FORGET ME NOT

By kimbabjuseyo

39.7K 6.6K 915

[END] "Kalau ingatanmu kembali, apakah kau masih mengingatku, hyungie?" Sesuai dengan namanya, forget me not... More

Prolog
1 | Pertemuan
2 | Masih Sama
3 | Dekat dengannya
4 | Bangun dari tidur panjang
5 | Tentang perasaan
6 | Ingin bersamanya
7 | Siapa dia?
8 | Aku menyayangimu
9 | Milikku
10 | Ingatan
11 | Aku, Kau, Dia
12 | Ingin menjadi milikmu
13 | Tidak tahu
15 | Perjanjian
16 | Bertemu kembali
17 | Bersamamu
18 | Khawatir
19 | Keluarga bukan keluarga
20 | Sedikit tenang
21 | Sayang
22 | Bahagiamu, Bahagiaku...
23 | Hari Bahagia
24 | Selamanya (End)

14 | Kembali

1.3K 299 58
By kimbabjuseyo

***

Flashback

"Apa yang ayah lakukan?! Apa yang kau lakukan di kamar ayahku!!"

Seseorang membuka pintu kamarnya dan mendapati sang ayah tengah bersama dengan seseorang yang ia kenal. Keduanya sama-sama telanjang dan posisi sang ayah membelakanginya. Sementara di atas ranjang, tampak seorang pemuda yang tampak kelelahan dan langsung menutupi tubuhnya dengan selimut. Wajahnya tampak terkejut juga takut, bahkan mengelak pun percuma.

Orang itu mendekati ranjang. Seolah tidak bersalah atas apa yang telah ia lakukan pada putranya, sang ayah turun dari ranjang tanpa meraih sehelai pakaian pun. Ya, sang ayah bermesraan dengan orang yang mengaku sebagai tunangan putranya, Taehyung. Dan sosok yang bersama dengan ayahnya itu adalah Park Jihoon, seseorang yang dekat dengannya sejak ia masih sekolah.

"Sepertinya ibumu tidak mendidikmu sopan santun. Kau tahu ini kamar siapa? Bahkan ini bukan kamarmu, lalu kau seenaknya saja masuk tanpa permisi?" sindir sang ayah, mereka biasa memanggilnya tuan besar, termasuk Jihoon.

Seolah mengabaikan ucapan sang ayah, Taehyung menatap tajam Jihoon. Bahkan ia masih ingat dengan jelas ucapan pemuda itu. Entah berapa kali pemuda itu, Jihoon, mengatakan bahwa ia mencintainya. Dan terakhir ia mendengar kalimat itu adalah malam sebelumnya. Tahu Taehyung menatapnya, Jihoon hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Jangan pernah lagi muncul di hadapanku! Juga di rumah ini, PARK JIHOON!!" geram Taehyung.

Sang ayah mendekatinya. Taehyung sedikit mendongak, pasalnya postur sang ayah lebih tinggi. Tuan besar Kim bukanlah ayah kandung Taehyung. Sang ibu menikah lagi setelah sang suami meninggal, tepat saat usia Taehyung 10 tahun. Memang, Taehyung tidak terlalu dekat dengan ayah tirinya, namun karena sang ibu mencintainya, mau tidak mau Taehyung berusaha berhubungan baik dengan sang ayah tiri. Taehyung lebih dekat dengan sang kakek. Dan entah apa yang sang ayah tiri lakukan, sang ibu menyerahkan semua aset pada sang suami sebelum menghembuskan nafasnya terakhir karena kecelakaan.

"Memangnya siapa kau berani melarang seseorang datang ke rumah ini? Bahkan ibumu menyerahkan rumah ini padaku, bocah! Itu artinya rumah ini milikku!" Sang ayah menunjuk bahu Taehyung dan sedikit mendorongnya lalu menatap Jihoon di atas ranjang. "Memangnya apa yang bisa kau berikan padanya?! Kau bahkan tidak punya apa-apa, kau tahu?"

Taehyung diam. Hatinya sangat sakit. Taehyung tidak bisa menerima apapun bentuk pengkhianatan. Taehyung memang pewaris keluarga Kim, setidaknya sebelum lelaki itu muncul dalam keluarganya. Setelah lelaki itu muncul, semua harta, aset yang memang seharusnya miliknya, semua diambil alih sang ayah. Sang ayah kembali mendekati ranjang lalu membuka kasar selimut yang menutupi tubuh Jihoon. Hingga terpampang dengan jelas tubuh putih itu tanpa sehelai benang pun, Taehyung melihatnya.

Seolah mengabaikan keberadaan Taehyung, sang ayah pun melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Jihoon pun tidak menolaknya, bahkan terlihat sangat menikmatinya. Ayah Taehyung pun seolah sengaja, pria itu menatap putranya seraya menggerakkan pinggulnya, menghujam anal Jihoon. Desahan pun tak terelakkan lagi. Tidak ingin lebih lama berada di sana, Taehyung pun akhirnya meninggalkan kamar itu. Bahkan desah dan teriakan nikmat Jihoon, masih bisa Taehyung dengar saat ia membanting pintu kamar sang ayah.

Tak lama setelah Taehyung meninggalkan kamar sang ayah, ia menuju kamarnya dan mengambil kunci mobilnya. Sesaat setelah ia membanting pintu kamarnya, datanglah Wooshik. Wooshik tahu Taehyung sedang marah. Ia bahkan menepis tangan Wooshik yang berusaha menahannya.

"Kalau kau pergi, ayahmu akan menang. Dia memang sengaja mengusirmu," bisik Wooshik.

"Aku tidak bisa berada di rumah ini, kau tahu?! Mereka mengkhianatiku!" geram Taehyung.

"Aku bahkan sudah pernah mengatakannya padamu, bahwa Jihoon bukan orang baik-baik tapi kau tidak percaya padaku. Aku bahkan pernah memergoki mereka berciuman di tempat umum jauh sebelum kejadian ini, Taehyung-ah..."

"Tapi Jihoonie selalu meyakinkanku bahwa dia hanya mencintaiku!"

"Dan kau percaya? Sudah berapa kali aku mengatakan ini padamu, tapi kau tidak mempercayainya. Menyusun kata-kata itu mudah, tuan muda Kim Taehyung...tetapi kenyataannya tidak seperti itu bukan. Dia hanya memanfaatkan orang-orang yang berguna baginya. Ok, mungkin dulu dia dekat denganmu sebelum ambisinya menjadi aktor nomor satu muncul. Kau tahu persaingan di dunia entertainment kan? Dia mendekatimu tapi bukan kau targetnya tapi ayahmu!"

Taehyung melanjutkan langkahnya dan Wooshik masih berusaha menahannya.

"Jangan menyetir dalam keadaan marah! Serahkan padaku!" Wooshik mengambil kunci mobil Taehyung dan berjalan mendahuluinya.

Taehyung mengambilnya kembali. "Jangan mengikutiku atau kau bukan lagi temanku, Wooshik-ah!"

Wooshik akhirnya diam, ia membiarkan Taehyung meninggalkannya. Wooshik kembali melangkahkan kakinya menuju ruangan ayah Taehyung. Ya, pasalnya dia memang ada janji dengan ayah sahabatnya itu. Setidaknya 10 menit Wooshik menunggu hingga akhirnya tuan besar Kim masui ke dalam ruangannya. Dia hanya mengenakan sebuah piyama panjang dengan sebuah cerutu di tangan kanannya.

"Bocah itu sudah pergi?" tanya ayah Taehyung.

"Baru saja, tuan... Kenapa tuan muda sangat marah?"

"Aku hanya mengambil sesuatu yang memang sudah seharusnya milikku dan dia tidak bisa menerimanya. Apa itu salah?"

"Park Jihoon..." ujar Wooshik. Ucapannya terhenti saat tuan besar Kim menatapnya tajam. "Ah, maksud saya, tuan muda Jihoon...sepertinya ia dekat dengan tuan muda Taehyung. Apa saya salah?"

"Ha...ha...ha...dekat? Bahkan Taehyung selalu menolak saat dia menyodorkan tubuhnya! Taehyung menolak saat Jihoon mengajaknya bermesraan dan bercinta! Sungguh tidak berguna!" ujar ayah Taehyung.

"Jadi...anda dan tuan muda Jiㅡ"

"Take and give! Kau tahu kan tidak ada yang gratis di dunia ini, hey Wooshik!"

Setelah beberapa saat mengobrol dan tuan besar Kim memberikan tugas pada Wooshik, akhirnya Wooshik pun meninggalkan ruangan itu. Belum sempat ia melangkah jauh, ia mendengar ayah Taehyung berbicara keras.

"LAKUKAN SAJA PERINTAHKU!!"

Sementara itu, Taehyung melajukan kendaraannya dengan kencang. Hingga saat ia menginjak pedal remnya, sepertinya tidak berfungsi.

"Tega sekali kau melakukan ini padaku..." gumam Taehyung pelan. "Kau ingin aku mati?!"

Ibu...orang yang kau cintai ingin membunuhku...
Ibu....adakah seseorang yang benar-benar tulus mencintaiku? Jika ada, aku ingin bertemu dengannya suatu saat nanti....

Dan maafkan aku, ibu...aku tidak akan pernah memaafkan ayah juga Park Jihoon...

Hingga...

Braaaakkk!!!! Braaaaakkk!!!

Flashback end

"Hah! Hah! Hah!" Taehyung terbangun dari tidur paginya. Wajahnya tampak berkeringat. Tangannya meremat kasar dan nafasnya tampak naik turun. "Hah! Hah! Apa ini?"

Tepat saat itu, pintu kamar Taehyung dibuka dari luar oleh seseorang, Jungkook. Melihat Taehyung tampak terengah, akhirnya Jungkook berjalan cepat menghampiri Taehyung. Jungkook duduk di tepian ranjang, Taehyung menatapnya.

"Hy-hyung...kau kenapa?" sapa Jungkook. Jungkook hendak menyentuh pipi Taehyung, namun Taehyung menepisnya pelan dan ada raut sedih di wajah Jungkook. "Kau tidak apa-apa?"

Taehyung diam, ia menatap Jungkook. Menatap lamat wajah itu dan kembali diam seraya memejamkan matanya pelan.

"Siapa kau?" tanya Taehyung pelan. Jungkook masih bisa mendengar intonasi Taehyung masih seperti biasanya. "Kenapa kau memanggilku hyung?"

Jungkook meremat tangannya pelan.

Taehyungie...sudah mengingat semuanya....Taehyungie melupakanku....

Jungkook tersenyum. "Aku Jeon Jungkook. Aku bekerja di rumah ini. Dan kenapa aku memanggilmu hyung, itu karena kau yang memintaku. Apa kau mengenaliku sekarang?"

"Jeon...Jungkook? Jungkook?" ujar Taehyung pelan. "Wajahmu tidak asing bagiku, namamu pun aku tidak asing mendengarnya...apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Jungkook menundukkan kepalanya. Tanpa sadar airmatanya menetes. Taehyung tahu. Dan Jungkook segera mengusap matanya sebelum kembali menatap Taehyung.

"Aku sudah lama bekerja di sini. Aku juga bekerja di sebuah cafe setelah berkuliah. Dan tiga bulan lagi aku akan lulus dan aku juga....aku juga akan...."

Kita juga akan menikah kan, hyung?

Jungkook kembali tertunduk.

"Setelah lulus kau akan...? Kenapa tidak melanjutkan ucapanmu?" tanya Taehyung. Jungkook kembali menatap Taehyung. "A-apa kau akan menikah?"

Jungkook menggeleng. "Sepertinya kekasihku melupakanku...dan itu artinya kami tidak menikah..."

"Kekasihmu kejam sekali melupakan orang sepertimu. Kau pasti sangat mencintainya?"

"Percuma aku mencintainya kalau ia melupakanku..." lirih Jungkook.

Hening beberapa saat. Jungkook pun bangkit dari posisinya membuat Taehyung menatapnya.

"Aku harus menyiapkan pakaianmu...setelah itu aku akan ke kampus lalu bekerja," pamit Jungkook.

"Kau akan mengajakku ke cafe?" tanya Taehyung tanpa sadar. Jungkook menoleh, menatap Taehyung yang saat itu juga tengah menatapnya. Taehyung menaikkan salah satu alisnya. "Apa kau akan meninggalkan kekasihmu ini, Jungie?"

"Ke-kekasih? Ju-Jungie...?" Jungkook terbata, Taehyung mengangguk. Belum sempat Taehyung mengucapkan sesuatu, Jungkook langsung menghambur dalam pelukannya. Pemuda itu memeluknya erat. "A-aku...aku huks...huks...aku takut sekali kau melupakanku, hyung... Aku takut sekali," ujar Jungkook dengan suara membenam.

Taehyung mengelus punggung Jungkook lembut lalu mencium pelipisnya sayang. "Maaf....sebenarnya...pagi ini aku mendapatkan ingatanku kembali, Jungie...." balas Taehyung. "Tepat saat kau masuk...ingatanku setelah kecelakaan tidak menghilang. Aku masih mengingatmu...maafkan aku sempat membuatmu bersedih," jelas Taehyung.

Jungkook melonggarkan pelukannya lalu menatap Taehyung, matanya memerah. Taehyung tersenyum lalu mengusap mata basah Jungkook.

"Hyungie mengingat semuanya? Hyungie mengingat Park Jihoon?"

Taehyung hanya mengangguk. "Aku...tidak ingin mendengar namanya disebut di rumah ini. Dan kau...." Taehyung menjedakan ucapannya, ia mencubit pipi Jungkook pelan. "Jangan lagi bertanya padaku tentang Park Jihoon, mengerti?"

Jungkook memeluk Taehyung erat. "Uung! Uung! Aku tidak akan membicarakannya. Tidak akan pernah... Taehyungie hanya milik Jungie! Milik Jungie..."

"Ha..ha...anak baik. Kau orang baik, Jungie... Dan sepertinya Tuhan mendengar permintaanku sebelum kecelakaan. Tuhan mengirimkan seseorang yang tulus mencintaiku...dan itu kau...." lirih Taehyung seraya mengeratkan pelukannya.

Jungkook mengangguk ribut dan mengeratkan pelukannya pada Taehyung.

"Jangan pernah pergi dariku, hyung..."

"Aku tidak akan pergi darimu, Jungie..."

***

"Hyung, kau tunggu saja di sini, ok?" pesan Jungkook saat meminta Taehyung berdiam diri di ruangan staff.

Hari itu Jungkook mendapat giliran shift kedua, itu artinya jam bekerjanya akan sampai tutup cafe. Jungkook memang sengaja meminta shift kedua karena ia tidak ingin bertemu dengan Jihoon maupun managernya. Dan terlebih lagi, ia mengajak Taehyung. Jungkook pun mengajak Taehyung masuk tidak melewati pintu utama cafe, ada pintu kecil di belakang cafe. Sepertinya ia masih ingat pesan Wooshik.

"Lalu apa yang kulakukan di sini, Jungie? Akan sangat membosankan. Aku di luar saja, hm? Atau aku akan membantumu bekerja," tawar Taehyung.

"Tidak! Tidak! Hari ini kau sangat tampan! Aku tidak mau orang melihatmu dan jatuh cinta padamu!" jawab Jungkook cepat.

Taehyung lalu tersenyum dan mendekati Jungkook. Taehyung mengusap pipi kanan Jungkook hingga pemuda manis itu memejamkan matanya beberapa saat.

"Bukankah kau sendiri yang mengatakan Taehyungie hanya milik Jungie? Kenapa harus takut?"

"Pokoknya tidak! Aku tidak suka orang-orang itu menatapmu. Seperti serigala kelaparan!" Jungkook mencebikkan bibirnya. Taehyung kembali tersenyum dan Jungkook kembali menatapnya. "Aku takut...kalau dia datang, hyung. Aku tidak ingin kau pergiㅡ"

"Aku tidak akan pergi kemanapun, Jungie. Tidak akan!" Taehyung menghela nafasnya pelan. "Baiklah, aku tidak ingin membuat kekasihku cemas. Aku akan tinggal di sini, cutie pie... Silahkan bekerja dan aku akan menunggumu sampai selesai," ujar Taehyung.

"Uuung! Jangan keluar sebelum aku menemuimu!"

"Uhm...baiklah, sayangku Jungie..." Taehyung menepuk kepala Jungkook lembut. "Keluarlah, aku akan menunggumu."

Jungkook akhirnya keluar dari ruang staff. Taehyung duduk di salah satu sudut sofa lalu mengambil ponselnya.

"Lanjutkan ceritamu!" ucap Taehyung dengan seseorang di telepon.

"Mereka pasti akan mencarimu. Kau tahu surat wasiat dari kakekmu, aku dengar kau harus hadir. Dan apa kau tahu bahwa sebenarnya mereka akan mendapatkan asuransi yang besar kalau kau tidak selamat dalam kecelakaan itu. Ibumu membayar asuransi cukup besar untukmu."

"Jadi mereka sengaja membunuhku? Untuk mendapatkan asuransi? Lalu, karena surat wasiat dari kakek, mereka kembali mencariku?"

"Seperti yang kukatakan padamu. Di mata ayahmu hanya ada harta, harta dan harta! Ah, aku dengar kau ke cafe?"

"Ya. Aku hanya mengiyakan ajakan Jungie."

Belum sempat Taehyung menjawab ucapan lawan bicaranya, sekelompok orang masuk ke dalam ruang staff itu. Tampak seseorang menahan tangan Jungkook, seolah ia akan ditahan. Taehyung mengakhiri panggilan teleponnya sepihak hingga seseorang menghampirinya. Taehyung mengenal wajah-wajah itu. Satu diantaranya Park Jihoon, orang yang langsung mendekati dan memeluknya.

"Taehyung...." ucapnya. Taehyung menatap Jungkook yang sedang menatapnya. Ia lalu melepaskan pelukan Jihoon. "Akhirnya kami menemukanmu. Seseorang menyembunyikanmu, kan?" Jihoon menatap Jungkook.

"DIA! DIA YANG MENYEMBUNYIKAN TUNANGANKU! DIA MENYEMBUNYIKANNYA UNTUK MEMINTA UANG TEBUSAN! DIA!" Jihoon menunjuk Jungkook dan menatapnya tajam.

Semua orang menatap Jungkook. Jungkook menggeleng cepat. "Tidak, kalian salah paham. Aku tidak pernah melakukan itu. Tidak..."

"Tidak katamu? Bukankah tuan Jihoon sering bertanya padamu soal tunangannya dan kau katakan tidak tahu. Tapi apa sekarang? Kau menyembunyikannya! Kau ingin hartanya, bukan?! Dasar bocah miskin!" cecar sang manajer.

"Jaga bicara kalian!!" ujar Taehyung terdengar sanagt marah. Ia menepis tangan Jihoon lalu menghampiri Jungkook. Taehyung bahkan mendorong seseorang yang menahan Jungkook. "Lepaskan! Atau aku akan merontokkan gigimu dan memotong tangan kalian" ancam Taehyung.

Jihoon menatap Jungkook sinis, lalu ia tersenyum saat menatap dan menghampiri Taehyung.

"Maaf, Taehyung. Sepertinya mereka salah paham. Aku hanya tahu bahwa ada yang melihat tuan muda Kim dan mempostingnya di media sosial. Jadi, kami datang. Dia bekerja untukmu? Apa dia orang yang membersihkan rumahmu? Ya, seperti seorang cleaning service atau....pembantu..." sindir Jihoon.

"Aku merindukanmu, Taehyung. Apa kau tahu tuan besar sedang mencarimu. Tuan besar sangat merindukanmu. Seperti aku juga merindukanmu."

Taehyung bisa merasakan tangan Jungkook gemetar. Bahkan ini pertama kalinya beberapa pasang kamera di depannya. Taehyung menggenggam tangannya, Jihoon melihatnya. Hingga seseorang datang di kerumunan itu, tuan besar Kim.

"Tuan..." sapa Jihoon.

"Seret dia ke penjara!! Dia yang menyembunyikan putraku dan baru saja menelponku untuk meminta uang tebusan! Seret dia!"

Dua orang kembali menahan tubuh Jungkook juga menahan tubuh Taehyung.

"Lepaskan aku! Minggir kalian!" pekik Taehyung. "JANGAN MENYENTUHKU!!"

"Hyung...katakan pada mereka aku tidak menyembunyikanmu... Hyung..." ujar Jungkook saat seseorang menariknya. "Lepaskan aku! Jangan menyentuhku! Lepaskan hyungie!" pekik Jungkook semakin menjauhi Taehyung. "Aku bukan penculik... Hyungie, tolong aku! Lepaskan!"

"Lepaskan aku! Jangan menyentuhku!" Taehyung menepis dua lelaki yang menahannya. Taehyung lalu menatap Jihoon lalu sang ayah. "Enyah dari hidupku, jalang!!"

Taehyung menatap sang ayah. "Kalau kau ingin mengambil semuanya, ambil saja! Tapi lepaskan tanganmu dan anak buahmu dari calon pengantinku!!"

"Pengantin? Dia?" Jihoon menatap Jungkook yang semakin menjauh.

"AKU MENCINTAINYA!! Aku mencintai Jeon Jungkook! Jadi enyah dari hidupku! Aku bahkan masih ingat apa yang kalian lakukan malam itu, Parki Jihoon! ENYAH KAU!!"

"Hyungie...aku percaya kau pasti akan menolongku... Jangan sampai terluka...." pesan Jungkook sampai akhirnya tidak tampak lagi.

"SEUJUNG RAMBUT SAJA AYAH BERANI MENYENTUHNYA, AKU BAHKAN TIDAK PERNAH MENYESAL MENJADI PSIKOPAT MENGHABISIMU!!!"

***

Gimana? Udah lega belum di chapter ini?
Aman kan? Taehyung masih ingat Jungie meskipun ingatannya sebelum kecelakaan kembali.

See you next chapter yaaa...

Continue Reading

You'll Also Like

93.2K 10.4K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
41.9K 3.3K 22
Ini karangan ya ! jangan salah paham dan jangan salah lapak oke !! nama hanya sebagai inspirasi ! bukan menceritakan dunia nyata !! bxb ! ga suka s...
21.4K 2.9K 16
Kim Taehyung, seorang CEO sebuah perusahaan yang berdiri di Amerika selalu menanti pertemuannya dengan jeon Jungkook, kekasih masa kecilnya. Dia pern...
289K 22.4K 103
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...