Alpha Centauri

By nadanulis

70 21 0

Lima sekawan yang berjuang untuk mempertahankan peringkat paralel mereka sampai semester akhir, namun satu di... More

Perang Kelas
Ujian Semester
Liburan
Semester Baru
Problem level 1
Tentang Nilai
Camera, Roll, Action!
Problem Level 99
Consideration
Seek the Truth
Alpha Centauri

Come Play With Us

2 1 0
By nadanulis

Putra tiba di rumah setelah Sera. Melihat sepupunya itu sedang sibuk menggulir ponsel sambil makan pilus kesukaannya di sofa ruang tamu, Putra berdecih saja.

Brakk!

Suara sepatu yang Putra letakkan di rak itu sontak membuat Sera menoleh. "Kok baru pulang?" tanya gadis itu.

"Ekskul lah, emangnya elu nolep," jawab Putra malah meledek.

Sera mengernyit saja. Gadis itu tetap melanjutkan kesibukannya yang tadi, scroll laman twitternya. Sera sedang memantau apakah berita tentang Giu masih sering jadi bahan perbincangan di sana atau tidak.

Putra tak langsung pergi ke kamar. Cowok itu menghampiri Sera di sana, duduk di sampingnya. Tapi sebelum itu, bukan Putra namanya kalau nggak jahil sama sepupu sendiri. Putra tarik scrunchie Sera sampai rambut Sera yang tadinya rapi terkuncir jadi tergerai begitu saja.

"PUTRAAA!!" Sera berteriak melempar pilus ke arah cowok itu. Putra hanya tertawa puas di sana.

"Dasar nyebelin," sungut Sera kesal. Putra seakan tak peduli. Lelaki itu merebut paksa toples pilus dari genggaman Sera. Untungnya Sera sudah tak terlalu peduli pada camilan itu. Sekarang gadis itu sibuk menguncir kembali rambutnya seperti semula.

Putra meihat ke arah ponsel Sera. Sepupunya ternyata sedang mendengarkan sebuah lagu di sana, terlihat dari Sera memakai airpods di kedua telinganya.

"Teruuss!! Setel lagu Taylor Swift sekenceng itu apa nggak budek kuping lo?" sindir Putra sambil mengunyah pilusnya.

"Suka-suka lahh." Sera kembali meraih ponselnya dan lanjut menggulir layar benda pipih itu setelah usai mengikat rambut. "Komen aja jamet," cicitnya kemudian.

Putra yang mendengar lanjutan kalimat itu jadi terbawa emosi. "Dih ngatain lagi lu? Udah numpang, ngelunjak lagi," katanya.

Sebenarnya suara Putra harusnya tak terdengar oleh Sera karena gadis itu mengencangkan volume di ponselnya sedari tadi. Tapi entah kenapa, suara Putra terdengar jelas di telinga Sera hingga mengganggu ketenangannya.

Sera melepas satu airpodsnya kemudian menatap sepupunya datar. "heh! Gue tinggal di rumah lo cuma dua bulan doang ya, Put. Itu juga mami lo yang ajak. Akui aja lo cuma dianggep anak tiri sama mami lo kalau ada gue."

Wah, makin-makin menjadi lah emosi Putra.

Lelaki yang semula menyandarkan tubuhnya itu kini duduk tegak menghadap ke daerah lawan. "SIALAN LO SERA! ANGKAT KAKI LO DARI RUMAH GUA!" teriaknya.

Putra mengambil bantal sofa dan melayangkannya tepat ke wajah Sera. Tak terima, Sera pun melakukan hal yang sama. Mereka berdua jadi perang bantal di sana.

Lalu Mami datang bagai ibu peri yang sudah tak peduli pada keanggunannya. Mami berkacak pinggang di sana, menatap kedua anak itu sambil mengelengkan kepala.

"Terus!! Terusin aja terus!!" ucap Mami membuat keduanya akhirnya tersadar akan keberadaan wanita cantik itu di sana.

Putra dan Sera saling bertatapan. Kemudian tiba-tiba Putra menunjuk Sera asal. "Sera duluan Mi yang mulai!" tuduhnya.

Sera mengernyit tak terima. "Ih apaan sih lo kok fitnah gitu?"

"Ya emang lo dulu kan?"

"Lo dulu ya tadi jambak rambut gue!"

"Gue nggak jambak rambut lo ya sialan. Gue narik scrunchie lo doang!"

"Ya sama aja!"

Mami menghela napas. Wanita yang sudah siap dengan tas bermerk yang menggantung di lengan kirinya, dress abu-abu cantik, dan heels yang tak begitu tinggi itu menunjukkan bahwa ia akan segera pergi dari rumah.

"Putra udah ah, jangan sering-sering ganggu Sera! Kasian dia. Udah ya, Mami mau pergi arisan dulu sama temen-temen tk. Kemarin nggak sengaja ketemu di taman mini pas family gathering terus tukeran nomor hp dan sekarang kita adain meet arisan gitu deh. Seneng deh mami. Pamit yaa, assalamualaikum anak-anak baik."

Sera dan Putra yang tadinya dongkol satu sama lain, kini kembali saling bertukar pandang. Keduanya tertawa puas kemudian setelah memastikan mami keluar dari rumah.

"Apa kata Tante Lisa tadi? Arisan sama temen tk?" Sera masih belum bisa menghentikan tawanya.

Putra ikut receh di sana. "Mami ada-ada aja buset. Emang masih inget ya sama muka temen tk sendiri?" tanyanya entah pada siapa.

"Lo inget, Put?"

"Apa?"

"Muka temen tk lo," kata Sera membuat mereka lagi dan lagi tertawa bersama. Putra sudah tak kuat lagi. Remaja lelaki itu memutuskan untuk ke kamar saja berganti seragam. Sementara itu, Sera berjalan ke dapur untuk meminum segelas air putih.

Mereka berpisah untuk sesaat. Putra merebahkan diri di kasurnya. Hari ini sungguh berat, tak seperti biasanya. Karena Putra baru saja melakukan sebuah hal baru, meretas web sekolah bersama Nathan di lab komputer yang cctv nya rusak tadi. Putra jadi tahu bahwa Nathan pandai di bidang itu.

Di sisi lain, Putra pun merasa tak enak pada Giu karena sampai detik ini, mereka belum menemukan cara untuk membalikkan keadaan. Tapi Putra tak merasa ini sulit untuk dilakukan. Pemikirannya sudah ia atur seapik mungkin untuk selalu berpikir lurus ke depan, dan percaya bahwa semua pasti ada jalan. Walau jalan itu sekecil apapun.

Putra memejamkan mata sejenak, rasanya ingin menelepon Giu untuk menanyakan bagaimana kabarnya di rumah seharian ini? Karena kabar Putra sedikit tidak baik-baik saja tanpanya.

Putra jadi harus duduk sendiri seperti hari-hari Ragas. Biasanya Giu selalu banyak bertanya tentang pelajaran kepadanya, tapi tadi bangku kosong di sebelahnya membuat Putra merasa sedikit.... kesepian.

Mau bagaimanapun, Giu harus kembali bersekolah secepat mungkin.

Putra mulai menanamkan semangat itu. Ia pun berdiri untuk membuka lemari dan mengganti seragamnya dengan kaus hitam dan celana pendek andalannya di rumah. Selesai dengan itu, Putra mendudukkan diri di kursi belajarnya, berniat untuk membuka buku pelajaran dan mengulas kembali materi yang ia pelajari di sekolah tadi.

Baru lima menit Putra membuka buku, ponselnya tiba-tiba bergetar. Putra mencarinya dan menemukan bahwa ponsel itu masih berada di kasur sana. Putra duduk di kasur dan mengangkat panggilan grup dari Ragas itu.

"Halo—

"WOY CEPET BUKA GRUP, GUA KIRIM BUKTI KUAT UNTUK GIU DI SANA!!"

Putra langsung menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Suara teriakan Ragas langsung menusuk indera pendengarannya. "Kalem cuy kaga usah teriak-teriak gitu," komentar Putra.

"Buruan lo liat grup, Put. Ini penting. Emergency."

"Important," koreksi Sera di sana. Putra langsung membuka grup phoenix setelah mereka akhirnya terdiam. Karena yang baru masuk ke panggilan grup itu hanya Putra, Sera, dan Ragas saja. Sementara Nathan dan Giu belum.

Putra terduduk saat dirinya melihat file rekaman yang Ragas kirim ke grup phoenix itu. Rasanya jantung Putra berhenti sejenak sekarang. Berkali-kali Putra memperbesar tampilan layar ponselnya untuk memastikan apa yang ia lihat.

Dan semua yang ia lihat itu nyata. Putra benar-benar lemas dibuatnya. "Sinting," cicitnya kecil sebelum dirinya terbangun dari kasur dan langsung membuka pintu kamar. Bersamaan dengan Sera yang juga kini berdiri terdiam di depan pintu kamarnya.

Sera dan Putra saling bertukar pandang sejenak sampai gadis dengan scrunchie biru muda itu akhirnya terduduk lemas di lantai, masih sambil memegang ponselnya kuat-kuat. Sera terlihat mengulang kembali video yang Ragas kirim itu.

Ragas berusaha menjelaskan darimana dia dapat rekaman video itu. Rasanya Ragas sudah berbicara panjang lebar tapi Putra dan Sera tak kunjung meresponsnya.

"Woy lu berdua denger gua kan? Udah liat belum videonya?" ulang Ragas.

Putra mengangguk saja dari sini, tapi tentu itu tak membantu Ragas untuk mengetahui jawabannya. Ketiganya kemudian lanjut terdiam. Tapi tak lama setelah itu, suara Nathan tiba-tiba terdengar dari ponsel mereka masing-masing. "Sial, darimana rekaman video ini?" tanya Nathan.

Ragas tersadar. "Dari kamera gua, Nath. Asli gua baru inget pernah asal naro kamera pas sebelum pelajaran olahraga waktu itu. Terus pas balik kelas, gua liat kameranya masih nyala. Tadinya gua nggak kepikiran semuanya bakal kerekam di sana tapi lu liat dah sendiri. Sialan," desisnya panjang lebar.

"Gas, wah sial. Gua nggak bisa ngomong apa-apa," ucap Putra masih lemas setelah melihat videonya. Putra menatap Sera yang masih terduduk lemas di lantai rumah.

"Itu bisa jadi bukti kuat," kata Nathan penuh semangat. Rasanya Nathan ingin segera membunuh Arabella dengan video bukti itu sekarang juga.

"Bener, Nath. Bajingan lah," ujar Putra berkata kasar. Sera langsung meliriknya tajam dari bawah. "Putra," peringatnya. Putra lalu memejamkan mata dan berucap 'sorry' lewat mulutnya yang tak bersuara.

"Sumpah gila banget!" komentar Sera kemudian. "Itu Arabella? Beneran dia? Kok dia jahat banget sih kita ada salah apa coba sama dia? Ya ampun dia sampai ambil kunci kombinasi nomor loker Giu di tasnya. Dan semua gerak-gerik dia kerekam di kamera lo, Gas," lanjutnya masih kembali mencoba memutar rekaman video itu.

"Iya lah Ser!" Ragas berseru. "Lo tau sendiri meja gua di depan banget, mana posisi kameranya pas ngarah ke loker Giu. Giu mana nih dia belum connect ke panggilan grup?"

Yang lain seperti sudah tak peduli. Baik Putra, Sera, maupun Nathan kembali memutar ulang rekaman video itu. Tak puas-puas mereka melakukannya beberapa kali. "Sinting. Gue nonton berkali-kali," kata Nathan.

"Me too, Nath. Dia beneran sakit jiwa, Bella udah nggak waras. Dia perlu ke psikiater," imbuh Putra benar-benar tak habis pikir.

"Agaass, gue lemeess."

Suara Giu akhirnya terdengar di ponsel mereka. Giu terdengar terisak pelan. "GIU!!" panggil yang lain hampir berbarengan.

"See? Gue nggak mungkin ngelakuin hal menjijikan kayak gitu," ucap Giu. Sekarang gadis itu sudah mendapatkan kembali kepercayaan dirinya yang sempat hilang.

"Kita tahu, Gi. Makanya kita berusaha kuat dari kemarin buat cari bukti kalau lo nggak salah. Dan bener kan? Lo sama sekali nggak ngelakuin itu," ujar Putra.

"Bener! Dan lo semua harus berterimakasih sama Bang Janu karena dia yang nemuin video ini di kamera gua. Sumpah demi apapun, gua beneran nggak pernah periksa kamera setelah kejadian itu dan untungnya, gua belum hapus file-file yang ada di kamera itu," jelas Ragas lagi.

"Oh ya ampun, Kak Janu thank you so much. Gue mau ketemu sama dia dong Gas kapan-kapan," kata Giu.

"Iya. Ajak kita semua ketemu sama Bang Janu," imbuh Putra.

"Well, kalau dia nggak sibuk nanti gua bakal ajak kalian main."

"Jadi sekarang gimana? Kita kasih bukti rekaman kamera Agas ini ke Pak Alwi dan pihak sekolah?" usul Sera.

"Harus lah Ser! Gua nggak sabar pengen liat reaksi mereka kayak gimana nanti pas tau video bukti ini," jawab Ragas penuh semangat. Nathan dan Giu langsung setuju. Mereka hampir ingin melakukan hal itu sebelum tiba-tiba, suara Putra terdengar menolak.

"Jangan. Gua punya ide yang lebih bagus buat bikin Arabella jera, dan pihak sekolah malu secara bersamaan."

Sera menatap Putra penuh tanya sekarang. "Apalagi sih Put? Ide begituan nggak pernah abis apa gimana deh?" herannya.

Ragas tertawa menang. "Hahaha bagus Put. Apaan cepet kasih tau gua," katanya begitu terdengar excited dari sana.

"Sabar. Ah elah, nggak enak dah ngasih tau lewat call. Ketemu aja apa kita? Besok kan libur juga."

"Ribet, Put," komentar Nathan.

Putra berdecak. "Serius gua, Nath. Enak ngomong langsung biar seru gitu feel nya," katanya membuat Sera yang berada tak jauh dari lelaki itu langsung melayangkan satu pukulan di bagian betisnya.

Putra terkekeh sebelum kembali bertanya di panggilan grup mereka. "Giu lagi apa?" tanya Putra karena sedari tadi, gadis itu tak kunjung membuka suara.

"Lagi nangis," jawab Giu.

Sera langsung menekan tombol speaker di ponselnya. "Ih Giuu kenapa nangis?? Udah gapapa, kan kita semua udah dapet bukti kuat buat ngebela lo. It's okay yaa," ujarnya berusaha menenangkan teman perempuannya itu.

Nathan setuju, "everything will be okay, Gi. Jangan terlalu dipikirin dan semuanya bakal baik-baik aja abis ini," ucapnya.

Putra mengangguk-angguk. Makin tak sabar rasanya ingin membeberkan rencana gilanya kali ini. Putra yakin ini akan seratus persen berhasil dan dirinya tahu ide gilanya ini akan membuat Arabella, kedua orangtuanya, dan pihak sekolah malu.

Dan Putra menunggu hari itu tiba.

"Justru ituu," suara Giu kembali terdengar. "Gue terharu sama kalian. Kadang tuh kalian ada aja gitu yang bikin gue merinding sendiri. Gimana yaa jelasinnya..."

Putra terkekeh pelan. "Udah bff kita, Gi," ucapnya.

Ragas langsung tertawa kencang di seberang sana. "Mang eak? Mang eak bff??"

"Lu diem dah Gas," tuding Putra hampir ingin membanting ponselnya karena tak sanggup mendengar suara jahil Ragas dari sana. Semenatara itu, Sera terlihat tertawa di sampingnya.

"Jadi besok aja nih kita ketemuan?" ulang Nathan karena bobot pembicaraan mereka sudah kemana-mana sekarang.

"Iya besok aja dah. Pada bisa nggak? Di toko ice cream Nathan aja apa?" balas Putra.

"Bisa," kata Nathan setuju.

"Kenapa nggak di rumah gue aja sekalian? Toko ice cream Nathan terlalu publik buat bicarain ide lo yang udah pasti gila itu, Put," ujar Giu hampir ingin menangis lagi.

Sera yang semula duduk di lantai langsung berdiri dan menatap Putra. "Oh iya, kenapa nggak di rumah Giu? Biar lebih private obrolan kita?"

Putra mengangguk saja. Semakin yakin rencananya akan berhasil karena dukungan dari teman-temannya ini. Putra tahu potensi yang ada pada dalam diri Ragas, Nathan, Giu, dan Sera akan sangat membantu jalannya keberhasilan rencana ini.

"Oke boleh. Besok jam sembilan pagi," ucap Putra sebelum mereka semua akhirnya menutup perbincangan mereka sore menjelang malam itu.



****


Esoknya di hari minggu, anak phoenix berkumpul di rumah Giu. Seperti yang sudah mereka bicarakan di telepon grup sore itu, mereka memutuskan untuk membicarakan hal kemarin tentang rencana Putra di sini.

Dari awal mereka datang ke sini, mereka sudah berencana untuk memutar rekaman video kemarin dan melihatnya bersama-sama. Lagi dan lagi, entah sudah ke berapa kali mereka memutar rekaman video yang terekam di kamera Agas itu.
Nathan berdecak untuk ke sekian kalinya. "dia bener-bener ular."
"Ular sawah," timpal Agas.
Putra mempause video itu. "oke, cukup nontonnya."
"Gue belum puas. Ini beneran kayak adegan di film-film," kata Sera.
Giu meminum susu pisangnya yang ketiga. Selama menonton berulang rekaman video tersebut, Giu sudah menelan dua botol susu pisangnya.
"Apa yang dia mau dari gue? Apa dia mau bales dendam ke gue? Tapi karena apa?" Giu bergumam sendiri.
Putra menatapnya. Yang lain ikut berpikir juga apa motif Arabella melakukan ini kepada Giu.
"Mungkin nggak kalau gua bilang karena Giu udah pindahin tas Bella belek ke samping kursi gua? Tadinya kan tas Bella belek tuh di samping Nathan, terus waktu itu lo sempet ada adu mulut sama dia juga kan?"
Giu mengerjap. Agas benar. Waktu itu dirinya memang pernah sedikit emosi pada Arabella. Tapi bukankah itu wajar? Mengingat Arabella juga telah sesukanya memindahkan tas Sera dan dengan percaya diri akan duduk bersama Nathan.
Membayangkannya lagi saja Giu sudah muak.
"Childish," gumam Giu lagi sembari melamun.
Nathan menghela napas. Mungkin benar apa yang ia pikirkan waktu itu bahwa ini semua terjadi karenanya. Dan Nathan kembali merasa tak enak hati sekarang. "udah gua bilang semuanya mungkin aja salah gua," cicit Nathan pelan.
Tapi Sera, Giu, Putra, dan Agas sama-sama menggeleng mendengarnya. Mereka tidak ada sedikitpun berpikir kalau semua ini salah Nathan.
"Apaan sih Nath? Gue nggak sebodoh itu ya buat mikir semua ini salah lo," kata Giu. Yang lain mengangguk setuju.
"Sekarang bahas rencana lo, Put. Lo ada rencana apa?" Sera berusaha mengalihkan topik ke intinya agar Nathan tidak terlalu merasa bersalah lagi.
Putra terlihat bersemangat sekarang. Karena Putra yakin, ide nya kali ini akan sangat seru untuk dilakukan. Tidak percaya? Mari dengar penjelasan dari cowok itu.
"Oke. Ide utama gua adalah membuat seluruh warga sekolah SMA Royal tau video ini. Jadi, bukan cuma pihak sekolah dan para guru aja yang tau. Tapi semua siswa, staff, satpam, bahkan tukang kebun juga tau."
Giu mengerutkan alisnya. "gimana caranya?"
"Pakai kemampuan meretas Nathan," Putra menatap teman lelakinya itu.
"Karena gua tau Nathan bisa retas web sekolah, otomatis Nathan juga bisa retas komputer ruang pusat informasi sekolah yang didalamnya udah pasti ada seluruh nomor telepon warga sekolah."
"Nantinya, gua mau kita kirim bukti video rekaman ini ke nomor telepon atau nomor whatsapp seluruh siswa berbentuk link. Yang akan mereka pencet untuk menonton video bukti Bella melakukan ini. Link video itu akan kita kirim di waktu yang bersamaan. Biar semua orang sama-sama liat video itu, dan mereka bakal bahas ini bareng-bareng nantinya."
Agas melebarkan mulutnya sambil mengerjap. "Gila lo Put. Ini bakal jadi rencana tersusah yang bakal kita lakuin."
"Bentar, gua belum selesai," kata Putra menyela.
Yang lain masih menyimak dalam diam. Susah sekali untuk mencerna semuanya, padahal sebenarnya mereka pun sudah mengerti. Hanya saja kurang percaya dengan apa yang mereka dengar.
"Jadi nanti setelah semua orang liat video itu, kita bakal munculin Giu di televisi yang ada di setiap ruang kelas. Lo semua tau kan, tv ini bakal nyala di jam istirahat kedua? Nah, pas ini kita pakai buat Giu klarifikasi."
"Kita harus dapat persetujuan dari tim ekskul penyiaran dulu dong, Put?" tanya Sera.
Putra mengangguk. "gua punya banyak kenalan disana, Ra. Urusan itu gampang. Yang susah, pastinya karena kita cuma berlima. Untuk nyuruh semua kelas nyalain tv di jam istirahat kedua, perlu orang banyak. Gua yakin tim ekskul penyiaran gak akan mau ikut campur soal ini."
Mereka terlihat berpikir. Benar juga apa yang Putra katakan. Masalah seperti ini, pasti tim penyiaran tak akan mau repot-repot membantu. Karena kalau sampai mereka salah jalan, yang akan kena mereka juga.
Kelimanya berpikir keras untuk mendapatkan setidaknya secuil ide agar rencana Putra ini bisa berhasil sempurna. Kemudian Nathan tersadar setelah menemukan idenya. Lelaki itu menatap teman-temannya bergantian.
"Kenapa kita nggak coba minta bantuan anak Alpha Centauri? Gua yakin mereka juga bakal mau bantuin kita selesaiin rencana ini," kata Nathan.
Ragas menjentikkan jarinya ke udara. Bagus juga ide Nathan untuk melibatkan anak Alpha Centauri ke dalam rencana mereka. Yang lain juga sepertinya setuju dengan ide Nathan itu.
"Put, coba chat di grup Alcen dan bilang kalau kita butuh bantuan mereka," suruh Ragas. Putra mengangguk dan segera mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Mengetikkan sesuatu di sana, kemudian mengirimkan dua bubble chat yang notifikasinya langsung masuk ke ponsel Ragas, Sera, Giu, dan Nathan juga.




****



"Woah gila."

Di hari senin pasca upacara bendera dilangsungkan, Alpha Centauri berkumpul membentuk lingkaran seperti waktu itu di kelas. Kini mereka sedang sibuk melihat rekaman video yang Ragas kirim di grup kelas.

Semua orang merasa terkejut dengan apa yang mereka lihat di layar ponsel masing-masing. Beberapa diantara mereka saling bertatapan. Dan tak henti-hentinya kata 'gila' keluar dari mulut mereka semua.

"Ini kayak di sinetron-sinetron yang gua tonton sumpah gua nggak expect bakal liat ginian secara langsung," seru salah satu dari mereka.

"Bener banget. Woah ini udah kayak rekaman cctv atau kamera tersembunyi yang ada di acara reality show gitu juga nggak sih?" kata yang lainnya.

Putra, Sera, Ragas, dan Nathan tahu reaksi teman-temannya pasti akan sama dengan reaksi mereka waktu pertama kali menonton rekaman video itu. Terkejut, dan hampir tak bisa berkata-kata. Bingung ingin mengeluarkan komentar apa, dan berakhir mengulang terus video itu. Sampai merasa puas sendiri.

"Eh tapi ini cctv mana dah?" tanya Jordan tiba-tiba bingung sendiri. Bukannya waktu itu katanya semua cctv di sekolah ini sudah rusak? Kok Ragas dapat rekaman video seperti ini?

"Dari rekaman kamera gua, Dan," jawab Ragas. Semua orang menatapnya sambil menunggu kelanjutan kalimat cowok itu. "Jadi waktu itu gua pernah asal naro kamera yang masih nyala, ternyata kerekam semua kelakuan unpositif dia."

Yang lain langsung berisik lagi. Mereka sibuk bilang syukur karena akhirnya ada satu cara buat mereka bisa ngebela teman mereka yang sedang kena hukum di rumah sekarang itu. Tapi ada beberapa orang yang masih misuh-misuh juga, tak kunjung reda rasanya membenci gadis ular bernama Arabella itu.

"Orang gila ya si Bella. Jahat banget sumpah? Perempuan macam apa sih dia?" Marsha bersungut, masih dalam perasaan emosi yang membara setelah melihat video itu.

"Makanya gue sama yang lain mau minta bantuan kalian buat bikin Arabella jera. Kalian siap?" tanya Sera mulai angkat bicara.

"Siap ketua!"

"Siap bangetlah!"

"Spill rencana kalian abis ini. Kita semua bakal bantu sebisa kita."

"Yoii kapan kita nggak siap? Kita siap terus!"

Seruan dari anak kelas mulai terdengar bersemangat sekarang. Mereka sudah tak sabar sepertinya untuk mendengar langsung apa rencana anak phoenix kali ini. Semuanya terdiam ketika Putra mulai menjelaskan secara detail rencananya dari awal sampai akhir. Mereka semua berencana untuk melakukan ini di esok hari.

Katanya, lebih cepat lebih baik, 'kan?

Selesai memberikan penjelasan rinci mengenai ide gilanya itu, Putra tersenyum menatap teman-teman kelasnya bergantian. Mereka sedikit terkejut mendengar rencana Putra itu, tapi setelahnya mereka langsung bertepuk tangan heboh hingga membuat seisi kelas ramai karenanya.

"Woahh itu seru banget!" seru salah satu anak kelas. "Kok lo bisa kepikiran aja sih, Put?"

Putra terkekeh pelan. "Apa sih yang nggak bisa kita lakuin? Kita kan bisa semuanya, kita harus yakin sama semua potensi yang ada di dalam diri kita sendiri dulu. Iya nggak?" katanya.

Mereka sontak mengangguk kompak. Jaja mengangkat tangan hendak bertanya sesuatu. "Jadi tugas kita cuma nyebar ke seluruh penjuru kelas buat suruh mereka nyalain tv pas jam makan siang?"

Putra mengangguk dan menjentikkan jarinya ke udara. "Seratus! Kalian bagi tugas buat mencar ke semua kelas aja, pokoknya jangan sampai ada kelas yang ketinggalan nggak nyalain tv besok. Gitu doang sih, gampang kan?"

Mereka semua terdiam bersamaan tanpa menjawab pertanyaan Putra. Bukan, bukannya mereka mengklaim rencana ini susah. Tapi mereka hanya masih dalam keadaan terkejut dengan apa yang baru mereka dengar dari mulut Putra.

"Gimana guys? Aman nggak? Atau susah yaa?" Putra bertanya cemas karena teman-temannya terlihat sama-sama menunduk sambil melamun sendiri.

Tapi ketika mendengar pertanyaan dari Putra itu, mereka kompak mendongak. "Enggak, Put! Gampang kok itu, aman-aman!" seru Jordan yang langsung diangguki setuju oleh teman-teman yang lain.

"Iya tenang aja, kita semua pasti bisa ngelakuin tugas itu," imbuh Ezekiel dan Desy.

"Yoii jangan khawatir!"

"Iya kita siap kok!"

Putra lega. Ternyata teman-temannya bisa diandalkan. Putra tersenyum senang dan mengangkat kedua jempolnya di udara. Begitu juga dengan Ragas, Nathan, dan Sera. Mereka juga melakukan hal yang sama seperti Putra.

"Gua yakin ini bakal seratus persen berhasil. Putra, ide lo terlalu bagus!" Ragas mengarahkan dua jempolnya ke arah Putra sekarang. Putra membalasnya dengan dua jempol juga.

"Tapi kita butuh detail waktu untuk besok, Putra," ujar salah satu anak kelas.

"Oke." Putra mengangguk sebelum lanjut berbicara. "Rencana utamanya kan besok, di jam istirahat kedua tepatnya di jam makan siang. Lo semua tunggu aba-aba dari gua dulu baru abis itu berpencar oke?"

Mereka semua mengerti. Putra kemudian beralih menatap Nathan di sana. "Nath, lo bisa garap semua nomor telepon anak Royal kan? Soalnya kita bakal bagi-bagi link video itu lewat whatsapp anak Royal aja biar lebih gampang diakses."

Nathan mengangguk paham. "Aman, Put. Gua bisa ambil peran itu."

"Oke. Besok juga, lo sama gua posisinya di lab komputer kayak kemarin. Tapi bedanya, besok lo tinggal kirim link itu ke nomor anak-anak Royal aja jadi lebih singkat waktunya. Terus nanti Agas sama Sera stand by di ruang penyiaran pas abis bawa Giu ke dalem sekolah. Jadi, Jordan sama temen-temen yang lain tunggu aba-aba dari gua dulu. Nanti bakal ada kayak panggilan suara tiga orang gitu isinya gua, Agas, sama Jordan. Kita komunikasi lewat itu besok."

Putra menjelaskan lebih detail rencanya besok. Mereka kembali mengangguk bersamaan. Setelah memastikan semua teman-temannya mengerti dan tak ada yang bertanya lagi, Putra merogoh ponsel yang ia letakkan di saku seragamnya.

"Gua mau call Giu buat kasih tau kita baka pakai rencana itu besok," ujar Putra sebelum menempelkan layar ponselnya ke telinga.

Lima detik kemudian, telepon tersambung. "Halo, Gi?"

"Iyaa, Put? Gimana?"

"Semua anak kelas udah pada setuju sama rencana gua kemarin. Lo ikutin step-step dari gua ya, Gi," kata Putra.

"Hah serius? Ya ampun gue beneran makasih banget sama mereka. Terus ini gue harus apa, Put? Besok gue pergi ke sekolah atau gimana?"

"Iya, Gi. Lo ke sekolah besok. Nggak usah pake baju seragam nggak apa-apa, pake baju bebas lo aja. Tapi lo harus siapin kalimat buat klarifikasinya juga. Soalnya bakal Agas rekam pake kameranya buat bukti file jaga-jaga kalau ada media yang minta. Ini biar nama baik lo bagus lagi juga," jelas Putra.

"Gila lo sampe kepikiran ke sana. Makasih banyak yaa, Putra!"

Keduanya berbicara lewat telepon sampai Putra juga sudah memastikan Giu paham betul apa yang harus ia lakukan besok hari. Karena rencana mereka harus berhasil untuk memenuhi kepuasan dalam diri mereka juga.

Putra mematikan sambungan teleponnya kemudian menyapukan pandangan ke arah teman-temannya yang sedari tadi masih setia menatapnya. Putra tersenyum manis sambil tangan kanannya ia letakkan di tengah-tengah lingkaran kecil yang mereka buat itu.

Seperti sudah paham betul apa maksud dari itu, semua orang mengikuti gerakan Putra untuk menaruh satu tangan mereka menumpuk di tengah-tengah lingkaran.

Setelah semua tangan mereka saling bertumpukkan, Putra berdehem kecil. "Kalau gua teriak Alpha Centauri! Kalian semua jawab One Team, One Family yaa!" usulnya.

Mereka semua tertawa lebih dulu. Karena tak menyangka tiba-tiba datang yel-yel sontak seperti ini. Putra benar-benar membawa mereka semua ke gerbang penuh semangat dan tekad. Lalu setelahnya, mereka mengangguk saja mengikuti arahan dari sang wakil ketua kelas mereka itu.

"Oke. Gua yakin kita semua bisa ngelakuin semuanya besok. Walaupun susah, tapi kalau belum dicoba belum afdhol kan? Semoga kita semua bisa terus kompak gini karena kita ALPHA CENTAURI!!!"

"ONE TEAM ONE FAMILYYY!!"

Gemuruh tepuk tangan mendominasi ruang kelas mereka. Senyum dan tawa mereka terdengar setelahnya. Perasaan gembira campur haru setelah akhirnya mereka menemukan titik terang dari sebuah permasalahan adalah suatu hal yang tak dapat digambarkan dengan jelas.

Putra tahu teman-temannya punya potensi yang bagus untuk terus kompak dalam segala hal. Kelebihan yang mereka miliki dalam diri masing-masing juga mendukung bagaimana akhirnya mereka bisa membentuk suatu kerja sama tim yang kuat dari awal.

Putra senang bisa masuk ke dalam kelas ini. Putra senang karena selalu diberi kesempatan untuk ikut andil dalam memecahkan setiap masalah yang ada. Putra juga senang bisa mengenal berbagai macam sifat dan kelebihan teman-teman yang ada di kelas ini.

Alpha Centauri itu, selalu keren di mata Putra. Bahkan setelah ini semua terjadi. Putra menyeringai setelah ingat esok ia akan melihat kekalahan Arabella dengan mata kepalanya sendiri.

"Come play with us, Arabella."



****



Hampir setengah dari anak Alpha Centauri pagi ini nongkrong di kantin bareng. Mereka baru saja melakukan panggilan video dengan Giu di sana. Mereka juga sibuk mengobrol dan bercanda ria setelah Ragas kembali melakukan stand up comedy di hadapan mereka.

Suasana kantin jadi ramai karena suara berisik mereka. Sesekali anak Alpha Centauri mendapatkan lirikan-lirikan penuh iri oleh anak-anak kelas lain. Namun mereka tetap pada jalan yang sudah mereka buat sendiri. Persetan dengan omongan dan tatapan orang lain pada mereka semua, selagi mereka tak melakukan kesalahan, untuk apa mereka merasa takut?

"Giu di rumah tetep ada job pemotretan, gua kalau di rumah nyuci piring terus kayaknya," celetuk Abra membuat mereka semua tertawa lagi.

"Sama Ab, gue juga kalau lagi liburan beres-beres rumah. Si Giu malah kerja cari duit padahal duitnya udah sebanyak itu," imbuh Marsha.

"Tapi sumpah Giu tuh walaupun dia artis model terkenal tapi gue beneran salut sama kerendahan hatinya. Awalnya gue kira, Giu tuh anaknya bakal sombong atau tipikal orang kaya yang 'you can't sit with us' TAPI Giu sama sekali nggak gitu!" tiba-tiba Kei menceritakan first impressionnya terhadap Giu pada mereka.

Yang lain langsung pada berisik berseru. Mereka juga merasakan hal yang sama dengan Kei. Awalnya mereka selalu mengira Giu punya sifat sombong seperti artis-artis kebanyakan. Tapi ternyata Giu sama seperti mereka. Giu bersikap layaknya remaja seumuran mereka dan gadis itu bahkan punya aura positif yang selalu membuat mereka tersenyum ketika melihatnya.

"Makanya itu, masa iya orang sebaik Giu difitnah ngelakuin hal yang nggak mungkin dia lakuin?" ujar Sera. Sontak mereka semua mengangguk setuju.

Masih merinding rasanya mengingat-ingat adegan Arabella dengan sengaja memasukkan kotak perhiasannya sendiri ke dalam loker milik Giu lalu memfitnah gadis itu melakukannya. Tak pernah sebelumnya mereka menyangka ada juga ternyata gadis ular seperti Arabella di dunia ini.

Saat sedang berbincang seru, tiba-tiba dari arah pintu kantin, segerombolan orang masuk. Jumlahnya tak jauh beda dari anak-anak Alpha Centauri yang sedang nonkrong bareng ini. Tebak siapa mereka?

"Eh kelas Canopus tuh!" seru Ezekiel sambil menunjuk segerombolan orang itu.

Mereka semua menoleh bersamaan. Sialnya, anak-anak Canopus juga langsung menempatkan pandangan mereka ke arah anak kelas Alpha Centauri di sana. Jadilah para musuh itu berakhir saling tunjuk. Dan tentu saja, Arabella ada di barisan mereka bahkan gadis itu mengambil posisi paling depan bersama dua temanya yang lain.

"Eh eh eh ada rombongan ular kobra tuh guys!" seru salah satu anak kelas Canopus sambil menunjuk rombongan kelas Alpha Centauri.

"Pantesan suasana kantin jadi mencekam dan menakutkan kayak gini," celetuk yang lainnya.

Anak Alcen masih belum terpancing emosi sepertinya, terlihat dari bagaimana mereka memasang wajah tanpa ekspresi itu. Sebelumnya Sera sudah memperingatkan mereka semua untuk bersikap tenang saat berhadapan dengan orang-orang modal cocot seperti kelas Canopus itu.

Tapi bukan Ragas namanya kalau dia diam saja. Maka setelah mendengar celotehan kelas seberang itu, Ragas berseru, "yailah nggak apa-apa lah kita disebut ular kobra. Berarti kita banyak 'bisa'nya. Daripada kalian semua ular sawah, yang tak berbisa."

"Hahahaha,"gelegar tawa memenuhi kubu Alpha Centauri sekarang. Puas rasanya dapat mengalahkan si banyak cocot itu dengan sekali gerakan.

Arabella dan seluruh teman sekelasnya kini berbalik memasang wajah datar. Mereka memutuskan untuk mengambil duduk di seberang anak-anak kelas Alpha Centauri. Kedua kelas yang bisa disebut musuh itu sekarang tak lagi beradu mulut. Mereka mulai sibuk pada obrolan masing-masing.

Tapi celotehan anak Canopus sungguh berisik dan membuat seisi kantin terganggu. Hampir saja Jordan ingin berteriak dan memperingatkan mereka semua agar berhenti membuat rusuh. Tapi niatnya seketika terhenti ketika mendengar satu kalimat dari Arabella yang sangat kuat terdengar di telinga mereka.

Saat itu Arabella bilang, "gue beneran sedih banget guys. Kayak, selama gue di Alpha Centauri gue tuh tersiksa banget," ucapnya sambil sedikit menundukkan kepala.

Ah, drama apalagi yang akan gadis itu katakan hari ini?

"Jujur gua udah muak sialan denger suara nyebelinnya dia," bisik Jordan membuat yang lain langsung kompak menaruh jari telunjuk mereka di depan mulut. Mereka ingin mendengar lebih jelas dusta apa lagi yang akan Arabella katakan.

"Serius, Bell?"

Sepertinya anak kelas Canopus sudah mulai terjatuh dalam dramanya. Arabella mengangguk saja. "Beneran. Gue tuh tiap hari dibully, dimintain contekan tiap ada tugas, disuruh-suruh panggil guru ke kantor, sampai dijadiin babu tau nggak!" ucapnya lirih, dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Gila?" cicit Putra dan beberapa anak kelas Alpha Centauri yang kini sedang menatap gerombolan anak kelas Canopus itu di sana.

Belum sempat para anak Alpha Centauri mengelak, Arabella kembali berbicara dari sana. "Giu juga, padahal gue udah anggep dia kayak sahabat gue sendiri. Tapi ternyata dia orangnya sombong banget, dia selalu musuhin gue tiap di kelas," ujarnya lagi.

"WOYY!"

Jordan berteriak sembari menunjuk ke arah Arabella. Tapi buru-buru Marsha dan anak kelas yang lain membekap mulutnya. Sera menyuruh Jordan untuk bersikap tenang dulu sekarang.

"Eh gila dia woy! Join rumah sakit jiwa dah kata gua," ujar Jordan setelah dirinya mulai tenang.

"Sumpah mulutnya nggak pernah makan makanan halal kali ya?" sahut yang lain.

Sera kesal, tapi dirinya tak ingin anak kelasnya bertindak gegabah di sini. Karena jika terjadi perkelahian antar kelas, nama baik Alpha Centauri bisa lebih kotor dari kemarin. Maka dari itu Sera dan Putra berusaha bersikap tenang untuk saat ini.

"Guys guys tenang dulu. Inget kan rencana awal kita besok buat bikin mereka jera? Jangan dulu kepancing emosi," ucap Sera.

Putra mengangguk sambil bersilang tangan di depan dada. "Bener, kita nggak level main kotor kayak Arabella dan mereka semua. Kita bakal main cantik besok. Dan ayo kita liat, siapa yang deserve buat menang di masalah kali ini."

Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 86.7K 141
Soon to be Published under GSM Darlene isn't a typical high school student. She always gets in trouble in her previous School in her grandmother's pr...
4.1M 88.1K 62
•[COMPLETED]• Book-1 of Costello series. Valentina is a free spirited bubbly girl who can sometimes be very annoyingly kind and sometimes just.. anno...
65.8K 1.5K 78
Harry Potter x female reader °。°。°。°。°。°。°。°。°。°。°。°。 Cedric Diggory has a younger sister named Y/n and she's starting her fourth year at Hogwarts. H...
234K 6.9K 50
we young & turnt ho.