Hanna

By luckybbgrl

1.5M 106K 2.2K

18+ Kayla tidak tahu, bagaimana bisa prolog yang ia baca dengan yang teman-temannya baca dari salah satu web... More

prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas🔞
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh dua

dua puluh lima

28.6K 2.5K 128
By luckybbgrl

Agista turun dari motor Adelio, ia melepaskan helm bogo warna putih dan memberikannya pada Adelio yang baru saja selesai menaruh helm-nya sendiri pada kaca spion.

"Eh, itu Regan!" pekik Agista tertahan sembari menepuk pelan lengan Adelio.

Mendengar itu, Adelio ikut mengalihkan pandangannya ke arah yang sama dengan pandangan gadis di depannya.

Sosok Regan dengan helm fullface-nya masuk ke dalam parkiran dengan motor besar 1000 cc nya.

"Gue samperin dia apa ya?" Agista menatap dengan mata berbinar sosok itu.

"Samperin aja. Tanyain kondisi Hanna. Ntar infoin ke gue," Agista yang mendengar perkataan Adelio menoleh dengan wajah datar. Sedangkan yang ditatap menampilkan cengiran lebar.

"Udah sana, keburu pergi!" Adelio sedikit mendorong tubuh kecil Agista.

"Gue duluan, ya!" Agista berbisik sekilas sebelum melangkah mendekat ke arah Regan yang tengah melepas helmnya.

Entah mengapa, semenjak ia dan Adelio menjenguk Hanna untuk kedua kalinya. Rasa kagum dan sukanya pada Regan yang selama ini bisa terpuaskan hanya dengan menatap cowok itu dari jauh. Kini meminta lebih.

Nyalinya semakin tertantang untuk mendekati cowok itu.

Melihat bagaimana Regan memperlakukan Hanna ketika sakit, membuatnya sadar bahwa Regan begitu menyayangi dan menghargai gadis itu meskipun tertutupi gengsi.

Dan entah mengapa, ia jadi merasa ingin berada di posisi Hanna. Merasakan sikap hangat Regan yang sudah menjadi rahasia umum, hanya berlaku pada Hanna.

Mungkin jika dibandingkan dengan sikap cowok pada pasangannya yang lain, sikap Regan cukup bisa dibilang cuek dan dingin pada Hanna.

Tapi, jika dibandingkan dengan sikap Regan pada cewek lain, jelas sikap cowok itu jauh lebih hangat pada Hanna.

Cowok itu tak pernah protes maupun terlihat kesal ketika Hanna berada di sekitarnya.

Berbeda jika pada gadis lain yang terang-terangan mendekatinya. Pasti dengan terang-terangan juga, Regan menunjukkan kerisihan dan kekesalannya.

Ah, cowok bergengsi tinggi adalah tipenya.

"Regan!" panggilnya ketika langkahnya sudah berada di dekat cowok itu.

Sedang yang dipanggil, mengurungkan langkahnya yang baru akan dia arahkan keluar parkiran.

Melihat sosok Agista yang mendekat ke arahnya, Regan menaikkan sebelah alisnya.

"Kamu sendirian aja. Hanna belum masuk?" Agista mendongak menatap Regan yang memang jauh lebih tinggi darinya.

Regan yang mendengar pertanyaan bernada lembut dari sosok di depannya memiringkan kepalanya.

"Menurut lo?"

Agista menggaruk pipinya yang tak gatal ketika mendapat jawaban dari Regan.

"Hanna masih sakit ya? Dia masih di rumah sakit atau udah pulang, sih? Kayaknya dia udah membaik banget waktu aku jenguk ke sana," Agista kembali melontarkan kalimatnya, berusaha memperlama interaksi keduanya.

"Udah di rumah," Agista mengangguk paham.

"Kok belum masuk? Kan udah pulang dari rumah sakit? Apa keadaannya masih parah?"

Regan mengerutkan keningnya kesal mendengar banyaknya pertanyaan yang dilontarkan gadis caper di depannya ini.

"Lo banyak tanya, ya?"

Agista mengerutkan bibirnya mendengar respon Regan.

"Menurut lo kalo kepala lo bocor gara-gara kena cor-coran. Apa bakal cepet sembuh, hm?" Regan sedikit membungkukkan tubuhnya untuk membisikkan kalimat itu.

"E-emm, enggak. Kalo emang Hanna belum sembuh, boleh aku sama Lio jenguk?" Agista berucap lirih berusaha menutupi kegugupannya.

"Gak."

Regan memutar tubuhnya, melangkah meninggalkan parkiran. Agista yang melihat itu ikut melangkahkan kakinya, tangannya terulur meraih lengan Regan.

"Kenapa?"

Regan yang menyadari tangannya disentuh menghentikan langkahnya. Matanya melirik ke arah jemari lentik Agista yang bertengger di lengannya.

"Tolong ngerti batesan lo!" Regan berujar tajam sembari menepis tangan Agista hingga terlepas.

Agista yang diperlakukan seperti itu sedikit tersentak.

"Dan jangan sok akrab sama Hanna. Gue geli liatnya."

Setelah mengatakan itu, Regan segera melangkahkan kakinya melanjutkan perjalanannya menuju kelas yang tertunda.

Di sela-sela langkahnya, Regan juga mengusap-usap lengannya. Membersihkan jejak tangan Agista yang ada di sana.

Tidak ada gadis lain yang boleh memegang tubuhnya.

Hanya Hanna.

Hanya Hanna yang boleh.

Bahkan jika Hanna ingin melecehkannya dengan sentuhan tangannya, ia akan dengan sukarela menerimanya.

Ah, ia jadi rindu gadisnya.

••••

Begitu sampai rumah, Regan segera saja naik ke lantai tiga menuju kamar Hanna.

Dibukanya pintu kamar berwarna putih itu yang kebetulan tidak dikunci.

Regan mengarahkan pandangannya pada ranjang yang ada di kamar itu, matanya langsung menangkap sosok Hanna yang berada di bawah selimut membelakanginya.

Senyuman Regan terukir melihat itu.

Diletakkannya tas hitam miliknya pada meja belajar Hanna, tubuh besarnya segera saja ikut berbaring di sebelah Hanna dan memeluk tubuh kecil itu erat.

Regan menempelkan hidungnya pada kepala bagian belakang Hanna. Rambut lepek berminyak gadis itu sudah hilang berganti helaian lembut yang wangi.

Dihirupnya rakus wangi gadis itu, semakin dieratkan pula tangannya yang melingkar di perut rata milik Hanna.

Hanna sedari siang hanya melamun di dalam kamar. Tepatnya, setelah ia membaca pesan dari Felia.

Lamunannya buyar ketika suara pintu terdengar. Tapi, ia memilih pura-pura tidur dengan tidak berkutik sedikitpun atas perlakuan Regan padanya.

Regan tersenyum puas disela kegiatannya menghirupi rambut Hanna. Namun, ia tersentak saat tangannya yang melingkari tubuh Hanna tiba-tina disentuh.

"Loh, kirain tadi tidur," ucap Regan sembari beralih mengecup pipi Hanna dari belakang.

Setelahnya ia kembali memposisikan kepalanya di belakang kepala Hanna. Menciumi dengan sayang helaian rambut halus Hanna.

"Lepasin, Reg," kalimat bernada dingin itu mengundang kerutan di dahi Regan.

Ada apa dengan gadis ini?

"Lo marah gara-gara gak gue bolehin ke sekolah?" tanya Regan sembari menjauhkan tubuhnya dari Hanna.

Cowok itu beralih mendudukkan tubuhnya dan menatap heran bagian belakang tubuh Hanna.

"Hei, hadep sini!" Regan menarik lengan Hanna agar berbalik menghadap ke arahnya.

Hanna menolak, ia menepis tangan Regan yang menyentuh lengannya.

Regan menghela nafas, ia kembali merebahkan tubuhnya dan melingkarkan tangannya pada tubuh Hanna.

"Hanna, lo baru keluar dari rumah sakit. Gue cuma pengen lo istirahat dulu di rumah sehari atau dua hari. Setelah itu lo boleh ke sekolah. Gue cuma gak pengen lo drop lagi kalo langsung sekolah," kalimat penuh perhatian dengan nada lembut itu mampu membuat Hanna sedikit terenyuh.

"Gue minta maaf, ya? Udah bikin lo marah karena ngelarang ke sekolah. Kalo emang lo pengen banget sekolah, besok lo boleh ke sekolah. Tapi harus bareng gue terus. Gimana?" Regan masih berusaha membujuk Hanna yang ia rasa marah karena larangannya pergi ke sekolah.

Hanna yang sebenarnya tidak begitu mempermasalahkan perihal itu, melainkan hanya merasa tidak ingin melihat Regan karena kejadian siang tadi jadi sedikit luluh dengan bujukan lembut tersebut.

"Emang boleh?" tanya Hanna pelan tanpa mau menoleh sedikitpun.

Pikirannya sejak tadi siang, Regan melarangnya ke sekolah karena ingin leluasa berinteraksi dengan Agista.

Mungkin cowok itu masih sungkan jika harus terang-terangan berdekatan dengan Agista jika berada di satu lingkungan dengannya.

"Boleh, asal lo gak marah lagi sama gue," balas Regan sembari mengeratkan pelukannya. Menduselkan wajahnya pada ceruk leher Hanna.

"Gue gak marah," jawab Hanna tanpa reaksi lebih dengan tingkah Regan.

"Bohong."

••••

"Mau kemana?"

Hanna yang baru akan melangkahkan kaki meninggalkan parkiran menuju kelasnya tertahan berkat cekalan tangan besar Regan.

"Ke kelas," jawab Hanna enteng.

"Tunggu di sini dulu, bentar," sahut Regan sembari menarik tangan Hanna agar mendekat padanya.

Hanna menoleh ke sekeliling, ia jadi teringat sesuatu.

Foto kemarin.

Foto itu diambil dengan latar di sekitar parkiran ini juga. Apa jangan-jangan Regan mengajaknya menunggu Agista?

Gadis itu akhirnya kembali menoleh ke arah Regan dengan tatapan rumit.

Regan yang menyadari itu menaikkan alisnya. "Kenapa?" bibir tebalnya bergerak tanpa suara.

"Nungguin siapa?"

"Nunggu Joel. Bentar doang, kok," meski ragu, Hanna akhirnya melangkah mendekat ke arah Regan yang berdiri bertumpu pada motor besarnya.

"Gue duluan aja kenapa?" Hanna mendongak, menatap Regan yang lebih tinggi darinya.

"Bentar doang, Hanna," tangan Regan naik hendak meraih rambut digerai Hanna.

"Gak mau. Pokoknya gue duluan!"

Tanpa memedulikan apa-apa, gadis itu berbalik dan melangkah menjauhi Regan.

Regan yang melihat punggung kecil itu menjauh menghela nafas. Langkah kakinya terayun sembari tangannya bergerak mengambil ponsel di sakunya.

Ia berniat untuk mengirimkan pesan pada Joel bahwa ia langsung ke kelas.

"Regan!"

Cowok yang semula berkutat pada ponselnya itu menghentikan langkah dan mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.

Di sana, terdapat seorang gadis dengan wajah cantiknya tersenyum manis ke arahnya.

"Kenapa lagi?" jawab Regan dengan malas saat melihat sosok Agista yang mendekat ke arahnya.

Hanna yang mendengar teriakan perempuan memanggil nama Regan menoleh.

Langkahnya terhenti saat melihat sosok Regan yang berdiri dengan kepala tertoleh pada Agista yang tampak tersenyum lebar ke arah lawan bicaranya.

Ah, rasanya ia jadi melihat adegan asli dari foto yang dia dapatkan kemarin dari Felia.

Tanpa menunggu apa-apa lagi, Hanna melanjutkan langkahnya.

Bruk!

"Eh, hati-hati, Han."

Hanna yang merasa tubuhnya tertabrak dan hampir saja jatuh jika tidak ditangkap oleh sosok yang menabraknya mendongak.

Wajah Adelio dalam jarak dekat menjadi yang pertama ia lihat.

"Eh, sorry sorry. Gue gak sengaja. Maaf, ya?" jawab Hanna sembari mundur melepaskan diri dari pegangan Adelio.

"Gapapa, kok. Lain kali hati-hati. Lo habis jatuh gara-gara gue. Masa mau jatuh lagi gara-gara gue?"

Hanna yang mendengar perkataan Adelio terkekeh pelan.

"Udahlah, jangan dibahas soal itu. Orang gue juga udah sembuh kok," Hanna mendongak untuk menatap Adelio sembari tersenyum.

Adelio membalas senyuman Hanna dengan senyum manis yang tersirat perasaan bersalah.

"Mau ke kelas bareng?" Hanna menatap Adelio bingung mendengar tawaran cowok itu.

"Lo gak nungguin Agis?" Adelio menggeleng.

"Disuruh duluan tadi."

Hanna mengangguk paham mendengar jawaban Adelio.

"Yaudah, ayo!"

Adelio mengangguk. Kepalanya yang sedari tadi menunduk untuk menatap Hanna kini beralih menatap lurus. Sudut bibirnya naik sebelah, sebelum kemudian berbalik menyusul langkah Hanna.

Dalam hati, ia merasa puas melihat wajah mengeras Regan ditambah tatapan tajam yang mengarah ke arahnya hanya karena melihat Hanna berinteraksi dengannya.

Baru juga mengobrol, sudah seperti itu reaksinya.

Bagaimana jika ia berhasil merebut Hanna darinya?

To be continue...

•••••

sebenernya ak jg pen double up
tp draft ak sdh sgt amat menipis dan blm bisa bikin lg😞
hidup ini tdk tenang jika tdk ada draft

btw, ak sakit gess. oh my crot

smg ak cpt sembuh
mandiri skli ak ni

dah bgtu sj, mwah

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 154K 49
•Airis Ferdinand. Aktris cantik dengan puluhan mantan pacar, baru saja mendapatkan penghargaan Aktris terbaik di acara Awards international. Belum se...
2.9M 185K 46
[Part lengkap] Blur : Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang...
981K 105K 62
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟒) ⚠ (PART KE ACAK!) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀ...
1.2M 124K 47
Di novel 'Kisah Naqila', Nathaniel Varendra adalah sosok antagonis paling kejam. Ia bahkan tak segan membunuh seseorang yang dianggap mengusik ketena...