Enigma [End]

By SunTeaZhang

12.6K 1.5K 955

Seungri meyakini dirinya sebagai seorang alpha selama ini sampai di mana dia harus menerima kenyataan akan ap... More

Enigma 1
Enigma 2
Enigma 3
Enigma 4
Enigma 5
Enigma 6
Enigma 7
Enigma 8
Enigma 9
Enigma 10
Enigma 11
Enigma 12
Enigma 13
Enigma 14
Enigma 15
Enigma 16
Enigma 17
Enigma 18
Enigma 19
Enigma 20
Enigma 21
Enigma 22
Enigma 23
Enigma 24
Enigma 25
Enigma 26
Enigma 27
Enigma 28
Enigma 29
Enigma 30
Enigma 31
Enigma 32
Enigma 33
Enigma 34
Enigma 35
Enigma 36
Enigma 37
Enigma 38
Enigma 39
Enigma 40
Enigma 41
Enigma 42
Enigma 43
Penting!
Enigma 45
Intermezzo

Enigma 44

154 20 21
By SunTeaZhang

Cerita ini murni dari hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan dengan cerita orang lain itu hanyalah suatu kebetulan. Jadi, hargailah karya yang sudah susah payah aku buat dengan memberi satu ⭐ sebagai Vote kalian dan dimohon jangan melakukan plagiarism. Karena itu tak baik, kawan!
.
.
.
.
.

Jiyong dan Seungri tinggal di Busan sudah hampir satu bulan. Dengan keadaan yang tenang dan jauh dari segala urusan rumit perusahaan, Seungri malah betah tinggal di rumah peninggalan ayah mertuanya. Tentu saja ditemani Baekhyun si omega dengan bayi berusia hampir enam bulan.

Jiyong tak keberatan kalau harus bolak-balik Seoul-Busan demi kesenangan serta kenyamanan istri. Jika pekerjaannya tidak terlalu berat, maka Jiyong bisa tinggal di Busan berminggu-minggu lamanya atau urusan pekerjaannya diserahkan Seung Hyun. Kecuali urusan kantor yang mendesak, mau tak mau Enigma ini harus meninggalkan istrinya sementara. Dengan catatan Seungri akan manyun sepanjang hari.

Hari ini Loren datang berkunjung untuk menemui Seungri dengan membawakannya sekotak isi roti aneka rasa. Bermaksud Seungri harus mencobanya karena cukup popular di Busan, juga sebagai ucapan terima kasihnya pada Jiyong karena telah berupaya membebaskan atau setidaknya meringankannya dari hukuman penjara. Seungri sendiri sedang membaca majalah TIMES yang berisikan profil suaminya. Mungkin bukan pada profil yang tertulis di dalamnya karena Seungri sudah tahu tentang suaminya, melainkan foto Jiyong.

Seungr tersenyum sendiri sambil mengelus perutnya yang besar dan bergumam, "Appamu tampan sekali. Kau harus sepertinya. Hebat dan tak terkalahkan."

"Hyung, kau harus coba ini," kata Loren sambil memasuki rumah milik Jiyong.

Seungri menoleh ke belakang karena teriakan seseorang, mengabaikan majalah yang ada di pangkuannya. Seketika juga bibirnya tersenyum lebar sumeringah.

"Wah, apa itu yang kau bawa?" tanya Seungr tanpa beranjak dari duduknya.

Loren menaruh kotak berisi roti di atas meja dan membukanya. Mata Seungri langsung berbinar terlebih karena harum yang keluar dari dalam kotak setelah dibuka begitu menggoda penciumannya.

"Sepertinya enak," ujar Seungri.

"Kau mau coba?"

Seungri mengangguk antusias, "Aku mau coba yang isi kismis."

Loren mengambilkannya dan dia berikan pada Seungri yang segera diterimanya dengan senang hati. Seungri memakannya dengan wajah yang bahagia seolah dia tak pernah makan roti seenak itu.

"Bagaimana? Enak tidak?"

"Hm, ini enak sekali. Anakku suka. Kau beli di mana?"

"Di dekat rumahmu, Hyung. Nanti aku akan kasih tahu Jiyong Hyung, jadi dia bisa belikan untukmu kalau kau mau makan," ujar Loren dan diangguki semangat dengan Seungri.

"Um, gomawo," gumam Seungri dengan pipi gembung karena penumpukan roti.

"Jiyong Hyung belum pulang?" tanya Loren lihat sana sini.

"Belum, katanya ada rapat dulu. Jadi, agak lama. Oh, ya apa kau senggang hari ini?" Seungri melihat Loren masih dengan pipi gembung.

"Pengangguran sepertiku memangnya ada pekerjaan," jawab Loren.

"Ah, aku lupa. Jadi, supir pribadiku saja ya. Nanti aku akan bilang suamiku," balas Seungri.

"Memangnya dia setuju?" Loren agak ragu. Karena Enigma satu itu sangat posesif dengan Alpha lain di dekat istrinya.

"Harus setuju dan tidak boleh menolak keinginan istrinya!"

Loren tertawa karena keyakinan Seungri akan dikabulkannya permintaan Seungri. Tapi, tak apa jika memang terjadi. Setidaknya dia ada pekerjaan dan penghasilan sendiri.

"Loren-ah, temani aku!" seru Seungri.

"Ke mana, Hyung?"

"Main di tepi pantai dekat rumah. Aku bosan di rumah menunggu Alpha satu itu pulang. Kalau aku pergi sendiri dia akan mengoceh sepanjang malam," jelas Seungri mengelap bibirnya dari sisa roti.

"Hahaha ... suamimu memang sangat keras. Ayo, aku temani!" seru Loren.

Loren membantu Seungri berdiri dari duduknya karena kehamilan Seungri ini sudah membatasi geraknya. Sang bayi cukup besar dan lumayan aktif, terlebih jika ada sang ayah di dekatnya.

Hanya dengan mantel yang menutupi perut besarnya dan sendal jepit saja Seungri berjalan-jalan di atas pasir pantai dekat rumahnya. Di sebelahnya ada Alpha Loren yang menjaga dan mengikuti ke mana saja Seungri melangkah. Sigma itu tidak boleh jauh dari pantauanya.

Seungri berhenti dan melihat sesuatu. "Loren-ah, tolong ambilkan itu!" Seungri menunjuk pada sebuah cangkang kerang putih, sayang saja dia tidak bisa membungkuk atau jongkok untuk mengambil. Jadi, Lorenlah yang disuruh olehnya.

Loren berikan kerang putih tersebut pada Seungri dan segera dibersihkan oleh istri Jiyong ini dengan jari gembilnya. Seungri mengamati kerang itu lekat.

"Lihat! Cantik sekali kerangnya," seru Seungri sambil memperlihatkan pada Loren.

"Hyung, kau sudah sebulan di sini dan kandunganmu sudah masuk lima bulan. Apa kau akan kembali ke Seoul?"

Seungri tersenyum seraya melihat kerang di tangannya.

"Aku ingin melahirkan di sini," jawab Seungri.

"Wae?"

Kemudian Seungri menatap hamparan laut biru di depannya dengan matahari memantul di atasnya.

"Di sini tenang. Aku merasa hidup saat di sini. Terlebih ketika suamiku di dekatku. Dia akan lebih memperhatikanku daripada pekerjaannya di dua tempat," jelas Seungri.

"Itu artinya kau ingin melepas Sigma?"

"Biarlah suamiku yang menanganinya. Aku lebih suka seperti ini, terlebih sebentar lagi dia akan datang ke dunia. Aku sudah bicara dengan Jiyong Hyung kalau aku akan fokus pada anak dan keluargaku," ucap Seungri dengan tangan mengelus perutnya.

"Ternyata kau di sini."

Seungri dan Loren menoleh bersamaan ke belakang. Jiyong muncul dengan kemeja biru muda, lengan tergulung.

"Kau sudah pulang?"

"Ya, aku mencarimu ke mana-mana dan kau ada di sini bersama Alpha lain!" sungut Jiyong.

Seungri tersenyum kecil saat suaminya mendekat dan memberinya kecupan di kening.

"Mian Hyung," ucap Loren tertunduk. Rasa khawatir dan takut sudah menguar dari Loren karena Jiyong.

"Kau mau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu dengan istriku?" Jiyong menyalak.

Seungri tambah geleng kepala saat merasakan Jiyong sudah menguarkan jiwa Enigmanya. Feromonnya semakin menakutkan.

"Hyung, turunkan feromonmu. Loren bukan Alpha asing. Jangan marah dengannya. Lagi pula, aku yang minta dia menemaniku," ungkap Seungri untuk menenangkan Alphanya.

Jiyong melirik Seungri dan yakin dengan tatapan istrinya. Jadi, Jiyong menurunkan feromonnya.

"Aigoo, suamiku cemburuan sekali. Salah siapa yang sibuk dengan kertas-kertasnya? Kau sudah selingkuh dengan dokumen!" tukas Seungri. Loren menahan tawa mendengar ucapan Seungri.

"Sayang, aku kerja juga untuk kalian," balas Jiyong.

"Lihat ini! Perutku sudah besar. Cepat bereskan pekerjaanmu dan ambil cuti sebelum aku melahirkan. Aku ingin tetap di Busan. Kau ingat?" tutur Seungri.

"Aku ingat, Sayang. Sangat ingat dalam ingatan suamimu. Sebaiknya kita kembali ke rumah. Cuaca semakin dingin," perintah Jiyong.

Sang Enigma menggiring Sigmanya untuk pulang dengan merangkul pinggang lebar Seungri karena badannya sudah besar sejak hamil. Jiyong tak keberatan soal bentuk tubuh Seungri yang berubah.

....

Dua bulan sudah Jiyong dan Seungri tinggal di rumah milik orang-tua Jiyong. Seungri enggan meninggalkan rumah tersebut karena nyaman dan juga perutnya yang semakin besar membuat geraknya semakin terbatas. Calon anaknya sudah memasuki usia tujuh bulan dan sangat aktif di dam perut sang ibu. Terkadang Seungri bisa melihat perutnya bergelombang karena anaknya tengah bergerak atau Jiyong menemukan cetakan tangan yang sangat mungil di dinding perut istrinya. Sang anak sedang menyapa ayahnya.

Tengah malam telah datang. Semua penghuni rumah tentu saja telah tertidur pulas. Hanya sesekali dapat terdengar deburan ombak di pantai. Jiyong pun tak luput dari tidur nyenyaknya. Padahal Enigma itu sudah mengajukan cuti sejak kandungan Seungri memasuki usia enam bulan. Sigmanya semakin tidak bisa ditinggal lama. Jadi, dua perusahaan yang dipegang Jiyong pun diserahkan pada Seung Hyun sementara waktu.

Berbeda dengan Seungri yang tidur gelisah karena anaknya sepertinya terbangun dan menggeliat terus di dalam perutnya. Terkadang Seungri meringis karena anaknya menendang. Kali ini juga Seungri menginginkan sesuatu. Dia membuka mata dan melihat sang Alpha sedang tidur nyenyak sehingga dia tak tega untuk membangunkan. Namun, dorongan kuat akan sesuatu membuatnya terpaksa harus membangunkan suaminya.

"Hyung ... bangun!" panggil Seungri sambil menggoyangkan bahu Jiyong yang sedang tidur membelakanginya. Sayangnya, Jiyong tetap tidur.

Seungri terbangun dan duduk bersila di atas kasur. Rasanya sedih sekali saat suaminya tidak kunjung bangun dan dia sangat ingin sesuatu.

"Hyung ...," panggilnya lagi dan Jiyong tetap bergeming.

"Hiks hiks ...," isaknya mulai keluar. Seungri kesal dan sedih jadi satu. Suaminya bagai mayat yang sulit dibangunkan. "Hyung ... bangun!"

Nada suara Seungri yang sedikit tinggi dan serak karena menangis akhirnya membangunkan Jiyong dari alam mimpinya. Dia menoleh ke belakang dan melihat istrinya sedang bersila dengan berlinang air mata. Sontak kantuknya hilang berganti panik, jadi dia terbangun.

"Sayang, kenapa? Kontraksi lagi? Apa perutmu kram? Aku panggil Daesung ya," Jiyong panik hampir saja turun dari kasur.

"Bukan. Perutku tidak kram," jawab Seungri sesenggukan.

"Lalu apa, Sayang? Katakan."

Seungri menghapus lelehan air mata yang terus saja keluar lagi. "Aku ... hiks ... mau roti kismis yang dibawakan Loren. Belikan ya?"

Jiyong bernapas lega. Ternyata sang istri ingin makan. Masa ngidam Seungri belum lewat rupanya. Namun, dia ragu untuk bisa mengabulkannya. Secara jam dinding menunjukan pukul 01.18 pagi. Tidak tahu apakah toko roti yang dimaksud Seungri masih buka atau sudah tutup.

"Kau ingin makan roti?"

"Iya, Baobei ingin makan roti kismis. Belikan ya?" Seungri memelas pada suaminya.

Jiyong turun dari kasur dan mengambil sweater hitamnya yang tergantung di gantungan baju. Sebelum keluar kamar Jiyong mendekat pada istrinya.

"Sudah, jangan menangis. Aku akan belikan. Kau tunggu di sini ya!" pinta Jiyong kemudian mengecup pucuk kepala istrinya.

Seungri menggeleng. "Aku ikut!"

"Sudah malam. Di luar juga dingin nanti kau sakit," balas Jiyong.

"Biar aku antar sampai pintu keluar, ya?"

Sang istri tetap memaksa ingin ikut. Setidaknya dia bisa antar suaminya sampai pintu rumah. Hanya ingin meyakinkan diri jika Jiyong benar-benar akan beli roti yang dia inginkan.

"Hanya sampai pintu, setelahnya kau kembali ke kamar dan tunggu aku!"

Seungri pun mengangguk. Dia turun kasur dibantu oleh suaminya, dituntun keluar kamar hingga sampai di depan pintu. Jiyong menghadap istrinya dan menyentuh kedua bahunya.

"Ingat! Jangan keluar rumah. Tunggu di kamar sampai aku kembali!"

"Iya, aku ingat. Sudah cepat belikan aku roti kismisnya," jawab Seungri kemudian membalikan badan Jiyong dan mendorongnya pelan.

Pintu rumah tertutup lagi. Seungri tidak mengindahkan suruhan suaminya. Dia malah menunggu di ruang tengah dengan duduk di sofa dan merebahkan badannya di sana dengan posisi menyamping sampai Jiyong kembali.

"Sabar ya, Nak. Daddymu sedang beli rotinya," gumam Seungri seraya mengusap perut buncitnya.

Tidak sampai lima menit, Seungri merasa mengantuk. Dia mulai tertidur lagi sambil menunggu suaminya yang tidak tahu kapan akan pulang.

Sekitar hampir dua jam Jiyong pergi. Dia harus menunggu roti yang diinginkan Seungri itu selesai dipanggang. Beruntung si pemilik sedang membuatnya untuk dijual esok hari. Dengan mengatakan jika istrinya sedang hamil besar dan ingin makan roti kismis dari toko roti tersebut akhirnya Jiyong dapat bawa pulang gratis enam buah roti kismis dengan syarat kelak saat anaknya lahir Jiyong harus mengajak anak serta istrinya datang ke toko itu.

Sungguh rezeki si buah hati.

Jiyong pulang dengan menjinjing paper bag berisi roti kismis hangat. Dia heran dengan lampu tengah yang menyala. Begitu dicari tahu, Jiyong melihat istrinya sedang tidur meringkuk di sofa. Dia tidak tega melihatnya.

"Dasar keras kepala!" gumam Jiyong.

Ingin menggendong, tapi sudah berat. Jadi, Jiyong hanya bangunkan Seungri untuk bisa makan roti kismis keinginannya.

"Pelan-pelan makannya," ucap Jiyong menemani Seungri makan.

"Ini enak, kau mau?"

"Makan saja. Masih ada lima lagi, jadi aku bisa makan nanti."

"Mian, Hyung. Kau jadi susah," ujar Seungri dengan mulut penuh.

"Untuk kalian aku akan lakukan apapun."

Jiyong mengusap perut bulat istrinya dan mengecupnya juga. Sang bayi bereaksi dengan menendang pelan.

"Hai, Sayang. Daddy tidak sabar ingin segera bertemu denganmu."

....

Memasuki usia sembilan bulan, Seungri semakin tak tenang. Dia bisa kapan saja melahirkan buah hatinya, karena belakangan juga Seungri sering mengalami kontraksi palsu. Daesung selaku dokter yang akan menangani persalinan Seungri nanti sudah tinggal bersama mereka sejak usia kandungan Seungri memasuki tujuh bulan.

Pihak rumah sakit yang ditunjuk Jiyong juga sudah bersiap jika sewaktu-waktu Seungri akan melahirkan. Seungri juga minta jika kelahiran anaknya tidak dijadikan berita menghebohkan dan harus bersih dari para pencari berita. Dia muak dengan itu semua.

Malam ini sudah berapa kali Seungri merasakan mulas dan nyeri pada perutnya. Dia tidur pun tidak merasa nyaman dan Jiyong harus mengusap pinggangnya yang terasa sakit. Jiyong biasanya akan tidur setelah istrinya tidur. Tetapi, malam ini Seungri sulit tidur.

Sejak pagi Seungri sudah minta dibawa ke rumah sakit karena terasa tidak nyaman. Daesung masih menunggu waktu yang tepat untuk membawa si bayi hadir ke dunia. Sang dokter juga terus memantau keadaan pasiennya.

Sampai pada pukul sembilan malam, kontraksi yang dirasakan Seungri semakin jadi. Keringat sebesar biji jagung sudah membasahi wajah serta seluruh badannya. Dia sedang mengatur napas dalam posisi duduk bersandar di kasurnya. Jiyong terus saja tak lepas pegangan tangan pada istrinya.

"Sakitttt hufftt hufftt ughh! Hyunghhh sakit sekali," rintih Seungri.

"Sebentar lagi ya, Sayang. Daesung sedang persiapkan ruang operasinya."

"Aku takut ughh huuff huff ..."

"Ada aku yang akan menemanimu."

Sreg

"Sudah siap? Kita akan segera lakukan tindakan operasi," ucap Daesung segera menyuruh dua suster untuk membawa kasur Seungri ke ruang operasi.

Jiyong mengikuti tanpa bisa melepas pegangan tangannya. Sang Alpha tidak diizinkan masuk. Jadi, dia menunggu di luar bersama dengan para Alpha lainnya.

"Berdoalah. Anak dan istrimu akan baik-baik saja," ujar Seung Hyun.

*Hyung, akhirnya kau mengalami apa yang aku alami saat Baekhyun melahirkan," tandas Chanyeol.

Jiyong hanya bisa menanggapi dengan senyuman. Tak dipungkiri jika hatinya kini sedang gelisah menanti kelahiran buah hatinya untuk pertama kali.

Pukul 22.25 KST, telah lahir bayi mungil berjenis kelamin laki-laki dan merupakan Alpha Enigma dengan berat 3,2 kg dan panjang 51 cm dari pasangan Kwon Jiyong dan Lee Seungri. Bayi mungil itu diberi nama Kwon Shen Long.

19 February 2024



Satu lagi ya guys, dan kita akan berpisah dari Enigma.

Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi.



Continue Reading

You'll Also Like

117K 9.6K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
214K 32.7K 59
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
39.3K 2.6K 12
«Jika dunia tidak menerima kita,mari kita buat dunia kita sendiri,hanya kau dan aku didalam nya» Lalisa Manoban. +++ GIP area! jangan ditiru 🔞
429K 44K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...