[6] MY DRAFT (JAEROSE)

By deftsember

16.8K 2.1K 458

Kumpulan draft yang udah lama numpuk tapi masih ragu buat di post atau di lanjut ngetik nya. Ini semua draft... More

START
YOU MAKE ME [BAB 00: START]
YOU MAKE ME [BAB 01: BEGINNING OF EVERYTHING]
YOU MAKE ME [BAB 02: MEET AGAIN]
YOU MAKE ME [BAB 03: ANNOYING ]
YOU MAKE ME [BAB 04: JINO SI PERANTARA]
DEAR JEFF [BAB 00: START]
YOU MAKE ME [BAB 5: PACARAN]
DEAR JEFF [ BAB 01: AGNESYA LYORA WILMAN ]
YOU MAKE ME [BAB 6: JEFFRIAN'S PROBLEM]
DEAR JEFF [BAB 02: PEREMPUAN BERJILBAB PUTIH]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 00: INTRO + PROLOG ]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 01: APA ADANYA KITA ]
DEAR JEFF [BAB 03: ROSIETA JASMINE]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 02: SELLA SI PALING SUPPORT SYSTEM ]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 03: DRIVE IN CINEMA]
MUTUAL BENEFIT [ BAB 04: FEELING LONELY ]
DEAR JEFF [BAB 4: YANG KETIGA KALI]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 00: START ]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 01: DI TINDAS DAN MENINDAS ]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 02: RENCANA PERJODOHAN ]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 03: KEMBALI KEHILANGAN ]
CAN YOU HEAR MY HEART? [ BAB 04: KELUARGA BARU ]
BAB 000: TENTUKAN PILIHANMU!
BAB 0000: FIXED!

YOU MAKE ME [ BAB 7: JEFFRIAN SICK ]

912 118 52
By deftsember


Vote dan komen nya ya..

~ Happy Reading ~




🌑🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘





Roseline terbangun dari tidurnya saat merasakan pergerakan yang tidak biasa di sisi tempat tidurnya. Cewek itu menoleh dan mendapati sosok Jeffrian yang bergerak tak nyaman dengan raut wajah paniknya.

Mata lelaki itu masih terpejam dan keringat dingin mulai menguar dari seluruh tubuhnya. Suara erangan dan isak tangis juga perlahan keluar dari mulutnya yang kering.

"Jeff, you okay?" Roseline mencoba menyadarkan Jeffrian yang sepertinya sedang mimpi buruk.

"Maaf.. Alana maafin aku. Jangan pergi lagi. Aku mohon.." terdengar sayup-sayup ucapan Jeffrian dan Roseline langsung mengingat tentang pembicaraannya dengan Mamah Sarah tadi.

Cewek itu berusaha membangunkan Jeffrian. Dia menarik beberapa helai tisu untuk menyeka keringat yang hampir membasahi wajah dan tubuh atas Jeffrian.

"Jeff, everything will be fine. Lo tenang, ya. Cup.. cup.. cup.." bisiknya sambil mengusap puncak kepala Jeffrian agar lelaki itu bisa lebih tenang.

Roseline pun menyenandungkan lagu penghantar tidur agar Jeffrian tenang dari mimpi buruknya. Dan apa yang dia lakukan itu berhasil, karena tidak membutuhkan waktu lama bagi Jeffrian untuk kembali tenang dalam tidurnya.

Ditatapnya lekat-lekat raut wajah Jeffrian yang mulai tenang. Kantung mata nya tebal dan menghitam, bukti kalau selama ini lelaki itu selalu mengalami kesulitan tidur akibat rasa trauma masa lalu yang di deritanya.

Sebenarnya Roseline tidak mau terlibat terlalu jauh, tapi dia tidak bisa menolak saat Mamah Sarah memohon kepadanya untuk membantu Jeffrian. Dia tidak tahu apa alasan terbesar Mamah Sarah meminta hal itu kepadanya. Mereka berdua tidak dalam hubungan yang bisa dikatakan baik-baik saja.

"Gue nggak tau apa masalah lo, apa kesulitan lo, dan gue juga nggak tau semua ini bakal berakhir kayak gimana." ucapnya dengan nada pelan. Dia mengusap kepala Jeffrian membuat lelaki itu menggeliat pelan karena merasa tergganggu.

"Apa seharusnya gue nggak ketemu lo malam itu ya, Jeff." bisiknya dengan nada pasrah.

Roseline kembali merebahkan tubuhnya disamping Jeffrian dan kembali melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.


Pagi harinya..

Dering alarm yang berbunyi kencang sukses membangunkan Roseline dari tidurnya. Tangannya terjulur untuk mematikan alarm tersebut. Tubuhnya menggeliat untuk merenggangkan ototnya yang kaku tapi tangan kekar yang melingkar di pinggangnya menahan pergerakannya.

"Bangun. Udah siang." ucapnya dengan suara serak efek bangun tidur. Tapi dia tidak mendapat respon dari lelaki yang malam semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Roseline.

"Udah jam setengah delapan. Jam sembilan gue masuk kelas, Jeff. Bangun sekarang, cepat."

"Masih ngantuk, Yang. Lima menit lagi deh." kata Jeffrian dengan suara parau.

Roseline menghela nafasnya, "Yaudah biar gue aja yang bangun. Lo bisa lanjut tidur. Jadi lepasin pinggang gue sekarang."

Jeffrian tidak menuruti ucapan Roseline dan malah mengeratkan pelukannya. Wajahnya dia dekatkan ke arah tengkuk Roseline dan mengecupinya membuat pacarnya langsung menggeliat geli.

"Nggak usah macam-macam, Jeffrian."

"Bentar aja."

"Lepasin gue sekarang."

"Nggak mau."

"Gue bisa telat kerja."

"Tempat kamu kerja punya papah ku kok. Kamu nggak mungkin kena SP di yayasan mertua sendiri."

Roseline mulai lelah dengan obrolan tidak penting ini. Dia berusaha melepaskan pelukan Jeffrian tapi bukannya terlepas lelaki itu malah menarik tubuhnya semakin menempel.

"Jeffrian, stop!" seru nya melepaskan pelukan Jeffrian.

Baru saja berniat untuk bangun dari tidurnya tapi tiba-tiba tangannya ditarik dan membuat Roseline jatuh menimpa tubuh Jeffrian.

"Apaan lagi sih? Gue mau mandi!"

"Morning kiss, babe." kata Jeffrian sambil menyengir lebar.

"Astaga. Cuci otak mesum lo dan bangun dari kasur gue. Sekarang!"

Jeffrian menggeleng lalu semakin menarik tubuh Roseline membuat jarak antara mereka semakin menipis.

"Mau aku yang mulai atau kamu?" tanya lelaki itu.

"Nggak dua-duanya." Roseline langsung menjawabnya dengan cepat.

"Ya udah nggak akan aku lepasin. Biarin kamu bolos kerja hari ini."

"Jeffrian!"

"Jangan teriak-teriak, sayang. Nanti kita di grebek tetangga kamu lagi enak-enakan."

Roseline menghembuskan nafas panjang. Emosi di pagi hari hanya akan membuat mood nya berantakan.

"Okay, fine. Close your eyes." ujar cewek itu yang langsung dituruti oleh Jeffrian.

Dengan rasa yang tidak begitu ikhlas, Roseline menunduk dan mendekatkan wajahnya ke arah Jeffrian. Dirinya berusaha memagut dan melumat bibir bawah Jeffrian yang tebal.

Jeffrian pun tidak mau kalah. Lelaki itu langsung membalas ciuman Roseline dan berusaha memimpin cumbuan mereka. Tangan kanannya bertengger di pinggang Roseline dan menarik tubuh cewek itu agar semakin menempel padanya. Sedangkan tangan kirinya berkerja untuk menekan tengkuk Roseline membuat lumatan bibir mereka semakin panas.

Roseline sudah lupa akan kesadarannya semenjak lidah Jeffrian masuk kedalam mulutnya dan membelit lidahnya ke dalam permainannya yang sangat panas.

Cewek itu meremas bahu kekar Jeffrian guna melampiaskan hasrat seksual yang entah kenapa mulai merayap memenuhi kewarasannya.

"Want more, honey?" bisik Jeffrian tepat di depan bibir Roseline dengan suara beratnya yang mampu melumpuhkan titik sensitif cewek itu.

"No, thank's."

"Sekali aja, ya? Please.." Jeffrian memohon saat dirasa gairahnya sukses terpancing.

"Bersihin deh otak kotor lo biar nggak mikirin hal-hal jorok terus." sinis Roseline.

"Eline, serius. Tapi aku nggak tahan." ucap Jeffrian dengan nafas memburu.

Roseline memasang wajah datar lalu menjauh dari Jeffrian. "Sesuai kesepakatan kita. No sex!"

"Bukan seks, Yang. Make out aja sampai aku selesai."

"What do you mean?!" seru Roseline dengan mata melotot tajam.

"Bantuin aku dong. Kebiasaan pagi suka tegang sendiri. Hehehehe.." kata Jeffrian sambil menyengir lebar.

"Gue bukan lonte lo, Bastard!" Roseline mengamuk sambil memukuli tubuh Jeffrian.

"Aduh, sakit!" Jeffrian mengaduh kesakitan akibat pukulan yang dilayangkan Roseline.

"Minggir! Gue mau mandi."

"Ikut boleh ya? Ya? Ya?"

Emosi Roseline benar-benar terpancing. "Mending lo telepon cewek club. Terus suruh dia ngurusin elo."

"Aku kan punya pacar. Cantik dan jago di ranjang lagi."

"Gue bukan lonte lo, Jeffrian! Get out of my room!" Roseline berteriak kencang membuat Jeffrian langsung bangkit dari tidurnya.

"Aduh, iya iya aku bercanda sayang. Mana mungkin aku anggap kamu lonte. Kamu mah pacar kesayangan aku."

"Mulut lo bau neraka!"

Roseline beranjak dari ranjang lalu berjalan ke arah kamar mandi. Baru saja dia mau menutup pintunya tapi Jeffrian tanpa diduga-duga langsung melesat masuk kedalam.

"Keluar."

"Mandi bareng lebih cepat, sayang."

"Kalau mandi nya sama lo yang ada gue nggak keluar-keluar dari sini."

"Janji nggak ngapa-ngapain. Cuma ikut mandi bareng aja." kata Jeffrian sambil menunjukkan V-sign.

Roseline menggeram kesal. "Terserah lo!"

Jeffrian terkekeh geli. "Mau aku mandiin nggak?"

"Jauh-jauh dari gue. Awas aja sampai ngedeket."

"Kalau berani ngedeketㅡ GUE NGGAK AKAN IZININ LO DEKETIN GUE LAGI!" ucap Roseline mengancam Jeffrian.

Mendengar ancaman dari pancarnya barusan Jeffrian pun langsung menciut dan hanya bisa menurut pasrah.



🌑🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘



Roseline keluar dari toilet dan berdiri didepan wastafel dan berkaca di cermin panjang toilet. Wanita itu berdecak kesal melihat penampakan kulit lehernya yang terdapat bercak merah yang kelihatan samar karena sebelumnya sudah dia tutupi dengan foundation.

Bercak merah hasil pekerjaan Jeffrian tadi pagi.

Cewek itu memang sudah mengancam Jeffrian tapi sepertinya ancamannya sama sekali tidak berpengaruh untuk lelaki itu. Mereka memang tidak melakukan seks, tapi Jeffrian memaksa Roseline untuk membantunya menenangkan 'miliknya' yang katanya selalu 'on' setiap pagi. Dan jadilah pagi itu mereka melakukan sesi make out.

Karena itulah Roseline hampir terlambat kerja dan tidak sempat sarapan. Untung saja Jeffrian mau mampir ke drive thru untuk membeli sarapan terlebih dulu walaupun rasa kesal Roseline masih terasa sampai sekarang.

CKLEK..

Roseline melihat Bu Dewi masuk ke dalam toilet lalu berdiri bersebelahan dengannya. Bu Dewi melontarkan senyum tipis yang terlihat angkuh sebelum menyalakan keran wastafel.

"Bu Eline nggak ikut makan siang di Kantin?" tanya Bu Dewi.

"Saya masih kenyang, Bu. Kebetulan tadi saya sarapan agak siangan."

"Saya lihat tadi kayaknya Bu Eline berangkat bareng sama anak bungsu nya kepala yayasan ya, Bu? Siapa tuh namanya, saya lupa." tanya Bu Dewi.

Roseline mulai paham dengan arah pembicaraan yang dimulai oleh Bu Dewi. "Namanya Jeffrian, bu. Tadi pagi kebetulan saya nggak sengaja ketemu dia pas mau berangkat kerja, jadi kita sekalian bareng berangkatnya."

Bu Dewi langsung menoleh setelah merasa penuturan Roseline barusan bisa dijadikan bahan bergosip. "Saya nggak tau loh kalau ternyata Bu Eline dekat banget sama keluarganya kepala Yayasan kita. Sampai sering di antar-jemput sama anaknya Pak Jaya." kata Bu Dewi.

"Eh tapi bukannya hari ini Bu Eline nggak berangkat bareng sama Jino ya? Tapi kok bisa kebetulan berangkat bareng sama Om nya? Bu Eline pintar bergaul ya ternyata."

Roseline tersenyum palsu. Dia paham maksud kata-kata Bu Dewi dari tadi hanya bentuk sindiran untuknya.

"Kebetulan saya memang dekat sama keluarganya Pak Jaya. Saya juga sempat beberapa kali main ke rumah beliau karena permintaan Jino."

Raut Bu Dewi kelihatan tidak suka tapi dia dengan baik langsung mengubah ekspresinya. "Wah enak ya jadi Bu Eline bisa dekat sama keluarga pemilik Yayasan. Tapi kalau begitu bukannya bisa jadi bahan gosipan guru-guru yang lain ya, Bu?"

Roseline mengernyit mendengar ucapan Bu Dewi, "Kenapa harus jadi bahan gosip? Guru-guru disini bukannya di wajibkan untuk akrab sama keluarga anak murid?"

"Memang begitu sih. Tapi kalau dekatnya udah level nggak wajar kan bisa jadi bahan gosip yang nggak-nggak." kata Bu Dewi.

"Saya bukannya apa-apa ya Bu Eline. Tapi saya dengar beberapa guru disini pernah ngomongin tentang ibu. Apalagi setelah Bu Eline kepergok sering di antar-jemput sama anak keduanya Pak Jaya."

"Ada apa emangnya?" tanya Roseline yang tiba-tiba penasaran.

"Saya dengar gosip kalau Bu Eline sengaja ngedeketin keluarganya Pak Jaya karena mengincar posisi penting di kantor Yayasan. Kan katanya sekarang ini Pak Jaya lagi sibuk ngurus dua perusahaan jadi beliau agak keteteran kalau harus ngurus Yayasan sebesar ini. Dan saya juga sempat dengar gosip kalau ibu sengaja genit ke anak keduanya Pak Jaya karena mau ngincar posisi kepala sekolah yang baru. Gitu deh gosip yang saya dengar." ujar Bu Dewi dengan suara yang di dramatiskan agar Roseline percaya.

Tapi tentu saja Roseline tidak akan menelan mentah-mentah gosip yang sumbernya tidak jelas. Setahunya guru-guru yang lain tidak ada yang membahas tentang masalah ini. Satu-satunya orang yang tidak suka melihat kedekatannya dengan anggota keluarga Errando hanyalah Bu Dewi. Karena dia memang sudah lama mengincar posisi penting di kantor Yayasan. Bahkan Bu Dewi pernah bilang kalau kemungkinan yang jadi kepala sekolah tahun depan adalah dirinya.

Jadi sudah ketahuan kan siapa sebenarnya yang mengincar posisi penting di Yayasan Sekolah ini?

"Duh gimana ya Bu. Saya memang dekat sama keluarganya Pak Jaya, bahkan kemarin saya baru aja di suruh menginap di rumahnya karena Jino yang minta. Kemarin malam Bu Sarah juga ngajak saya ngobrol banyak. Kebetulan nya sih papi dan mami nya Jino lagi ada dinas ke luar kota jadi saya yang harus ngurus Jino. Dan seperti yang ibu bilang tadi tentang kedekatan saya sama Jeffrian yang bisa menimbulkan gosip, kita memang dekat sih tapi ya begitulah. Tunggu kabar baiknya aja ya, Bu Dewi. Untuk masalah gosip saya emang pada dasarnya bukan orang yang terlalu peduli sama hal begituan sih. Menurut saya bergosip cuma untuk orang yang insecure sama kehidupan orang lain. Terima kasih info nya dan saya pamit duluan ke ruang guru. Mari." ucap Roseline dengan sopan lalu keluar dari toilet.

Selepas keluar dari toilet, Roseline langsung menghela nafas panjang. Senyuman lebar merekah di wajahnya. Dia cukup puas setelah membalas sindiran Bu Dewi dengan tegas. Apalagi saat melihat perubahan raut wajahnya yang mendadak kesal.

"Tuh orang emang nggak pernah puas cari bahan buat ngejatuhin orang lain cuma karena ke-egoisan-nya sendiri. Kalau emang ngincer posisi penting di Yayasan ya usaha yang halal bukan kayak gini. Untung aja tadi bisa gue skak sampai mampus tuh orang." cerocos Roseline.

Cewek itu berjalan masuk ke dalam ruangan guru dan duduk di meja miliknya. Niatnya waktu luang ini mau digunakan untuk bersantai sambil nonton Utube, tapi spam chat dari Jeffrian sukses mengacaukan semuanya.


Mr. Bastard


Sayang udah makan?

"Ah apaan sih nih orang. Ganggu aja deh." Roseline mendumal kesal.

Mr. Bastard


Ya.

Ngapa?


Aku lemas banget. Mau vcall dong.
Lagi free kan?

Lemas ya makan sama istirahat.

Bukan vcall.


Lambung aku kok rasanya perih banget.
Nggak bisa masuk makanan. Masa tadi pas aku minum langsung muntah 😢

GERD lo kambuh tuh.

Minum obat terus istirahat.


Kok kamu tau aku punya GERD sih?
Dibilang nggak bisa masuk apa-apa. Nanti langsung muntah lagi 😞

Ya terus gue harus apa?

Kan gue bukan dokter, jadi gunanya lo ngeluh ke gue apa?

Yang~~~~
Ke apart aku dong. Aku lemas banget 😣


Gue kerja.

S.I.B.U.K


Pulang kerja ya?
YA? YA? YA?


Jino lagi nggak mau ketemu lo.

Dia juga ngajakin gue main.


Pacar kamu tuh siapa sih?
Lebih peduli sama bocil daripada aku 😑

Manja banget sih.

Iya nanti kalau sempat gue ke apart lo.

Jangan mati dulu ya.


Yang!
Astaga.. kamu kok bisa ngetik begituan 😭

Don't be childish, Jeffrian.

Badan lo segede bagong jadi geli ngebayanginnya.


Jadi kamu lebih suka bayangin badan aku kalau lagi gimana?
Hayoo... ngaku coba..
Kiw.. kiw..
😊😏🌚🙈🙉👀👄👅💏💦💞👉👌👙🔞


Gue suka ngebayangin kalau lo nggak pernah kenal gue.

Gue mau lanjut kerja.

Bye.


Love you too sayangku 😘
Seeya

Roseline langsung keluar dari jendela chat room nya bersama Jeffrian. Ucapan lelaki itu kadang diluar akal sehat, kalau di ladenin malah semakin gaje.




🌑🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘




Jam sudah menunjukkan pukul empat sore waktu setempat. Roseline berjalan mencari kamar unit apartemen Jeffrian yang sebelumnya sudah dikirim lewat chat. Tangannya menentang paper bag berisi buah dan bubur ayamㅡitu request dari Jeffrian nya langsung.

Langkah Roseline berhenti tepat di pintu unit nomor 1411.

Cewek itu menekan bel beberapa kali, walaupun sebelumnya Jeffrian sudah memberi tahu nya tentang password apartemen nya agar Roseline bisa langsung masuk ke dalam. Tapi dia merasa agak ragu kalau masuk ke dalam rumah orang yang belum pernah dia kunjungi sama sekali.

Setelah beberapa kali membunyikan bel pintu apartemen itu terbuka dan menampakkan sosok perempuan cantik dengan pakaian yang ㅡekhemㅡ cukup terbuka.

"Cari siapa ya?" tanya perempuan itu.

Roseline mendadak bimbang, "I-ini benar unit apart nya Jeffrian?"

Perempuan seksi itu menatap Roseline dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan menyelidik.

"Siapanya Jeffrian?" perempuan itu kembali bertanya. Kali ini raut wajahnya tidak se-ramah tadi.

"Saya temㅡ" ucapan Roseline terputus karena seruan dari dalam unit apartemen.

"ㅡsayang! Kamu udah datang ya?" Jeffrian tiba-tiba muncul dan langsung menarik tangan Roseline masuk ke dalam apartemennya. Dia bahkan sama sekali tidak memperdulikan keberadaan Annabelle.

"Aku kira kamu nggak jadi kesini. Tadinya aku mau langsung samperin kamu ke rumah tapi aku ingat kalau lagi slek sama papah." ujar Jeffrian.

Anita menatap tidak percaya ke arah Jeffrian yang tengah bermanja-manja ria dengan Roseline. Padahal saat bersama dia lelaki itu sama sekali tidak menunjukkan sikap ramah.

"Tadi nunggu Jino tidur dulu baru bisa pergi." ucap Roseline. "Udah makan?" tanya nya.

Jeffrian menggeleng. Dia menarik tangan Roseline untuk duduk di sofa. "Nungguin kamu biar bisa di suapin. Hehehe..."

Roseline berdecak malas. "Kalau gue nggak kesini palingan besoknya lo masuk UGD."

"Mulutnya pedas banget sih. Minta aku cium ya?" ucapnya menggoda. Roseline memutar bola matanya jengah karena ulah Jeffrian.

"Mau kemana, sayang?" tanya Jeffrian yang menahan pergelangan tangan Roseline saat cewek itu hendak beranjak dari tempatnya.

"Mau nyiapin makan lo. Kalau kelamaan takut lo keburu mati." ucapnya sinis lalu berjalan menuju dapur apartemen Jeffrian.

"Ekhem.. Dia siapa lo, Yan?" Anita baru saja datang dan langsung bertanya tentang Roseline.

"Calon istri." jawabnya singkat, padat, cepat. "Oh iya hari ini lo di luar dulu ya. Gue mau pakai kamar buat istirahat." kata Jeffrian lalu beranjak meninggalkan Annabelle.

Lelaki itu berjalan ke arah dapur menyusul Roseline lalu bermanja-manja sebentar dengan sang pacar sebelum berjalan kembali menuju kamar dan menutupnya.

Anita agak tidak suka melihat ada perempuan lain didalam apartemen Jeffrian. Soalnya Daniel pernah bilang kalau Jeffrian itu masih belum bisa melupakan mantannya dari masa lalu, maka dari itu sampai sekarang dia masih belum berhubungan serius dengan perempuan.

Kalaupun ada paling hanya hubungan satu malam.

"Hai, gue Anita. Gue pacarnya teman Jeffrian." sapa Annabelle begitu dia sudah ada di dapur.

Roseline mengangguk ramah. "Hai, gue Roseline."

"Lo beneran calon istrinya Jeffrian? Soalnya selama ini yang gue tau dari cowok gue Jeffrian itu nggak pernah bisa menjalin hubungan serius sama cewek semenjak kehilangan mantannya dulu."

Roseline melirik sekilas ke arah Anita. "Kalau Jeffrian ngaku begitu berarti emang beneran. Tentang mantannya Jeffrian itu cuma bagian masa lalunya doang. Biar dia yang urus tentang masa lalunya sendiri."

"Tapi sebelumnya Jeffrian tuh susah banget di deketin sama cewek. Paling yang dekat sama dia cuma cewek club, itupun cuma sesaat doang."

Roseline menghentikan aktivitasnya lalu menoleh ke arah Anita. "Sorry, tapi kenapa lo nanya kayak gini ke gue? Ada masalah?"

Anita langsung merubah raut wajahnya. "Nggak kok. Gue cuma heran aja Jeffrian yang cuek ternyata bisa se-bucin itu sama cewek."

"Berarti dia cuma bisa begitu ke cewek yang menurutnya tepat." jawab Roseline asal. "Gue duluan ya. Nice to meet you, Anita." ucapnya lalu berjalan menjauh dari dapur dengan membawa nampan isi semangkuk bubur dan obat untuk Jeffrian.

"Cih, sombong banget. Paling juga cuma jadi cewek sementaranya Jeffrian doang. Di lihat-lihat body nya juga nggak menarik gitu. Apa kelebihannya coba." Anita merutuk sebal.

Roseline masuk kedalam kamar tidur Jeffrian dan melihat lelaki itu sedang terbaring dengan raut wajah yang dibuat-buat sangat menyedihkan.

"Perasaan tadi udah sumringah banget nggak kayak orang sakit. Kok sekarang tiba-tiba lemas kayak gini? Pura-pura doang ya lo?" ucap Roseline saat cewek itu mendekati ranjang dan menaruh nampan di meja laci samping kasur Jeffrian.

"Aku beneran sakit loh, sayang. Nih perut aku rasanya kayak dipelintir. Sakit banget." adu nya.

"Ya udah buru dimakan buburnya terus minum obat."

"Aku lemas banget. Suapin dong."

Roseline berdecak kesal lalu mulai menyuapi bubur untuk Jeffrian. Lelaki itu memang kelihatan pucat sih dan keringat dingin mulai keluar dari pori-pori tubuhnya.

"Udah, Yang. Aku mau muntah lagi." kata Jeffrian lalu langsung melesat ke kamar mandi.

Roseline menghela nafasnya. Bubur ayam nya masih tersisa banyak tapi sepertinya Jeffrian tidak akan mau memakannya lagi.

Dia menaruh mangkuk bubur di atas nampan. Dan bersamaan dengan itu Jeffrian keluar dari kamar mandi dengan wajahnya yang semakin pucat.

"Mau lanjut makan nggak?" tanya Roseline yang dibalas gelengan dari Jeffrian.

Lelaki itu kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya.

"Bangun dulu deh. Minum obatnya."

"Percuma, nanti juga keluar lagi."

"Ya udah ke rumah sakit aja kalau gitu."

Jeffrian menggeleng keras, "Big no."

"Terus mau apa?" tanya Roseline berusaha sabar menghadapi tingkah Jeffrian.

"Nggak tau. Perut aku sakit banget." jawabnya sambil meringis.

"Minum obatnya. Gue suapin." kata Roseline yang mencoba membujuk Jeffrian.

"Mau sih di suapin tapi kenapa harus nyuapin obat."

"Minum obat atau gue tinggal pergi?!" akhirnya Roseline pun tidak punya cara lain selain mengancam.

Dengan malas Jeffrian pun akhirnya menurut. Dia bangun dan dengan tidak rela menunggu Roseline menyiapkan obatnya.

"Buka mulut." ucap Roseline yang di turuti Jeffrian. "Kunyah obatnya terus langsung minum." lanjutnya sambil menyerahkan gelas berisi air mineral ke arah Jeffrian.

"Nah kan kalau nurut dari tadi jadi nggak perlu adu bacot dulu. Lagian obat lambung di kunyah juga nggak pahit kok. Rewel banget kayak bayi habis imunisasi." cerocos Roseline membuat Jeffrian mendengus kesal.

"Ya kan takut muntah lagi."

"Daripada nggak minum obat sama sekali. Mau mati muda?"

"Astaga sayang, mulutnya lemes banget."

Roseline tidak menggubris rengekan Jeffrian. Cewek itu merogoh sesuatu dari dalam tasnya.

"Bangun." suruhnya.

"Mau ngapain? Badan aku lemas banget, Yang."

"Bangun, terus buka bajunya. Nggak usah banyak tanya kalau mau sembuh."

Jeffrian langsung menarik selimut nya lagi lalu menatap ngeri ke arah Roseline. "Aku lagi sakit gini mau kamu ajakin olahraga ranjang, Yang?"

"Bisa nggak kalau mikir tuh yang lurus dikit. Jangan dikit-dikit ngewe mulu."

"Emang kamu mau ngapain?"

"Ngerik badan kamu."

"Hah? Di kerik?"

"Iya. Buruan."

Jeffrian pun menurut. Lelaki itu bangun dari tidurnya dan melepas baju yang sudah hampir basah karena keringat.

"Hadap depan." suruh Roseline.

Lelaki itu memutar tubuhnya menghadap depan. Dia bisa merasakan gerakan jari tangan Roseline yang mulai mengolesi minyak kayu putih ke punggungnya. Dan setelah itu Jeffrian merasa gesekan antara koin logam dan kulitnya yang menimbulkan rasa sedikit perih.

"Aww! Pelan-pelan dong. Sakit nih."

"Jangan cerewet kalau mau sembuh."

"Kamu nginep sini ya."

"Nggak. Gue nggak bawa baju ganti. Lagian besok masih harus kerja."

"Aku pinjemin ke Anita deh."

Roseline seketika langsung mengingat sesuatu. "Anita kayaknya suka sama lo deh."

"Hah?! Ngomong apaan sih?" respon Jeffrian.

"Dia kayaknya nggak suka sama gue. Dari tadi ngelihat ke gue sinis banget. Lo kalau ada cewek disini kenapa masih minta gue datang? Kayaknya Anita lo suruh-suruh juga bakal nurut."

"Lah dia kan pacarnya teman aku. Kamu yang pacar aku. Ngapain minta tolong orang lain."

"Serius lo nggak tertarik sama dia? Gue lihat-lihat dia oke juga kok."

"Dia lagi hamil anak orang. Ya kali aku embat juga. Lagian dari awal aku juga nggak begitu tertarik sama dia. Orangnya agak genit dan suka ikut campur urusan orang lain."

"Lagi hamil? Terus kenapa dia ada disini? Lo berniat ngajak dia selingkuh?"

Jeffrian langsung menoleh ke belakang dan menatap kesal ke arah Roseline. "Aku nggak pernah selingkuh, sayang. Nethink banget kalau sama aku."

Roseline menepuk bahu Jeffrian dan menyuruh lelaki itu untuk menghadap kedepan lagi.

"Terus kenapa dia ada disini? Berduaan doang sama lo di apart lagi."

"Pacarnya lagi ada masalah sama keluarganya. Terus mereka berdua maksa numpang disini karena lagi kebingungan nyari tempat tinggal. Aku nggak tau pasti sih, tapi kayaknya hubungan mereka nggak direstui orang tua cowoknya. Buktinya si cewek hamil di luar nikah terus malah sekarang lagi kena masalah."

Roseline terdiam sejenak. Dia mengingat sesuatu yang tidak begitu dia ingat.

"Gue kayak nggak asing sama Anita deh. Entah pernah ketemu atau cuma kebetulan doang." kata Roseline.

"Kebetulan doang kali. Yang aku tau Anita tuh simpanannya temenku."

"Cantik-cantik ternyata pelakor. Mana udah di hamilin juga lagi."

"Udah ah nggak usah ngomongin orang lain." kata Jeffrian. "Eh aku mau nginap di rumah kamu aja ya malam ini." ujarnya.

"Lo ada apartemen, ada rumah juga tapi kenapa suka numpang di rumah orang sih."

"Males disini soalnya tiap malam aku selalu dengar suara desahan Anita sama pacarnya. Terus aku mupeng pengen juga, tapi aku yakin kamu bakal bunuh aku kalau aku berani minta seks ke kamu."

"Tinggal sewa cewek club kalau emang lo mau. Kenapa harus bawa-bawa gue."

"Kamu nggak lupa kan kalo kita udah mulai pacaran? Masa iya kamu nggak marah aku main sama cewek club."

Roseline berdecak kesal. " Ya udah berarti lo yang harus tahan nafsu."

"Nikah aja yuk."

PLAKㅡ Roseline menampar punggung Jeffrian menghasilkan cap lima jari yang membekas di kulit putih lelaki itu.

"Pikirin dulu kehidupan sendiri sebelum berani nanggung kehidupan orang lain. Emangnya nikah cuma sekedar ngewe doang."

"Salah mulu aku tuh."

"Udah diam, jangan kebanyakan ngomong. Nanti makin lama sembuhnya."





END...

Udah sampe sini draft nya guys hehehehehe..

Apakah cerita ini seru dan buat kalian tertarik?

Continue Reading

You'll Also Like

5.7K 1K 11
manusia itu dinamis, jadi tunggu saja ia berubah pikiran sampai kamu bosan.
44.2K 6.6K 18
"Bagaimana bisa anda tidak bertanggung jawab atas apa yang sudah anda lakukan pada saya?" Tentang Rose yang tidak ingin terikat dan Jeffrey yang teru...
SIMFONI By Naz

Fanfiction

4.5K 430 7
Kisah klasik, yang akan berlangsung dengan sejuta kejutannya. Tidak ada yang bisa meramalkan masa depan, dengan tepat. Enjoy your time.
101K 7.4K 28
Namaku Rosaline. Sama seperti tokoh yang ditulis oleh William Shakespeare, mungkin aku tidak ditakdirkan untukmu. Rosaline adalah tokoh figuran yang...