Hanna

By luckybbgrl

1.5M 106K 2.2K

18+ Kayla tidak tahu, bagaimana bisa prolog yang ia baca dengan yang teman-temannya baca dari salah satu web... More

prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
sembilan
sepuluh
sebelas🔞
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh dua

delapan

55.3K 4K 56
By luckybbgrl

Drrttt drrttt drrrttt

Suara getaran ponsel mengalihkan perhatian Hanna yang tengah memainkan ponselnya di atas ranjang.

Kepalanya menoleh ke arah sumber suara, meja belajarnya. Dengan malas ia berdiri dan mendekat, memeriksa apakah itu berasal dari ipad-nya atau dari mana. Karena ponselnya sedari tadi ia pegang.

Melihat ipad-nya tetap mati, ia kemudian sadar bahwa getaran itu berasal dari tas hitam yang berada di sana.

Getaran itu berhenti, kemudian terdengar lagi setelah beberapa saat.

Hanna melirik pintunya, kemudian meski ragu ia membuka resleting tas yang menjadi sumber getaran.

Ia melihat ponsel bercase hitam yang menunjukkan ada panggilan masuk dari kontak bernama 'Vania'.

Hatinya sedikit mencelos mengetahui seorang gadis yang menelepon.

Clek!

Hanna menoleh, menemukan Regan yang membuka pintu kamarnya dan menatapnya.

Cowok itu melirik tangannya, kemudian segera mendekat dan menyahut benda pipih yang digenggam Hanna.

"Santai aja kali," Hanna menatap Regan. "Panik banget, kayak kepergok selingkuh," gadis itu berbalik dan melangkah kembali ke kasurnya.

Regan menatap Hanna rumit, kemudian berbalik hendak kembali keluar.

"Jangan lupa seragam sama tas lo. Ngerusak pemandangan," perkataan ketus itu diucapkan Hanna tanpa menoleh sedikitpun pada Regan.

Clek!

Baru setelah suara pintu kembali tertutup, gadis itu menoleh. Matanya bergulir ke arah meja belajarnya yang masih terdapat seragam dan juga tas milik Regan.

Ia menghela nafas, ia jadi kesal sendiri karena merasa kesal tanpa alasan yang jelas.

Bosan memainkan ponsel, ia menyalakan lagu keras-keras.

Hanna membanting ponselnya ke sembarang arah, yang tentunya masih di ranjang. Kemudian menjatuhkan kepalanya dengan wajah yang terbenam di kasur.

Cukup lama, akhirnya ia membalikkan tubuhnya agar terlentang. Sesak juga lama-lama membenamkan wajahnya di kasur.

Mata Hanna yang semula terpejam karena menikmati lagu, mendadak membelalak saat tiba-tiba Regan sudah berada di atasnya dengan kedua tangan yang berada di sisi kepalanya.

Smirk Regan membuat Hanna merasa was-was. Gadis itu mendorong dada Regan, berusaha membuat cowok itu menjauh dan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Minggir, Reg!"

Bukannya minggir, Regan malah mencekal tangan Hanna yang berada di dadanya.

Cowok itu menarik tangan Hanna agar terangkat mendekat ke bibirnya. Dikecupnya telapak tangan Hanna, kemudian jempol mungilnya dikulum.

Wajah Hanna mengerut merasakan jempolnya basah. Sungguh, apa cowok ini hilang akal karena ketahuan selingkuh jadi seperti ini?

Hanna berusaha menarik tangannya, ingin segera mengamankan tangannya yang suci dari mulut najis Regan.

"Lo apa-apaan sih, Reg? Jijik tau gak?"

Regan melepaskan tangan, membiarkan Hanna mengelap jempolnya yang basah dengan kaos yang ia kenakan.

"Lucu banget sih," Regan menatap Hanna dengan pandangan yang Hanna tidak mengerti.

Sedangkan Hanna, semakin mengerutkan wajahnya jijik mendengar perkataan Regan yang menurutnya sangat menyimpang dengan konteks yang ia bahas sebelumnya.

Maksudnya, lucu? Lucu darimananya?

"Sumpah, lo waras gak sih?" tanya Hanna bingung dengan tingkah Regan.

Hanna dibuat terkejut dengan Regan yang menjatuhkan tubuhnya hingga menempel dengannya. Cowok itu bahkan menggerak-gerakkan kepalanya di ceruk leher Hanna.

"Heh, lo ngapain, cok?" refleks Hanna sembari berusaha mendorong-dorong kepala Regan yang masih berusaha mencari posisi nyaman di sana.

"Lo kalo cemburu lucu," gumam Regan dengan suara yang teredam.

Cemburu katanya? Cemburu darimananya?

"Kapan gu-"

"Vania temen SMP gue. Tadi yang telfon Haris, pacarnya. Mereka mau nikah, gara-gara Vania kebobolan," Regan terkekeh pelan di akhir penjelasannya.

Oh, jadi kejadian itu yang membuat cowok ini berpikir ia cemburu?

Hei, dia tidak cemburu. Dia hanya kesal!

Hanna dibuat kaget lagi saat tiba-tiba Regan mengangkat wajahnya dan menatap Hanna penasaran.

"Lo mau gitu juga gak? Biar kita cepet nikah?"

••••

Hanna sampai di sekolah pagi-pagi sekali. Ia benar-benar menghindari berpapasan dengan Regan barang hanya ketika di meja makan.

Ia juga sudah terbayang bagaimana Regan akan memaksanya lagi untuk berangkat bersama seperti sebelumnya.

Hanna masih merinding ketika teringat bagaimana tingkah laku Regan kemarin padanya.

Ia syok sedikit. Tidak, syok banyak.

Mungkin sikap Regan yang seperti itu yang membuat Hanna merasa cowok itu membalas perasaannya dan bahagia menjalani pertunangan dengannya.

Padahal mah, diam-diam cowok itu sudah tertarik dengan Agista sejak pertama kali bertemu.

"Emang dasar bajingan," gerutu Hanna yang tiba-tiba kesal sendiri mengingat kenyataan itu.

Untungnya ia sedikit banyak tahu inti novel berjudul 'Agista' meski tak membacanya hingga tamat. Jadi, dia yakin tidak akan terjerumus takdir buruk Hanna versi novel.

Gadis dengan rambut yang dijedai bebas itu melangkah santai menuju gedung bagian barat, hendak menuju ke kelasnya.

"Eh, Hanna?"

Merasa namanya dipanggil, Hanna menoleh. Matanya langsung menangkap sosok Agista yang berjalan bersama Adelio keluar dari parkiran.

"Eh, Agis, Lio!" sapa Hanna balik kepada keduanya yang berjalan mendekat.

"Dateng pagi banget, Han?" Hanna tersenyum canggung mendapat pertanyaan itu.

"Iya, nih. Lagi piket," jawab Hanna ngawur. Hanya itu yang ada dipikirannya, meskipun sebenarnya ia tidak tahu kapan hari piketnya.

Agis mengangguk menanggapinya.

"Ayo ke kelas bareng, kelas kita kan satu gedung," Hanna mengangguk, kakinya mengikuti langkah gadis cantik di sebelahnya dengan Lio yang juga mengikuti keduanya di belakang.

"Kalian berangkat bareng?" Hanna menoleh ke arah Agis, kemudian melirik sekilas Lio sebagai penanda bahwa kalian yang dimaksud adalah Agis dan Lio.

"Iya," Agis mengangguk setelah menolehkan kepalanya ke Hanna. "Kita selalu berangkat bareng, rumah kita satu komplek," ganti Hanna yang mengangguk dengan mulut membentuk huruf o.

Meskipun Hanna tahu bahwa Agista dan Adelio teman sejak kecil, ia tidak menyangka bahwa mereka tinggal di satu komplek.

Pikirannya, bisa saja keduanya berteman sejak kecil karena kedua orang tuanya bersahabat dan sering bertemu ketika orang tuanya saling bertamu di rumah masing-masing, atau bisa saja mereka teman satu SD yang akhirnya bersama sampai sekarang.

"Oh iya, bukannya kamu biasanya berangkat sama Regan, ya?" Hanna menoleh mendengar pertanyaan itu.

Ternyata Agista sudah mengenal Regan. Kapan ya tepatnya mereka berkenalan?

"Lo kenal Regan?" Agista tampak gelagapan mendengarnya.

"Eh, enggak. Aku cuma tau aja, kok. Regan kan famous. Kamu kan selalu sama Regan biasanya," Hanna mengangguk paham. Agista memperhatikan raut wajah gadis di sampingnya. "Jadi kamu berangkat sendiri tadi?"

Hanna menoleh lagi, kemudian mengangguk. Agista juga ikut mengangguk sembari ber-oh ria. Gadis itu nampak melirik arah belakangnya sebentar.

"Terus kalian?" Hanna menatap Agista dan melirik sekilas ke arah Adelio. "Kok berangkatnya pagi banget?"

"Iya, kita emang sering berangkat pagi biar gak macet," Agista tersenyum, membuat matanya menyipit cantik.

"Iya ih, kalo pagi udah kena macet pasti jadi badmood. Iya gak, sih?" Agista mengangguk menyetujui, senyumannya masih belum surut.

"Lebih kasian yang nyetir juga," tambah Agista yang menoleh ke arah Adelio.

"Haha, iya," Hanna tertawa karir agar tidak canggung.

Agista melirik ke arah Adelio lagi yang menatap belakang kepala Hanna. Cowok itu membalas lirikan sahabatnya sebelum menyunggingkan senyum pasrah.

Adelio yang berada di belakang mereka seolah tidak tampak, ia hanya menyimak pembicaraan mereka tanpa bersuara.

Hanna akhirnya pamit masuk duluan ke kelasnya ketika ketiganya sudah sampai di lantai dua. Meninggalkan dua sosok beda kelamin yang melanjutkan langkahnya menuju kelas mereka yang berada di lantai tiga.

Gadis itu menjatuhkan bokongnya di bangku dibarengi dengan tas ranselnya yang diletakkan di atas meja.

Dengan malas, ia membuka resleting tas itu dan mengeluarkan buku tugas Matematika Peminatan.

Buku tugas itu ia taruh di laci bawah meja sebelahnya. Tangan kecilnya beralih meraih ponsel dan menekan-nekan layarnya, mengirimi pesan pada teman sebangkunya.

Felia

bukunya gue taruh  
di laci meja lo |
plis jgn bangunin gue |
kecuali bel masuk |

| siap boshh
| gw masi di jln

tiati anj |

| baik asu🙏🏻

Benda pipih itu ia matikan, disimpannya di laci bawah meja. Kemudian tangannya ia lipat di atas meja, dan menjadikan lipatan tangannya sebagai tumpuan kepala sebelum mengarungi alam mimpi.

••••

"Hanna beruntung banget ya," suara gadis itu membuat sosok yang bersamanya menoleh.

"Kenapa mikir gitu?" balas cowok itu seraya menatap penasaran gadis di depannya.

"Ya, dia cantik, baik, dari keluarga terpandang. Dan yang paling bikin iri, dia tunangan sama Regan."

"Sesuka itu sama Regan?" pertanyaan itu mengundang senyuman yang tidak bisa dijelaskan di bibir gadis itu.

"Lo sendiri, juga suka sama Hanna, kan?" cowok itu membuang mukanya mendengar perkataan itu.

"Pasti lo iri sama Regan, selayaknya gue iri sama Hanna," lanjut gadis itu dengan tawa meremehkan.

"Tapi gue gak se-obses kayak lo ke Regan," balasnya dengan nada remeh. Tidak terima jika hanya ia yang diremehkan.

Sosok di depannya itu berdecih kesal.

"Tapi, apa mereka lagi berantem ya? Akhir-akhir ini sering gak bareng," kedua bahu gagah si cowok terangkat, merespon pertanyaan temannya dengan gerakan badan.

"Jahat gak sih kalo gue berharapnya mereka berantem?" cewek itu terkekeh mendengar perkataannya sendiri.

"Kalo lo jahat, berarti gue juga jahat," sahutan itu mengundang tawa renyah keduanya.

To be continue...

•••••

rajin-rajin dulu deh double up

sebelum sy goshting, HAHAHAHA

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 102K 25
❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022
1.1M 71.4K 45
Daddyyyyyy😡 "el mau daddy🥺"
425K 47.1K 44
Karena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Ize...
307K 17.9K 39
CERITA INI HANYA ADA DI PLATFORM WP LAPAK AVENLY SAJA TIDAK TERSEDIA DI APK LAIN~~~ Anggita Magnolia kini hidup di tubuh orang lain. Lebih tepatnya i...