What Kind of Future? [END]

By AndyniRyuu2

69.5K 6K 399

Ryuzi Valerian adalah Remaja pengidap penyakit CIPA yang sudah parah. Ryuu seorang pasien tetap, dan keadaan... More

Prolog
Ch - 1
Ch - 2
Ch - 3
Ch - 4
Ch - 5
Ch - 6
Ch - 7
Ch - 8
Ch - 9
Ch - 10
Ch - 11
Ch - 12
Ch - 13
Ch - 15
Ch - 16
Ch - 17
Ch - 18
Ch - 19
Ch - 20
Ch - 21
Ch - 22
Ch - 23
Ch - 24
Pengumuman
Ch - 25
Ch - 26
Ch - 27
Ch - 28
Ch - 29
Bantu Jawab
Ch - 30
Ch - 31
Ayoo!!!
Ch - 32
Ch - 33
What Kind of Future
Ch - 34
Ch - Part of Ending
Ch - END
Mau Nagih
Tell Me Why?
Baca!

Ch - 14

1.3K 148 17
By AndyniRyuu2

What Kind of Future

Happy Reading

...

Ryu berlutut di depan sosok wanita cantik yang dikenal sebagai Nirmala. Setelah tinggal di dunia dengan berbagai kejadian tak terduga akhirnya Ryu kembali menghadap Nirmala di padang gersang tempatnya bertemu dengan wanita itu serta Uji.

Saat ini, Uji berdiri tepat dibelakang sosok Nirmala. Anak itu menatap iba Ryu yang berlutut dengan isakan yang terus terdengar bahkan dari semenjak ia datang tadi.

Sementara Uji merasa iba, Nirmala malah menunjukkan senyuman manisnya. Sosok cantik berambut panjang itu tersenyum senang mendengar isakan-isakan kecil yang keluar dari mulut sosok manusia yang tengah berlutut di depannya itu.

"Sudah kubilang kehidupanmu itu adalah karma dari mengakhiri hidup. Jadi, untuk kemunculan beberapa orang itu harusnya kau bisa menduganya bukan?" ucap Nirmala santai.

Ryu yang tadinya menunduk kini mendongak. Ia menatap wajah yang kini seperti tengah menikmati rasa sakit yang ia alami sekarang.

"Ibuku atau Ibu Uji semuanya bisa kuatasi. Tapi Joshua? Kenapa kau juga menghadirkan dia? Kenapa menghadirkan orang yang bahkan ingin aku lupakan?" tanya Ryu emosi.

Jujur saja, ia merasa tak adil dengan hukuman ini. Ia tak pernah memprotes apapun yang menjadi hukumannya, tapi Joshua? Menurutnya keterlaluan jika melibatkan Joshua seperti ini.

"Apa kau merasa jika hukuman ini tak adil?" tanya Nirmala dengan senyuman miring.

"Tentu! Joshua tak ada hubungannya. Dia hanya teman sesaat, untuk apa melibatkan dia?!" ucapan Ryu membuat sosok Nirmala terkekeh.

Sosok itu berjalan mendekat kearah Ryu, ia berjongkok dihadapan Ryu dan mencengkram kedua pipi Ryu dengan lumayan keras.

"Yang aku berikan padamu adalah karma manusia. Dan kehadiran orang yang berarti dihidupmu adalah bagian dari karma. Menurutmu, apa kau pernah berpikir tentang dia ketika memutuskan untuk mengakhiri hidup? Jika merasa tidak maka jangan protes seolah-olah kau yang paling tersakiti disini!" Nirmala melepas kasar cengkramannya hingga membuat wajah Ryu tertoleh.

"Aku rela siapapun dan apapun datang padaku. Tapi bukan Joshua! Jangan dia!" teriak Ryu frustasi.

Uji yang ada di belakang Nirmala ingin merengkuh Ryu yang saat ini terlihat rapuh. Walau bagaimana pun ia pernah ada di titik seperti Ryu. Ia bahkan juga sempat berencana bunuh diri, namun saat itu ia terselamatkan saja dari karma karena harus mati karena penyakit yang di deritanya.

"Nirmala, aku bisa mengerti kenapa Ryu harus menjalani hukuman. Tapi, tidak bisakah hukumannya diringankan? Ryu hanya meminta jangan libatkan lagi Joshua, ia hanya minta hilangkan Joshua dari list hukumannya." pinta Uji. Nirmala yang mendengar itu berdecih. Wajah yang semula tersenyum dengan cantiknya kini menatap datar pada dua manusia yang kini bersamanya.

"Setiap kejadian ada sebab akibatnya. Joshua muncul bukanlah kehendakku, dia hanya kebetulan terseret oleh karma anak manusia ini. Dan apapun yang kau katakan, karma tetap karma, tak ada toleransi tak ada tawar menawar. Yang kau tabur itu juga yang kau tuai, ketika seorang manusia tidak menghargai hidupnya, bukankah lebih baik mengajarkannya arti hidup dengan cara yang lebih keras?"

Ryu yang mendengar ucapan Nirmala barusan menutup wajahnya dan menangis dengan sesenggukan. Demi apapun dirinya merasa kewalahan dengan kenyataan yang ia hadapi saat ini, bahkan untuk memohon keringanan saja dirinya tak bisa, apakah ini memang hal yang pantas ia terima?

Tapi, bukankah ia juga terpaksa melakukan semua ini?

Ironis. Itulah yang terpikir oleh Ryu saat ini.

"Jika benar semua tidak bisa ku tawar atau kuringankan, maka cepat kembalikan aku agar hukumanku segera berakhir. Terserah padamu untuk memberikanku luka apalagi, aku sudah tidak peduli!" ucap Ryu sembari mengusap kasar air matanya.

Nirmala terkekeh melihat itu. Wajah datarnya kini telah berubah lagi ceria dengan senyuman yang seharusnya tak sosok itu tunjukkan di depan Ryu yang putus asa.

"Waktu untuk menjalankan karmamu memang sebentar lagi. Tapi, semakin berkurang waktu maka levelnya juga akan meningkat. Mulai sekarang kau akan berhadapan dengan lebih banyak lagi, dan apapun keputusanmu maka semuanya akan kau tanggung sendiri." ucap Nirmala.

Ryu hanya bisa terdiam pasrah. Dan setelah itu sebuah cahaya menyilaukan pun datang dan mengambil jiwa Ryu yang tadi berlutut di depan Nirmala dan juga Uji.

Melihat kepergian Ryu yang tiba-tiba, Uji hanya bisa menatap sendu. Ia tak bisa apa-apa walau sebenarnya ingin membantu. Anak itu hanya bisa menurut dan menangis dalam diam karena ini juga merupakan bagian dari hukumannya.

"Maafin gue karena nggak bisa apa-apa. Padahal perasaan gue juga masih ada diraganya, tapi gue nggak bisa bantu lo dan malah bikin lebih banyak luka buat lo.."

. . .

Jika di dunia nyata waktu yang telah Ryu habiskan dalam keadaan tak sadarkan diri adalah 5 hari.

Yap, semenjak kejadian Ryu yang collaps, anak itu telah terbaring tak sadarkan diri selama 5 hari lamanya. Selama waktu itu, ketiga temannya dan Veno lah yang menemani Ryu.

Jika ditanya kemana orang tua dari Uji? Jawabannya mereka bilang mereka sibuk. Tak ada satupun dari mereka yang menjenguk atau bahkan sekedar bertanya tentang keadaan anak mereka lagi. Mungkin hanya ayah Uji saja yang pernah menelfon Veno, itupun hanya bertanya soal tagihan rumah sakit. Tak lebih.

Klek

Pintu kamar rawat Ryu yang sepi itu terbuka. Erza, sebagai si pembuka pintu berjalan mendekat menuju Ryu yang masih terbaring itu.

"Masih betah aja lo tidur Ryu.." gumamnya seraya meletakkan kantung berisi makanan yang akan disantapnya bersama dengan Dikey dan Langit nanti.

Omong-omong, kebetulan Dikey dan Langit masih ada kegiatan klub disekolah, jadi keduanya terlambar datang hari ini.

Karena Erza hanya sendiri, pemuda itu memutuskan untuk duduk di sebelah ranjang pesakitan Ryu. Entah dorongan darimana, tangan Erza mengusap lembut pucuk kepala Ryu. Jika melihat anak itu sekarang, Erza jadi teringat dengan Joshua disaat-saat terakhirnya dulu.

"Kalo Josh masih hidup, kayaknya Josh bakalan bahagia banget deh bisa ketemu lo. Walaupun udah dalam wujud lain, Josh pasti bakalan tetep jadi sahabat lo.."

Erza ingat, saat kematian Ryu dirinya memang melihat Joshua memeluk jasad Ryu yang bahkan terlihat lumayan mengerikan. Joshua tanpa jijik terus memeluk serta mencoba membangunkan Ryu, dirinya tak peduli dengan tatapan para pasien lain, ia hanya mempedulikan Ryu. Hanya mmepedulikan anak itu seorang.

"Sayangnya Joshua nggak ada lagi Ryu. Dia nyusul lo nggak lama setelah lo pergi.." ucap Erza.

Meski tak menangis, Erza menundukkan kepalanya mencoba untuk menyembunyikan kesedihan. Mungkin bagi orang lain Erza akan dianggap cengeng, namun baginya yang merasakan kehilangan itu, mengingat nama dari orangnya saja tentu akan sangat menyakitkan.

"Gue kangen lo Josh.." lirihnya.

Tanpa Erza sadari, Ryu telah tersadar dari tidurnya yang lumayan panjang. Anak itu menatap langit-langit kamar dengan mata yang berkaca-kaca. Ryu tak terisak, ia hanya menangis tanpa suara ketika terbangun dari pertemuannya bersama Nirmala tadi.

Tanpa suara ataupun isak tangis, Erza mungkin tak akan menyadari jika Ryu sudah sadar. Namun, tangan Ryu yang meremat kuat sprai ranjangnya terlihat dari ekor mata Erza dan membuatnya tahu jika Ryu telah sadar dari tidurnya.

"Ryu? Lo udah sadar Ryu?" panggil Erza dengan wajah yang sumringah.

Namun, Ryu sama sekali tak merespon. Tatapan mata anak itu masih terpaku ke langit-langit kamar dan matanya pun masih deras mengeluarkan air mata.

Erza yang melihat itu tentu saja menyadari jika ada yang tak beres dari Ryu. Dengan segera Erza menekan tombol darurat yang ada di kepala ranjang milik Ryu. Sembari menunggu Erza terus memanggil nama Ryu, namun karena Ryu masih berada di alam bawah sadarnya anak itupun sama sekali tak merespon panggilan dari Erza.

. . .

Sementara itu disisi lain, Rena-Ibu kandung Joshua-tengah menangis tersedu-sedu di depan makam sang putra. Saat ini wanita itu tengah berkunjung ke makam sang putra karena hari ini bertepatan juga dengan hari ulang tahun Joshua putra semata wayangnya.

Rena mengusap nisan putranya dengan lembut. Meski sudah hampir setengah tahun berlalu, Rena tak pernah merasa lebih baik sepeninggal putranya. Selalu rindu, rindu, dan rindu yang ia rasakan setiap harinya.

"Putra Mama apa kabar nak? Disana Joshua baik kan? Nggak kesakitan lagi kan?" tanya lirih wanita itu.

"Mama belum bisa lupain kamu nak. Mama masih kangen sama kamu, apalagi kalo ke galeri, Mama pasti ngerasa kalo kamu masih hidup dan lagi ngelukis di suatu tempat." ujarnya.

Rena memang tak pernah absen merasakan rindu pada putranya. Kendati ingin melupa, Rena tetap terus mengingat dan merindukan sosok putra semata wayangnya yang sangat disayanginya. Bahkan, saking sayangnya Rena rutin mengunjungi makam putranya setiap satu minggu sekali.

"Papa kemarin bersihin kamar kamu nak. Waktu bersihin itu Papa nemuin diary kamu sama Ryuzi dulu. Diarynya mama baca, dan maaf gara-gara itu Mama nangisin Joshua lagi.." Rena mengusap air matanya yang mengalir dengan deras.

Wanita itu mengeluarkan sebuah kotak kaca dari tasnya dan meletakkan kotak kaca itu di atas tanah kuburan Joshua. Rena mengusap lembut kotak kaca itu sembari menahan tangisnya.

"Diarynya Mama kembaliin sama kamu. Nanti baca sama-sama bareng Ryuzi ya? Biar kalian bisa inget kalo kalian pernah bahagia bareng-bareng." ucap Rena.

Tatapan mata wanita itu mengarah pada pusara yang terhalang satu pusara dari milik putranya. Disana tertulis nama Ryuzi Valerian dengan sangat jelas.

Rena beranjak menuju ke pusara itu dan berjongkok disana. Berbeda dengan pusara milik putranya, pusara milik Ryu terlihat sangat tak terawat dan lumayan kotor. Maklum, walau Rena sering mengunjungi putranya Rena masih belum siap untuk sekalian mengunjungi sahabat putranya itu. Jujur ia masih mengingat bagaimana sedihnya Joshua saat kematian Ryu saat itu, dan karena itulah Rena tak pernah mendatangi pusara milik Ryu sampai hari ini.

Rena mengusap nisan milik Ryu seperti ia mengusap nisan milik putranya. Wanita itu sudah total menangis bahkan ketika dia berjongkok tadi.

"Maaf baru mengunjungimu nak. Maaf karena sempat memendam dendam padamu atas keputusanmu saat itu.." ujar lirih Rena.

Wanita itu menunduk sembari terisak dengan tubuh yang bergetar. Siapapun yang melihat pasti akan iba dan ikut merasakan bagaimana kehilangannya wanita paruh baya itu.

Tanpa Rena sadari, dari kejauhan seorang pria menatap heran pada sosok Rena yang menangis di depan pusara putranya. Pria itu memang berniat ke makam sang putra, namun bukan untuk mengunjungi, melainkan untuk membayar jasa perawatan untuk makam sang putra.

Matanya terus menatap dan menangkap gerak-gerik yang Rena lakukan. Namun, kendati menghampiri Rena untuk menuntaskan rasa penasaran, pria itu malah berjalan menuju ke arah dimana mobilnya terparkir. Ia benar-benar tak berniat menemui sang putra sama sekali.

Ketika akan masuk, pria itu sempat berbalik dan menatap kearah Rena lagi sebelum benar-benar memasuki mobilnya. Dirinya menatap sendu makam putranya dan berucap dalam hati.

"Walau bukan dari aku dan ibunya, ternyata Ryu masih mendapatkan air mata dari seseorang. Padahal dulu anak itu penyendiri, tapi ternyata itu hanya asumsi saja. Pada kenyataannya aku ataupun Hera tak tahu apapun mengenai Ryuzi.." Pria itu tersenyum miris, ia menyalakan mesin mobilnya dan mulai beranjak meninggalkan area pemakaman umum itu.

"Ternyata, putraku telah tumbuh sendirian tanpa peran orang tua disisinya. Dan ironisnya, saat meninggalpun tak ada yang berani menemuinya atau bahkan meminta maaf padanya.."

. . .

Terima Kasih sudah membaca

Dan sampai jumpa❤❤❤

Makasi buat kalian kalian yang udah mampir dan kasih Ryuu dukungan ya..

Btw gimana chapter kali ini? Seru?
Jangan lupa kasih bintang dan komen ya..
See you❤

Continue Reading

You'll Also Like

1M 112K 50
[PRIVATE ACAK! SILAHKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "NENEN HIKS.." "Wtf?!!" Tentang kehidupan Nevaniel yang biasa di panggil nevan. Seorang laki-laki yan...
30.7K 3.8K 9
William Chael, seorang pembunuh bayaran si penyuka tidur yang entah bagaimana bisa terbangun didalam raga bocah ingusan berusia 16 tahun? "Kenapa aku...
10K 409 6
Tentang Andrean dan Adrian. Kembar Skylie yang terpisah dari keluarganya. Berwajah serupa namun, dengan sifat yang bertolak belakang. Andrean yang b...
612 64 5
Evin membaca novel dan merasa kesal tapi tak disangka dia malah masuk ke dalam novel tersebut . . . . . . . . . . . bagaimana kelanjutan kisah evin y...