He is my wife

By jakehoon02

217K 20.8K 2.1K

sunghoon x jake Sunghoon hanya memenuhi keinginan sang bunda untuk menikah dan memberikan cucu. Dan ia memil... More

🌸
🌼
🌸²
🌼²
🌸³
🌼³
🌸⁴
🌼⁴
🌸🌸
🌼🌼
🌸🌸²
🌼🌼²
🌸🌸³
🌼🌼³
🌸🌸⁴
🌼🌼⁴
🌸🌸🌸
🌼🌼🌼
🌸🌸🌸²
🌼🌼🌼²
🌸🌸🌸³
🌼🌼🌼³
🌸🌸🌸⁴
🌼🌼🌼⁴
🌸🌸🌸🌸
🌼🌼🌼🌼
🌸🌸🌸🌸²
🌼🌼🌼🌼²
🌸🌸🌸🌸³
🌼🌼🌼🌼³
🌸🌸🌸🌸⁴
🌼🌼🌼🌼⁴
🌼🌼🌼🌼🌼
🌸🌸🌸🌸🌸²
🌼🌼🌼🌼🌼²
🌸🌸🌸🌸🌸³
🌼🌼🌼🌼🌼³
🌸🌸🌸🌸🌸⁴
🌼🌼🌼🌼🌼⁴

🌸🌸🌸🌸🌸

3.3K 420 88
By jakehoon02

Pagi datang di kediaman kakek Park, dan rumah bak mansion itu sudah ramai dengan keluarga Park yang memakai baju serba merah hijau.

Jaeyun dan Sunghoon adalah dua diantaranya. Mereka bergabung ke ruang keluarga dan mendapati para paman bibi dan sepupu tengah mengerumuni seseorang yang memakai kostum ala-ala santa.

"Kim Junji. Kim Nayoung. Choi Youngjae. Choi Nana. Cha Minhee. Dan si kecil Cha Saerom."

Anak-anak yang merupakan sepupu Sunghoon itu menerima kotak hadiah dari santa dengan perasaan riang. Dan tersisa dua kotak kado di dalam karung yang dibawa santa.

"Siapa ini yang belum dapat kado natal? Oh.. Park Sunghoon dan Sim Jaeyun."

Semua mata langsung tertuju pada pasangan yang baru datang. Jaeyun terlihat kikuk, sementara Sunghoon tampak sedang menatap pria yang menyamar sebagai santa itu. Well, meski tertutupi oleh janggut putih buatan, ia bisa mengenali dengan jelas siapa pria itu. Tujuh tahun memang lama, tapi 19 tahun adalah waktu dua kali lipat lebih lama dari hubungan persaudaraan mereka.

"Ambil hadiah kalian, Sunghoon, Jaeyun," seru bunda yang tampak lebih excited daripada anak-anak di sana. Mungkin saja karena ini pertemuan Sunghoon dan Jay untuk pertama kalinya sejak 7 tahun mereka berpisah.

Jaeyun pun menarik Sunghoon untuk maju dan mengambil masing-masing kotak kado dari tangan santa. Dan mereka pun akhirnya tak lagi jadi pusat perhatian setelah duduk di salah satu sofa yang masih kosong. Semuanya sibuk dengan kegiatan membuka kado masing-masing.

"Woah! Iron man!"

"Barbie!"

Pekikan ceria anak-anak mendapatkan mainan favorit mereka terdengar bersahut-sahutan di ruangan tersebut. Tak hanya mereka yang bersuka cita, orang-orang dewasa pun sama senangnya. Masing-masing dari mereka mendapatkan kado yang mereka sukai atau setidaknya berguna.

Jaeyun sendiri mendapatkan sebuah syal hasil rajutan sendiri yang sangat lembut dan hangat. Sambil tersenyum, ia lantas memakainya, dan baru menyadari bahwa Sunghoon masih belum membuka kotak kadonya.

"Hyung, mau kubukakan?" tanya Jaeyun sambil memegang tangan Sunghoon, membuat sang suami akhirnya berpaling padanya.

Sunghoon hanya menyerahkan kotak itu tanpa kata, membiarkan Jaeyun membukanya hingga mereka berdua tau apa isinya.

Sebuah pigura foto lama. yang bagian kacanya sudah retak. Tapi bukan itu yang mengejutkan Sunghoon, melainkan foto dua orang pemuda berseragam sekolah di dalam figura tersebut.

Jaeyun mengamati lekat gambar itu. Akhirnya dia tau bagaimana wajah sepupu Sunghoon bernama Jay itu. Iya tampan, tapi Sunghoon masih tetap lebih tampan darinya.

Pada saat yang sama, santa claus itu melepas topi dan janggut palsunya. Menampilkan wajah seorang pria berusia seperempat abad lebih setahun yang terlihat begitu tegas dan matang.

"Oh Jay!" seru paman Hansung saat mendapati bahwa santa claus itu adalah keponakannya yang telah lama menetap di Seattle. Mereka tampak berpelukan erat.

Jay membalas pelukan pamannya dengan senyum lebar. Bibi-bibinya yang lain termasuk sepupu-sepupu yang paling tua bergiliran memeluknya. Serindu itu mereka dengan sosok Jay yang memiliki kepribadian bertolakbelakang dari Sunghoon.

"Betah sekali di Amerika, huh? Kembali kesini kau sudah menjelma menjadi pria dewasa," komentar paman Hansung sambil menepuk-nepuk punggung Jay.

"Paman, kutebak kau juga akan betah sekalinya pergi kesana. Amerika itu keren tau," ujar Jay dengan jumawa yang bukannya membuat orang tak suka, tapi justru membuatnya terlihat seribu kali lebih keren.

"Jadi apa yang kau lakukan di sana? Party huh?"

"Eiy, meskipun penampilanku terlihat seperti itu tapi aku tidak begitu, Paman. Tidak mungkin aku kembali kesini kalau belum mendapatkan gelar master."

"Wah, ini sejarah baru keluarga kita memiliki seseorang lulusan kampus luar negeri. Kudengar kau mengambil jurusan hukum?"

Jay mengangguk bangga. "Ya. Sebenarnya bisa saja aku mengambil jenjang yang lebih tinggi atau bekerja di sana, tapi aku sudah terlalu merindukan tempat kelahiranku. Apalagi pamanku yang cerewet ini."

Tawa yang terdengar di ruangan itu sepertinya tidak menular pada Sunghoon. Sedari tadi pria itu hanya diam menatap Jay dengan tatapan sulit diartikan, sembari memegangi figura foto di tangannya.

"Jongseong-a, kau belum punya calon? Lihat, Sunghoon saja sudah hampir punya anak."

Ucapan bibi Aeri membuat Jay menoleh pada tempat Sunghoon dan Jaeyun duduk. Sunghoon masih menatapnya dengan cara yang sama, dan Jay balas menatapnya sekilas sebelum menatap Jaeyun sambil tersenyum lebar.

"Siapa tadi namanya? Sim Jaeyun ya? Cantik sekali."

Paman Hansung menepuk dan mendorong lengan Jay. "Jangan direbut, suaminya galak."

Gelak tawa terdengar lagi. Sunghoon benar-benar benci seolah tawa mereka sedang mengejeknya.

"Kalau kau belum punya calon, sama Wonyoung saja, Jay. Usia kalian tidak beda jauh kan."

Jay mendesis seolah sedang berpikir. "Bagaimana ya Bibi, sepertinya bakal kasihan kalau Wonyoung bersamaku, dia pasti akan kesulitan menghadapiku."

"Jay kalau tidur mengorok, Wonyoung-a. Kau pasti akan kesulitan tidur di malam hari gara-gara dia."

Gelak tawa terdengar lagi. Mereka benar-benar tidak memedulikan orang yang dibicarakan. Jaeyun menatap prihatin pada Wonyoung yang terlihat tidak nyaman dijodoh-jodohkan dengan sepupunya sendiri.

"Kasihan Wonyoung," gumam Jaeyun yang bisa didengar oleh Sunghoon.

"Orang-orang ini tidak akan berhenti sampai mereka mati nanti," ujar Sunghoon seraya memasukkan kembali figura foto itu ke dalam kotak, tidak ingin siapapun melihatnya.

Pagi hingga siang hari natal di kediaman Park berlangsung dengan semua orang mendengarkan cerita Jay tentang kehidupannya di Amerika. Mereka baru sibuk dengan urusan masing-masing saat sore hingga malam hari.

Jaeyun tengah mencuci piring bekasnya makan dan milik Sunghoon, sendirian, saat tiba-tiba Jay mendekat dan tanpa kata langsung membantunya mengeringkan piring.

"Hai, aku membuatmu terkejut?"

Jaeyun memang terkejut, tapi dia bisa menguasai dirinya dengan cepat. "Ah, Jay-ssi."

Jay tersenyum. Ia menaruh piring yang sudah kering lantas bersandar pada tempat cucian piring untuk menatap Jaeyun lebih dekat.

"Sunghoon punya selera yang bagus. Kau sangat cantik sebagai laki-laki."

Jaeyun tak bisa menutupi wajah tersipunya. Bukan karena pujian cantik, melainkan tentang Sunghoon yang punya selera bagus.

"Kau mungkin sudah mendengar tentangku dari Sunghoon, jadi kupikir aku tidak perlu memperkenalkan diri."

Jaeyun mengangguk.

Karena Jaeyun tak mengatakan apapun lagi, Jay menjadi semakin penasaran dengannya. Jaeyun sangat berbeda dengan Kazuha. Dulu saat Kazuha tau kalau Jay dan Sunghoon bersaudara, dia sangat gencar sekali menanyakan banyak hal, bahkan secara terang-terangan menggodanya. Meski ia tak tertarik, mempermainkan Kazuha ternyata menyenangkan untuknya. Walau sebagai bayarannya dia harus memutus tali persaudaraan dengan Sunghoon.

"Kau tidak ingin bertanya apapun padaku?" tanya Jay akhirnya saat Jaeyun sudah selesai mencuci semua alat makan.

"Hm? Bertanya soal apa?"

"Apa saja, kau tidak penasaran padaku?"

"Hm... bagaimana kabarmu?"

Jay tergelak. "Kabarku baik. Maksudku, kau tidak bertanya sesuatu yang berkaitan dengan Sunghoon? Aku bisa memberimu informasi cuma-cuma."

Jaeyun tersenyum. Ia mengeringkan tangannya dengan handuk kecil sebelum berdiri menghadap Jay.

"Kalau soal itu aku bisa tanya langsung pada suamiku, Jay-ssi."

"Ey, berhenti memanggilku dengan formal begitu. Panggil saja Jay hyung, kudengar kau setahun lebih muda dari Sunghoon."

"Ne, Hyung."

"Bagaimana kalau kita bicara sambil duduk?"

Jaeyun hanya mengikuti kemana Jay pergi. Mereka pergi duduk-duduk di area baca kediaman Park yang tidak dikunjungi siapapun. Kalau ditanya mana Sunghoon, suaminya itu sedang berbicara dengan ayahnya mungkin mengenai perusahaan. Jadi Jay mengambil kesempatan ini untuk berbicara berdua dengan Jaeyun.

"Hyung ingin bicara apa?" tanya Jaeyun to the point, membuat Jay menggeleng pelan.

"Tidak bisakah kita berbasa-basi dulu? Bukankah kau terlalu terburu-buru? Toh Sunghoon entah dimana."

Sebenarnya Jaeyun ingin segera berbaring di kasur karena dia merasa agak lelah. Tapi tentu dia tidak akan bicara terus terang pada Jay, lebih khawatir akan menyinggung perasaan sepupu Sunghoon itu.

"Baiklah, karena kau tidak ingin bertanya apapun padaku, boleh aku bertanya?"

Anggukan Jaeyun menjadi lampu hijau bagi Jay untuk mengutarakan rasa penasarannya sejak tadi.

"Bagaimana kalian menikah? Kupikir Sunghoon akan menolak menjalin hubungan apapun dengan orang lain setelah hari itu, kau tau maksudku kan."

Jaeyun mengusap-usap lengan sofa yang dia duduki. Dia lebih dari tau maksud Jay. "Itu terjadi begitu saja. Bunda ingin Sunghoon segera menikah, lalu bunda mengenalkanku padanya. Dan begitulah kami menikah."

Jay terlihat tertarik. "Kalian tidak pernah pacaran sebelumnya? Ah atau kalian pernah satu kampus dulu?"

Jaeyun menggeleng, membantah semua tebakan Jay. "Kami tidak pernah saling mengenal sebelumnya, Hyung."

"Wah, keren sekali. Tapi serius, kau sangat cantik, Jaeyun. Kalau kau belum menikahi Sunghoon, mungkin aku akan menyukaimu."

Jaeyun tak tau harus bereaksi seperti apa selain tersenyum seadanya. Dia mendadak merasa waswas dengan sikap Jay, mengingat dulunya Jay pernah merebut kekasih Sunghoon.

Dan tampaknya Jay menyadari gelagat orang di hadapannya. Ia mendengus dan tersenyum maklum.

"Tenang saja, aku tidak mungkin melakukan itu, Jaeyun. Aku sudah memiliki orang yang kusukai."

Pernyataan Jay membuat Jaeyun tertarik. Matanya berbinar seperti puppy yang menegakkan telinganya, membuat Jay terkikik geli melihatnya.

"Nona Nakamura?" Pernyataan itu terlintas begitu saja di kepala Jaeyun. Yang direspon oleh Jay dengan gelengan tenang.

"Bukan, tentu saja. Aku tidak pernah menyukai wanita itu."

Dahi Jaeyun mengerut. "Tapi dulu-"

"Sepertinya Sunghoon sudah cerita banyak padamu ya. Tapi yang kukatakan padanya dengan kenyataannya tidak sama."

Jay menghela napas. Menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa sebelum memulai ceritanya.

"Kau tau, Kazuha hanya ingin memanfaatkan Sunghoon. Saudaraku, maksudku suamimu itu, dia jatuh cinta pandangan pertama pada Kazuha. Itu pertama kalinya aku melihat dia sesuka itu pada seseorang. Dan taukah kau apa yang terjadi padanya?"

Jaeyun menggeleng pelan, menanti Jay melanjutkan ceritanya.

"Dia jadi bodoh! Aku sudah memperingatkannya untuk tidak mendekati gadis itu, tapi dia bebal sekali. Dia terlalu dibutakan oleh cinta sampai-sampai tidak percaya saat banyak orang membicarakan gadis itu yang sering berganti-ganti pasangan."

"Tapi nona Nakamura tidak terlihat seperti itu."

"Ah, kau sudah bertemu dengannya? Polos sekali kan wajahnya? Bak bidadari dari langit kata suamimu, haha."

Jaeyun hanya bisa meringis mendengar ucapan Jay. Terdengar sangat bucin sekali ya.

"Jadi alasanmu dekat dengan nona Nakamura?"

Jay mengendikkan bahu. "Aku hanya bermain-main sedikit dengannya. Dia mudah dirayu. Suamimu sangat bebal saat kuberitahu, jadinya aku mengambil cara itu untuk menjauhkan mereka."

Jaeyun akhirnya menyimpulkan bahwa maksud Jay itu baik. Hanya saja eksekusinya salah yang akhirnya membuat hubungan saudara Park itu merenggang.

"Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya pada Sunghoon?"

"Kalau aku mengatakan yang sebenarnya, mereka tidak akan putus. Sunghoon terlalu dibutakan cinta, dan Kazuha tipe orang yang bisa memutarbalikkan fakta. Lebih baik begitu. Aku tidak masalah disebut brengsek atau apa karena membuat pacarnya berpaling padaku. Justru dengan begitu dia semakin yakin untuk mengakhiri hubungan dengan wanita itu."

Jaeyun manggut-manggut. "Jadi itu sebabnya kau mengetesku barusan?"

Jay tergelak. "Ah, aku sudah ketahuan."

Jaeyun terkikik mendengar nada bicara Jay yang selalu terdengar ekspresif.

"Sebenarnya aku pulang ke Korea untuk bertemu dengan kekasihku. Sekaligus memenuhi panggilan kasus hukum di perusahaan Sunghoon."

Jaeyun mengerutkan dahi. "Kasus hukum? Kasus apa?"

"Bukankah kau sekretaris presdir? Masa iya tidak tau soal kasus pelecehan seksual di kantormu?"

Jaeyun menggeleng dengan tatapan bingung. "Aku tidak mendapat laporan apapun soal itu. Memangnya siapa saja yang terlibat?"

"Pelaku dan korban sama-sama dari divisi IT. Kudengar korbannya berstatus karyawan magang."

Jaeyun tampak berpikir sejenak. Ia mencoba mengingat-ingat siapa saja tim divisi IT, dan matanya sontak membelalak saat menyadari satu hal.

"Si-siapa nama karyawan magang itu?"

"Kim Sunoo."

Jaeyun mencelos. Dengan dramatis tubuhnya melemas. Menatap Jay dengan sorot tak percaya.

"Kau pasti berbohong padaku."

"Aku selalu bicara apa adanya, Jaeyun-ssi. Apa mungkin kau mengenalnya? Sunghoon tidak memberitahumu soal ini?"

Jaeyun menggeleng lemah. "Sejak kapan?"

Jay tampak berpikir sejenak. "Seingatku sejak pertengahan bulan lalu."

Itu berarti tepat di hari ulangtahunnya. Sunoo sedang menderita saat dirinya sedang bersenang-senang honeymoon bersama Sunghoon. Dan Sunghoon sudah tau tanpa memberitahunya?

Rasa bersalah langsung merayap di dada Jaeyun. Semua berjalan dengan cepat saat matanya berkaca-kaca, lalu benteng pertahanan itu luruh begitu saja. Ia menangis dengan tersedu-sedu, membuat Jay kelabakan sendiri.

"Hei hei, kenapa menangis? Jaeyun hei.."

Jay beranjak mendekati iparnya. Tanpa pikir panjang dia langsung merangkul pria yang lebih muda dan tidak menyadari bahwa Sunghoon datang dan melihat itu semua dengan rahang mengeras.

Semuanya terjadi begitu cepat ketika kerah pakaian Jay ditarik paksa sebelum wajahnya menjadi sasaran bogem mentah Sunghoon.

"Kau apakan suamiku, huh?"

Jay yang terjatuh ke lantai berkarpet itu tampak memegangi pipi kirinya yang berdenyut. Dia tampak memilih duduk dengan tenang daripada bangkit dan menantang sepupunya yang sedang dikuasai emosi itu.

"Kenapa tidak kau tanyakan sendiri padanya?" jawab Jay dengan berani, membuat emosi Sunghoon semakin tersulut.

"Kau—"

"Hentikan, Park Sunghoon!"

Teriakan Jaeyun terdengar cukup keras, sampai membuat para saudara datang mengerumuni mereka.

Sunghoon menatap pasangannya dengan tajam. "Wae? Dia membuatmu menangis kan? Kenapa tidak biarkan aku menghabisinya?"

PLAK!

Bunda Sunghoon terkesiap melihat adegan itu. Tidak hanya dia, bahkan termasuk Jay dan Sunghoon pun sama kagetnya dengan tindakan Jaeyun.

"Kau melarangku menghabisinya dan justru menamparku? Kalian melakukan apa sejak tadi sampai kau membelanya?"

Jaeyun menatap suaminya tak mengerti. "Hanya itu yang ada di pikiranmu mengenai saudara sepupumu sendiri, Sunghoon? Kau selalu berpikiran negatif pada semua orang termasuk padaku, pasanganmu sendiri. Apa kau tidak sadar kalau disini kaulah masalahnya?"

Sunghoon mengernyit. "Aku masalahnya? Aku memukulnya demi melindungimu, dan kau sebut aku masalahnya?"

"Ini bukan soal memukul—"

"Lalu apa?!" Sunghoon berseru keras hingga urat di lehernya mencuat. "Apa masalahnya? Katakan yang jelas, Sim Jaeyun!"

Sim Jaeyun...

"Hei anak-anak, tolong jangan bertengkar." Paman Hansung berusaha melerai dengan mencengkram lengan Sunghoon, namun keponakannya itu dengan kasar menepis tangannya.

Sebut saja Jaeyun orang yang sangat sensitif. Sebab dirinya merasa sakit hati saat mendengar Sunghoon memanggilnya dengan marga orangtuanya. Terlebih dengan bentakan, dan tatapan penuh amarah itu.

"Kenapa hanya diam? Jelaskan kalau aku memang masalahnya! Jelaskan kenapa aku masalahnya di saat disini kalian berpelukan dan membuatku berpikiran yang tidak-tidak. Jelaskan, Sim Jaeyun!"

Jaeyun mengepalkan tangannya. Di saat seperti ini dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Yang ada di hatinya hanya rasa sakit dari ucapan Sunghoon yang terdengar tidak memercayainya, membentaknya dan yang terutama adalah menutupi masalah Sunoo darinya. Ia sudah tidak tahan lagi.

"Aku benci padamu, Sunghoon."

Melayangkan tatapan terluka sekali lagi pada sang suami, Jaeyun pun segera angkat kaki meninggalkan ruangan tersebut. Mengunci pintu kamar tempat dirinya dan Sunghoon menginap.

Tbc

Happy jay day 🎉

Jujur aku sendiri ga berencana buat rilis chapter ini pas di hari ultah Jay, tapi ya ide untuk selesaikan chap ini pas di hari ini. Kebetulan banget di sini cast Jay muncul, as pebinor atau orang baik ya 🤔

Continue Reading

You'll Also Like

26.5K 3.1K 28
Jadi, gimana ceritanya kalo mantan jadi roommate? Baikan? Balikan? Apa jadi bencana alam? A Yeonbin au [COMPLETED] ✅ bxb ✅ yj as top; sb as bottom
38K 5.4K 26
Choi Yeonjun, mahasiswa tahun ke tiga yang terkenal sebagai sosok yang selalu berpenampilan nyentrik. Ia sangat percaya diri dan agak sedikit badung...
52.4K 3.6K 27
Beomgyu itu stalker!! Dan ia menyesali keputusannya untuk mencintai seorang psikopat seperti Taehyun. Note. Terinspirasi dari komik berjudul 'Killin...
1M 84.3K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...