Hanna

Door luckybbgrl

1.4M 99.7K 2.1K

18+ Kayla tidak tahu, bagaimana bisa prolog yang ia baca dengan yang teman-temannya baca dari salah satu web... Meer

prolog
satu
dua
tiga
empat
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas🔞
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh dua

lima

55.3K 4K 19
Door luckybbgrl

"Hanna!"

Sebuah suara yang memanggil namanya membuat Hanna menoleh. Baru saja ia keluar dari mobil, tapi sudah dihampiri oleh seorang gadis berambut hitam.

"Felia?"

"Halah, kayak baru liat gua aja!" Hanna meringis pelan saat lengannya dipukul oleh sosok itu. "Pasti lo kangen gue ya? Sampe kayak gitu responnya!"

Hanna tertawa renyah melihat betapa cerianya sosok Felia.

Ini jauh dari ekspektasinya, tapi ia bersyukur. Teman seperti Felia sangat amat ia butuhkan, untuk membantunya lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan baru.

"Yuk, masuk!" Felia merangkul pundak Hanna. "Temenin gue nyalin jawaban lo," lanjutnya sambil memamerkan gigi putihnya.

Hanna yang mendengar itu memutar bola matanya, tapi tak urung ikut tersenyum.

Keduanya berjalan bersama masuk ke dalam area sekolahan. Pemandangan itu cukup menyita perhatian penghuni sekolah lainnya.

Pasalnya, Hanna menjadi salah satu sosok terkenal di SMA Aksara Jaya karena tampak sering terlihat bersama dengan Regan, si Most Wanted sekolah.

Namun, ada apa hari ini?

Kenapa gadis cantik itu datang bersama dengan temannya? Bukan bersama Regan?

Apa mereka putus?

"Kata Gading, Regan kemarin ke rumah si Farrel. Berantem ya, lo sama dia?" pertanyaan Felia mengundang kerutan di wajah Hanna.

"Apa hubungannya?" tanya Hanna acuh, seolah tidak peduli. Membuat rasa penasaran Felia, semakin membumbung tinggi.

"Lah?"

Hanna menoleh ke arah sampingnya, menatap bingung Felia yang menatapnya aneh.

"Kenapa sih?"

"Lo aneh, anjir," umpat Felia pada sahabatnya itu.

"Aneh kenapa?" tanya Hanna yang masih tidak mengerti.

"Ya lo malah tanya hubungannya apa. Padahal harusnya lo yang paling tau, hari minggu tuh hari sakral buat kalian berdua!" Hanna mengerutkan keningnya makin tidak mengerti.

"Apaan sih? Coba jelasinnya yang detail!" tuntut Hanna.

"Han, lo sendiri yang selalu bikin agenda di hari minggu kalo lo sama Regan bakal habisin waktu bareng entah keluar atau di rumah aja. Ya kalo hari minggu aja Regan ke rumah Farrel, keharmonisan rumah tangga kalian patut dipertanyakan, lah!" Felia menatap Hanna gemas, greget sendiri dengan tingkah sahabatnya yang mendadak bego.

Sedangkan Hanna yang mendengar penjelasan Felia tampak mengerutkan wajahnya jijik. Sedikit merinding mendengar kata 'rumah tangga' yang dimaksudkan untuknya dan Regan.

Kenapa pula Hanna membeberkan fakta bahwa keduanya tinggal bersama kepada orang lain?

Walau hanya pada Felia, harusnya ia malu. Bukankah bisa saja Felia berpikir bahwa keduanya bertingkah aneh-aneh jika tinggal berdua?

"Sumpah ya, stop ngomong kayak gitu. Merinding gue!" Hanna melepaskan rangkulan Felia pada pundaknya. Kemudian melangkah lebar, meninggalkan Felia yang langsung menyusul.

"Kalian berantem beneran?" pertanyaan itu diabaikan. "Pantesan aja lo berangkat sendiri!"

Hanna berusaha terus melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan perkataan Felia.

"Tapi kata Gading, cowok lo uring-uringan tau kemarin!"

Hanna menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya keras-keras. Berusaha memberikan kode pada gadis di sampingnya bahwa ia terusik.

"Mending cepet baikan deh kata gue mah."

Hanna menghentikan langkahnya dan menatap Felia geram. Yang ditatap pun ikut menghentikan langkahnya dan menatap balik heran.

"Duh, lo tuh gak tau apa-apa, Fel. Jadi mending diem, atau kalo gak, gak gue contekin!"

"Oke, oke. Gue diem!" Felia menutup mulutnya dan menggerakkan tangannya di depan bibir seolah-olah menutup resleting, pertanda ia tidak akan berbicara lagi.

Hanna menghela nafas lagi, sebelum kembali melangkah dan diikuti Felia.

Kini keduanya telah memasuki kelas XI IPA 1 yang berada di gedung barat lapangan lantai dua.

Felia duduk di bangkunya, sedikit mengerutkan keningnya saat melihat Hanna yang ikut duduk di sampingnya.

"Kalian berantemnya parah ya?" pertanyaan yang terlontar itu membuat Hanna mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa lagi sih, Fel?" tanya Hanna gemas. Emosi juga dari tadi ditanya persoalan yang sama.

"Ya lo sampe balik lagi duduk sama gue. Padahal kan yang ngotot ngajak tuker tempat duduk sama Gading tiga bulan lalu juga lo sendiri," Hanna menghela nafas lagi sembari mengubek tasnya, mengambil catatan Fisika.

"Mending salin, tuh. Jangan tanya mulu," Hanna memberikan buku catatan itu pada Felia.

"Makasih, Hanna!" pekik Felia kemudian fokus menyalin jawaban.

Hanna diam, pikirannya melayang.

Sebucin apa sebenarnya Hanna asli ini kepada Regan?

Sampai-sampai tukar tempat duduk dengan sosok bernama Gading, yang pastinya tujuannya adalah agar bisa duduk dengan Regan.

Pasti sudah bucin parah level max.

Kalau ada level meter kebucinan Hanna pada Regan. Pasti level meter itu sudah pecah karena terlalu tinggi.

Pantas saja, Hanna di prolog yang ia baca bisa sehancur itu ketika Regan berpaling pada Agis.

Pantas juga, Hanna memberikan hal yang seharusnya tidak diberikan walau sudah bertunangan.

Ia masih ingat, penggalan kalimat adu argumen antara Hanna dan Regan yang menunjukkan bahwa mereka berkemungkinan sudah pernah 'tidur' bersama.

Maksudnya, bukan sekedar hanya tidur. Tapi, 'tidur'. Yang paham paham aja lah.

Entah kenapa, ia tiba-tiba merasa yakin bahwa prolog yang ia baca tetaplah bagian dari novel itu walaupun sangat berbeda dengan yang dibaca teman-temannya.

Bedanya, yang ia baca adalah sudut pandang Hanna.

Ia jadi kepikiran. Hingga saat ini, kira-kira Hanna sudah 'tidur' dengan Regan atau belum ya?

Tapi mengingat ia bangun di tubuh ini dengan kondisi ia tidur bersama Regan, ia jadi skeptis kalau tubuh Hanna saat ini masih perawan.

Bruk!

Suara nyaring benda terbentur meja terdengar, membuyarkan pikiran Hanna yang berkelana kemana-mana.

Hanna menoleh, menatap ke arah sumber suara. Di sana, di meja pojok kanan terdapat Regan yang baru duduk di kursinya dengan raut wajah tidak mengenakan.

Ia segera membuang muka ketika menyadari bahwa Regan melirik ke arahnya.

"Eh, Bu Bos. Kok udah sampe duluan, sih?" perkataan itu sontak mengalihkan atensi Hanna.

Gadis itu mengerutkan keningnya saat melihat cowok berperawakan tinggi berisi yang berdiri di samping mejanya.

"Emang gak boleh?" pertanyaan ketus itu menjadi jawaban yang diberikan Hanna.

"Ya ampun. Bu Bos lagi badmood, ya?" sosok itu menatap khawatir khas candaan kepada Hanna.

"Pak Bos juga lagi badmood loh, Bu. Mending baikan aja sekarang," Hanna mengerutkan keningnya kesal.

"Lo ngapain sih, di sini?" pertanyaan bernada kesal itu akhirnya tidak bisa ditahan.

"Ini tempat duduk saya, Bu Bos Hanna Shannon Sutedja. Bu Bos yang kenapa duduk di situ? Bu Bos kan duduknya sama Pak Bos," sosok yang Hanna yakini adalah Gading menjawab dengan sopan tapi ia tahu bahwa itu sarkasme.

"Tuker aja lagi. Pengen duduk sama cewek!" sahutnya cepat sambil membuang muka.

"Dih, dulu maksa-maksa. Giliran gue udah nyaman aja disuruh tuker lagi," Gading menggerutu terang-terangan.

"Ya kenapa? Gak suka?"

"Iya, iya. Gak papa, Bu Bos," Gading membungkukkan tubuhnya, menyejajarkan bibirnya pada telinga Hanna.

"Mending cepet baikan aja, Bu. Pak Bos yang mood-nya selalu jelek jadi makin jelek dari kemaren," bisikan Gading sontak membuat gadis itu menatap tajam.

"Ampun, Bu Bos!" Gading tertawa pelan sembari berlari menjauh. Mendekat ke arah meja dimana Regan duduk.

Ia menaruh tasnya pada kursi di samping Regan, membuat cowok itu menatapnya tajam.

"Ngapain lo duduk di sini?" tanyanya tidak bersahabat.

"Hanna minta tuker lagi," jawabnya santai sembari duduk di kursinya.

"Loh, emang kenapa?" Farrel yang duduk di depan Regan menoleh ke belakang.

Gading mengendikkan bahunya.

"Auk deh."

"Berantemnya kek parah banget. Lo apain sih?" tanya Farrel menatap Regan bingung.

"Iya, Reg. Lo pasti kelewatan ya sama Hanna. Makanya dia semarah itu," Vicky ikut menambahi.

"Buruan baikan lah, Reg. Gue pengen duduk sama Felia lagi."

"Bacot, anjing!"

To be continue..

•••••

sesuai janji, update agak siang😁☝🏻

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

181K 11.4K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
66.5K 8.3K 61
CHAPTER SUDAH LENGKAP. Pembalasan dibalik layar #1-revenge #1-adikipar #1-kiss Heppy Reading📖
78.8K 5.3K 26
[ Cerita lengkap- Sudah tamat ] High rank 🏅 [13 Maret 2020] 7 in fantasi [8 April 2020] 10 in Mate [4 Mei 2020] 42 in Klasik [8 Mei 2020] 4 in Klas...
45.9K 4K 116
Sebagai pembunuh nomor satu, Xue Yunzhen membaca buku itu dan menjadi wanita yang kejam. Melihat protagonis laki-laki yang kakinya dipatahkan oleh pe...