Bukan Sang Pewaris

By luisanazaffya

48.3K 7K 339

Leon tak perlu mengerahkan kekuatannya untuk menarik tubuh Aleta ke pangkuannya. Selain karena tubuh gadis it... More

1. Bukan Sang Pewaris
2. Calon Tunangan
3. Pertunangan Tak Terduga
4. Gadis Cacat
5. Cinta Yang Tersembunyi
6. Malam Pertama
8 Cinta Anna
11. Kekuarga Ezardy
12. Saudara Sepupu?
14. Kau Tidur Dengannya?
15. Dansa Bersama
16. Paman dan Keponakan
17. Masa Lalu Kisah Cinta Segitiga
18. Kecemburuan Yang Berapi-Api
19. Kelicikan Berlian
20. Dalang Di Balik Kecelakaan
Ebook Bukan Sang Pewaris
21 Ketegangan Di Meja Makan
22. Pelampiasan Emosi
23. Ancaman Bastian
24. Keputus Asaan Bastian
25. Antara Leon Dan Bastian
26. Kebimbangan Aleta
27. Ke Mana Pun Akan Pergi
28. Kehidupan Baru Dimulai
29
30. Di Ujung Tanduk
31. Kembali
32. Anak Leon
33.
34. Tak Berkutik
35. Makan Malam Kejutan
36. Surat Kesepakatan Perceraian
37. Merelakan
39. Amarah Leon
40. Perubahan Leon
41. Menghapus Kenangan Masa Lalu
42. Menunggu Sedikit Lebih Lama
43. Pernikahan Bastian
44. Baby Lucien
45. Leon Atau Bastian?
46. Jamuan Makan Malam
47. Adik Kakak
48. Kecemburuan Leon
49. Tidak Baik-Baik Saja

38 Berlian Mamora

991 161 8
By luisanazaffya

Part 38 Berlian Mamora

Aleta hanya berbaring di ranjang sejak Leon pergi tiga jam yang lalu. Sama sekali tak berminat melakukan apa pun, terutama dengan Leon yang tak akan mengganggunya hingga besok siang. Betapa ia berharap perjalanan bisnis Leon lebih lama lagi dan ia bisa memiliki lebih banyak waktu untuk tenggelam dalam patah hatinya.

Sejak tadi pagi, pikirannya tak berhenti dipenuhi tentang keadaan Bastian. Bayangan kesedihan di wajah pria itu tak pernah lenyap dari benaknya. Masih terasa nyata di ingatannya. Mengiris hatinya hingga tak ada lagi yang bisa dihancurkan.

Suara bel apartemen membangunkan Aleta yang baru saja tertidur. Kepalanya terasa pusing. Terlalu banyak berbaring dan belum menyuapkan apa pun ke dalam mulut selain segelas susu ibu hamilnya.

Setelah duduk sejenak untuk meredakan rasa pusing di kepala, ia lekas keluar dari kamar dan membuka pintu.

"Aleta?" Yoanna tersenyum lebar dan langsung membuka kedua lengan untuk memeluk Aleta begitu pintu dibuka. "Kau tidur?"

Aleta mengangguk, merasa malu terpergok bermalas-malasan saat sang mertua berkunjung.

"Leon sudah berangkat, kan?"

Aleta mengangguk lagi.

"Kenapa kau terlihat begitu lesu. Kau sudah makan siang?"

Aleta menggeleng.

"Baguslah. Kalau begitu kita makan di luar. Ganti bajumu." Yoanna menarik lengan Aleta. Masuk ke dalam kamar, memilihkan salah dress di dalam lemari, senada dengan tas dan sepatu.

Aleta pun tak punya pilihan selain bersikap patuh.

*** 

Setelah makan di salah satu restoran, Yoanna mengajak Aleta berjalan-jalan ke mall. Singgah di toko peralatan bayi untuk membeli semua kebutuhan menyambut persalinan. 

"Hari perkiraan lahir masih dua bulan lagi, Ma," tolak Aleta meski semua persiapan menyambut hari kelahiran sudah hampir semuanya disiapkan olehnya dan Bastian di rumah sederhana itu. 

"Dua bulan adalah waktu yang sebentar. Dan melihat kesibukan Leon, dia tak mungkin memiliki waktu untuk melakukan hal semacam ini." Yoanna menarik lengan Aleta. Masuk ke dalam toko besar yang menyediakan berbagai peralatan ibu dan anak. "Apalagi jenis kelaminnya sudah jelas. Laki-laki."

Aleta lagi-lagi tak berkutik dengan paksaan sang mertua. Membawanya berkeliling seluruh toko. Membeli apa pun yang terlihat bagus. 

Tak hanya sampai di situ, setelah semua belanjaan diangkut oleh sopir dan dibawa pulang. Yoanna membawa Aleta ke butik. Meminta sang menantu mencoba berbagai model pakaian.

"Mama baru menyadarinya, kau memang cantik," puji Yoanna dengan dress warna baby pink yang dikenakan Aleta. "Baju ini terlihat sempurna saat kau yang memakainya. Bahkan dengan perut besarmu. Kau menyukainya?"

Aleta memberikan satu anggukan pelan.

"Baiklah." Yoanna berpindah ke gantungan baju yang lain. Memilah-milah beberapa, lebih banyak yang diambil dibandingkan dengan yang ditinggalkan. "Kami ambil semua ini."

"Tidak perlu, Ma," tolak Aleta saat sang mertua menyerahkan sebuah kartu berwarna hitam pada pelayan toko.

"Ck, diamlah. Semua bukan apa-apa dibandingkan dengan apa yang kau lakukan saat ini untuk Leon."

Aleta tak benar-benar memahami apa yang dikatakan oleh sang mertua. Tetapi ketika Yoanna maju satu langkah, mengelus perutnya yang besar.

"Kau mengandung anak laki-lakinya."

Mata Aleta berkedip dua kali. Ah, jadi semua kebaikan dan perhatian ini untuk anak dalam kandungannya. 

Kedua tangan Monica menangkup kedua sisi wajah Aleta, dengan senyum yang mengembang di wajahnya. “Kau adalah pembawa keberuntungan untuk Leon.”

Aleta menelan ludahnya. Semakin tak nyaman dengan pernyataan tersebut. Perubahan sikap Yoanna masih begitu mengejutkan dan membingungkannya. Di tengah ketidak nyamanan tersebut, suara ponsel yang berdering memberi Aleta alasan untuk menghindari sikap terlalu perhatian Yoanna. 

“Mamamu?” Yoanna melirik pemanggil yang muncul di layar ponsel Aleta. “Angkat saja.”

Aleta mengangguk, meraih tasnya dan berjalan keluar butik sebelum mengangkatnya.

“Ya, Ma?”

“Aleta?” Suara Monica dipenuhi kelegaan begitu panggilan tersebut tersambung. “Di mana kau sekarang? Kau tidak ada di apartemen?”

“Ehm, ya, Ma. Mama Leon tadi menjemput Aleta dan …”

“Yoanna?” tanya Monica setengah memekik. “Apa yang dilakukannya padamu?”

“Tidak, Ma. Mama Leon hanya mengajak Aleta jalan-jalan.”

“Jalan-jalan?”

“Kami sekarang ada di salah satu butik di M-Kingdom.”

Suara helaan napas terdengar dari seberang. “Ehm, kau … mama pikir kau pergi dengan Bastian lagi. Mama baru saja membaca pesan dari Maida kalau Bastian tadi pagi tiba-tiba menghilang. Tapi beruntung cepat ditemukan.”

Kedua alis Aleta saling bertaut, tampaknya sang mama masih belum mendengar keseluruhan cerita dengan lebih detail. “Ya.”

“Kau sudah tahu?”

“Bastian datang ke aparteman Leon.”

“Ah, begitu. Baiklah, mama paham.” Monica kembali mendesah, lebih panjang. “Jadi apa saja yang kalian lakukan? Kau dan Yoanna?”

“Kami hanya makan. Berjalan-jalan dan berbelanja.”

“Ck, ya. Dia memang pantas berterima kasih denganmu. Tapi jangan mudah termakan rayuannya. Jika Leon tahu kau pergi dengannya, dia pasti akan marah. Itulah sebabnya dia mengajakmua ketika Leon sedang pergi ke luar kota.”

Kerutan di kening Aleta semakin menukik tajam. “K-kenapa Leon harus marah?”

“Bukan hal penting untuk dibahas saat ini. Mama sudah memperingatkanmu kalau hubungan mereka semakin memburuk. Dan itu serius. Taka da yang berani ikut campur dengan pertengkaran mereka saat ini. Bahkan Lionel. Sebaiknya kau tidak terlibat pertengkaran ini. Lakukan saja apa yang perlu dan harus kau lakukan pada Leon sebagai suamimu.  Fokus pada kehamilan dan anak dalam kandunganmu. Sudah cukup, itu saja. Kau tak butuh masalah lainnya setelah semua orang menganggapmu sebagai pembawa sial untuk Bastian.”

Aleta semakin tak memahami kata-kata sang mama yang membingungkan. Setelah mengatakan padanya untuk membuat dalih apa pun agar segera pulang, sang mama mengakhiri panggilan tersebut. Aleta bergeming, menatap layar ponselnya yang sudah mati lalu beralih pada sang mama mertua didalam butik yang masih sibuk memilih tas depan etalase.

Ia memasukkan ponsel ke dalam tas sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk mencari toilet. Yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Kata-kata sang mama berhasil membuatnya bertanya-tanya. Rahasia Yoanna tentang ayah kandung Leon sudah terbongkar. Leon berhasil memenangkan kursi tertinggi Thobias Group dari Bastian, sebagai anak sulung Jacob Thobias.

Akan tetapi, masih ada rahasia lain yang tersembunyi di balik keberhasilan pria itu. Ketakutan Yoanna ketika bertemu dengan Leon, jelas berbanding terbalik saat dulu Yoanna yang selalu tak sungkan-sungkan menunjukkan kekesalan atau ketidak sukaannya akan keputusan Leon. 

Peringatan sang mama yang menjauh dari perhatian Yoanna. Sepertinya apa pun yang terjadi antara Leon dan mama pria itu bukanlah hal remeh. Pun sang mertua yang menyembunyikan fakta bahwa Leon adalah anak kandung Jacob Thobias.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Apa yang terjadi selama ia dan Bastian pergi?

Aleta masih tercenung di depan wastafel ketika tiba-tiba seorang wanita berambut merah berdiri di belakang punggungnya. Membalas tatapannya lewat cermin.

“Kupikir aku salah lihat, ternyata benar. Ini kau, Aleta.” Berlian Mamora, menyeringai dengan bibirnya yang tipis dan matanya yang berkilat licik. 

Seluruh tubuh Aleta membeku, tubuhnya berbalik dengan perlahan menghadap Berlian. Berusaha menampilkan raut penuh ketenangan di tengah kilatan amarah Berlian yang menjadi peringatan baginya untuk menjauh.

“Kau masih ingat aku?” dengus Berlian. “Tak mungkin lupa, kan? Kau sudah menghancurkan pernikahan impianku dan mempermalukan seluruh keluargaku dengan membawa lari pengantinku. Bagaimana mungkin kau melupakan semua itu begitu saja?”

Aleta menelan ludahnya.

“Rupanya kau sudah tidak cacat lagi. Dan …” Pandangan Berlian bergerak turun ke perut Aleta. “Kau sedang hamil. Anak Leon? Atau Bastian?”

Kedua tangan Berlian bersilang di depan dada setelah melempar tas ke arah meja wastafel. Seolah bersiap untuk menyerangnya. Ujung mata Aleta melirik ke arah pintu toilet, memperkirakan berapa kemungkinannya untuk lolos dari Berlian dan meminta bantuan seseorang.

“Wanita cacat sepertimu tidak seharusnya mendapatkan keberuntungan sebanyak ini,” desis Berlian dengan kedua maniknya yang semakin berapi-api, ketika kedua tangannya yang bergerak ke arah Aleta.

Aleta berhasil menghindar dari gerakan pertama tersebut. Mendapatkan satu langkah ke samping. Akan tetapi, di langkah keduanya, kepalanya berhasil ditangkap oleh Berlian dan tubuhnya jatuh ke belakang.

Jeritan Aleta terdengar dari luar pintu toilet, tapi di lorong yang sunyi tersebut tak ada siapa pun yang akan mendengarkan permintaan tolong gadis malang tersebut.

Continue Reading

You'll Also Like

15.3K 2.4K 21
[FANFICTION] Dalam keluarga yang penuh dengan perbandingan dan perlakuan yang tidak adil, seorang pemuda kembar terdorong untuk mengambil langkah eks...
1.9M 9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
3.4M 51.1K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
396K 4.6K 3
"Baiklah, kita akan mulai berhitung." Ario menunduk, menyejajarkan pandangannya dengan mata Kinan yang lebih rendah. "Dengan struktur tubuh yang kumi...