It was Love❤ Peter Pevensie

By realkimtian

2K 332 71

Mengisahkan tentang Peter Pevensie yang menikah dengan seorang gadis cantik bernama Anne Eddelwise saat berad... More

00
Pernikahan
Malam (!!!)
Susan dan Anne
Hal Buruk?
Hadirnya
Ingatan Kecil
Selamat Datang
Bersama ><
Sedikit Mengenal Narnia
Hal Tersembunyi
Hanya Perasaan Saja?
Penyihir Setelah Jadis
Ramalan & Sesuatu
💕Special Birthday Edition💕
Berlatih Pedang?
Malam Mencekam
Sebenarnya Apa?
Moana Disini?
Romansa Peter (!!)
Manisan Yang Terlalu Manis
Kamu Mengingatnya?

Petak Umpet

103 12 3
By realkimtian

Kehidupan baru yang harus ia jalani kini membuat semuanya sedikit berbeda. Gadis itu hanya berdiam diri di kamar, seolah ia tak ingin bertemu dengan siapapun.

Menatap ke jendela yang memperlihatkan dunia lain dibaliknya. Ia berharap bahwa dirinya memiliki kehidupannya sendiri tanpa harus melibatkan orang lain dihidupnya.

Menghela nafasnya berkali-kali, bahkan saat pintu kamar terbukapun gadis itu tak memperdulikannya.

"Mau sampai kapan kamu disitu sayang? Susan dan Lucy ingin sekali mengajakmu berbicara. Mereka ingin bercerita banyak hal padamu dan mengenalmu lebih jauh"

Gadis itu kemudian berbalik untuk menatap suaminya yang berdiri tepat didepan pintu kamarnya.

Pria itu berjalan ke arahnya saat ia melihat bahwa istrinya hanya diam saja tak melakukan pergerakan sedikitpun dari tempatnya.

Berlutut dihadapan gadis itu dan menatapnya dengan penuh kasih dan kelembutan.

Ia menyentuh tangan gadis itu dan meremasnya pelan. Merasakan sedikit rasa dingin ditangan gadis itu.

Gadis itu hanya tetap diam memperhatikan pria dihadapannya. Sesekali menunduk untuk bisa melihat tangannya yang digenggam.

"Ayo kita keluar, mereka pasti sudah menunggumu sayang"

"Peter" panggil gadis itu pelan.

"Kenapa? Ada hal yang ingin kau katakan padaku?" tanya Peter lembut.

"Darimana kamu memiliki fotoku saat masih kecil?"

Peter menghela nafasnya dan menatap istrinya dengan lembut.

"Dulu kita berteman baik sayang, hingga akhirnya kamu pergi dan tak mengingatku lagi" jelasnya.

"Apakah itu ada hubungannya dengan perjodohan ini?"

Peter mengangguk "Kau dan aku sudah dijodohkan sejak kecil. Aku ingat bagaimana kamu bahkan tak mau jauh dariku. Kamu akan menangis bila aku menjahilimu. Tapi sayangnya kamu lupa dengan semua itu, kau bahkan menganggapku orang asing sekarang"

"Tapi kenapa aku tak mengingatnya?"

"Aku dengar kamu mengalami sebuah kecelakaan yang membuat sebagian ingatanmu hilang. Mungkin karena itu kau tak bisa mengingatku"

"Kalau begitu bisakah kau membantu aku untuk mengingatnya?"

"Akan aku lakukan semampuku sayang, aku selalu berharap kau akan mengingatku lagi" ucap Peter.

Ia tersenyum saat istrinya meminta dirinya untuk membantu mengingat tentangnya dan masa kecilnya.

Peter kemudian membawa Anne untuk berdiri. Peter hanya menatap Anne dengan begitu lembut. Mendekatkan wajahnya pada wajah Anne dan mengecup bibir Anne sekilas yang membuat Anne kembali terkejut dengannya.

"Aku harus mengatakan berapa kali padamu, bahwa kamu harus terbiasa dengan itu semua"

"Aku terkejut karena, kau melakukan hal itu secara tiba-tiba" ucap Anne dengan pelan sambil menunduk.

"Kalau begitu, cobalah untuk membalasnya. Kau sangat manis"

Peter kemudian membawa gadis itu keluar dari kamarnya dan berjalan menghampiri ketiga saudaranya yang sedang sibuk memainkan sebuah permainan.

"Semuanya, kami disini" sahut Peter.

Ketiga saudaranya menoleh ke arah Peter yang berjalan bersama Anne dengan tangan yang meggenggamnya. Tersenyum ke arah mereka yang baru saja datang.

"Maaf apakah sudah menunggu lama?" tanya Peter.

"Tidak terlalu" ucap gadis berambut pirang, Lucy.

Peter membawa istrinya untuk duduk bersama ketiga saudaranya. Menatap dirinya dengan penuh senyuman dan harapan, seolah inilah yang diinginkan oleh keluarga itu.

Gadis itu masih merasa sangat canggung dihadapan saudara dari suaminya. Tak tahu bagaimana untuk memulai percakapan dengannya.

Hingga pada akhirnya gadis bersurai emas dengan warna mata biru yang indah mendekati dirinya sambil terus memberikan senyum padanya.

Anne mencoba untuk membalas senyuman adik iparnya yang terlihat sangat tulus padanya. Menampilkan lesung pipi yang membuat Anne terlihat semakin manis dan cantik.

"Kau mau ikut bersama kami untuk bermain Anne?" tanya gadis itu pada Anne dengan semangat yang tinggi.

"Bermain apa?" kini Anne yang bertanya padanya.

Mungkin dengan sedikit menyapa dan mengikuti keinginan keluarga dari suaminya akan membuat dirinya merasa nyaman. Walau ia tahu bahwa ini masih terasa seperti mimpi.

"Kenapa tidak bermain peta umpet saja, kita sudah lama tak memainkan permainan itu" jawab Lucy antusias.

"Tapi Lu, kita sudah terlalu tua untuk memainkannya" sahut gadis lain yang duduk diseberangnya.

"Setidaknya kita harus mencoba, aku rindu masa kecil kita Susan"

Gadis bernama Lucy mulai merengek pada kakak perempuannya. Ia lantas berpaling pada kakak laki-laki tertua yang duduk menggenggam tangan istrinya dan menatap Lucy lembut.

"Bolehkan Peter?"

Jelas sekali pria itu pasti tak bisa menolak keinginan si bungsu Pevensie. Ia akan melakukan apapun untuk adik-adiknya bahkan jika harus mengorbankan dirinya.

Peter Pevensie adalah ayah kedua bagi ketiga adiknya. Ia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga ketiga adiknya. Walaupun ketiga adiknya dan juga dirinya terkadang berselisih satu sama lain.

"Tentu. Siapa yang ingin berjaga?"

Ia menatap ketiga adiknya satu persatu hingga matanya tertuju pada istrinya yang hanya menunduk.

"Kamu tidak ingin ikutan sayang?"

Merasa terpanggil gadis itu lantas menoleh pada Peter. Ia ragu apakah ia harus mengikuti permainan ini ataukah tidak. Menurutnya ini terlalu kekanak-kanakan, tapi melihat semua orang tertuju padanya. Ia lantas mengangguk untuk mengikutinya.

"Kalau begitu, satu..dua..tiga.."

Peter mulai berhitung dan beranjak dari kursi melepas genggaman tangan Anne. Semua orang lantas mulai bersembunyi kesuatu tempat agar Peter tak bisa menemukan dirinya.

Anne malah dibuat bingung, ia tidak terlalu tahu tentang setiap sudut rumah Pevensie. Karena ia baru satu hari berada dirumah suaminya.

Lantas ia hanya akan berjalan menelusuri setiap lorong yang ada. Mencoba mencari suatu tempat agar ia bisa bersembunyi dari Peter.

Ia mulai melangkah dan berjalan dengan lebih cepat saat ia mendengar Peter berhitung lebih cepat. Setiap angka yang diucap oleh Peter terus bertambah setiap detiknya.

Anne merasakan ada sesuatu yang aneh dalam penglihatannya. Seolah ada sesuatu yang menyuruhnya untuk bersembunyi disuatu ruangan.

Ia berjalan menuju sebuah ruangan dilantai atas dan segera membuka pintunya. Pintu ruangan itu tak terkunci, lantas ia memasukinya.

Kembali menutup pintu tersebut dan berdiam diri dibaliknya sampai Peter akan menemukan dirinya nanti.

Ia melirik sebuah lemari antik diruangan itu. Menatapnya seolah ia pernah melihatnya atau mungkin pernah merasakan memasukinya.

Berjalan mendekati lemari antik tersebut dan menyentuhnya dengan pelan. Sesuatu mulai terlihat dalam pandangan matanya.

L <3 V E

Setelah Peter menghitung dengan selesai. Pria itu lantas mulai mencari para saudaranya juga istrinya yang tengah bersembunyi disuatu tempat.

Peter kemudian mencari diantara ruangan yang ada, bahkan hingga bawah meja dan juga dibalik tirai untuk menemukannya.

Saat ia berjalan, ia sedikit menyeringai saat ia melihat sebuah kaki dibalik tirai. Diam-diam mendekatinya tanpa suara dan bersiap untuk membuat orang itu terkejut karenanya.

Peter perlahan membuka tirainya lalu menepuk pundak orang itu yang sepertinya belum menyadari kehadirannya disana.

Karena merasa ada seseorang yang tengah menepuk pundaknya, orang itu lantas berbalik untuk melihat Peter yang tersenyum ke arahnya.

"Peter!" kejutnya saat ia melihat keberadaan kakak tertuanya.

"Kau kena Lucy!"

"Bagaimana kamu mengetahui keberadaanku begitu cepat?" tanya Lucy saat melihat Peter.

Peter kemudian menunjuk ke arah kakinya dengan menggunakan dagunya dan membuat Lucy menepuk kepalanya.

"Seharusnya aku tak bersembunyi disini" gumamnya.

"Kalau begitu ayo, ikut denganku untuk mencari yang lainnya"

Lucy kemudian mengikuti kemana arah pergi kakak tertuanya untuk mencari yang lainnya.

Berjalan disetiap lorong yang ada dirumah mereka. Mengecek satu persatu ruangan yang ada. Takkan menyerah untuk menemukan yang lainnya agar bisa menyelesaikan permainan yang dibuat.

Lucy tiba-tiba menarik pakaian yang dikenakan oleh Peter. Merasa ada sesuatu akhirnya ia memutuskan untuk berbalik pada adik bungsunya saat ia melihat bahwa adiknya tengah menunjuk pada seseorang.

Ada orang lain dibawah meja makan. Sedang bersembunyi darinya agar tidak tertangkap dengan mudah. Namun sayangnya hal itu akan menjadi sia-sia, karena kini Peter tengah berjongkok untuk melihat siapa yang ada dibawah meja.

"Ed, sekarang kau harus keluar. Karena aku telah menemukanmu!"

Terkejut? Jelas sekali. Pria bersurai hitam itu bahkan sampai tak sengaja membuat kepalanya tersandung oleh meja dan membuatnya meringis kesakitan.

Kedua saudaranya hanya tertawa melihatnya tanpa mau membantu sedikitpun padanya.

Pria itu kemudian keluar dari bawah meja dan menatap kedua saudaranya dengan sedikit kesal dan raut wajah cemberut menghiasinya.

"Baiklah, aku sudah keluar. Sekarang tinggal siapa yang harus kita cari?"

"Kita hanya tinggal mencari Susan dan juga Anne. Aku yakin keduanya cukup pintar bersembunyi dariku"

Peter dan kedua adiknya mulai mencari dua gadis tertua dirumahnya. Mereka yakin bahwa keduanya sangat pintar bersembunyi.

Mereka juga mengingat bahwa kedua gadis itu selalu memenangkan permainan ini. Tempat persembunyian keduanya sangat tidak terdeteksi dan diluar jangkauan mereka, karena itulah mereka yakin bahwa dua gadis itu bersembunyi dengan sangat baik.

"Susan, Anne. Kalian dimana?"

"Keluarlah. Kalian sudah menang!"

Beberapa teriakan dan sahutan menggema dirumah Pevensie untuk mencari keberadaan kedua gadis itu.

Baik Peter dan kedua adiknya bahkan rela berpencar hanya untuk mencari keduanya yang sangat pintar.

Tiba-tiba saja sebuah teriakan terdengar ketelinga mereka bertiga. Ketiganya segera mencari asal sumber suara tersebut.

Berlari dengan cukup cepat karena tidak ingin ada sesuatu yang berbahaya atau membahayakan gadis-gadis itu saat bersembunyi.

Ketiganya kemudian melihat seorang gadis tengah melompat-lompat sambil berteriak ketakutan.

"Ahhh tikus, semuanya tolong ada tikus besar disana!!"

Gadis itu menatap tiga orang dihadapannya yang malah ikutan panik. Seekor tikus terlihat berjalan kesana kemari dan membuat yang lainnya panik hingga berlari dari ruangan tersebut.

Menghela nafasnya berkali-kali dan membuat keempatnya kelelahan. Walaupun tikus tersebut tidak melakukan apapun pada keempatnya, tetap saja itu akan membuatnya sedikit terkejut karenanya.

Apalagi tikus itu tak bisa bicara seperti tikus yang mereka temui disuatu tempat yang jauh.

"Baiklah Su. Kau tertangkap. Sekarang kita harus mencari Anne"

"Kau belum menemukan Anne?"

Peter menggeleng dan kembali berjalan untuk menemukan anggota terakhir dari permainan yang mereka lakukan. Berharap tak terjadi apapun pada gadisnya tercinta.

Kembali berjalan menelusuri setiap ruangan dan lorong hanya untuk mencari gadis kesayangannya.


Peter PoV

Kemana aku harus mencari gadis itu. Sejak dulu dia yang paling handal dalam bersembunyi disuatu tempat yang bahkan tidak akan diketahui oleh orang lain.

Ck. Kenapa aku baru ingat jika dia selalu dan pasti bersembunyi disebuah lemari. Tapi dimana gadis itu akan menemukan lemari lain.

Haruskah aku mencoba mencarinya di kamarku terlebih dahulu? Dia belum tahu semua ruangan yang ada dirumah ini.

Meskipun rumah yang aku tinggali kini bersama saudaraku sebenarnya adalah rumah milik orang lain yang sengaja diwariskan padaku.

Dulu kami pernah diungsikan ke sebuah desa yang jauh dari perkotaan. Aku, Anne dan ketiga saudaraku bersama ditempat yang sama selama hampir satu bulan.

Kami melakukan banyak hal yang sangat menyenangkan termasuk bermain petak umpet seperti ini.

Rumah ini sangat besar dan memiliki banyak ruangan juga kamar kosong.

Aku tak tahu dimana Anne bersembunyi. Tapi saat kecil Anne akan bersembunyi bersama Lucy. Sekarang jelas semuanya berbeda.

Aku terus berjalan kesana kemari dan hingga akhirnya aku sampai disebuah ruangan yang sudah lama tidak aku maupun saudaraku masuki.

Membuka pintunya yang ternyata tidak terkunci sama sekali. Mulai memasukinya dan akhirnya aku menemukan gadis kesayanganku.

"Anne?"


Anne PoV

Aku bersembunyi disebuah ruangan yang entah apa ini. Seperti sebuah kamar yang sengaja kosong dengan sebuah lemari antik yang cukup besar dengan ukiran yang indah.

Aku menyentuh lemari tersebut dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu.

"Ayo Lu. Kita bersembunyi saja disini. Aku yakin Peter takkan bisa menemukan kita"

"Kau yakin dengan ini Anne?"

"Cepatlah. Setidaknya kita akan menang nanti"

Sebuah kilasan, entah apa itu tapi aku merasakan sedikit sakit dikepalaku. Berdenyut cukup keras yang membuatku sedikit pusing.

Aku memegang kepalaku, menatap lemari dihadapanku. Seolah aku baru saja mengalami sesuatu kejadian.

Lucy dan Peter.

Hanya kedua nama itu yang terlintas dalam otakku. Aku bersembunyi dengan Lucy dari Peter.

Apa itu? Apakah aku berhalusinasi?

"Kau harus percaya padaku Peter"

"Lucy sudah cukup. Kami tak punya imajinasi sepertimu"

"Tapi apa yang dikatakan Lucy benar Peter. Aku juga ada disana!"

"Anne, berhentilah membelanya dan bersikaplah dewasa!"

"Tapi Lucy benar, aku melihatnya Peter. Kami takkan berbohong"

"Anne cukup, hentikan!"

"Tapi Peter"

"Kubilang cukup Anne. Jangan mencoba membela Lucy!"

Sakit kepalaku semakin menjadi. Sebuah perdebatan diantara Peter, aku dan Lucy.

Aku tak tahu apakah itu sebuah ingatan masa laluku yang hilang atau hanya imajinasiku. Yang aku rasakan hanyalah kepalaku berdenyut lebih keras dan itu cukup sakit.

Aku sudah tak kuat lagi, ini sangat sakit sekali. Bisakah seseorang cepat datang kemari?

Aku mulai mendudukan diriku didepan lemari antik ini sambil memegang kepalaku yang terasa cukup sakit. Hingga akhirnya aku mendengar seseorang membuka pintu dan memanggil namaku.

L <3 V E

Peter memasuki ruangan tersebut dan melihat istrinya tengah terduduk dilantai sambil memegang kepalanya.

Ia segera menghampirinya dan memeluknya cukup erat. Ia tak tahu apa yang terjadi pada istrinya. Yang ia tahu istrinya mungkin mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan.

"Sayang, apa yang terjadi hm?"

Gadis itu hanya tetap diam menatap Peter dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya.

Ia mungkin ingin sekali menangis karena rasa sakit kepala yang dialami olehnya tapi dia malu untuk melakukan hal itu didepan suaminya.

Peter menangkup wajahnya untuk melihatnya lebih dekat, menatap matanya begitu dalam saat sang gadis hanya terdiam membisu.

Memeluknya begitu erat dan mulai memangkunya untuk keluar dari ruangan tersebut. Peter sempat melirik ke arah lemari antik yang sudah lama tak ia kunjungi.

Membawa istrinya pergi dari ruangan tersebut dan berjalan menuju dimana ketiga saudaranya sudah berkumpul.

Ketiga saudaranya menatap terkejut melihat sang kakak tertuanya yang datang menggendong istrinya yang terlihat hampir menangis.

Peter mulai mendudukan dirinya disofa dengan Anne yang masih berada dalam pangkuannya. Membelai rambutnya yang indah dan menawan hanya untuk membuat Anne merasa lebih baik.

"Apa yang terjadi Peter?"

Sebuah pertanyaan dengan nada khawatir terdengar dari mulut seorang gadis bersurai hitam dengan mata birunya yang cerah.

Peter menatap adiknya Susan yang baru saja melontarkan sebuah pertanyaan padanya. Lalu kembali menatap istrinya yang masih membisu dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya.

"Kamu kenapa hm? Apakah kepalamu terasa sakit? Ataukah ada sesuatu yang lain? Tolong jawab sayang, jangan buat kami khawatir"

Peter memberikan pertanyaan dengan nada khawatir, pandanganya tak luput dari istrinya.

"Kepalaku sangat sakit" keluh Anne.

"Apa yang terjadi hm?"

"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja kepalaku berdenyut sakit sekali. Aku bahkan mungkin sempat berhalusinasi akan sesuatu hal"

"Berhalusinasi?"

Gadis itu mengangguk membenarkan ucapannya, bahwa dia mungkin tengah berhalusinasi akan sesuatu.

"Seperti apa?"

Suara gadis lain menyahutinya dengan rasa penasaran. Gadis itu bahkan kini berada didekat Anne dan menatapnya penuh pertanyaan.

"Aku tak tahu, tapi itu terdengar seperti perdebatan. Antara kamu dan juga Peter" jelasnya.

Peter menatap ketiga saudaranya dan memberikan sebuah isyarat penting.

"Mungkin kamu harus istirahat sayang, kamu pasti kelelahan. Aku akan membawamu ke kamar dan memberikan obat sakit kepala padamu" kata Peter.

Anne mengangguk dan segera Peter membawa Anne pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Mendudukkan istrinya ditempat tidur.

Peter kemudian membuka laci meja dekat tempat tidurnya dan mengambil sebuah obat sakit kepala. Peter selalu menyediakan hal seperti itu karena dirinya juga terkadang merasakan sakit kepala.

Ia memberikan obat itu pada istrinya dan Anne segera meminumnya. Gadis itu mulai berbaring mengistirahatkan dirinya ditempat tidur.

"Kamu istirahat saja. Jika kamu butuh sesuatu panggil saja oke"

Peter mencium keningnya dengan lembut dan menatapnya hangat. Sesekali ia akan mengusap pipinya dan mengecupnya penuh kasih.

Pria itu kemudian keluar dari kamar, sempat melirik ke arah istrinya yang mulai tertidur lelap.

"Aku yakin kau pasti akan segera mengingat semuanya sayang"

Peter berjalan menuju dimana ketiga adiknya berada dan tengah menunggu kehadiran dirinya.

Duduk berhadapan dengan ketiganya yang memancarkan begitu banyak pertanyaan dari raut wajahnya.

"Jadi kau menemukannya dimana?"

Salah satu pertanyaan yang menjadi pembuka diantara percakapan mereka berempat.

"Kamar lantai atas dimana lemari itu berada. Aku menemukan dirinya yang terduduk dilantai sambil memegang kepalanya, aku yakin dia sakit"

"Lemari lantai atas?"

"Kamar yang tak pernah dikunci?"

Peter mengangguk atas pertanyaan yang keluar dari mulut adiknya.

"Apakah itu artinya dia mulai mengingat hal itu?"

"Entahlah Lu. Aku belum yakin. Tapi bagaimana ia bisa menemukan lemari itu pasti ada sesuatu"

"Kau benar Pete, seolah seseorang telah membantunya. Mungkinkah Aslan telah membantunya?"

"Mungkin saja Su. Jika kamu saja bisa kembali mengingatnya sudah pasti Anne juga bisa mengingatnya"

"Dan apa yang dikatakan oleh Anne tadi, soal perdebatan Peter dan Lucy serta dirinya. Itu adalah saat kita berdebat tentang negeri yang Lucy temukan. Aku yakin itu"

"Kau benar juga Ed. Itu adalah perdebatan pertama kita, bahkan Lucy masih mengingat itu, begitupun denganku. Itu adalah pertama kalinya aku kecewa dengan Anne"

"Dan itu adalah hal yang menyakiti Anne, kau tak mempercayainya apa yang dikatakan olehnya saat itu"

"Benar sekali Lu. Pasti ada hal yang menjadi ingatannya atau yang ia ingat meskipun itu adalah yang menyakiti dirinya. Itu pasti ada"

"Semoga dia cepat mengingat semua itu, semua tentang kita dan dunia kita. Agar kita bisa kembali bersama seperti dahulu kala"

Keempat Pevensie itu saling menghela nafas satu sama lain tanpa mereka sadari bahwa seseorang menguping pembicaraan keempatnya.

"Apakah yang dikatakan benar?"














Gak vote gak lanjut!!

Kalau suka komen ya! Dan kalau ada saran atau ide juga pertanyaan silahkan dm aku!

~Please share this story!!~
Add, vote, coment and follow <3

Continue Reading

You'll Also Like

46.9K 4.9K 18
Disclaimer : Harry Potter dkk milik JK Rowling, kecuali Jeslyn Robertson. Hidup Sirius terkesan abu - abu setelah ia melarikan diri dari penjara Azk...
3.5M 340K 93
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
17.8K 1.7K 9
Jane Cullen, gadis yang dulunya selalu diejek karna tubuhnya yang gendut kini berubah total di tahun ketiganya Semua orang terpana akan kecantikannya...
2M 102K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...