Hanna

بواسطة luckybbgrl

1.3M 98K 2.1K

18+ Kayla tidak tahu, bagaimana bisa prolog yang ia baca dengan yang teman-temannya baca dari salah satu web... المزيد

prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas🔞
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh dua

dua belas

49.5K 3.2K 58
بواسطة luckybbgrl

up lg nih, buat klean
yg jahatnya, gamau komen, hiks😞

•••••

Tok

Tok

Tok

Hanna melirik pintu kamarnya yang baru saja diketuk seseorang. Ia mengklik layar ipad-nya agar drama yang ia tonton berhenti.

Clek!

Gadis itu menelan salivanya melihat sosok Regan yang masih berbalut seragam masuk ke kamarnya. Ia menaruh ipad-nya dan beringsut mundur merapatkan diri pada headboard.

"Udah enakan?" pertanyaan itu terlontar sementara sosoknya menutup kembali pintu kamar.

"Mau ngapain?" Regan menaikkan sebelah bibirnya ketika mendapati pertanyaannya dijawab dengan sebuah pertanyaan lain.

"Udah enakan belum, Sayang?" Regan kembali bertanya ketika telah sampai di samping ranjang, tangannya terangkat mengelus kepala Hanna yang dihindari oleh gadis itu.

"Ck," cowok itu berdecak sebal sembari melemparkan paperbag ke depan Hanna. "Gak inget kemarin lo-"

"ENGGAK!" potong Hanna dengan memekik kencang dan menatap Regan sengit.

Menyadari reaksi Hanna, ia jadi yakin bahwa gadis itu mengingat kejadian semalam. Regan sontak tersenyum remeh.

"Kemarin en-"

"DIEM!"

Buk!

Hanna melemparkan bantal ke arah Regan sembari berteriak, tidak ingin mendengar perkataan Regan yang membahas kejadian kemarin.

"Mending pergi, deh. Mual gue liat muka lo!" Regan mengerutkan keningnya kesal mendengar perkataan Hanna.

"Lo siapa?"

Hanna yang baru akan menyalakan ipad-nya lagi mendelik mendengar pertanyaan Regan. Apa maksudnya pertanyaan itu? Apa ia terlalu kelihatan hingga Regan menyadari ia bukan Hanna asli?

Regan menarik dagu kecil Hanna kemudian membawanya mendongak menatap balik tatapan tajamnya.

Hanna lagi-lagi menelan ludah, ia sering kali dibuat seperti ini jika bersama Regan.

"Lo siapa ngatur-ngatur gue?" suara lirih yang datar itu membuat Hanna merinding juga lega di saat bersamaan.

"Kalo lo mual lihat muka gue, gue bakal bikin lo lihat muka gue seumur hidup!" senyuman seram mengembang apik di bibir cowok itu, membuat Hanna yang melihatnya dari jarak dekat semakin panas dingin.

Puas melihat wajah kicep Hanna, Regan menegakkan tubuhnya dengan tangan yang masuk ke saku celananya.

"Itu dari Felia, barang lo yang ketinggalan," Regan berkata sembari melirik sekilas paperbag yang tadi ia lempar.

"Lusa jadwal makan malem bareng. Bakal lebih bagus kalo lo gak banyak tingkah. Tingkah lo akhir-akhir ini bikin pusing. Kalo Bunda sama Ayah tau, gue yang kena," Hanna yang sedari tadi diam makin diam. Berusaha mencerna kata-kata Regan.

Merasa urusannya sudah selesai, Regan berbalik hendak keluar dari sana.

"Please, sadar diri. Tingkah lo juga bikin pusing," Hanna berkata sembari meraih paperbag di depannya.

Regan yang mendengar itu menghentikan langkahnya, membalikkan tubuhnya untuk menatap Hanna.

"Dari dulu gue gitu, dan lo gak masalah selama ini. Kenapa sekarang lo protes?"

Sedikit banyak, Regan cukup sadar bahwa Hanna mulai berubah. Kini gadis itu sering melawan, protes, dan menjawab kalimatnya.

Dulu, Hanna selalu diam dan menurut apalagi ketika ia ancam. Gadis itu juga tidak pernah menghindari ataupun berbuat neko-neko seperti pergi ke club.

Hanna, selalu hangat, lembut, dan perhatian padanya. Apa mungkin gadis itu mulai muak dengan sikapnya?

"Gue muak sama lo."

Bagai di sambar petir di siang bolong, hati Regan mencelos saat jawaban Hanna tepat sasaran dengan apa yang ia pikirkan.

Tidak ingin terlalu larut, ia segera pergi dari sana.

Hanna yang mendengar suara pintu tertutup mendongak, memastikan tunangannya benar-benar telah pergi.

Ia sebenarnya sudah mempersiapkan diri jika saja Regan akan membalasnya dengan sikap kasar atau kalimat yang menyakitkan.

Tapi, melihat reaksinya yang seperti itu. Sepertinya kalimatnya tak terlalu menyakitkan.

Gadis itu menghela nafas dan mulai mengecek isi paperbag yang tadi dibawa oleh Regan.

"Ya ampun, gue cari-cariin. Ternyata ketinggalan!" ucapnya senang ketika melihat ponsel dan juga dompet miliknya.

Dengan cepat ia meraih ponselnya dan menekan kunci layarnya. Mendapati layar itu tetap hitam, Hanna segera bangkit dan mencolokkan kabel charge untuk mengisi daya benda pipih itu.

••••

Regan mendudukkan tubuhnya di ranjang miliknya setelah melempar asal tasnya ke meja belajar. Cowok itu meraih ponselnya yang berada di saku baju seragamnya.

Bunda

| Kamu baik-baik aja kan
sama Hanna?

baik kok bun |

| Mama denger Hanna
gak masuk sekolah
| Bener?

iya bun |
hanna sakit |

| Periksain dong Kak
| Masa Hanna sakit ga dibawa
ke dokter
| Kamu calon suaminya loh
| Harus tanggung jawab

anaknya udah mendingan |
kok bun  

| Ya tetep aja Kak
| Bunda suruh Om Zaky
dateng ya

gak usah |
biar regan yg urus bun |
hanna aman sm regan |

| Yaudah kalo gitu...
| Baik-baik ya...
| Nanti malem Bunda ke sana

Regan melemparkan ponselnya sembari membuang nafas berat. Kesal sendiri ketika Bundanya menyebut nama Zaky.

Zaky adalah adik tiri dadi Bundanya. Ia masih cukup muda, umurnya 27 tahun dan sudah menjadi dokter.

Ia sangat tidak suka dengan laki-laki itu, karena pertama kali dia datang untuk mengobatinya ketika sudah serumah dengan Hanna. Laki-laki itu tidak lepas memandangi Hanna. Membuatnya yang sedang sakit harus menahan rasa kesal melihatnya

Regan menghela nafas berat, sebelum berdiri untuk mengganti pakaian. Ia berencana turun untuk menemui Bi Yanti.

Jika Hanna tidak ingin menjawab pertanyaannya, ia akan bertanya pada Bi Yanti. Apakah gadis itu sudah makan dan sudah enakan atau belum.

••••

"Regan, Sayang?"

Chika–Bunda Regan, masuk rumah dengan membawa beberapa bingkisan tergantung di tangannya.

Di belakangnya, ada Bi Ijah yang juga membawakan beberapa bingkisan lagi.

Regan yang mendengar ada yang datang turun ke lantai bawah untuk menemui Bundanya. Ia sudah tahu itu Bundanya, karena memang sebelum berangkat Bundanya mengabari terlebih dulu.

"Anak Bunda sayang," gumam perempuan akhir kepala tiga itu sembari memeluk anaknya setelah meletakkan bingkisan yang ia bawa di meja makan.

"Bunda sendiri?" Regan bertanya ketika pelukan keduanya terlepas.

"Iya, Ayah kamu lembur. Nanti pulang sekalian jemput Bunda. Tapi kayaknya gak mampir," jawab Chika sembari membuka bingkisan yang tadi ia bawa.

Regan mengangguk paham dengan penuturan Bundanya.

"Eh, Hanna sayang. Kenapa turun? Bunda baru aja mau ke atas nyamperin kamu," Chika menghentikan kegiatannya ketika menangkap sosok Hanna yang menuruni tangga.

Regan yang mendengar itu ikut menoleh ke arah tangga, matanya menatap lekat Hanna.

Hanna tersenyum canggung sembari mendekat ke arah calon mertuanya.

"Kan ada Bunda. Masa Hanna tetep di kamar aja," jawab Hanna berusaha tampak akrab meskipun ia merasakan kegugupan yang kental karena pertama kali berhadapan dengan Bunda dari Regan.

"Kamu di kamar aja juga gapapa, kok. Abis ini kan Bunda juga naik. Kamu kan juga lagi sakit, Sayang," ucap Chika penuh perhatian sembari mengelus rambut Hanna penuh kasih sayang.

Mata perempuan berumur hampir kepala empat itu salah fokus, namun segera ia alihkan agar sang empu tidak merasa canggung.

Hati Hanna menghangat mendengar penuturan Chika. Ia merasa dianggap seperti anak sendiri oleh sosok yang masih nampak awet muda meskipun sudah hampir di kepala empat.

Hanna menggeleng. "Enggak, kok, Bunda. Hanna udah enakan," sahutnya dengan senyum malu-malu.

"Beneran?" tanya Chika memastikan.

"Iya, Bunda," sahut Hanna berusaha meyakinkan.

"Yaudah, kita makan aja ya? Bi Yanti mana? Mau minta tolong ngeangetin sayurnya ini," Chika celingukan mencari keberadaan asisten rumah tangga yang khusus di bagian dapur rumah tersebut.

"Biar Hanna aja, Bun," Hanna hendak mengambil alih wadah yang berisi sayur dan lauk, namun segera ditahan oleh Regan.

"Gak usah, biar Bi Yanti aja. Aku panggilin," Regan segera melangkah, mencari keberadaan Bi Yanti.

Chika yang melihat itu tersenyum senang. Hubungan baik antara Regan dan Hanna yang selalu konsisten adalah pertanda baik bahwa memang perjodohan keduanya tidak hanya merugikan keluarganya.

••••

Chika melambaikan tangannya melalui kaca yang diturunkan ketika telah masuk ke dalam mobil.

Bima–suami Chika atau bisa disebut Ayah Regan, telah datang untuk menjemput. Segera saja Chika pamit undur diri.

Regan dan Hanna tentunya sempat bertukar sapa dengan Bima sembari mengantar Bundanya untuk pulang.

Mobil BMW X5 berwarna black shappire itu mulai berjalan meninggalkan pekarangan rumah yang hanya ditinggali dua remaja.

Chika menaikkan kaca mobilnya ketika sudah menjauh, kemudian menatap suaminya dengan raut wajah rumit.

"Kenapa?" Bima yang menyadari tatapan istrinya bertanya sembari menoleh sekilas.

"Mas, kayaknya Regan aneh-aneh deh sama Hanna," Bima kembali menoleh menatap istrinya bingung.

"Aneh-aneh gimana?"

"Masa tadi pas aku ketemu Hanna, aku gak sengaja lihat ada kiss mark di lehernya. Mana gak cuma satu!" Chika menatap suaminya serius, sedang yang ditatap melirik santai.

"Ya terus kenapa?"

Chika berdecak ketika tidak mendapatkan reaksi yang diinginkan.

"Ya bagus sih, berarti mereka emang baik-baik aja. Tapi, Mas," perempuan yang masih saja tampak menawan meski berumur tiga puluh lebih menatap khawatir suaminya.

"Tapi kenapa, Sayang?" Bima menoleh sembari mengelus kepala istrinya sebentar.

"Kalo mereka aneh-aneh terus Hanna hamil, gimana? Mereka masih sekolah loh?" Bima tersenyum mendengar penuturan Chika.

"Yaudah, dinikahin aja. Hanna ambil cuti sekolah, baru kalo udah lahiran sekolah lagi. Atau kalo gak ya homeschooling aja. Soal ngomong pihak sekolah, biar Ayah yang urus," Chika bungkam mendengar jawaban suaminya.

"Emangnya gapapa kayak gitu?"

"Bunda, Regan itu ambisius. Ayah udah mikirin solusi itu kalau-kalau Regan nekat ambil jalan yang gak bener buat ngikat Hanna supaya terus di sisinya," Bima menoleh ke arah istrinya lagi.

"Bunda juga tau sendiri, kan? Sengotot apa dia minta serumah berdua sama Hanna?"

Chika diam, membenarkan perkataan suaminya.

"Dari saat Regan minta serumah sama Hanna, Ayah udah nyiapin solusi dari segala kemungkinan terburuk yang bisa aja dilakuin Regan buat mertahanin Hanna di sisinya. Bunda tenang aja, ya?" Chika yang mendengar itu melirik sinis ke arah suaminya.

"Pasti kamu bercermin dari diri kamu sendiri pas muda. Ya, kan?"

Bima tertawa mendengar perkataan Chika. Mobil hitam itu berhenti karena lampu merah.

Chika memejamkan matanya saat Bima mengecup kening, kedua pipi, dan terakhir dan yang paling lama, di bibir.

To be continue...

•••••

mksi untuk smw org yg sdh baca dan vote
ak terharu bingits, hiksrot🥲

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

54.6K 7.9K 61
CHAPTER SUDAH LENGKAP. Pembalasan dibalik layar #1-revenge #1-adikipar #1-kiss Heppy Reading📖
CURSE WITCH GIRL بواسطة

الخيال (فانتازيا)

28.2K 720 38
Aku penyihir yang memikat pria dengan sihirku
4.8M 382K 41
-jangan lupa follow sebelum membaca- Aster tidak menyangka bahwa pacar yang dulu hanya memanfaatkannya, kini berubah obsesif padanya. Jika resikonya...
1.1M 41.2K 19
Cr : Pinterest "Kasihan banget nasib kamu Evelyn, kamu jahat karena semua milik kamu diambil protagonis wanita. Huft kalau aja aku jadi Evelyn, mungk...