Hanna

Door luckybbgrl

1.4M 99.6K 2.1K

18+ Kayla tidak tahu, bagaimana bisa prolog yang ia baca dengan yang teman-temannya baca dari salah satu web... Meer

prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas🔞
dua belas
tiga belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh dua

empat belas

42.2K 2.8K 14
Door luckybbgrl

"Lepasin, Reg!"

Hanna berusaha melepaskan lingkaran tangan besar Regan di pinggangnya.

"Sttt, diem!"

Mendengar balasan Regan, gadis itu mengerutkan keningnya kesal. Tapi tak urung diam juga.

Kini keduanya tengah berjalan memasuki restoran yang merupakan salah satu bisnis usaha keluarga Widjaja.

Jelasnya, salah satu hotel besar di pusat kota yang merupakan milik keluarga Widjaja juga membuka restoran bintang limanya yang berada di lantai satu gedung yang sama dengan hotelnya.

Hanna malam ini mengenakan dress hitam di bawah lutut dengan model lengan puff yang elegan. Di lehernya melingkar kalung emas dengan liontin permata yang selaras dengan antingnya.

Rambut cokelat terangnya digerai rapi dengan anak rambut yang diselipkan di belakang telinga.

Sedangkan Regan, ia tampil rapi dengan setelan celana kain hitam dengan kemeja hitam yang cukup longgar di tubuhnya.

Keduanya tampak berjalan mesra, meski sebenarnya Hanna ingin menjauhkan dirinya dari Regan.

Tapi, karena sudah disuruh diam dengan maksud yang ia yakini adalah karena orang tua keduanya sudah siap di meja reservasi mereka, ia akhirnya diam.

"Malam Ma, Pa, Bun, Yah," Regan tersenyum menyapa keempat orang yang telah hadir duluan.

"Maaf ya telat, jalannya lumayan rame," lanjutnya dengan menatap satu persatu orang di sana.

"Iya, gapapa, kok. Kita juga baru nunggu sebentar, Nak Regan. Ayo duduk dulu!" Renata–Mama Hanna menjawab dengan wajah maklum.

Hanna menundukkan kepalanya sekali sebagai bentuk sapaan saat merasa ditatap oleh keempat orang itu. Ia merasa tidak perlu menyapa lagi karena sudah diwakili oleh Regan tadi.

Regan tersenyum mendapat jawaban dari calon mertuanya.

"Ayo, duduk, Sayang!" Regan berucap lembut sembari menarik salah satu kursi dan meraih lengan Hanna untuk mempersilahkannya duduk.

Hanna menatap Regan, kemudian duduk dengan manis di sana. Tatapannya memperhatikan Regan yang juga mendudukkan dirinya di kursi sebelahnya.

Mata Hanna memperhatikan wajah satu persatu orang yang duduk di satu meja makan dengannya.

Di sebelah kanan Regan terdapat sepasang suami istri yang ia tahu adalah Chika dan Bima selaku orang tua Regan.

Sedang di sebelah kirinya, ia juga menemukan sepasang suami istri yang asing baginya. Ia yakin, itu adalah kedua orang tua Hanna.

Mendengar Regan tadi memanggil empat panggilan yang berbeda. Ia yakin, kedua orang tuanya yang dipanggil Mama dan Papa, mengingat orang tua Regan dipanggil dengan sebutan Bunda dan Ayah.

Mama Hanna tak kalah cantik dengan Bunda Regan, bedanya hanya Mama Hanna tampak memiliki tatapan yang lebih sendu.

Papa Hanna juga sama tampan dan berwibawanya dengan Ayah Regan. Hanya saja, Papa Hanna cenderung lebih terlihat dingin dan pendiam.

Melihat betapa damainya wajah keduanya, membuat pikiran bahwa kedua orang tuanya merupakan orang tua yang baik dan menyayanginya memenuhi pikirannya.

Bibirnya menyunggingkan senyuman.

"Kabar kalian gimana?" Hanna dan Regan menoleh saat Renata–Mama Hanna kembali bersuara.

"Baik kok, Ma. Mama sama Papa?" Regan yang menjawab dengan nada suara yang menyiratkan perasaan senang.

"Baik juga, Nak Regan," Renata beralih menatap Hanna. "Mama denger kamu habis sakit, Sayang?" Hanna yang semula menundukkan pandangannya kembali mendongak.

"Cuma gak enak badan, Ma. Sekarang Hanna udah sehat," jawab Hanna dengan senyuman manis. Renata ikut tersenyum mendengarnya.

Hanna melirik ke arah Abimana–Papa Hanna sekilas, senyuman juga ditunjukkan oleh laki-laki brewok itu.

Perasaan lega dan senang memenuhi hati Hanna. Ia merasa bahwa jika suatu saat Hanna akhirnya memutuskan untuk mengakhiri pertunangannya dengan Regan, ia bisa kembali ke orang tuanya.

Meskipun awalnya ia sedikit ragu karena ketika sakit yang datang menjemput adalah orang tua Regan, bukan orang tuanya. Namun, kini perasaan ragu itu sirna.

Kedua orang tua Hanna, tampak tak seburuk itu.

"Syukurlah. Jangan terlalu buat Regan repot ya, kasian dia," Hanna tersenyum canggung.

"Ah, enggak repot kok, Ma. Hanna selalu nurut sama Regan. Jadi kalaupun sakit, Regan gak repot. Iya kan, Sayang?" Regan mengelus surai Hanna sembari tersenyum manis.

Hanna yang mendapat perlakuan itu menoleh dan ikut tersenyum semanis mungkin.

"Makasih ya, Sayang. Maaf selalu ngerepotin kamu," Hanna menyebikkan bibirnya seolah menyesal.

"Enggak, aku gak repot kok. Justru kayaknya aku yang repotin kamu, soalnya aku sering bertingkah," Regan kembali bersuara dengan tertawa pelan sebagai akhirannya.

"Maaf ya?" tangan cowok itu beralih dari surai ke pipi, mengelus lembut permukaan halus itu.

"Enggak, kok," jawab Hanna sekenanya berusaha terlihat mesra. Meskipun dalam hati ia sudah ingin muntah rasanya.

"Aduh, anak muda yaa. Mesra banget," celetukkan Chika mengundang tawa pelan dari Renata dan senyuman dari Bima serta Abimana.

Regan tersenyum lebar, sedang Hanna tersenyum malu, menyembunyikan perasaan muak dalam dirinya.

"Gimana kalau kita langsung makan aja?"

Persetujuan dari seluruhnya membuat Chika langsung memanggil waiters untuk memesan makanan.

Dinner rutin dua keluarga itu berlangsung dengan harmonis. Berisikan obrolan singkat dan ringan yang memang bertujuan untuk semakin mengakrabkan diri dengan yang lain.

Hanna dan Regan yang sebelumnya memang sudah melakukan briefing untuk terus bersikap mesra di depan orang tua mereka, melakukan hal itu sampai akhir.

Hingga hampir tiga jam kegiatan makan malam itu, masing-masing akhirnya pulang untuk beristirahat sebelum kembali ke aktivitasnya masing-masing esok hari.

••••

Hanna langsung melangkahkan kakinya begitu mobil milik Regan tiba di garasi rumah.

Regan yang melihat itu menatap sosok Hanna dengan kening berkerut.

"Kenapa lagi coba bocah itu?" gumamnya heran.

Pasalnya, langkah Hanna tampak tidak santai. Langkahnya cepat dan tak menoleh sedikitpun ke arahnya.

Seolah sengaja meninggalkannya sendirian.

Regan menutup pintu mobilnya dan menekan smart key-nya hingga membuat mobil hitam itu berbunyi. Berbarengan dengan itu, ia menghela nafas berat.

Langkah kaki panjangnya membawa masuk ke dalam rumah. Undakan tangga ia naiki satu persatu hingga langkahnya berhenti ketika berada di depan pintu kamar berwarna putih.

Tangannya terangkat, mengetuk pintu itu tiga kali.

"Han?"

"APA?!"

Sudut bibirnya naik sebelah mendengar nada ketus yang terdengar ngegas dari dalam sana.

"Gue masuk, ya?"

"MAU NGAPAIN MASUK?" kekehan kecil keluar dari mulut Regan saat lagi-lagi Hanna menjawab dengan ketus.

Cklek!

Hanna menoleh dengan kening berkerut kesal ketika pintu kamarnya terbuka, menampilkan Regan yang juga menatapnya.

Perasaan ia belum mengizinkan sosok itu untuk masuk, kenapa sudah masuk dan menutup pintunya lagi?

"Mau ngapain, sih?"

Tatapan Hanna mengikuti Regan yang melangkah mendekat ke arah ranjangnya.

"JANGAN TIDUR DI SITU!"

Buk!

Hanna menatap garang Regan yang tak mengindahkan peringatannya dan malah merebahkan tubuhnya di ranjang miliknya.

"BANGUN!"

Plak!

Hanna memukul cukup keras paha cowok itu yang memang paling dekat dan mudah ia jangkau.

"Jangan tidur di sini, Regan!" Hanna menatap tidak suka ke arah Regan. "Ayo bangun!"

Hanna meraih kedua tangan Regan dan menariknya kuat, berusaha membuat cowok itu bangkit dari posisinya.

Bruk!

"Awh!"

Bukannya Regan yang berganti posisi, malah Hanna yang jatuh terduduk di lantai karena Regan melepaskan kedua tangan Hanna yang menariknya kuat dengan sengaja.

Mendengar suara itu Regan beralih duduk, menatap Hanna yang duduk di bawah dengan tatapan mengejek.

Hanna yang sadar itu menatap balik Regan dengan tatapan permusuhan.

Regan membungkukkan tubuhnya, kedua lengannya bertumpu pada paha.

"Posisi kayak gini, bikin gue inget sesuatu," ucapan Regan mengundang kerutan di kening Hanna.

"Lo jongkok di bawah," Regan merubah posisinya menjadi berdiri dengan kepala yang menunduk menatap Hanna. "Gue berdiri di sini."

Hanna yang menyadari apa maksud perkataan cowok itu lantas segera berdiri. Wajahnya merah padam dengan berbagai kerutan kesal terpampang di sana.

"KELUAR LO, BANGSAT!" teriakan Hanna menggelegar, diikuti dengan tangan kecilnya yang mendorong tubuh Regan ke arah pintu.

Regan tertawa pelan mendapatkan reaksi yang menyenangkan untuknya. Ia juga pasrah didorong Hanna menuju pintu.

Gadis itu membuka pintunya, kemudian mendorong tubuh Regan keluar dan hendak menutup pintunya.

Namun, tangan besar Regan menahannya.

"Watch your mouth or i'll kiss you until your breath runs out," bisik Regan lirih sembari menatap dalam manik Hanna.

Hanna yang mendengar itu tertegun, tubuhnya merinding seketika.

"Gila!" umpatnya sebelum mendorong kencang-kencang pintu kamarnya dan menguncinya rapat.

Hanna menutup bibirnya dengan telapak tangan. Bayangan Regan yang mencium dan melumat bibirnya terlintas.

Kepalanya segera menggeleng keras-keras ketika perutnya terasa geli.

"Lo lebih gila, Hanna!" rutuknya sembari memukul kepalanya.

To be continue...

•••••

up pagi-pagi untuk menebus tdk up kemarin🙏🏻

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

1.5M 76.6K 40
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...
1.2M 104K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
Daffodil Door M

Tienerfictie

37.2K 7.9K 8
Tato yang bertuliskan 'Daffodil' tertulis jelas dikulit tannya. Kata itu tepat berada didada bidang pemuda itu. Mata gadis itu melotot melihatnya, pi...
5M 432K 50
-jangan lupa follow sebelum membaca- Aster tidak menyangka bahwa pacar yang dulu hanya memanfaatkannya, kini berubah obsesif padanya. Jika resikonya...