The Apple of My Eye

By Choc0straw

21.3K 2.4K 289

It's not about who comes first. It's who will always stay there to the end. It's not about who's making a big... More

Prolog
1| The Gate
2| The Ants and Sugar
3| Tampan, Mapan, Beriman
4| Chitato ; Life is Never Flat
5| Temen Tapi Demen
6| The Step
7| The road, GPS, and Missed
8| The Divide Between Souls
9| The New Chapter
10| The Day We...
11| The Double-Sided Coin
12| Time Flies So Fast
13| Asmalibrasi
14| The Opportunity
16| The Difference
17| The Begin
18| The Mixed Feeling
19| The Unification
20| The Awkward Moment
21| The Struggle
22| Is Everything Fine?
23| The Whalien 52
24| The Journey
25| I Always Remember You
26| The Truth Untold
27| The Letters
28| Anyone Else But You
29| Bekasi VS Everybody
30| The Current Season
31| Always Me
32| My Half on You
33| End of The Road
34| The Agreement
35| The Apple of My Eye
Epilog

15| The Planning

386 51 1
By Choc0straw

_____

Rembulan malam ini tampak bulat sempurna. Gelapnya langit malam bak kanvas yang terlapisi cat hitam tanpa celah. Cahaya itu bersinar terang, menunjukkan kedudukan atas keelokan paling unggul yang tak akan bisa diraih oleh siapapun.

Hampir setengah jam gadis ini menghabiskan waktu di atas JPO. Memandang kesempurnaan langit malam dengan kendaraan yang tiada henti melewatinya di bawah sana.

Kaila tidak mengerti, kenapa fasilitas ini sangat jarang digunakan oleh masyarakat sekitar. Padahal kalau berdiri disini di malam hari, sangat cukup membantu merefresingkan diri kala melewati hari yang menguras energi.

Peraduan cahaya langit malam dan cahaya dari bangunan-bangunan kota sangat memanjakan mata. Seolah menyerap semua rasa lelah yang ada.

"Ngapain di sini?"

Gadis yang bertumpu pada pembatas jembatan, menoleh ke sumber suara. Raut terkejut kala memandang sosok tinggi menjulang, berdiri di dekatnya. Pendar cahaya bola mata hazel ini tampak kembali normal. "Lo lagi?"

Jake hanya tersenyum. Tak ada yang bersuara setelahnya. Hanya kebisingan lalu lalang kendaraan. Angin malam menyapu anak rambut Kaila lembut. Gadis itu kemudian kembali memandang jalanan.

"Lagi ngapain malam-malam di sini? Gak takut?" tanya Jake ulang.

"Baru juga jam tujuh,"

Jake ikut bersandar. "Jembatan ini jarang banget dilewati. You must be carefull, gak semua tempat terbuka itu aman. Apalagi lo cewek,"

"Being a woman doesn't mean we don't dare to do anything. We are not that weak."

Jake tertegun. Sebentulnya sejak awal, pria ini sudah mampu menilai bahwa Kaila tidak semudah itu diajak komunikasi. Apa lagi didekatin.

Benar-benar tipekal yang harus dikejar, bukan mengejar. Tipekal yang harus didekatin secara halus, bukan secara gamblang.

"Iya tahu. Tapi bukan itu maksud gue. Sekalipun cewek bisa bela diri, alangkah lebih baik menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kan?"

Kaila membuang nafas pelan. "Lagi kepengen aja, gak tiap hari kayak gini,

Jake memandang Kaila dengan alis terangkat. Sadar kalau sedang diperhatikan, Kaila pun menoleh. "Kenapa?"

"Nope," Jake menggeleng.

Lalu, sekarang, Kaila yang balik memandang Jake dari samping. "Lo juga ngapain di sini?"

"Gue habis keliling main skateboard." jawabnya dengan pandangan yang menuntun Kaila untuk melihat apa yang ada digenggamannya.

Kaila berohria lalu mengangguk paham. "Sebelum gue lupa, gue pengen nanya deh,"

"Tentang?"

"Lo anak pindahan yang pernah viral di sekolah itu bukan sih? Soalnya gue gak pernah liat lo sebelumnya," mata Kaila menatap manik Jake.

Merasa asing dengan situasi ini, Jake memilih untuk membuang pandangannya. "As you know,"

"Kenapa milih buat balik kesini? Emang di sana gak enak? Lingkungannya bikin gak betah?" tanya Kaila penasaran.

Tidak ada raut takut. Tidak ada kegentaran di setiap ucapannya. Jiwa penasaran yang murni tanpa adanya unsur tebar pesona. Sungguh gadis yang tidak biasa.

"My parents died. That's why I came home and chose to live here." ujar Jake.

Bola matanya jelas melebar saat kalimat dari Jake masuk dengan mulus ke dalam pendengarannya. Kaila menutup mulut. Mengusap wajahnya panik. "Jake, sorry. Gue gak bermaksud—"

"Gak papa, there's nothing you need to worry about."

Bahu Kaila merosot. Perasaan tidak enak tetap menggerayangi hatinya. Gadis itu bahkan kini malah menatap Jake dengan perasaan bersalah. Kaila kembali bersuara. Menggigit bibit bawahnya. "Sorry,"

"Astaga, gue gak papa, Kaila. Gue sudah in a safe phase."

Lagi, butuh waktu bagi Kaila untuk merespon kalimat Jake. Memiliki orang tua yang tidak lengkap saja rasanya ada yang kurang. Apalagi kehilangan keduanya? Kaila tidak bisa membayangkan situasi itu.

Terlalu larut dalam pikirannya. Jake kembali bersuara, memecahkan keheningan diantara mereka. "Mau denger satu cerita gak?"

Kaila tidak bersuara, namun rautnya menunjukan kalau ia penasaran.

"Ini tentang kupu-kupu. Yang lahir tanpa tahu siapa induknya. Dari telur bahkan mereka sudah ditinggal, tapi mereka bisa tetap berproses menjadi larva, lalu menjadi kepompong, yang bergelantungan di bawah cuaca yang gak menentu,"

Jake memilih bertumpu di pembatas jembatan. Sejenak memandang Kaila yang mulai larut dalam ceritanya.

"Begitu lahir, mereka bisa bebas ke sana kemari mencari makan sendirian di dunia yang bahkan mereka gak tahu gimana cara kerja hukum alam di sini. Sebebas-bebasnya mereka mencari makan, gak semua bunga memiliki nektar yang bisa mereka hisap,"

Gadis ini masih terhanyut di dalam cerita Jake. Bahkan ia ikut menumpukan diri di pembatas jembatan.

"That's way kupu-kupu masih harus berjuang terbang dari satu bunga ke bunga yang lain untuk keberlangsungan hidup. Dan buktinya mereka bisa-bisa aja kan tumbuh menjadi kupu-kupu dewasa yang indah? Kupu-kupu aja bisa hidup seorang diri, masa gue gak bisa? I'm also not alone in this world, there are still people who care about me. If you want to be one of them, I'll let you."

Jake tersenyum, hingga matanya ikut menyipit. Menciptakan debaran jantung yang datang tanpa permisi.

Kaila tercengang lalu terkekeh renyah. "Foreign culture is still with you." katanya sambil menggeleng pelan. "Thanks udah berbagi cerita tentang kupu-kupu. And seeing you standing in front of me now makes me pretty sure you've grown well, Jake." Kaila menepuk bahu Jake beberapa kali.

°°°

Tidak ada yang spesial di hari Senin ini.

Kecuali seorang laki-laki yang kini berjalan kesana kemari, mendokumentasikan kegiatan upacara dengan kamera di genggamannya. Upacara kali ini sekaligus penyambutan secara resmi siswa/i baru oleh kepala sekolah.

Sesekali dahinya mengerut saat berkutat dengan hasil jepretannya. Sepertinya laki-laki itu juga tidak sadar bahwa ia menjadi pusat perhatian beberapa anak-anak perempuan, termasuk mereka para siswa yang baru masuk.

Laki-laki itu berjalan sedikit, mata mereka pun turut bergerak.

Laki-laki itu membidik kamera, mereka menjerit tertahan dibarisan.

"Agam makin kesini makin ganteng gak sih?"

"Lah pacarnya cakep, ya kali gak ikut glow up,"

"Yaelah diingetin lagi,"

"Sadar sadar, saingan lo spek bidadari,"

Dalam diam Kaila mendengar pembicaraan dari dua orang yang berdiri di depannya. Kaila mengerutkan dahinya geli. Apasih yang anak-anak sekolah ini lihat dari pria tengil itu? Tidak ada kata akhir mengenai topik kehidupannya.

Kaila lalu dibuat tersadar, belakangan mereka sudah sangat jarang berkumpul. Tidak ada waktu bersama di luar sekolah, karena sudah memiliki jadwal kesibukan sendiri-sendiri. Bahkan sudah tidak saling bertukar kabar tentang kehidupan masing-masing.

Simpang siur yang beredar, jujur, Kaila tidak mengetahui kebenaran dibaliknya.

"Eh dia motret kita gak sih? Senyum kali ya,"

"Ya Allah kapan lagi,"

Kaila memandang ke arah Agam. Membidik netra hitam legam tersebut, yang dibalas dari jauh. Tampak pria tersebut tersenyum miring penuh arti.

"Di senyumin dong anjir?!"

"Walaupun tampangnya kayak buaya kali deres, gue akui pesona dia emang di atas rata-rata,"

Sementara itu, Kaila kembali memperhatikan pidato penutup dari kepala sekolah hingga upacara berakhir.

°°°

Di tengah-tengah penjelasan guru di depan. Kaila menyibukkan diri di kursinya dengan menggambar sketsa sebuah baju.

Jake yang duduk di sebelahnya pun hanya menopang dagu, memperhatikan gerak gerik tangan Kaila. "Lo suka gambar?" tanya Jake akhirnya.

Gadis itu mengangguk. "It will be my job soon."

"Really? You wannabe a designer?" Jake memastikan.

Lagi. Kepala gadis ini tergerak untuk mengangguk. "Doain aja,"

Jake berdecak kagum. Pasalnya tangan Kaila begitu lihai dalam mencorat coret sketsa diatas kertas putih itu. Dan saat gambarnya sudah jadi sepenuhnya, Jake kembali dibuat terkesima.

"Such a talented girl," pujinya.

Kepala gadis ini menoleh lalu sedikit medongak untuk menatap Jake. "Lo pengen jadi apa?" tanya Kaila.

Tidak langsung menjawab. Kelopak mata itu mengedip beberapa kali. Lalu membenarkan posisi duduknya. Jake berdehem pelan sebelum bersuara. "Gue pengen jadi— gak tahu. Belum kepikiran,"

Kaila mendengus lalu memperhatikan hasil gambarnya. "Seenggaknya lo udah harus punya planning masa depan," katanya menasehati. "Hobi lo apa?"

"Hobi? Gue suka main basket,"

Ah. Seperti hal yang pertama kali Kaila tangkap dari Jake. Bola basket. Kaila lalu memperhatikan Jake dengan seksama, tubuhnya memang menunjukan postur seseorang yang gemar berolahraga. Masih tergolong pas untuk anak sekolahan. Tidak terlalu besar tidak terlalu kurus juga.

"Kayaknya lo cocok deh jadi model," celetuk Kaila.

"Ha?"

Kaila terkekeh dengan ucapannya. "Gak gak, gue bercanda. Ya seenggaknya lo harus menyiapkan planning buat masa depan dari sekarang. Jangan sia-siain waktu yang berlalu, udah kelas sebelas, gak lama lagi bakal jadi anak tertua di sekolahan,"

"Siap, Mom,"

Kaila berdecak. Beruntung sekarang ada guru di kelas. Kalau tidak habis sudah Jake kena cubitan mautnya. "Tau ah. Nyebelin lo."

"Ngambekan,"

Seiring berjalannya waktu. Kekakuan yang melekat pada diri kedua insan ini melebur menjadi sebuah kehangatan di setiap komunikasi yang terjadi.

____________________

Batin Kaila saat mendengarkan gosip anak-anak ;

- JPO : (Jembatan Penyebrangan Orang) yang biasa ada dijalanan raya.

Continue Reading

You'll Also Like

196K 1.7K 40
One Shots about the Formula 1 drivers. Requests are Open! Updates may be slow but I will continue updating!
2.9M 54.5K 17
"Stop trying to act like my fiancée because I don't give a damn about you!" His words echoed through the room breaking my remaining hopes - Alizeh (...
1.1M 57.9K 58
𝐒𝐜𝐞𝐧𝐭 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞〢𝐁𝐲 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 〈𝐛𝐨𝐨𝐤 1〉 𝑶𝒑𝒑𝒐𝒔𝒊𝒕𝒆𝒔 𝒂𝒓𝒆 𝒇𝒂𝒕𝒆𝒅 𝒕𝒐 𝒂𝒕𝒕𝒓𝒂𝒄𝒕 ✰|| 𝑺𝒕𝒆𝒍𝒍𝒂 𝑴�...
1.2M 113K 42
✫ 𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐎𝐧𝐞 𝐈𝐧 𝐑𝐚𝐭𝐡𝐨𝐫𝐞 𝐆𝐞𝐧'𝐬 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐚𝐠𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 ⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎ She is shy He is outspoken She is clumsy He is graceful...