lo mau jadiin itu alasan? Ya nggak bisa gitu dong. Makanan kayak gini nggak layak lagi buat di makan. Kambing aja di kasih ini nggak akan mau."

Anna mencoba menahan rasa sedih nya karena mendapat makian dari orang yang bahkan tidak dia kenal. Tubuh dan pikiran nya sudah lelah, tapi dia harus mendapat caci maki dari orang lain.

"Ming, buang aja makanan ini. Kita pesan yang lain."

"Hah? Tapi hujan-hujan begini nggak ada driver gofud yang mau ambil orderan. Makan apa ada nya aja, lagian itu masih bisa di makan kok."

"Kalau lo mau makan ya udah makan sendiri aja. Gue, Yuno, dan teman-teman gue nggak sudi makan makanan dingin kayak gitu. Nggak perlu lo bayar juga tuh. Biarin jadi pelajaran buat driver nya biar kerja yang benar." ucap Melanie dengan tajam.

Anna menggigit bibir bawahnya mencoba untuk menahan perasaan nya yang mulai bergejolak.

"Lo bisa order makanan lain, itu pun kalau masih ada driver yang mau nerima orderan lo. Pizza nya biar gue yang bayar dan makan." ucap Ezekiel dengan tatapan malas ke arah Melanie.

"Karena gue lapar jadi gue juga mau makan pizza nya. Gue juga bakal kasih tip deh buat bu KM." ujar Minggu.

"Eh, lo kan katanya tadi mau maki-maki driver nya gara-gara telat nganterin orderan. Kok nggak jadi sih, Ming." celetuk Dika.

"Bajing! Gue mana berani maki-maki bu KM. Anna backingan nya Mega-Chan. Bjir!!" seru Minggu dengan nada tertahan membuat Dika dan Julio cekikikan.

"Nggak usah di buang. Kalau kamu nggak mau makan ya udah. Masih ada orang yang mau makan ini." ujar Yuno yang sejak tadi hanya diam saja.

Lelaki itu mengeluarkan duit dari dompet nya dan menyerahkan nya ke Minggu. "Ming, cepet bayar."

Minggu mengambil uang dari Yuno dan berjalan mendekati Anna. Dia memberikan uang itu sekaligus tip kepada Anna yang sejak tadi hanya diam saja.

"Gue kasih bintang 1 biar lo di pecat sekalian. Kerja aja nggak becus!" Melanie masih merasa kesal dan merutuki Anna sejak tadi.

"Anjing! Mulut cewe nya Yuno kayak knalpot, nggak mau diam." gerutu Dika yang juga mulai kesal.

"Tuh cewe diam nya nunggu di cipok mulut Yuno dulu kali." timpal Julio yang langsung mendapat pelototan mata dari Yuno.

"Anak babi! Tutup mulut, sekarang!" seru Yuno sambil melempar bantal sofa ke arah Dika dan Julio.

"Kalau begitu aku pamit dulu ya. Makasih." ucap Anna dan kemudian keluar dari apartemen Yuno.

"Anna, kamu kesini naik motor kan?" tanya Ezekiel yang dibalas anggukan dari Anna.

"Motor nya tinggal aja. Aku anterin kamu sampai rumah ya. Jangan sampai kamu terobos hujan, nanti sakit."

Anna sampai tersentuh mendengar berapa tulus nya Ezekiel menolongnya. "Nggak usah, Ki. Itu motor pinjaman dari tetangga aku. Nggak enakan kalau di tinggal disini."

"Kamu yakin gapapa terobos hujan?"

"Iya, aku gapapa kok, Ki. Aku pamit dulu ya."

Anna pamit dengan yang lainnya, tapi dia tidak menoleh sedikitpun ke arah Yuno. Anna bukannya tidak mau, tapi dia tidak ingin hati nya sesak karena harus menahan cemburu saat melihat Yuno di rangkul manja oleh cewe lain.

"Mel, lo seharusnya nggak ngomong se-kasar itu. Dia juga manusia yang punya perasaan. Lo cewe tapi nggak ngerti sesama cewe." ucap Julio. Dia juga lama-lama kesal dengan sifat Melanie yang menurutnya sok jagoan.

"Dik, gue pinjam jaket lo ya." ucap Ezekiel.

"Mau buat apa?" tanya Dika.

"Buat Anna. Kasihan, tadi dia nggak pakai baju tebal."

Setelah mengambil jaket Dika, Ezekiel langsung keluar dari apartemen untuk menyusul Anna. Dia baru sadar kalau tadi Anna tidak memakai jaket. Sudah pasti gadis itu akan sakit kalau nekat menerobos hujan.

"Ezekiel suka sama cewe tadi ya? Kok kalau di lihat-lihat dia perhatian banget sama cewe tadi." salah satu teman perempuan Melanie berceletuk dan membuat fokus semua orang yang ada di sana teralihkan.

"Kalau di pikir-pikir Kiel emang lumayan dekat sama Anna. Tapi gue mikirnya karena mereka ketua dan wakil ketua kelas. Mungkin hubungan mereka cuma sebatas itu aja. Kiel kan emang tipe orang yang bisa perhatian sama siapa aja, makanya banyak cewe yang baper sama sikap nya." ucap Julio sambil memasang wajah berpikir.

"Tapi bisa jadi Kiel emang naksir sama Anna. Kalau di lihat-lihat Anna itu nggak jelek. Dia lumayan cantik dan kalau lagi senyum manis banget. Sayangnya dia bukan cewe yang pintar ngatur penampilan. Coba kalau dia pintar merias diri, gue yakin banyak yang suka sama dia. Salah satu nya gue." ucap Dika.

"Berisik banget lo pada. Ngapain sih rebutan Anna? Nggak ada yang menarik dari dia." tukas Yuno dengan kesal.

"Tadi nya juga gue mikir kayak gitu. Tapi kalau di perhatiin lama-lama Anna tuh cantik loh. Tapi kayaknya tuh cewe lebih tertarik sama belajar daripada ngedate sama cowo." kata Julio.

"Yang jadi suami nya Anna nanti kayaknya beruntung ya bisa dapat istri pintar, rajin, disiplin, dan cantik nya cuma di perlihatkan buat suami seorang. Berasa ekslusif banget jadi suami nya Anna." ucapan Minggu barusan di sambut tawaan oleh Dika dan Julio.

BRAKK!!

Yuno menendang meja di depan nya dengan kesal. Entah apa alasan nya dia bisa jadi se-kesal ini hanya karena mendengar celotehan teman-teman nya tentang Anna. Laki-laki itu bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju arah balkon.

"Kesurupan lagi ya tuh anak. Makin aneh aja sikapnya." celetuk Dika.

CKLEK Pintu apartemen Yuno terbuka dan Ezekiel masuk ke dalam nya dengan raut wajah yang sulit di tebak.

"Gimana pedekate nya sama bu KM, pak wakil?" tanya Dika dengan nada mengejek.

"Pedekate apaan? Gue cuma ngasih jaket lo ke Anna biar dia nggak terlalu kehujanan."

"Ki, mending lo jujur aja deh sama kita. Lo suka sama Anna ya?" tanya Minggu sambil mengunyah burger nya.

"Mau gue suka Anna atau nggak itu bukan urusan lo pada. Gue nggak suka umbar masalah pribadi." ucapan nya itu mendapat sorakan dari teman-teman nya.

"Eh, tapi gue penasaran. Kenapa Anna tiba-tiba jadi driver gofud ya? Terus dia juga nggak ikut les tambahan. Padahal selama ini dia strict banget sama urusan belajar."

"Tadi pas gue tanyain sih dia nggak jawab secara detail. Yang pasti dia lagi butuh biaya lebih buat kakek nya. Nggak tau deh lagi ada masalah apa sama kakek nya." ujar Ezekiel.

Yuno yang sejak tadi diam-diam menguping obrolan teman-teman nya pun mulai menaruh perhatian mendengar cerita Ezekiel.

"Kakek nya kenapa, Ki?" tanya nya.

"Nggak tau. Anna nggak ngomong apa-apa lagi dan habis itu dia kelihatan buru-buru pergi. Kayaknya alasan dia kerja sampingan karena ada hubungan nya sama kakek nya."

"Ya udah lah itu bukan urusan kita. Skip aja obrolan tentang Anna, nanti ada yang sewot." ujar Julio sambil melirik ke arah Yuno yang sedang termenung memikirkan sesuatu.

🍑🌹

Seminggu kemudian Yuno masih belum tahu apa alasan Anna sampai harus bekerja sampingan begitu. Bahkan saat di sekolah pun dia jadi sering memperhatikan Anna dalam diam. Dia melihat Anna sering sekali nampak kelelahan dan mengantuk.

Dia sudah berusaha tidak mempedulikan nya, tapi pikiran nya tidak sejalan dengan hati. Tanpa di komando pun otaknya akan memikirkan tentang Anna meskipun tidak sengaja.

CKLEKㅡ Pintu kamar nya terbuka dan bunda masuk ke dalam dengan raut wajah panik dan khawatir. Yuno jadi bingung, kira-kira apa yang telah terjadi sampai bunda nya bereaksi seperti ini.

"Ada apa sih, bun? Kok tiba-tibaㅡ" ucapan Yuno di sela oleh kabar yang keluar dari mulut bunda.

"Kakek meninggal." ucap bunda dengan suara lirih.

Yuno yang tadi nya sedang berbaring sambil memainkan ponsel nya pun mendadak bangun dari tidurnya. Raut wajah nya terkejut bukan main mendengar kabar tersebut dari bunda nya.

"Kakek meninggal? Bukan nya semalam ayah telepon kakek dan bilang kakek lagi hiking sama teman-teman purnawirawan nya ya, bun. Kok tiba-tibaㅡ"

"Bukan kakek kamu, dek. Tapi kakek nya Anna."

Yuno tidak sanggup berkata-kata setelah mendengar ucapan bunda barusan. Dia terkejut, tentu saja. Tapi lebih mengarah ke tidak percaya kalau orang yang dia perlakukan tidak sopan beberapa minggu lalu sudah tiada.

Entah apa yang harus Yuno lakukan sekarang. Dia mendadak linglung karena tak menyangka dengan kabar yang dia dengar.

"Sekarang ayah udah ada di rumah sakit dan lagi ngurus jenazah kakek yang mau di pulangkan ke rumah duka. Anna masih disana dan dari semalam dia nangis terus. Kita berdua harus kesana sekarang, Kamu coba bantu tenangin Anna ya. Dia pasti terpukul dan merasa kehilangan banget."

"Kakek nya Anna beneran meninggal, bun?"

"Iya. Tadi pagi sekitar jam empat subuh. Sebenernya udah cukup lama kondisi kesehatan kakek menurun. Anna sengaja nggak bilang siapa-siapa karena dia juga kayaknya bingung dan terlanjur panik. Bunda sama ayah aja baru tau kalau ternyata selama beberapa hari ini Anna cari kerja sampingan untuk biaya operasi kakek. Tapi ternyata kakek udah nggak sanggup bertahan dan memilih melepaskan semua urusan nya di dunia. Dia ninggalin Anna sendirian. Dan sekarang Anna udah nggak punya keluarga satu pun. Jadi bunda harap kamu jangan jahat-jahat sama Anna ya, dek."

"Yuno nggak pernah jahat sama dia, Bun. Jangan berlebihan gitu deh."

Bunda menepuk pundak sang putra. "Keadaan Anna lagi nggak baik-baik aja. Nanti bantu bunda bujuk dia biar dia tenang. Ingat, jangan egois dan turunin ego kamu."

"Aku di rumah aja deh. Lagi males keluar."

"Gevariel, kamu lama-lama bikin bunda naik darah ya. Kalau kamu nggak mau nurut, jangan sewot kalau fasilitas kamu di cabut semua tanpa sisa."

Yuno mengerang sebal. Sungguh, dia tidak mau ikut mengurus pemakaman kakek Anna. Dia hanya tidak ingin melibatkan diri dengan sesuatu yang tidak dia sukai. Bukannya mengirim doa dari rumah saja sudah cukup?

"Cepat siap-siap. Bunda tunggu dibawah."

Beberapa jam kemudian Yuno dan bunda sudah tiba di rumah duka. Tidak banyak orang yang datang berduka, karena keluarga Anna pun hanya kakek saja. Dan sekarang kakek sudah tiada, jadi hanya sisa Anna seorang diri.

Yuno tidak tahu perginya sang bunda, karena sejak baru datang tadi bunda sudah sibuk menyapa kerabat jauh keluarga Anna.

Dia tidak minat untuk masuk ke dalam rumah karena disana pasti ada jenazah kakek Anna yang masih berada didalam peti.

"Adek, kamu ngapain di luar gitu? Ayo masuk kedalam. Kamu harus kasih penghormatan terakhir untuk kakek."

Bunda menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah, padahal sejak tadi dia sudah menghindari hal itu. Tapi apa mau dikata, Yuno tidak bisa membantah perintah sang bunda.

Begitu melangkahkan kakinya masuk ke rumah, Yuno langsung di sapa oleh sebuah peti jenazah kakek yang berada di tengah-tengah ruangan. Suara orang-orang menangis menyapa indera pendengarannya.

Kedua mata nya tidak sengaja menatap sosok Anna yang sedang diam melamun dengan pandangan mata kosong. Wajahnya pucat dan kedua mata nya sembab. Entah sudah berapa lama gadis itu menangis.

Bisa dia lihat bunda nya dengan telaten menenangkan Anna. Bunda juga memberi Anna segelas air agar gadis itu tenang dan tabah.

"Yuno sini. Kasih penghormatan terakhir untuk kakek." suara ayah terdengar memecahkan fokusnya.

Yuno berjalan mendekati peti jenazah kakek dan melihat sosok kakek yang sudah tenang tanpa merasakan kesakitan lagi. Wajahnya yang menua itu kelihatan sangat damai.

"Anna, kamu tenang ya sayang. Ikhlasin kakek biar kakek tenang di alam sana." suara bunda kembali terdengar disusul teriakan pilu Anna yang kelihatan frustasi.

Gadis itu menangis sejadi-jadinya sambil menyebut kakek berkali-kali. Tanpa bertanya pun Yuno mengerti seberapa sedihnya Anna saat ini.

"Kalau kakek pergi juga terus Anna sama siapa? Anna nggak mau ditinggal sendirian! Bawa Anna pergi juga sama kakek!" teriakan Anna terdengar sangat pilu.

"Kamu masih punya tante dan om, sayang. Kamu juga masih punya teman-teman yang sayang sama kamu. Kamu nggak sendirian di dunia ini. Sekarang tenangin diri kamu dulu ya."

"Anna nggak mau di tinggal sendirian lagi. Hikssss..."

Yuno memalingkan pandangannya. Dia tidak tahan melihat Anna yang sedang diliputi rasa sedih dan duka teramat dalam. Baru kali ini dia melihat Anna menangis sejadi-jadinya. Biasanya gadis itu selalu kelihatan tegar dan sabar.

"Ayah tolong! Anna pingsan, yah!"

Suara panik bunda kembali mencuri perhatian Yuno. Dia bisa melihat bunda nya yang sedang kepanikan menahan tubuh Anna yang lemas. Sepertinya gadis itu pingsan karena terlalu kelelahan.

"Biar aku aja yang bawa Anna ke kamar."

Entah atas dasar apa tiba-tiba Yuno menawarkan diri untuk membawa Anna ke kamarnya. Dia sendiri juga tidak paham. Yang jelas tindakannya ini bertentangan dengan isi hati nya.

Yuno mengangkat tubuh Anna ke dalam gendongannya dan dia membawa gadis itu ke kamar. Bunda menyusul dari belakang sambil membawa kotak obat.

Dia meletakkan tubuh Anna di atas ranjang. Dan setelah itu dia membiarkan sang bunda yang mengurus sisa nya. Lagipula dia juga tidak tahu harus melakukan apa terhadap orang pingsan.

"Kasihan Anna. Dia pasti benar-benar merasa kehilangan dan bingung banget. Satu-satunya keluarga yang dia punya menyusul pergi ninggalin dia sendiri. Dia masih se-muda ini tapi harus menanggung beban hidup yang nggak mudah."

Yuno diam mencerna ucapan tulus yang keluar dari mulut bunda. Kalau dilihat-lihat sepertinya bunda memang sangat menyayangi Anna seperti beliau menyayangi anaknya sendiri.

"Dek, kamu disini aja ya temenin Anna sampai dia bangun. Bunda harus keluar bantuin ayah ngurus tamu dan persiapan pemakaman kakek."

"Terus gimana kalau Anna masih tetap pingsan pas kakek mau di makamin?"

"Ya kamu tetap disini temenin Anna. Biar ayah sama bunda aja yang ke tempat pemakaman nya. Lagian kamu juga nggak bakalan mau ikut ke kuburan kan?"

Dasar. Bunda tahu sekali putra nya ini sangat cupu kalau di hadapkan dengan kematian.

"Tadi bunda sempat bikinin bubur buat Anna. Tadi ayah bilang kalau Anna belum makan sama sekali sejak semalam. Nanti kalau Anna udah bangun, kamu bujuk dan bantu dia buat makan ya."

"Iya bunda."

"Ingat kata-kata bunda tadi. Kondisi mental Anna lagi nggak baik. Jangan sampai kamu ajak dia berantem. Turunin ego nya dan jangan semau-maunya sendiri. Kamu udah dewasa pasti bisa ngerti gimana menangani orang yang lagi berduka."

"Iya, aku ngerti. Bunda kenapa nggak pernah percaya sama anaknya sendiri sih."

"Ya udah bunda keluar dulu."

Bunda keluar dari kamar Anna dan menyisakan Yuno berdua saja dengan Anna yang sedang tak sadarkan diri.

Yuno menatap sekeliling sudut-sudut kamar Anna yang baru pertama kali dia kunjungi. Dan tidak pernah terlintas dalam pikiran nya kalau dia bisa masuk ke dalamnya.

Tatapan matanya jatuh ke arah sosok Anna yang sedang berbaring tak berdaya. Benar kata bunda, kondisi Anna sangat jauh lebih parah dibandingkan saat gadis itu baik-baik saja.

Dan baru kali ini juga Yuno melihat sisi lain dari gadis yang sebenarnya tidak dia benci namun dia tidak menyukainya. Ternyata Anna menyimpan sisi kehidupannya yang malang dengan sangat baik.

"Gila ya. Gue nggak nyangka cewe galak kayak lo punya kisah hidup yang malang. Bahkan sampai rela banting tulang demi kakek nya. Gue akui kalau lo hebat, Anna." ucap Yuno kepada Anna yang masih tak sadarkan diri.

Apakah setelah ini pandangan dan penilaian Yuno terhadap Anna berubah?







To be continued..

Komen banyak kalau story ini mau di lanjut sampai draft nya habis!!!

Btw, apapun yang ada di story ini jangan di bawa-bawa ke rl ya. Sejujurnya aku cuma pinjam visual jaerose aja kok guys hehe

Semoga terhibur sama story recehan ini guys

Continue Reading

You'll Also Like

TRIP TRAP By -

Spiritual

2.1K 347 8
Cast : JaeRosΓ© ft Other Kisah ini berawal dari.. "... Open Trip hanya dibuka 3 kali dalam setahun. Dan kali ini salah satunya adalah di Pulau Mayanga...
6.4M 333K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
1.1K 114 4
Bagi Rayya, tidak ada yang lebih penting dalam hidupnya selain adik-adiknya. Bahkan jika harus mengorbankan impian dan hidupnya sendiri, dia akan mel...
61.1K 8.2K 48
a.bout Kael must take responsibility for the incident that happened to him and made him remember new facts from the past