EFEMERAL [ 𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐓𝐄𝐑�...

By nanad_gabut

2.2K 281 26

( Tersedia di web indocamp.id \ bisa langsung pesan lewat DM Wattpad, Instagram & Tiktok yg ada di bio ) Ikut... More

Prolog
#1 Chayra & Gus Rafka
#2 Back Home
#3 Awal
#4 FlyNordic FN712
#5 Lelaki Setia
#6 Diperlakukan Berbeda
#7 Alzheimer
#8 Bandara
#9 Warkop Bu Dina
#10 Permulaan
#11 Jadi Pacarku
#12 Afgan Jail
#13 Bertemu Sahabat Ayah
#14 I Like Chayra
#15 Chayra\Cinta?
#16 Cemburu
#17 Anak Pesantren
#18 Sepatu Hilang
#20 Jadilah Pacarku
#21 Tipe cowok
#22 Cinta
#23 Halte Bus
PENGUMUMAN Efemeral Terbit?

#19 Can I Have You Forever?

30 6 0
By nanad_gabut

Pintu ruang kelas diketuk beberapa kali oleh seorang lelaki. Seluruh pasang mata dalam menatap lelaki itu dengan tanda tanya.

“Ada Kak Chayra?”

Chayra sontak mengangkat tangan kanannya. Lelaki itu menghampiri Chayra dengan menenteng kantong.

“I love you. Can I have you forever?”
Keempat gadis itu diam. Terkejut? Jelas. Donor keberanian dari manalelaki ini berucap seperti itu? Ucapannya membuat tubuh mereka membatu serta kerongkongan yang kelu.

“Jangan dijawab! Bilang aja ke orangnya langsung!” Ucapnya menunda Chayra berbicara.

“Maksudnya?” tanya Chayra.

Delima mencondongkan tubuh ke arah lelaki itu seraya mengamatinya dengan kepala miring. Sedangkan si empu meletakkan tas kecil bawaannya di atas meja.

“Dari Kak Afgan, dia yang suruh gue bilang begitu,”

“Terus apalagi?” tanya Chayra.

“Udah itu aja. Kak Afgan nggak bisa masuk kelas karena harus ikut tawuran versus sekolah sebelah.”

“HAH?!” beo Teresa, Delima, dan Namira bersamaan.

Delima menggertakkan gigi saat menyadari sesuatu setelah mengamati lelaki itu. “Lo anak OSIS kan?!” tangan kanan Delima naik meraih kerah seragam adik tingkatnya.

“I-iya Kak...”

“Beraninya lo nurut disuruh-suruh Afgan kayak gini! Angkatan berapa?!” Delima mengeratkan cengkeramannya pada kerah lelaki yang diketahui namanya adalah Dewa. Mereka melihat jelas nametag di seragamnya.

“Singanya ngamuk tuh!” cetus murid lelaki yang berada di sudut ruang kelas. Niatnya mengompori keadaan saat ini.

“A-ampun Kak. Saya dari angkatan tiga puluh dua. Tadi disuruh, dikasih uang jajan juga, jadi mau...” di kata terakhir Dewa meringis kecil.

“Pulang sekolah lo tunggu gue di ruang OSIS. Sampai gue nggak lihat batang hidung lo... Awas aja!”

Dewa memejamkan mata setelah Delima membentak tepat di depan wajahnya. Setelah itu cengkeraman Kakak tingkatnya lepas yang membuatnya bisa bernafas sedikit lega.

Teresa berdiri tegap di samping dewa. “Pimpinan, saya ambil alih. Siap... Gerak!!!” dengan intonasi suara tinggi nan tegas, Dewa sontak menghadap Teresa dengan posisi siap.

“Jangan lupa temui gue juga, Dek.” Lirihnya.

“Bubar!” Teresa berucap. Sontak Dewa berbalik kanan dan lari keluar kelas dengan terbirit-birit.

Delima, Namira dan Chayra bertepuk tangan, sedangkan Teresa mengangkat dagunya seraya tersenyum sombong.

“Sombong banget, heran gue.” Delima berkomentar.

“Kasihan banget tadi,” ungkap Chayra tak enak hati.

“Tenang aja Cha, urusan adik kelas itu serahin ke kita,” sahut Teresa.

“Kalau urusan Afgan, lo aja deh.” Imbuh Delima. Ketiganya tertawa lepas. “Tapi lo ingat, Afgan bukan cowok gentleman,”

Teresa menggeplak lengan Delima pelan. “Kenapa  gitu?”

“Ya... Soalnya dia nggak berani kasih ini ke Chayra langsung,” ucapnya sambil menunjuk bingkisan pemberian Afgan di atas meja Chayra.

Kecuali Namira yang tiba-tiba mengambil tas bingkisan di atas meja Chayra dan membuka isi di dalamnya.

“Eh, main ambil aja. Punya orang ini!” Teresa mengambilnya kembali lalu memberikan tas tersebut pada Chayra.

“Gapapa, buat kalian aja kalau mau,”
Namira tersenyum senang, di ambillah tas itu dan membuka isi di dalamnya.
“Coklat kacang isinya.”

“Aku alergi kacang,” tolak Chayra sambil meringis. Ia memang alergi kacang, berarti juga pernah memakannya. Chayra ingat saat itu di minggu setelah ia bangun dari koma, Niar memberinya cokelat kacang bermerek sama dengan pemberian Afgan ini. Tanpa beban atau hati yang terasa mengganjal, Chayra memakannya sangat lahap. Lalu beberapa menit setelahnya barulah rasa tak nyaman dialami.

Bahkan tak putus asa Chayra memastikan bahwa kacang tidak akan berbahaya baginya dengan beberapa kali mengecek ke dokter.

Pikirnya, coklat kacang itu enak. Sangat enak. Banyak orang bilang “Akan rugi bagi mereka yang tidak memakan coklat kacang.”

Karena cokelat kacang memang seenak itu...

“Oiya, ikut Olimpiade sama Tres ya?”
Chayra mengangguk. “Pak Agung yang minta. Kenapa?”

“Gapapa, bagus aja menurut gue. Kalian bakal sering belajar bareng dan jauh dari Afgan.” Opini Delima.

“Apasih, aneh-aneh mikirnya.”

“Gue dengar, Afgan ikut.”

...

“Sakit tau!” Ringis Cia seraya memukul lengan Afgan. Bisa-bisanya menumpahkan alkohol langsung di atas luka pada dahinya. Alhasil Cia berteriak merasakan perih yang sakitnya menjalar di kepala.

“Kan udah tau gue gabisa ngobati, kenapa masih ngikut?” geram Afgan.
Sulit melarang seorang gadis keras kepala dan sok kuat seperti Cia.

Tadi di tengah lapangan yang cukup luas, dua kubu bertarung sengit. Dari rumornya, katanya ada murid SMA Manggala yang diperkosa hingga hamil oleh murid SMA Tirta Bangsa.

Mungkin masalah ini bisa diselesaikan oleh lembaga sekolah mereka masing-masing, namun nyatanya tidak menjamin. Lelaki tak bertanggungjawab itu kabur entah dimana.

Dan bagaimana Cia bisa turut andil dalam kegiatan yang bisa disebut “Demo Murid SMA Manggala” ini?
Dengan sukarela Cia menyusul ke tempat tawuran terjadi. Ia tidak ikut bertarung, hanya bagian Sie P3K. Tapi nyatanya di akhir season, Cia terkena lemparan batu yang menghantam pelipisnya. Alhasil darah keluar dari ujung alisnya disertai lebam yang saat ini semakin membengkak.

“Nah, sekarang lo pulang, gue antar.” Afgan memberesi obat dan antibiotik kemudian meletakkannya di tempat semula. Tepat di dalam kamar lelaki itu.

“Ayo!” ajaknya seraya memakai hoodie berwarna putih dengan setelan celana pendek hitam selutut.

“Gue bilang gimana nanti?” Tanya Cia. Usutnya mencari alasan supaya bisa menginap di rumah Afgan. Toh juga di rumah ini ada beberapa asisten yang tidur disini.

“Biar gue aja yang ngomong sama Tante Niar.” Afgan meraih pergelangan tangan Cia dan mengangguk kecil untuk meyakinkan gadis itu.

Mana bisa seorang Cia menolak ajakan pangeran tampan Afgan. Berdirilah gadis itu dan tiba-tiba sebuah hoodie berwarna putih melayang ke arahnya. Afgan yang melempar.

“Itu masih baru.” Ucapnya sambil membuka pintu kamar.

Cia mengerucutkan bibirnya, tatapan gadis itu memelas melihat Afgan.
“Masih mau disini...”

Afgan menghela nafas. “Nggak bisa, di rumah ini cowok semua,”

“Bi Suni, kan ada.” Sergahnya.

“Beliau balik ke rumah. Hari ini anaknya pulang dari Sumatera.”

“Really? Yaelah, gue mau ngerasain feel nginap di rumah lo...”

“Next time aja...” waktu pernikahan gue sama Kakak lo. Lanjutnya dalam hati.Afgan keluar dari kamar meski Cia masih ingin merengek agar dibolehkan tidur di rumahnya. Bila tidak begini sampai jam 1 dini hari pun gadis itu masih menjadi penghuni kamarnya.

“Lo pulang dulu, Kak,” suruh Cia pada Afgan.

“Gue nggak disuruh mampir?”

Cia terkekeh kecil. “Di rumah gue cewek semua,” jawabnya mengulang ucapan Afgan ketika di rumah lelaki itu.

“Lo masuk dulu,” suruh Afgan.

“Nggak, lo duluan.” Cia mengulang perkataan yang sama.

Afgan menghela nafas, disentuhnya kedua bahu Cia, kemudian ia balik agar membelakanginya. “Kalau gini terus yang ada gue nginap di rumah lo.”

Cia berjalan memasuki rumah setelah Afgan sedikit memberi dorongan lewat bahunya. “Bye, hati-hati!” ia melambai pada Afgan sambil berjalan mundur.

Tak membalas lambaian Cia, Afgan menunggu sampai gadis itu masuk ke dalam rumah, pintu yang sebelumnya terbuka sudah ditutup Cia. Ketika mereka baru saja sampai.

Afgan lega, meski sikap Cia begitu keras tapi masih ada yang selalu menunggu gadis itu di rumah. Setidaknya masih ada yang sangat menyayanginya selain dirinya.

Ting

Ponsel Afgan bergetar beberapa kali di dalam saku hoodie. Ia penasaran pada isi ponselnya dan memutuskan mengecek di dalam mobil. Ada pesan dari dokter kepercayaan Papanya sore tadi.

Dokter Dinda
Selamat malam, saya dokter Dinda. Hari ini jadwalnya check up ya. Pak Hasan sudah menjelaskan gejala yang kamu alami.

...

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.1M 61.3K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
6.3M 677K 93
[SUDAH TERBIT + PART MASIH LENGKAP] "Ck! Gue bakal bikin lo nggak betah!" "Dan gue bakal tetep jagain lo." "Gue nggak bakal nurut sama lo, wlee!" ...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.9M 279K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
480K 5.8K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+