Sweet Nothing

By ulagstn_

160K 10.3K 1.3K

Aiza tidak menyesali keputusannya untuk menerima lamaran dari Sulaiman, sekalipun Sulaiman adalah duda anak s... More

1. Namanya Sulaiman
2. Biodata
3. Tante Ibu
4. Kembali
5. Ayo Kita Menikah
6. Aiza Punya Mas
7. Mengenal Dan Memahami
8. Belajar Menjadi Ibu
9. Bergadang
10. Kelainan?
11. Jatuh Cinta
12. Siapa Kina?
13. Cemburu
14. Teman
15. Saingan
16. Dimana Aiza
17. Kemungkinan Terburuk
18. Kamu?!
19. Kembalikan Ibu Ai
20. Psychopath
21. Mas di Sini
23. Kembali ke Rumah
24. Love You Too
25. Sweet Nothing
26. Luka Itu
27. Pasar Malam
28. Salah Paham
29. Cinta Semuanya
30. Sumber Bahagia
Sweet Hope

22. Sayang Mas

5K 346 67
By ulagstn_


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Sudah dua hari Aiza di ICU, setelah semua hasil tes menunjukan kondisi yang membaik, hari ini Aiza akan dipindahkan ke ruang rawat. Sulaiman sudah menyiapkan semuanya, meminta ruang rawat yang nyaman, walaupun tidak sekelas vip tapi cukup untuk keluarga mereka jika berkunjung.

Sulaiman berjalan di pinggir brankar, menggenggam tangan Aiza sampai di dalam kamar. Perawat kembali menjelaskan apa-apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

"Hari ini boleh bersih-bersih ya, kalo Bapaknya butuh bantuan, bisa panggil perawat." Ucap seorang suster sambil memberikan wadah berisi air hangat dan handuk bersih. Sulaiman mengambilnya dan mengatakan akan melakukannya sendiri.

Setelah pintu tertutup, Sulaiman membuka hijab Aiza dan mulai mengelap wajahnya dengan pelan.

"Mas."
"Iya."
"Ibrahim mana? Kok ga jenguk Ai?"
"Mungkin besok, sekarang udah sore."
"Tapi Ai udah dua hari di ICU, masa ga ke sini sama sekali?"

Sulaiman menghentikan gerakannya sebentar, lalu kembali mencelupkan handuknya ke air. Benar juga, dua hari lalu Ibrahim menolak untuk pulang, tapi kemarin dan hari ini, ibu datang sendiri tanpa Ibrahim dan mengatakan Ibrahim tidak mau ikut.

"Mungkin besok, sayang. Nanti Mas telepon ya, suruh ke sini." Ucap Sulaiman diangguki Aiza.

Sulaiman mengangkat sedikit baju Aiza lalu memejamkan matanya sejenak melihat bekas luka Aiza yang belum sepenuhnya kering. Aiza langsung menurunkan bajunya membuat Sulaiman menoleh.

"Ga usah." Ucap Aiza pelan.
"Kenapa?"

Aiza menggeleng lalu memalingkan wajahnya, "Mas jijik ya?"

"Engga, kenapa harus jijik?" Sulaiman kembali membuka baju Aiza dan mengelap perut atas dan tubuh bagian atas.

"Mas sedih, bukan jijik. Mas ga bisa bayangkan gimana sakitnya kamu waktu itu. Maaf, Mas ga bisa temukan kamu." Sulaiman lalu menunduk dengan mata yang berkaca. "Maaf, Ai. Mas gagal jadi suami yang baik."

Sulaiman kembali mengancingkan baju Aiza dan memasangkan hijabnya dengan pelan, membenarkan posisi bantal agar Aiza lebih nyaman.

"Mas." Panggil Aiza mengulurkan tangannya, Sulaiman menerima ukuran tangan Aiza lalu duduk di sisi ranjang.

"Dia.. dia sentuh Aiza Mas hiks.." Ucap Aiza lalu menangis. Sulaiman memajukan tubuhnya dan memeluk Aiza.

"Maaf sayang. Maaf."
"Dia pegang pegang Aiza, Mas. Dia hiks.. Mas hiks.. maaf. Aiza ga bisa jaga diri hiks.."

Sulaiman menggeleng pelan, "kamu ga salah. Jangan minta maaf."
"Maaf hiks.. Mas boleh cerai-"

Sulaiman langsung mencium bibir Aiza dan menghentikan ucapannya. Aiza terus menangis sambil memegang lengan Sulaiman. Setelah beberapa detik, Sulaimam menjauh.

"Mas udah tersiksa kehilangan kamu sebulan kemarin, kamu mau siksa Mas lebih dari ini dengan minta cerai?"
"Bukan gitu hiks.."
"Kalo gitu jangan pernah ngomong kaya barusan. Kejadian kemarin sepenuhnya salah penjahat itu. Kamu ga salah Ai. Dan mungkin sebagian salah Mas karena lalai jaga kamu. Jangan pernah minta sesuatu yang ga akan pernah Mas kabulkan."

Sulaiman menyusut air mata Aiza. "Kamu terima Mas apa adanya, dengan semua kekurangan dan masa lalu Mas yang kurang baik. Lalu apa salahnya kalo Mas lakukan hal yang sama buat kamu? Kamu sempurna, Ai. Jangan pernah berpikir aneh-aneh ya? Mas cinta sama kamu." Lanjut Sulaiman lalu mengecup pipi Aiza.

Aiza malah semakin menangis mendengarnya. Sulaiman kembali memeluk Aiza dan mengusap kepalanya pelan.

"Mas cinta kamu, Aiza."

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
----✦----

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Sulaiman masih menjaga Aiza sendirian, dia menyerahkan urusan pekerjaannya kepada Tio dan timnya. Siang ini, setelah sholat dzuhur dan menyuapi Aiza. Sulaiman berniat untuk keluar sebentar membeli kopi. Saat keluar ruang rawat, dia melihat ibu dan Ibrahim di koridor.

"Kok ga masuk? Kenapa diam di sini?" Tanya Sulaiman setelah menyalami ibunya.
"Anak kamu ga mau masuk. Takut katanya." Ibu menunjuk Ibrahim yang cemberut.

Sulaiman berjongkok, melepaskan tas kecil di punggung Ibrahim.

"Takut kenapa? Katanya kangen sama Ibu Ai? Ibu Ai tunggu Ibrahim lho dari kemarin." Sulaiman mengajak Ibrahim untuk berjalan ke ruang rawat. Tapi, Ibrahim melepaskan tangan Sulaiman.

"Kenapa hm? Ibrahim takut apa?"

"Ayah huhuhu." Ibrahim langsung menangis, Sulaiman langsung menggendong dan menenangkannya.
"Kenapa nangis? Ibrahim takut di rumah sakit?"
"Iblahim takut Ibu huhuhu."
"Takut kenapa? Ibu ga gigit."

Ibrahim memukul bahu Sulaiman. Sulaiman tersenyum menyusut wajah Ibrahim. "Kenapa hm?"

"Kalo Ibu pelgi lagi gimana hiks... Iblahim takut Ibu pelgi kalena Iblahim nakal hiks.. Iblahim udah bilang benci Ibu hiks.."

Sulaiman menghela napas, "Ibu ga akan pergi lagi. Makanya Ibrahim masuk dulu, minta maaf sama Ibu ya. Waktu itu kan udah Ayah kasih tau. Kalo Ibu pulang, Ibrahim harus minta maaf sama bilang kalo Ibrahim sayang sama Ibu."
"Kalo Ibu malah gimana huhuhu."
"Ibu ga marah, Ibu kan baik. Ayo masuk dulu."
"Sebental hiks.."

Sulaiman menurunkan Ibrahim, membiarkannya menyusut wajah sendiri lalu Ibrahim menggandeng Sulaiman dan neneknya untuk masuk.

"Ibu benelan ga malah kan?" Tanya Ibrahim sekali lagi,
"Engga. Ayo."

Mereka bertiga masuk. Aiza yang baru saja memejamkan mata langsung menoleh.

"Ibrahim." Panggil Aiza tersenyum dan mengulurkan tangannya.

Ibrahim malah bersembunyi di balik tubuh Sulaiman. Aiza melihat ke arah Sulaiman.

"Kenapa?" Tanyanya tanpa suara.

"Hey, lihat dulu Ibunya, katanya kangen." Sulaiman menarik Ibrahim pelan.

Ibrahim dengan pelan melangkah ke depan sambil menunduk.

"Ibrahim kenapa?" Tanya Aiza.
"Ibu.."
"Iya? Kenapa sayang?"
"Ibu maaf hiks.. Iblahim ga benci Ibu hiks.. maaf Ibu, jangan pelgi lagi hiks.."

Aiza terharu, mengulurkan tangannya dan meraih tangan kecil Ibrahim. Sulaiman menggendong Ibrahim dan membiarkannya duduk di sisi ranjang.

"Iyaa Ibu tau kok. Maaf ya udah pergi lama." Ucap Aiza sambil menyusut air mata Ibrahim.
"Iblahim sayang Ibu Ai huhuhu."
"Ibu Ai juga sayang Ibrahim."

Ibrahim langsung memeluk Aiza membuat Aiza meringis.

"Pelan-pelan peluknya, Ibu masih sakit." Sulaiman langsung menurunkan Ibrahim.
"Maaf Ibu." Cicit Ibrahim.
"Gapapa, Ibu juga kangen peluk Ibrahim, nanti kalo Ibu udah sembuh kita pelukan seharian ya?" Ucap Aiza sedikit terkekeh.

Ibrahim mengangguk semangat membuat Aiza, Sulaiman dan Ibu tertawa.

"Assalamualaikum."

Mereka melihat ke arah pintu, ternyata Alam dan istrinya. Mereka masuk dan bersalam, menanyakan kondisi Aiza dan mengobrol santai. Alam juga memberi beberapa nasihat untuk lebih hati-hati, dan meminta Sulaiman untuk memperketat pengamanan di rumah. Bukan hanya untuk Aiza, melainkan mereka semua termasuk Ibrahim, apalagi setelah mendengar ancaman yang Faisal lontarkan tentang Ibrahim. Walaupun sudah bisa dipastikan Faisal akan masuk penjara, tapi kaki tangannya yang selama ini membantu menjaga rumah tempat menyandra Aiza, juga kemungkinan ada kaki tangan lain, belum tertangkap.

Menjelang sore hari, Alam dan istrinya pamit. Ibu juga mengajak Ibrahim untuk pulang sebelum maghrib.

"Iblahim mau sama Ibu."
"Besok ke sini lagi. Sekarang pulang dulu ya."
"Ga mau! Ayah aja di sini, masa Iblahimga boleh?"

Sulaiman menghela napas. "Ayah kan jaga Ibu."
"Iblahim juga mau jaga Ibu."

"Anak kamu, Man. Ga mau kalah sama Ayahnya sendiri." Sahut ibu terkekeh.

Aiza tersenyum, "kalo Ibrahim di sini, yang jaga bunga buat Ibu siapa?" Tanya Aiza. "Bunganya buat Ibu kan? Gimana kalo layu setelah seharian ga Ibrahim rawat?" Tanyanya lagi.

Ibrahim memanyunkan bibirnya dan akhirnya setuju untuk pulang. Sulaiman mengantar mereka sampai naik taksi. Setelahnya dia mampir ke kantin dan kembali ke kamar Aiza. Saat kembali, dia melihat Azam yang sudah ada di sana. Sulaiman yang tadi membeli kopi satu, memberikan kepada Azam.

"Mas harus terbang lagi sore ini, kalo ada apa-apa langsung kabarin ya?" Ucap Azam kepada Aiza.

Aiza mengangguk, "Mas terbang terus, kapan cari istrinya? Katanya setelah Iza nikah, Mas mau nikah."

Azam mendengus membuat Aiza terkekeh pelan.

"Ya nanti, lagian kamu juga baru nikah beberapa bulan."
"Sama Queen aja, mau ga?"
"Queen teman kamu? Engga ah."
"Kenapa?"
"Gapapa, nanti aja cari sendiri."

Mereka mengobrol sebentar, sebelum adzan maghrib, Azam izin untuk pergi. Aiza menyalami Azam. Sulaiman mengantar Azam sampai ke luar ruangan.

"Nitip Iza ya, Man." Ucap Azam sebelum akhirnya benar-benar pergi.

Sulaiman kembali ke dalam. Aiza sedang berusaha membenarkan posisi duduknya. Sulaiman langsung membantu dan menyimpan bantal di belakang tubuh Aiza.

"Ai mau wudu, boleh ya?"
"Tayamum aja ya, kamu belum kuat berdiri. Apalagi jalan ke kamar mandi."
"Coba dulu."

Sulaiman mengangguk, membantu Aiza untuk turun, tapi baru saja kakinya turun, Aiza langsung meringis. Sulaiman kembali menaikkan kaki Aiza dan meluruskannya.

"Tayamum ya." Ucap Sulaiman langsung diangguki Aiza.

Mereka sholat berjamaah, setelah selesai, Sulaiman membantu melipat mukena Aiza dan menyimpannya di lemari.

"Mas."
"Hm?"
"Mas beneran cinta sama Ai?" Tanya Aiza pelan.

Sulaiman berbalik melihat Aiza lalu mengangguk dan kembali menata lemari yang berisi bajunya dan Aiza.

"Jawab yang benar dong, Mas."
"Iya sayang. Mas cinta sama kamu. Udah benar belum?"

Aiza terkekeh lalu kembali meringis.

"Mana yang sakit?" Tanya Sulaiman langsung mendekati Aiza.
"Perut Ai nyeri. Nyut-nyutan gitu."
"Apa perlu panggil dokter?"

Aiza menggeleng, "Ai pengen tidur hadap kanan, bantuin."

Sulaiman mengangguk dan membantu Aiza untuk tidur miring, Sulaiman menyimpan bantal di sisi kanan untuk menjadi ganjalan perut Aiza dan satu bantal di belakang punggung Aiza.

"Nyeri?" Tanya Sulaiman.
"Engga."
"Nanti kita beli guling yang panjang bentuk huruf u ya, buat ganjal perut kamu, kayanya nyaman."
"Itu kan buat ibu hamil."
"Masa sih? Kalo ga hamil ga boleh pake?"
"Ya boleh sih."

Sulaiman tersenyum. Mereka mengobrol sampai waktu isya tiba, setelah makan malam dan sholat. Sulaiman kembali membantu Aiza mencari posisi yang nyaman untuk tidur, mematikan lampu dan duduk di sebelah Aiza yang sudah memejamkan mata bersiap untuk tidur. Sulaiman menggenggam tangan Aiza dan mengelusnya pelan.

"Mas."
"Hm."
"Ai mau bicara sesuatu."
"Apa?"

Aiza membuka matanya dan menatap Sulaiman yang juga sedang menatapnya.

"Aiza ga mau hamil." Ucap Aiza pelan membuat Sulaiman kaget tapi dengan cepat menormalkan raut wajahnya.

"Kenapa sayang?"
"Emm.. ga mau aja, sebenarnya Ai udah lama mau bilang ini, cuma ga enak sama Mas dan Ibrahim yang selalu bilang mau adik."

Sulaiman mengangguk pelan, "iya gapapa. Mas ga masalah."
"Benar?"
"Iya."
"Tadinya Ai mau child free, tapi kan Mas udah punya Ibrahim, jadi gapapa deh Ai jadi ibu buat Ibrahim. Tapi Mas beneran ga masalah?"
"Ga masalah. Ibrahim udah cukup buat kita. Kamu sayang Ibrahim juga kan?"

Aiza mengangguk.

"Ya udah, ga masalah. Asal kamu terus sama kita, itu udah cukup."

Aiza tersenyum, menarik tangannya yang Sulaiman genggam lalu mengecup tangan Sulaiman.

"Ai juga sayang Mas."

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
----✦----

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
Halo, terima kasih udah baca sampe akhir. Jangan lupa sholat dan ngaji yaa.

Btw, udah mau masuk bulan Ramadhan nih, ciwi ciwi udah pada bayar utang puasa belum? Jangan lupa yaaa 🩷

(Duda kita kecapean jagain istri)

See u 🧚🏻‍♀️

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
22 Februari 2024

Continue Reading

You'll Also Like

215K 10.8K 22
[SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS] BISA BELI NOVEL NYA DI SHOPEE FEVABOOKS❤️ Khadijah Qubilah Rumi. Adalah seorang santriwati biasa yang tiba-tiba di lam...
131K 10.3K 39
"Yayah! Mau kan jadi Yayah benelannya Aila?" tanya Aira dengan begitu gemas. Fadhil tersenyum lembut sambil mengusap puncak kepala gadis kecil di gen...
2.5K 206 36
🚫MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI! 🚫MAU PLAGIAT? BERPIKIR, CARI IMAJINASI BUAT MENULIS TUH SULIT! 🚫BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA DAN MENINGGALKAN JEJ...
2.8K 264 6
Akan berujung di mana langkah dan lembaran abu-abu ini setelah tanpamu? Kini sepanjang hidupku hanya berisi bagaimana kumenjalani hari dengan terus...