NAVYA: Secreet Wife

By admla_

82.4K 6K 1.6K

-Don't forget follow, vote, and comment! -Don't copy my story! Jangan jadi plagiat kalau ingin mempunyai kary... More

PROLOG
NSW: Teman Lama
NSW: Permintaan Agnes
NSW: Bersama Papa
NSW: Samuel Marah
NSW: Sorry
NSW: Hilang?
NSW: Kembalinya Queen Of Darkness
NSW: Keluarga Psikopat
NSW: Tuan Samuel
NSW: Navya Cemburu?
NSW: Family Time
NSW: Teman Lama (2)
NSW: Kecurigaan Sean
NSW: Kedatangan Amberly
NSW: Klinik
NSW: Don't Leave Me
NSW: Sick
NSW: Malam yang indah
NSW: I'm Here
NSW: Apapun Untuk Keluarga
NSW: Tingkah Konyol Regal
NSW: Kedatangan Cegil
NSW: Sebuah Informasi
NSW: Duo Spy
NSW: Pilihan Yang Berat
NSW: Wait For Me
NSW: Terungkap
NSW: Terasa Asing
NSW: Peace
NSW: The Best Parents
NSW: Jangan Hina, Camila
NSW: Samuel vs Dua Ipar
NSW: Posesif Dad
NSW: I Hated That Incident
NSW: Shinning Day
NSW: Demi Istri
NSW: Taruhan

NSW: You're Still My Princess

1.2K 103 91
By admla_


Samuel memasuki rumahnya dengan wajah datarnya. Samuel melirik ke arah ruang keluarga di mana istri dan anaknya tengah menonton TV tanpa menyadari kepulangan dirinya. Samuel berdehem pelan yang membuat Navya mengalihkan pandangannya.

Wanita itu tersenyum lembut. "Mau teh hangat?" tawar Navya kepada suaminya.

Samuel menganggukkan kepalanya. Navya beranjak dari duduknya lalu pergi ke dapur. Samuel duduk di sebelah anaknya yang tengah fokus menonton.

Agnes tak benar-benar fokus pada tontonannya, anak itu hanya masih takut dengan sang Papa karena kejadian pagi tadi.

"Nesa," panggil Samuel dengan nada lembut.

Bungkam. Agnes tak menjawab, sontak hal itu membuat Samuel sadar bahwa anaknya takut kepada dirinya setelah kejadian pagi tadi.

Tangan Samuel menyentuh kepala putrinya. "Maafin sikap Papa tadi pagi, ya, Nak. Papa ngga bermaksud membuat kamu takut," sesal Samuel dengan menatap lekat putrinya.

Pria itu membawa putrinya ke atas pangkuannya. Agnes masih tak bergeming. "Look at me!" pinta Samuel.

Agnes memberanikan dirinya untuk menatap sang Papa. Samuel tersenyum manis, ia mengelus kepala anaknya. "Papa minta maaf, ya? Papa janji hal ini ngga akan terulang kembali. Nesa mau maafin Papa, kan?" ungkap Samuel lembut.

Senyuman Agnes terbit. Agnes menganggukkan kepalanya. "Iya, aku maafin."

Mendengar hal itu Samuel memeluk erat tubuh putrinya. "Papa sayang kamu."

"Nesa juga sayang Papa dan Mama," kata Agnes membalas pelukan Samuel.

Samuel tersenyum tipis mendengar hal tersebut.

Navya kembali ke ruang keluarga dengan membawa secangkir teh hangat untuk suaminya. Wanita itu meletakkan teh tersebut di atas meja lalu melirik ke arah Samuel. "Diminum dulu teh hangatnya, Sam," kata Navya.

Samuel berdehem pelan. Ia mengambil secangkir teh yang masih hangat. Agnes melirik ke arah Mamanya. "Mama pangku," pinta Agnes dengan merentangkan tangannya.

Mendengar hal itu Samuel menahan tangan anaknya. "Nesa, jangan aneh-aneh, kamu sama Papa saja," celetuk Samuel.

Kening Navya mengerut. "Lho, kenapa?"

Samuel memberikan tatapan tajam kepada Navya. Navya yang mendapatkan tatapan tajam dari suaminya membuat dia menundukkan kepalanya. Navya tak tahu sampe kapan dia dan Samuel akan perang dinggin seperti ini.

Hening. Tak ada lagi percakapan di antara mereka, hanya ada suara dari TV yang mengisi keheningan.

Navya teringat sesuatu. Siang tadi Papanya menelpon dirinya dan meminta dia serta keluarga kecilnya untuk datang ke rumah besok.

"Nesa, besok kamu ikut Mama ke rumah Grandpa, ya," kata Navya.

"Iya, tapi Papa ikut ke rumah Grandpa, kan?" tanya Agnea dengan menatap sang Papa.

Samuel mengulumkan senyumannya. "Papa sibuk, Nak. Kamu salamin saja buat Grandpa, ya? Lain kali kalau Papa tidak sibuk kita ke sana bareng," ucap Samuel lembut kepada anaknya.

Sudah Navya duga bahwa suaminya tak akan mau datang.

Pria itu bukan karena sibuk, tetapi memang sengaja ingin menghindar dari dirinya. Navya menatap dalam suaminya yang tengah bercanda bersama anak mereka. Navya beranjak dari duduknya.

"Nesa, kamu tidur ditemani Papa, ya. Mama mau ke kamar," ucap Navya kepada anaknya.

"Mama kenapa? Perut Mama sakit lagi?" tanya Agnes dengan raut wajah khawatir.

Navya tersenyum tipis. Bahkan ketika anak mereka mengatakan tentang kondisi dirinya, tetapi Samuel hanya acuh tanpa menanyakan kondisinya. "Mama gapapa." Tanpa menunggu jawaban anaknya, ia langsung pergi begitu saja.

Agnes menatap sang Papa yang hanya diam saja. "Papa tahu ngga, tadi perut Mama sakit sampe ada darah gitu pas di rumah kakak Jena," kata Agnes.

Bola mata Samuel terbelalak. Ia terkejut. "Darah?" Agnes menganggukkan kepalanya.

"Terus Mama di bawa ke dokter sama Aunty Letta. Kata dokter Mama pendarahan kecil, itu maksudnya apa, Pa?" tanya Agnes dengan raut wajah polosnya.

Sedangkan Samuel tak menjawab. Ia bergelut dengan pikirannya sendiri setelah mendengar ucapan anaknya. Jelas dia percaya dengan ucapan Agnes barusan, anak itu tak pernah berbohong kepadanya selama ini.

Skip...

Di dalam kamar Navya tengah video call dengan para sahabatnya menggunakam Ipad miliknya yang dia letakan di atas kasur. Sudah satu jam mereka berbicara banyak hal, dan hingga detik ini belum ada tanda-tanda Samuel masuk ke dalam kamar.

Pintu kamar terbuka dan Samuel masuk ke dalam kamar lalu ia kunci. Navya menatap suaminya. "Nesa sudah tidur?" tanya Navya.

Samuel tak menjawab. Pria itu menatap datar istrinya. "Mau kamu itu apa si, Nay?" celetuk Samuel tiba-tiba yang membuat Navya bingung.

"Maksudnya?" bingung Navya.

"Aku ngediemin kamu selama ini masih ngga membuat kamu sadar sama kesalahanmu?" tanya Samuel datar.

Pria itu melangkah mendekat ke arah istrinya yang tengah duduk diatas ranjang. Sedangkan Navya yang masih melakukan video call dengan teman-temannya pun mendadak semua diam dan mute suara.

Samuel berkacak pinggang. "KAMU ITU ANGGAP AKU INI SUAMIMU NGGA SI?!" sentak Samuel lantang.

Hilang sudah kesabaran Samuel. Apa yang selama ini dia tahan sudah tak bisa dia tahan. Amarah dan emosinya sudah tak terkendalikan.

"Aku ngelakuin kesalahan apa? Kasih tahu sekarang," kata Navya.

"Kamu pendarahan tadi siang?" Tatapan Samuel tak lepas dari Navya.

Navya diam. Raut wajahnya menunjukkan bahwa wanita itu terkejut, bagaimana suaminya tahu? Pikir Navya.

Melihat reaksi istrinya membuat Samuel berdecih sinis. "KENAPA DIAM?! KAGET?"

"Kalau bukan karena Nesa yang bilang aku ngga akan tahu kalau kamu mengalami pendarahan. Hal sepenting ini kamu ngga kasih tahu, Nay? Kamu beneran sudah ngga anggap aku suamimu?" kata Samuel dengan nada tegas.

Navya turun dari ranjang tidurnya. Dia berdiri di hadapan suaminya. "Aku bukan mau nutupin dari kamu, tapi aku berniat kasih tahu di saat kita lagi berdua. Aku ngga mau Agnes lihat kita berantem," jelas Navya.

Memang niat awalnya Navya mau mengatakan hal ini saat dalam keadaan berdua dengan suaminya.

"Yakin? Tapi aku ngga percaya, Nay," ucap Samuel.

"Ya, kamu harus percaya. Aku jawab jujur ke kamu," balas Navya.

Samuel berdecih sinis. "Itu memang alasanmu saja. Kamu memang sudah ngga anggap aku ini suamimu, Nay."

"Sam, ngga gitu. Aku ngga bohong sama kamu," ucap Navya dengan menyentuh lengan suaminya.

Samuel menepis tangan Navya dengan kasar. "Kamu kasih tahu ngga harus kita dalam keadaan berdua. Agnes juga ngga masalah kalau dengar pembicaraan orang tuanya, memang kamu saja yang ngga mau jujur ke aku."

Navya menatap sendu suaminya. "Ini masalah suami istri, anak ngga boleh dengar permasalahan kita! Aku tahu kalau kita bicara berdua pasti akan ribut seperti sekarang, apalagi posisinya kamu sama aku lagi saling cuek. Agnes bisa mikir yang aneh-aneh dan mengadu ke orang tua kita. Seharusnya kamu paham, bukannya kamu tuduh aku begitu saja!"

"Kita ngga akan saling cuek kalau kamu ngga jujur sama aku, Nay! Aku berikan kamu hukuman seperti saja masih ngga membuat kamu sadar, aku sudah ngga tahu harus kasih kamu hukuman seperti apa," kata Samuel.

Bola mata Navya berkaca-kaca. Air matanya lolos begitu saja. "IYA! SEMUA MASALAH INI DARI AKU, TAPI KALAU KAMU YANG ADA DI POSISI AKU GIMANA, SAM?!" teriak Navya yang membuat Samuel terdiam.

Pertama kalinya mereka berantem sehebat ini. Beruntung kamar mereka kedap suara dan tak akan di dengar oleh orang-orang yang berada di mansion.

Isakan kecil keluar dari mulut Navya. "Aku juga ngga mau nutupin semua ini dari suamiku sendiri, tapi semua ini harus aku selesaikan tanpa bantuan dari kamu. Aku ngga mau kamu terluka, karena awalnya target Freddy itu kamu dan anak kita. Aku juga tahu kamu lagi banyak pekerjaan, makanya aku ngga mau ganggu waktu kerjamu," lirih Navya dengan menatap dalam suaminya.

Keduanya saling bertatapan. Samuel tak bergeming lagi. Pria itu mengalihkan pandangannya dari Navya. Samuel memilih untuk pergi ke dalam kamar mandi. Navya menangis, dirinya tak suka keributan seperti ini. Rasanya sangat menyakitkan untuk Navya setiap berantem dengan suaminya.

Para sahabat Navya mendengar semua keributan pasangan itu. Termaksud Letta dan Farhan.

******

Di tempat lain Farhan tengah mengumpati Samuel yang habis bertengkar dengan Navya. Dia dan istrinya mendengar semua keributan pasangan tersebut, dan mereka menyimpulkan bahwa cara Samuel memberitahu sangat salah.

"Samuel apa-apaan si, memangnya dia ngga bisa tanya baik-baik?" geram Letta yang tak terima sahabatnya dibentak oleh Samuel.

"Harus dikasih pelajaran anak itu. Besok aku kasih dia pelajaran caranya berbicara yang baik ke istri yang lagi hamil," kata Farhan dengan tangan yang terkepal kuat.q2

Letta menatap suaminya yang sepertinya sudah mempunyai rencana. "Kamu mau ngapain, Han?" tanya Letta penasaran.

"Hajar Samuel sampe sekarat," sahut Farhan santai.

Letta yang mendengar hal itu terkejut. Farhan melihat istrinya yang hanya diam saja mengerutkan keningnya. "Kenapa? Kamu ngga mau aku hajar Samuel?"

"Ngga, pukul aja sampe mampus. Wakilin aku, ya, pokoknya dia harus sampe sekarat dan menyesal!" tegas Letta.

Farhan mengulumkan senyumannya. Pria itu memeluk tubuh istrinya dengan erat. "Of course. Aku pastikan besok dia babak belur di kantor, dan aku ngga peduli kalau nantinya dipecat sama Samuel, aku tinggal balik ke kantor Papa," pungkas Farhan lembut.

"Ini baru suami aku." Letta mengecup singkat pipi suaminya. 

Pasangan itu adalah pasangan yang berbedari dari yang lainnya. Farhan dan Letta akan sangat kompak jika sudah menyakut tentang persahabatan. Keduanya sudah sama-sama menganggap Navya sebagai adik mereka, jadi keduanya tak akan terima kalau Navya disakitin, walaupun yang menyakitin Navya masih menjadi sahabat mereka juga.

Skip....

Farhan masuk ke dalam perusahaan Narendra Group. Pria itu melewati banyak karyawan yang sudah pada datang, banyak yang menyapanya karena Farhan adalah kepala keuangan di perusahaan keluarga Narendra.

Di depan lift para sahabatnya sudah pada datang, termasuk Samuel. Melihat wajah Samuel membuat Farhan geram dengan pria itu karena kejadian semalam.

Keenam pria masuk ke dalam lift, hanya ada Samuel dkk saja di dalam lift.

Hanya ada keheningan di dalam lift. Farhan berdehem pelan. "Jangan ada yang ke ruangan masing-masing, kumpul di ruangan Samuel!" celetuk Farhan dengan nada tegas.

Samuel yang mendengar hal itu mengerutkan keningnya bingung. Ia melirik ke arah Farhan yang menatapnya dengan datar. "Kenapa?" tanya Samuel.

Farhan tak menjawab pertanyaan Samuel barusan. Pintu lift terbuka ketika mereka sudah tiba di lantai empat puluh, tanpa mengucapkan sepatah kata Farhan pergi duluan yang membuat para sahabatnya bingung dengan tingkah pria itu.

Sean menatap punggung Farhan yang semakin menjauh. Hati Sean berkata akan ada sesuatu yang terjadi setelah ini.

Samuel memasuki ruangannya yang diikuti oleh para sahabatnya yang lain. Farhan menghentikan langkahnya ketika Megan sudah menutup pintu ruangan pria itu.

"Kena--" Belum sempat Samuel melanjutkan omongannya dia langsung mendapatkan tendangan kuat dari Farhan.

Bugh!

Sean dan yang lain terkejut melihat kejadian baru saja terjadi. "Han, lo kenapa? Samuel ada salah apa salah lo?" tanya Bastian.

Farhan tak menjawab pertanyaan Bastian. Pria itu melangkah mendekat ke arah Samuel dengan sorot mata yang tajam. Ini tidak seperti Farhan Sanjaya yang mereka kenal. Farhan tak pernah mengeluarkan aura yang menyeramkan seperti ini.

Farhan menarik kerah kemeja Samuel dengan kuat. Tatapan kedua pria itu saling bertemu. Samuel menatap datar Farhan. "Lo punya masalah apa sama gue?"

"MASALAH GUE KE LO? KARENA LO SAKITIN ISTRI LO!" Bentak Farhan lantang. Wajahnya memerah padam karena memendam amarah yang begitu besar kepada Samuel.

"Lo ngga bisa ngomong baik-baik sama istri lo? Harus lo pake nada tinggi kayak kemarin?" Farhan menjeda ucapannya. Sedangkan Samuel yang mendengar hal itu terdiam. "Navya lagi ngandung anak lo, Sam, ngga seharusnya lo perlakukan dia seperti itu. Gue yang denger aja sakit hati, apalagi istri lo?" sambung Farhan.

Samuel mendorong tubuh Farhan dengan kuat. "Lo ngga usah ikut campur urusan rumah tangga gue!" tekan Samuel dengan sorot mata tajam.

"GUE BERHAK IKUT CAMPUR! NAVYA ITU SAHABAT SEKALIGUS ADIK GUE! LO SAKITIN DIA? BERARTI LO HARUS SIAP KALAU GUE IKUT CAMPUR SAMA MASALAH KALIAN!" Hardik Farhan lantang.

Sean dan Megan maju untuk memisahkan keduanya. Megan menahan tubuh Farhan agar tak lepas kendali seperti tadi, sedangkan Sean menenangkan Samuel agar tak terpancing emosi dan berakhir nanti keduanya berkelahi di perusahaan.

Sean menatap kedua sahabatnya secara bergantian. "Lo berdua ngga bisa berbicara dengan kepala dingin? Harus banget pake kekerasan dan nada tinggi? Inget, ini di kantor bukan di area pertarungan!" tegur Sean.

Cih, Farhan berdecih sinis. "Orang seperti Samuel ngga bisa diajak ngomong baik-baik. Berbicara sama orang arogan dan egois seperti dia harus menggunakan otot," cetus Farhan.

Samuel tak terima dengan perkataan Farhan barusan. Dia memberontak agar Sean tak menahannya. "BRENGSEK! MAKSUD LO NGOMONG KAYAK GITU APA HAH?!" Bentak Samuel.

"See? Benarkan apa kata gue?" ucap Farhan dengan tersenyum mengejek.

"ANJING!" Samuel mendorong kuat tubuh Sean hingga jatuh ke lantai. Samuel mendekat ke arah Farhan lalu menarik jas yang digunakan Farhan dengan kuat.

Farhan takut? Tentu tidak. Justru pria itu menatap Samuel dengan tatapan yang seperti menantang Samuel.

Kedua tangan Farhan terkepal kuat, merasa mempunyai kesempatan Farhan memukul wajah Samuel dengan kuat.

Tak sampai di situ, ia juga memberikan banyak bogeman mentah untuk Samuel. Mulai dari wajah, perut, hingga terakhir dada Samuel dipukul keras oleh Farhan.

Sudut bibir Samuel sobek dan mengeluarkan darah.

Tangan kanan Farhan terasa kebas setelah menghajar sahabatnya sendiri hingga babak belur. 

"Han, hanya karena seorang Navya lo bisa menyerang sahabat lo sendiri?" celetuk Regal tak percaya.

Mendengar Navya membuat Regal marah dan tak suka. Siapapun yang berani menyebutkan nama perempuan itu di hadapan Regal, maka detik itu juga akan di berikan pukulan kuat.

Farhan melirik ke arah Regal dengan tajam. "Navya juga sahabat gue. Gue pukul Samuel juga bukan karena ngga ada alasan, dia melanggar janjinya sendiri. Samuel selalu bilang ngga akan pernah menyakiti perempuan, tapi sekarang? Istrinya lagi hamil aja bisa dia bentak-bentak begitu," sarkas Farhan.

Samuel berdiri dengan dibantu oleh Sean. Pria itu memegang perutnya yang terasa sangat sakit akibat ulah Farhan. 

"Lo kalau di posisi gue gimana, Han? Letta bohongin lo dan ngga jujur apapun yang terjadi sama dirinya sendiri. Lo akan merasa ngga di anggap sebagai suami," kata Samuel dengan menatap nanar Farhan.

"I know, awalnya gue dipihak lo, Sam. Tetapi setelah gue tahu semua alasannya Navya, gue berubah pikiran. Gue pas tahu alasan dia pun merasa ngga sangka kalau Navya bisa pendam beban sebesar itu sendirian, niat dia tulus ngga mau suami dan anaknya terlibat dalam masalahnya," kata Farhan yang membuat Samuel terdiam.

Farhan menatap para sahabatnya. "Kita semua tahu sekarang tentang pelaku pembunuhan Abel yang sebenarnya, tapi lo semua hanya dengar dari satu pihak doang. Lo semua harus dengar dari berbagai pihak lainnya, contoh Jendral dan Camila. Navya buka sengaja mau bunuh Abel, target dia itu Freddy yang sudah memperkosa sahabatnya. Naasnya, malam itu Abel yang gantikan posisi Freddy secara tiba-tiba dan terkena tikaman dari Navya."

"Lo semua coba pikir di posisi Navya. Jalanin misi tapi ternyata misi lo gagal, dan lo salah membunuh orang. Gimana perasaan lo semua? Membunuh orang yang ngga salah. Navya pun mempunyai penyesalan hingga detik ini yang tanpa kita semua sadari," sambung Farhan yang benar-benar membuat para sahabatnya terdiam.

Kedua tangan Farhan terkepal kuat. Melihat Navya yang menanggung semuanya sendiri benar-benar membuat hati Farhan tersentil. Perempuan yang sejak dulu dia kenal tidak pernah berubah, selalu memendam semuanya sendirian.

Farhan membalikkan tubuhnya. "Sam, renungin kesalahan lo. Navya memang salah karena ngga jujur sama lo, tapi lo juga salah karena memberikan hukuman yang menyakitkan untuk dia. Cuekin istri di saat hamil itu bukan suatu hukuman yang bagus, apalagi sampe bentak istri lo yang sudah mengandung anak lo, mengurus lo dan anak lo selama ini. Buka mata lo lebar-lebar, semua orang mempunyai masa lalu yang kelam. Jangan biarkan satu kesalahan Navya membuat rumah tangga kalian hancur begitu saja," pungkas Farhan lalu pergi begitu saja dari ruangan Samuel.

********

Siang ini Navya mengunjungi rumah sang Papa bersama dengan anaknya setelah dia menjemput anaknya di sekolah. Ketika Navya datang langsung di sambut dengan hangat oleh ibu sambung Navya.

Kini Navya berada di taman belakang rumah yang duduk di gazebo bersama dengan sang Papa. Agnes? Anaknya tengah bermain dengan kakak sambungnya.

Nevan menatap anak bungsunya yang tengah menuangkan teh ke dalam cangkir untuk mereka. 

"So, kamu belum baikan sama Samuel?" celetuk Papa yang membuat kegiatan Navya terdiam.

"Papa tahu aku lagi berantem sama Samuel?" tanya Navya.

Nevan berdehem pelan, ia mengelus kepala putrinya lembut. "Tentu. Alka sudah memberitahu semua ke Papa. Kenapa ngga cerita? Papa bisa membantu kalian menyelesaikan masalah," kata Papa.

Navya mengulumkan senyumannya. "Gapapa, Pa. Kami bisa selesaikan masalah ini sendiri," ucap Navya kepada sang Papa.

"Ya sudah, tapi kalau butuh apa-apa bilang sama Papa, ya." Navya menganggukkan kepalanya setuju.

Ibu sambung datang dengan membawa potongan buah untuk Navya. Wanita itu duduk di sebelah suaminya. "Dimakan, Nay."

"Makasih, Mi." Navya mengambil satu buah potong mangga lalu memakannya.

Nevan berdehem pelan seraya menatap anak bungsunya. "Nay, ngga ada yang ingin kamu katakan kepada kami," ujar Papa.

Navya mengerutkan keningnya bingung. "Katakan apa, Pa?" bingung Navya.

Nevan dan istrinya saling melemparkan tatapan. Hal tersebut membuat Navya bingung dengan orang tuanya. 

"Sayang, kemarin Alka bilang katanya kamu lagi hamil, itu benar?" ucap Mami.

Mendengar hal itu Navya terkekeh pelan. Ternyata tentang kehamilannya, dia berpikir apa. "Iya. Aku niatnya kasih tahu nanti malem," ujar Navya

Nevan tersenyum senang mendengarnya. Begitupun dengan Ibu sambung Navya yang mendengar kabar bahwa wanita itu hamil saat ini. "Papa senang dengarnya. Kamu harus jaga baik-baik kandunganmu, jangan kecapean, makan yang bergizi juga," tutur Papa lembut.

"Papa kamu benar, Nay. Kamu kalau ada apa-apa kabarin Mami, terus kalau mau di temanin cek kandungan ajak Mami juga gapapa," timpal Mami.

"Nay seperti princess diperhatiin sama Papa dan Mami seperti ini," kata Navya dengan tertawa kecil.

"Of course. Kamu tetap princess kami, walaupun kamu sudah menikah dan sudah mau punya dua anak," ledek Papa.

Navya tertawa mendengar ledekan sang Papa. Ia sangat bahagia sekali sekarang, dulu ia ingin sekali bisa dekat dengan Papanya, dan sekarang Tuhan sudah mengabulkan semua doa-doa yang Navya katakan.

Skip...

Malam pun tiba. Navya menuruni anak tangga satu persatu dengan mengenakan piyama bersama dengan anak perempuannya. Navya memutuskan untuk menginap setelah dipaksa oleh keluarganya yang tak mengizinkan dirinya pulang.

"Mama, kalau kita nginap berarti Papa sendirian dong?" celetuk Agnes.

"Tadi Mama sudah chat Papa, mungkin kalau Papa tidak lembur akan datang ke sini," ucap Navya lembut.

Agnes mengangguk paham dan mengerti pekerjaan sang Papa yang sangat banyak.

Ketika di bawah Navya mendengar suara bel rumah berbunyi. Wanita itu menatap putrinya. "Sayang, kamu ke ruang makan duluan ya. Mama mau bukain pintu buat tamu," ucap Navya kepada anaknya.

"Oke." Agnes pun berlari ke ruang makan di mana keluarga sudah pada menunggu.

Navya melangkah ke pintu utama lalu membuka pintu rumah. Ketika pintu dia buka betapa terkejutnya Navya melihat suaminya yang berdiri di depan pintu dengan mengenakan masker. "Samuel, kamu kenapa ke sini tiba-tiba?" tanya Navya.

"Bukannya kamu suruh aku ke sini tadi," jawab Samuel.

"Emang si, tapi aku ngga nyangka kalau kamu dateng." Samuel tak menanggapi istrinya, ia memberikan paperbag kepada Navya. 

"Papa mana?" Samuel menatap sekitar rumah mertuanya yang sepi.

"Di ruang makan. Kamu mandi dulu aja, kita makan belakangan," ucap Navya dengan menyuruh suaminya masuk.

Wanita itu kembali menutup pintu. Navya merasa heran, kenapa tiba-tiba suaminya memakai masker. "Samuel, kamu sakit?" tanya Navya yang membuat Samuel terdiam.

Samuel berdehem pelan. Ia tak mungkin memberitahu Navya kalau wajahnya penuh lebam akibat ulah Farhan tadi pagi yang menghajarnya di kantor. "Flu, takut Agnes ketularan," bohong Samuel.

"Oh. Ya sudah, kamu ke kamar duluan nanti aku susul. Aku samperin yang lain dulu di ruang makan." Samuel menganggukkan kepalanya lalu pergi begitu saja.

Navya pergi ke ruang makan di mana semua keluarganya sudah berkumpul. Navya meletakkan barang-barang yang di beli suaminya. "Pa, Mi, kalian makan duluan aja ya. Aku nanti makan bareng Samuel, dia aku suruh mandi dulu," kata Navya kepada keluarganya.

"Samuel datang?" Navya menjawab pertanyaan sang Papa dengan anggukkan singkat.

Sedangkan di dalam kamar Samuel tengah melepaskan jas dan kemeja putihnya. Pria itu menghela napas kasar, ia menatap dirinya dari pantulan cermin dengan wajah yang penuh lebam. Masker sudah Samuel lepaskan.

Samuel menatap setiap lukanya yang membiru. "Shit, pukulan Farhan kuat banget," ucap Samuel yang tanpa menyadari keberadaan istrinya.

Navya mendengar ucapan suaminya. Wanita itu terdiam di samping pintu, ia menutup pintu kamar lalu menguncinya. Samuel terkejut melihat keberadaan istrinya, dia benar-benar tak menyadari keberadaan Navya.

Tatapan keduanya saling bertemu. Navya menatap sendu suaminya, melihat wajah Samuel yang penuh dengan luka membuat hati Navya tersentil. 

"Kamu berantem sama Farhan?" tanya Navya dengan air mata yang turun membasahi pipinya.

Samuel melihat buliran-buliran air mata yang jatuh dari mata Navya. "Ngga, aku berantem sama musuh pas mau ke sini," elak Samuel.

"Bohong. Aku sudah denger semua. Kamu kenapa berantem sama Farhan? Apa karena aku Farhan mukulin kamu?" tanya Navya dengan beruntun.

"Bukan. Jangan dipikirin, ini ngga ada sangkut pautnya sama kamu." Tanpa menunggu jawaban dari istrinya, Samuel pun pergi ke kamar mandi.

Samuel menyenderkan tubuhnya di pintu kamar mandi. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. "Sial, kenapa dia harus denger?" umpat Samuel.

Beberapa menit kemudian Samuel keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah, dan handuk yang terlilit di pinggang. Pria itu melihat Navya yang membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi yang miring ke samping.

"Nay, kamu bawa bajuku?" tanya Samuel.

"Ada di dalam koper," jawab Navya dengan nada serak tanpa menatap suaminya.

Samuel mengerutkan keningnya, dari nada suara Navya membuat Samuel dapat menebak bahwa wanita itu sedang menangis. 

"Nay, aku sudah bilang jangan kamu pikirin. Aku berantem sama Farhan bukan karena kamu, tapi karena masalah lain," kata Samuel.

Navya tersenyum tipis. Navya merubah posisinya menjadi duduk lalu menatap Samuel dengan tatapan sendu. "Kamu pikir aku bodoh? Kamu sama dia ngga pernah berantem sampe baku hantam. Aku tahu Farhan pukulin kamu karena aku. Dia ngga suka kamu cuekin aku, terus kemarin dia sama Letta pasti dengar pertengkaran kita," ucap Navya yang membuat Samuel terdiam.

"Ya sudahlah, ngapain juga dipikirin sampe nangis begini. Keluargamu bisa mengira aku yang membuat kamu nangis," ceplos Samuel dengan nada ketus.

"Sampe kapan semua ini berlanjut? Aku ngga kuat dengan kondisi yang seperti ini," lirih Navya dengan tatapan yang tak lepas dari suaminya.

"Sampe kamu mengerti rasanya dicuekin." Samuel pergi ke arah koper untuk mengambil pakaian miliknya.

Navya terdiam mendengar perkataan suaminya barusan. Ia menundukkan kepalanya. "Aku mengerti, dan ini sangat menyakitkan," lirih Navya yang di dengar oleh Samuel.

••••••••••••••

Hello, selamat sore. Kalian apa kabar? Baik, kan? Semoga selalu baik ya! Terima kasih sudah mampir ke cerita aku, have a nice day😻💗

Jangan lupa follow @ayananadheera

See you next part!😁








Continue Reading

You'll Also Like

CLAUDIUS By Moon

General Fiction

23K 674 23
Di revisi dan di percantik setelah end 😅 Cerita tentang Claudius Kres Bragatama cowok tanpa perasaan, emosi, dan hati nurani,sifat nya itu berasal d...
3.1K 394 5
Demi membantu sepupunya, Gyuvin terpaksa mengubah penampilannya menjadi gadis cantik dan menikah dengan pria yang lebih muda darinya karena perjodoha...
601 224 7
Sebagian Bab di hilangkan untuk penerbitan^^
887 110 3
(Follow akun authornya terlebih dahulu) DILARANG PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN!!! start: 12-6-2024 Finish:-