Bukan Sang Pewaris

By luisanazaffya

54K 6.5K 307

Leon tak perlu mengerahkan kekuatannya untuk menarik tubuh Aleta ke pangkuannya. Selain karena tubuh gadis it... More

1. Bukan Sang Pewaris
2. Calon Tunangan
3. Pertunangan Tak Terduga
4. Gadis Cacat
5. Cinta Yang Tersembunyi
6. Malam Pertama
8 Cinta Anna
11. Kekuarga Ezardy
12. Saudara Sepupu?
15. Dansa Bersama
16. Paman dan Keponakan
17. Masa Lalu Kisah Cinta Segitiga
18. Kecemburuan Yang Berapi-Api
Ebook Bukan Sang Pewaris
21 Ketegangan Di Meja Makan
22. Pelampiasan Emosi
23. Ancaman Bastian
24. Keputus Asaan Bastian
25. Antara Leon Dan Bastian
26. Kebimbangan Aleta
27. Ke Mana Pun Akan Pergi
28. Kehidupan Baru Dimulai
29
30. Di Ujung Tanduk
31. Kembali
32. Anak Leon
33.
34. Tak Berkutik
35. Makan Malam Kejutan
36. Surat Kesepakatan Perceraian
38 Berlian Mamora
39. Amarah Leon
40. Perubahan Leon
41. Menghapus Kenangan Masa Lalu
42. Menunggu Sedikit Lebih Lama
43. Pernikahan Bastian
44. Baby Lucien
47. Adik Kakak
48. Kecemburuan Leon
49. Tidak Baik-Baik Saja
50. Sebagai Putra Tertua Jacob Thobias

37. Merelakan

826 148 3
By luisanazaffya

Part 37  Merelakan

Tangan Aleta sudah terjulur, hendak meraih pakaian apa pun untuk menutupi ketelanjangannya ketika pintu dibanting dari luar, terjemblak sepenuhnya dan Bastian berdiri di ambang pintu.

Pandangan keduanya bertemu, tubuh Bastian membeku menatap wajah sepucat mayat Aleta. Duduk di ranjang dengan salah satu tangan berada di dada. Menahan selimut demi menutupi ketelanjangan gadis itu. Kepalanya menggeleng pilu, menyaksikan pemandangan yang selalu berhasil memporak-porandakan perasaannya.

Wajah Aleta tertunduk dalam, tak tahan dengan tatapan penuh luka yang terpampang di wajah pucat Bastian. Bahkan pria itu masih mengenakan pakaian rumag sakit dan seharusnya masih berada dalam pengawasan intens dokter setelah operasi besar. Entah bagaimana pria itu bisa sampai di tempat ini dan melihatnya dalam keadaan memalukan seperti ini.

“Sepertinya kalian butuh bicara,” sela Leon. Membelah keheningan menyesakkan antara Aleta dan Bastian. Berdiri bersandar pada pinggiran pintu dengan kedua tangan menyilang di dada. Seringai licik tersungging penuh kepuasan di ujung bibirnya. “Lima menit,” pungkasnya kemudian berjalan pergi.

Bastian menggeram, kepalanya menoleh ke arah Leon yang berjalan menuju pantry. Hanya dengan mengenakan celana karet. Tak perlu meraba lebih jauh kenapa pria itu setengah telanjang seperti itu. Sama dengan keadaan Aleta saat ini.

Kedua tangannya terkepal kuat, mengabaikan rasa sakit dari bekas jarum infus yang ia tarik secara paksa sebelum menyelinap ke tempat ini. Ya. hanya ini satu-satunya tempat Aleta akan berada.

Tetapi ia menahan diri untuk tidak menerjang ke arah sang sepupu, kembali beralih pada sang kekasih yang masih membeku di atas tempat tidur. “Kenapa kau membawaku kembali?” Suara Bastian lirih. Sangat lirih tetapi hatinya menjerit keras oleh cabikan yang semakin menghancurkan dadanya.

Aleta mengangkat kepalanya perlahan. Menatap kedua mata biru Bastian yang tampak pucat. Meyiratkan kesedihan yang begitu dalam. “A-aku tak punya pilihan, Bastian.”

“Kau punya banyak pilihan, Aleta. Kecuali kembali ke sini.”

Aleta menggeleng dengan pilu. Menggigit kuat bibir bagian dalamnya demi menahan lelehan air matanya jatuh ke tepi. “Kau tahu aku tak punya pilihan Bastian.”

Bastian membeku.

“Kalau saat itu kau tidak keluar untuk membelikanku …” Kalimat Aleta terhenti. “Semuanya sudah berakhir, Bastian.” Suara Aleta semakin melirih. Tak ingin menyalahkan Bastian atau membuat pria itu merasa bersalah. “Semua suah berakhir,” ulangnya.

“Lalu apa semua yang sudah …”

“Itu hanyalah pemaksaan kita. Hanya kita yang belum bisa menerima semua yang sudah terjadi. Aku sudah menikah, kita berdua menyadari itu. Hanya saja kita mengabaikan semuanya.”

Bastian kembali dibuat membeku. Tak ingin menerima semua ini begitu saja. 

“Semua sudah selsai, Bastian.” Aleta mengangguk. Menahan irisan yang semakin menyayat dadanya. Kata-kata itu bukan hanya untuk Bastian, tetapi juga untuk dirinya sendiri. Semua memang sudah selesai. 

Bastian menggeleng tak terima. 

“Sudah selesai?” Leon kembali. Senyumnya semakin mengembang melihat kepucatan yang sangat jelas bahkan hanya dilihat dari sisi wajah sang sepupu.

Bastian menggeram. Bersamaan dengan emosi yang tak lagi bisa ia bendung di dadanya. Kepalan tangannya melayang ke wajah Leon. “Berengsek kau, Leon. Kau mengancamnya, kan?”

Leon tentu saja sudah memperkirakan gerakan tersebut. Ilmu bela diri Bastian jelas tak melebihi yang dikuasainya. Ditambah kondisi Bastian yang lemah, tentu saja hanya butuh satu tangannya untuk menahan pukulan tersebut. Leon menyentakkan tinju Bastian dengan mudah. “Kalau pun aku mengancamnya, sepertinya itu juga bukan urusanmu, kan? Dia istriku dan anak yang ada di dalam kandungannya anakku. Kaulah yang sedikit tidak tahu diri, Bastian.”

Tubuh Bastian terhuyung ke belakang, punggungnya membentur dinding, bersamaan dengan jeritan Aleta dari tempat tidur. Bastian mendelik, amarah di wajahnya semakin mendidih, tubuhnya berusaha menerjang kembali ke arah Leon, tetapi amarah yang tak sebanding dengan tubuhnya yang lemah membuat kepalanya pusing. Tubuhnya oleng ke samping sebelum sempat mendekati Leon. Pandangannya menggelap sebelum jatuh ke lantai.

“Bastian?!” Aleta melompat turun dari ranjang. “Hentikan, Leon. Kumohon.”

“Tetap di tempatmu, Aleta,” peringat Leon sebelum Aleta berhasil mendapatkan langkah kedua untuk mendekat. “Pakai pakaianmu dan jangan mendekat.”

Aleta menggeleng, menahan dengan sia isak tangisnya melihat tubuh Bastian tak bergerak di lantai. “Dia sedang sakit, Leon. Kumohon lakukan sesuatu.”

Leon mendengus. “Dia sendiri yang cari masalah.”

“Setidaknya biarkan aku menolongnya.”

“Tidak,” tegas Leon. “Aku yang akan mengurusnya. Dengan caraku. Jika kau berani menyentuhnya, kau hanya akan mempersulit kalian berdua,” ancamnya.

Aleta terpaksa keduanya kakinya tak bergerak. Melihat Leon yang kemudian membungkuk dan memindahkan tubuh Bastian ke sofa panjang. Berjalan mendekat ranjang, menyambar kemeja putihnya dan melemparnya ke arah Aleta yang tak bergeming di seberang tempat tidur. “Pakai,” perintahnya sebelum meraih ponselnya di nakas.

“Mencari Bastian?” tanyanya begitu panggilannya tersambung. “Ya, cepat ambil dia dari sini.”

Aleta tak tahu siapa yang dihubungi Leon dengan suara sedingin dan sekasar itu. Saat pandangan pria itu beralih padanya, Aleta pun tersadar dan segera mengenakan pakaian yang diberikan Leon. Lalu duduk di tepi ranjang dan menunggu siapa pun itu yang akan menjemput Bastian.

“Semakin kau mencemaskannya, kau hanya akan membuat suasana hatiku semakin memburuk, Aleta.” Leon berhenti tepat di depan Aleta. Mendongakkan wajah gadis itu dengan ujung jarinya. Mengalihkan pandangan sang istri yang tak lepas dari sofa panjang. “Tidakkah kau perlu sedikit menjaga perasaan suamimu?”

Aleta menelan ludahnya. Kesedihan yang menggelayuti benaknya tak bisa disembunyikan dari rautnya. Terlalu sulit menyembunyikan semua itu dengan Bastian yang tak berdaya berada di ruangan yang sama dengannya. Di tengah ruang tidurnya dan Leon. Pria yang memiliki hidup dan tubuhnya.

Dengusan mencemooh Leon membalas keterdiaman Aleta. Menyentakkan wajah mungil Aleta. “Aku akan mandi dan sebaiknya kau tetap di tempatmu, Aleta. Jika kau bergerak satu langkah pun, aku yang akan melemparnya ke pintu,” ancamnya sebelum berbalik dan menghilang dari balik pintu kamar mandi.

Aleta tak lagi menahan isak tangisnya. Kedua telapak tangannya membekap wajahnya, meredam isakannya yang semakin menjadi.

Beberapa saat kemudian, Leon baru saja keluar dari kamar mandi ketika suara bel apartemen terdengar. Hanya dengan mengenakan handuk yang melingkari pinggang, pria itu membuka pintu.

Tak lama Leon kembali, diikuti Maida dan Anna. Juga dua pria yang mengenakan seragam perawat. Mendorong ranjang pasien ke arah Bastian.

“Bagaimana dia bisa ada di sini, Leon?” tanya Maida. Sampai pandangannya berhenti pada Aleta dan tak membutuhkan jawaban. Mendengus tipis.

"Sepertinya pikirannya masih belum kembali sepenuhnya," gumam Leon mengejek.

Bibir Maida menipis. "Sebaiknya kau mengawasi istrimu dengan baik."

"Ya, aku akan melakukannya. Tapi ini bukan hanya tentang istriku, kan? Dia yang mengganggu kesenanganku dipagi hari." Senyum Leon mengejek. "Bukankah aku tak mencabut semua fasilitas keluarga kalian? Seharusnya hal semacam ini tidak perlu terjadi, kan?"

"Ya, kita punya tugas masing-masing. Dan kau bahkan tak berhak mencabut semua itu meski memiliki kekuasaan untuk melakukannya. Jangan membuat dirimu menjadi tak tahu diri," pungkas Maida lalu melenggang pergi.

"Ada yang ingin kau katakan?" Leon beralih pada Anna yang tetap terdiam di tempat.

Anna tak menjawab, kepalanya berputar menatap Aleta yang hanya mematung di tepi ranjang. "Semua kesialan yang datang di keluarga kami adalah karena dirinya."

Leon mendengus. "Kata-katamu terdengar seperti sebuah kecemburuan, adik. Jangan bilang kau masih belum melupakan perasaanmu."

Kemarahan di wajah Anna membeku, menggeleng tak terima. "Kau tak pernah menjadi kakakku."

"Ya, anggap saja begitu."

"Anna!" panggil Maida dari balik pintu. "Kita pergi. Sekarang."

Anna pun berbalik setelah sekali lagi melemparkan tatapan bencinya pada Aleta.

Dengusan tipis lolos dari bibir Leon. Ketika hendak menghampiri Aleta, gadis itu lebih dulu berjalan ke kamar mandi. Tampak masih tenggelam dalam kesedihan, jadi ia pun melepaskannya. Memang butuh waktu untuk merelakan sesuatu, kan?

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 6.5K 14
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...
231K 17.3K 43
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...
476K 1.5K 9
Katya Shelomita memiliki insekuritas tinggi terhadap salah satu bagian tubuhnya sejak dia menginjak bangku SMP. Gadis manis yang mungil itu kehilang...
1.8M 58.1K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...