Hanna

By luckybbgrl

1.4M 99.6K 2.1K

18+ Kayla tidak tahu, bagaimana bisa prolog yang ia baca dengan yang teman-temannya baca dari salah satu web... More

prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas🔞
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh dua

tujuh

51.3K 3.6K 42
By luckybbgrl

"Hanna!"

Langkah Hanna semakin dipercepat saat tahu bahwa Regan juga baru sampai di rumah dengan motor gedenya.

Regan dengan cepat juga mengejar Hanna yang mulai masuk ke dalam rumah.

"Han!"

Hanna yang semula berjalan cepat berganti menjadi lari saat mendengar suara Regan yang kian dekat.

Jantungnya berdetak kencang seperti tengah dikejar setan.

Pak Tejo yang tadi menjemput Hanna dari sekolah, dan juga beberapa ART yang datang untuk menyiapkan makan serta membersihkan rumah menatap bingung kedua majikan mereka.

Pasalnya, mereka berdua nampak selalu baik-baik saja. Tidak pernah bertengkar apalagi ada adegan kejar-kejaran seperti itu.

"Hanna!" Regan mengerutkan keningnya kesal diabaikan oleh Hanna. "Berhenti, gak?!"

"GAK MAU!" pekiknya menjawab.

Hanna dengan cepat menyusuri tangga yang menghubungkan antara lantai dua dan tiga.

Nafasnya tersenggal, seolah-olah kakinya diburu waktu untuk segera sampai di kamarnya.

Ayo, Han, kurang dua anak tangga lagi dan sampai di lantai tiga.

"HANNA!"

Gadis yang masih berseragam itu segera menuju ke pintu kamarnya. Tangannya terulur panjang-panjang untuk segera meraih kenop pintu.

Berhasil!

Dengan cepat ia membuka pintu itu dan masuk ke dalam. Segera ia kembali menutup pintunya.

Brak!

Tangan besar menahan pintu yang hendak ditutup. Hanna dengan ngeri mendongak, matanya sedikit melebar melihat Regan dengan wajah seram menatap ke arahnya.

Perasaan takut dan merinding melingkupi tubuhnya, dengan sekuat tenaga ia mendorong pintu kamarnya berusaha menutupnya.

Regan yang melihat Hanna kesusahan tersenyum miring. Dengan kuat ia segera mendorong pintu kamar itu.

Brak!

Pintu itu terbuka dengan Hanna yang mundur beberapa langkah ke belakang karena dorongan kuat Regan.

Hanna menatap tidak percaya kejadian itu. Bagaimana bisa ia yang sekuat tenaga mendorong pintu hingga ngeden, kalah begitu saja dengan sekali dorongan dari Regan?

Sekuat apa cowok itu?

Cowok itu melangkah masuk, meraih daun pintu dan mendorongnya agar tertutup.

"Mau ngapain, sih?" Hanna yang nafasnya masih terengah mengerutkan keningnya kesal dan heran melihat Regan yang mengunci pintunya.

Gadis itu kesal karena sudah susah payah menghindari Regan dengan berlari-lari, tapi ujung-ujungnya cowok itu bisa menyusulnya.

Diam.

Hanna semakin dibuat kesal ketika hanya mendapatkan keheningan. Dengan tatapan tajam, gadis itu memperhatikan seluruh tindakan Regan.

Tas sekolah hitam yang sedari tadi bertengger di punggung Regan, kini telah cowok itu letakkan di meja belajar Hanna.

Kancing seragam sekolah yang sudah tidak rapi juga dibuka satu persatu, membuat Hanna semakin mengerutkan keningnya.

Gadis itu menelan salivanya saat Regan melepaskan seragamnya. Jika saja tali rasionalitasnya putus, Regan yang berada di depannya ini tampak begitu menawan dengan keseksiannya.

Bayangan ia bangun pertama kali di dalam tubuh ini dengan Regan yang bertelanjang dada memeluknya erat tiba-tiba melintas.

Hanna menggelengkan kepalanya keras. Segera mengenyahkan pikiran cabul yang jika dibiarkan akan semakin kemana-mana.

Ia juga manusia normal yang punya nafsu ya. Apalagi disodorkan sosok seperti Regan yang big boy untuk gadis seukurannya.

"Terserah lo, deh. Kalo suka sama kamar ini pake aja. Gue yang pindah!" dengan kesal Hanna berucap sembari melangkah menuju pintu kamar.

Kunci yang masih menancap di kenop pintu itu ia putar. Regan yang mendengar suara kunci menoleh.

Dengan cepat ia mendekat ke arah Hanna, mengambil alih kunci yang berada di genggaman Hanna.

Hembusan nafas kasar terasa di tengkuk Hanna, perasaan merinding membuat bulu kuduknya berdiri.

"Gue gak tau lo bisa jadi se-gak nurut ini sama gue," Hanna menelan salivanya lagi mendengar suara berat milik Regan.

"Bisa jelasin gue salah apa?"

Tubuh Hanna menegang saat merasakan tangan besar merambat di pinggangnya. Rasa geli menjalari tubuhnya kala sebuah kepala bertengger di bahunya.

Interaksi asing yang tentunya tak biasa untuknya baik ketika menjadi Kayla maupun menjadi Hanna membuat pikirannya campur aduk.

Harusnya, ia tak diam saja seperti ini, kan?

"Jangan gini terus, Han," Hanna menghela nafas, berusaha menarik kewarasannya lagi.

"Lo emang gak tau apa-apa soal gue, Reg," gadis itu akhirnya buka suara. Kalimat singkat itu membuat tangan besar Regan yang memeluknya erat mengendur.

Merasakan itu, Hanna lantas melepaskan pelukan Regan di pinggangnya. Ia bergeser sembari membalikkan badannya untuk menatap Regan dan menghindari kungkungan cowok itu.

"Mau lo yang keluar, atau gue?" pertanyaan Hanna membuat Regan menatapnya.

"Kalo emang lo mau di kamar ini, biar gue yang ke kamar lain," Hanna mendongak, membalas tatapan Regan.

"Han, kenapa lo jadi kayak gini, sih?" Regan mengerutkan keningnya bingung. Ia cukup asing dengan Hanna yang ada di depannya.

"Oke, gue yang pergi," putus Hanna hendak meraih kenop pintu lagi.

"Gue masih ngomong, Hanna!" tangan Hanna kembali dicekal, membuat gadis itu menatap tangan besar Regan yang berada di pergelangan tangannya datar.

"Lepasin gak?"

"Gak. Kita selesaiin dulu masalahnya," Hanna mendongak, menatap balik Regan yang menatapnya tajam.

"Apa yang perlu diselesaiin?" kedua alis Hanna terangkat.

"Mas-"

"Hubungan kita?"

"HANNA!"

Tak bisa mengontrol lagi emosinya, Regan bersuara dengan nada tinggi. Hanna cukup kaget mendengarnya, tapi sebisa mungkin ia tidak menunjukkan reaksi berlebih.

Regan meraih dagu Hanna, mencengkram pipinya erat dan mensejajarkan wajah mereka.

Hanna menelan salivanya, aura menyeramkan dari Regan membuatnya tiba-tiba merasa ciut. Apalagi dengan cengkraman tangan besar yang terasa jelas bahwa tengah emosi.

"Kalo lo susah diajak ngomong baik-baik. Gue bakal pake kekerasan," Hanna merinding mendengar suara rendah yang penuh ancaman itu.

Cowok itu tersenyum miring, kepalanya juga ikut miring menelisik raut wajah Hanna yang tersirat ketakutan.

"Lo yang paling tau gue, Han," kedua alis Regan menyatu. "Harusnya lo gak mancing amarah gue. Gue gak sesabar itu kalo lo terus ngelawan. Paham?"

Tak menunggu jawaban Hanna, Regan melepaskan cengkramannya. Tubuhnya ia tegakkan, menarik nafas dalam-dalam sebelum dikeluarkan dengan keras.

"Terserah lo mau ngomongin masalah ini baik-baik dulu atau mau langsung biasa aja kayak biasanya. Yang jelas, kalo lo tetep ngediemen gue kayak dua hari ini. Gue pastiin, lo bakal nyesel," Regan kembali bersuara tanpa melirik sedikitpun ke arah Hanna.

Setelahnya, cowok itu membuka pintu dan keluar dari sana. Meninggalkan Hanna yang masih mematung di tempat.

Tubuhnya sedikit goyah, mundur beberapa langkah sembari sempoyongan sebelum akhirnya duduk bersimpuh di lantai.

"Gila!"

Hanna mengumpat sembari memegangi dadanya. Degupan jantung yang tak beraturan masih terasa jelas di sana.

"Deket banget tadi, coy!" gumamnya tidak jelas sembari memegangi kepalanya.

Beberapa kali Hanna menghela nafas untuk menetralkan detak jantungnya. Setelahnya, gadis itu berdiri menaruh tas yang masih ia kenakan di kursi meja belajar.

Matanya menatap tas milik Regan yang tergeletak di atas meja.

Pikirannya melayang mengingat perkataan Regan.

Apa ia memang berubah terlalu tiba-tiba ya? Hingga Regan bersikap seperti itu padanya.

Apa memang harusnya ia berubah secara perlahan dan menjauhi cowok itu pelan-pelan?

Toh, jika kisah Regan dan Agista mulai seperti di novel. Atensi Regan padanya akan berkurang.

Ya, sepertinya lebih baik begitu.

Mungkin, kisah Regan dan Agista belum mulai. Karena meskipun di prolog yang ia baca mengenai pertemuan awal mereka berdua terjadi saat MPLS. Kisah keduanya tidak benar-benar dimulai saat itu.

Yang ia tangkap, kisah keduanya dimulai ketika mereka duduk di bangku kelas sebelas. Entah pertengahan atau akhir, yang jelas saat ini masih kelas sebelas awal.

Sebentar lagi, ia harus berubah perlahan sembari menunggu waktu novelnya dimulai tiba. Akan ia pastikan pada saat itu semua tetap akan berjalan sesuai novel kecuali dengan takdirnya sebagai Hanna.

To be continue...

•••••

jyujyur, aku ga yakin bisa bikin vibes Regan cowok cowok obsesi posesif jahat red flag psikopat

tapii, semoga aku bisa menjabarkan sikap obsesi Regan ke Hanna perlahan sebaik mungkin yaa...

smg klean suka, muach😘

Continue Reading

You'll Also Like

48.4K 4.2K 41
Alexa Smith seorang shewolf malang dengan darah campuran yang mengalir dalam nadinya. Lebih menyedihkan lagi dia sering di siksa dan di perlakukan le...
30.1K 838 38
Aku penyihir yang memikat pria dengan sihirku
1.2M 104K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
337K 15.4K 33
Alena Jessia Dawner,Seorang gadis berumur 17 tahun yang terpilih menjadi mate sang raja iblis yang dingin,kasar,kejam,serta bengis. Dighan Louis Mall...