"Jadi maksudmu orang-orang Gagel menyerangmu karena mereka mencoba menanam tanaman aneh di lantai 4 menara, meong?!"
"Ya. Itu benar. Mereka telah menaklukkan lantai 2 dan 3 menara dan mengatakan mereka akan terus naik setelah menaklukkan lantai 4."
"Hak! Hak! Tak termaafkan, meong! Aku akan memberi pelajaran pada Gagel, meong!"
Theo, setelah mendengar kata-kata Tengkorak Hitam Onik, menggeram marah. Pasalnya, Gagel berani mencoba menaklukkan menara tersebut.
'Menaranya sudah ditaklukkan oleh Ketua Park, meong!'
Bagi Theo, pangkat tertinggi di menara adalah milik Sejun. Oleh karena itu, tindakan Gagel merupakan invasi terhadap menara yang ditaklukkan oleh Sejun.
'Dan itu merupakan penghinaan bagiku, Park Theo, si kucing emas dan tangan kanan Ketua Park, meong!'
Benar-benar tidak dapat diterima jika mereka tidak menghormati Sejun dan dia serta mencoba mengambil alih tanah secara sewenang-wenang.
Hak! Hak!
Sementara Theo yang marah berusaha menenangkan emosinya,
"Kyoo-kyoo-"
Ada makhluk lain yang marah. Itu adalah Iona, yang diam-diam mendengarkan dari belakang Theo.
'Beraninya mereka macam-macam dengan Sejun~nim!'
Dalam pandangan Iona, peringkat tertinggi di menara itu adalah milik Naga Hitam besar, Aileen.
Meskipun Iona tidak melihat Sejun sebagai otoritas tertinggi di Menara Hitam seperti Theo, mengacaukan Sejun berarti mempermainkan Theo, tangan kanan Sejun.
'Dan mempermainkan Theo berarti mempermainkanku!'
Semakin dia memikirkannya, semakin dia marah.
"Kyoo-kyoo-kyoo-"
Saat tingkat kemarahan Iona meningkat,
"Kyoo-kyoo-kyoo-"
"Suara apa itu?"
Paku tiba-tiba bertanya pada monster lain tentang kebisingan yang baru saja dimulai.
"Ini... Ini... tahap ketiga dari Kyoo dari Kemarahan! Kita semua dihukum mati!"
Seekor monster, ketakutan, menunjuk ke arah hamster putih kecil di ekor Theo dan menjawab.
"Kyoo dari Kemarahan? Hei, kenapa kamu panik karena seekor hamster... "
Hah?! Seekor hamster putih mengeluarkan suara 'Kyoo'?! Paku terlambat menyadari apa maksud Kyoo dari Kemarahan.
Itu adalah suara yang dibuat oleh Iona, penyihir penghancur, saat dia menjadi marah.
Kyoo dari Kemarahan tahap ketiga setidaknya bisa menghancurkan sebuah kota. Kota Kelinci adalah kota metropolitan, jadi tidak akan hancur seluruhnya.
Namun, karena mereka berada tepat di sampingnya, tidak ada peluang bagi mereka untuk bertahan hidup.
Pada saat itu,
"Kyoo-kyoo-kyoo-"
Goooo.
Sihir Iona yang marah mulai mempengaruhi sekeliling, dan batu-batu kecil mulai melayang.
Shiver-shiver.
"Kita semua akan mati."
Saat para monster pasrah pada nasibnya,
"Meong? Iona, tenanglah, meong!"
"Kyoo-ya."
Untungnya, Theo, yang merasakan ada yang tidak beres, menenangkan Iona.
Kemudian,
"Onik, ikut aku, dan yang lainnya tunggu di sini, meong!"
"Ya!"
Para monster, yang senang bisa menjauhkan diri dari Iona, merespons.
Clatter. Clatter.
Hanya Onik, gemetar ketakutan, mengikuti Theo dan Iona menuju Kastil Putih.
***
"Cuengi kami makan banyak."
Saat Sejun mengeluarkan kue wortel,
Krueng!
[Cuengi akan menikmati makanan ini!]
Thump. Thump.
Swoosh.
Kue wortel itu melayang di udara dan masuk ke mulut Cuengi.
Nom-nom.
Kuhehehe. Krueng!
[Hehehe. Sangat lezat!]
Cuengi senang sekali menyantap kue wortel itu.
"Sangat menarik. Coba makan yang lain, Cuengi."
Untuk mengamati kemampuan Cuengi, Sejun terus menawarkan makanan lebih banyak.
Cuengi, yang berada dalam kondisi setengah sadar beradaptasi dengan kekuatan barunya, bangun dan membuka bakat baru. Kemampuan itu adalah telekinesis.
Thump. Thump.
Berkat itu, Cuengi kini bisa mengangkat kue wortel ke dalam mulutnya tanpa menyentuhnya.
Kemudian,
"Vitalitas."
[Anda telah menggunakan Vitalitas Lv. 1.]
[Ini dengan cepat mencerna makanan di perutmu.]
[Semua statistik meningkat 1% selama 60 menit.]
Sejun sedang menyuapi Cuengi sambil mencerna Bakso Sehat Aileen.
Meskipun ada batasan jumlah maksimum makanan yang bisa dia cerna, yang mengharuskan dia menggunakan skill setiap jam, itu adalah ketidaknyamanan kecil.
Namun berkat skill Vitalitas, Sejun kini bisa memakan hingga 5 Bakso Sehat Aileen per hari.
Pada saat itu,
[Kemahiran Anda dalam Vitalitas Lv. 1 telah terisi, dan levelnya meningkat.]
Kemahiran keterampilan Vitalitas terisi, meningkatkan levelnya.
[Keterampilan: Vitalitas Lv. 2]
– Cepat mencerna sisa makanan di perut untuk mendapatkan vitalitas.
– Kecepatan pencernaan makanan menjadi dua kali lipat, dan Kekuatan, Stamina, Kelincahan, dan Kekuatan Sihir meningkat sebesar 2%.
– Durasinya ditentukan berdasarkan jumlah makanan yang tersisa di lambung. (Maksimal 70 menit)
Berkat peningkatan skill Vitalitas, jumlah makanan yang bisa dicerna Sejun meningkat, dan sekarang sepertinya dia bisa makan sepuluh Bakso Sehat Aileen per hari.
Sejun tidak peduli dengan peningkatan stat sebesar 2%. Lagipula, sedikit peningkatan pada statistik yang sudah lemah tidak akan membuat perbedaan yang nyata.
"Hehehe. Hampir selesai memakan semuanya."
Sejun melihat ke arah Bakso Sehat Aileen yang tersisa.
Ada 19 yang tersisa. Setelah dia memakan semuanya, dia akan terbebas dari Bakso Sehat Aileen, dan semua statistiknya akan meningkat sebesar 100.
"Hehehe."
Kuhehehe.
Karenanya, Sejun dan Cuengi tertawa karena alasan yang berbeda.
Ketika Cuengi sudah makan beberapa kue wortel lagi,
Thud. Thud.
Krueng.
[Cuengi mengantuk.]
Cuengi, sambil menggosok matanya, meringkuk ke arah Sejun. Masih belum terbiasa menggunakan telekinesis, Cuengi cepat merasa lelah.
"Bagaimana kalau kita tidur?"
Merasa kenyang, Sejun segera menggendong Cuengi dan merebahkan tubuhnya di kasur sambil membuatkan bantal dengan lengannya untuk Cuengi.
Beberapa saat kemudian.
Snore.
Kurorong.
Ruangan itu hanya dipenuhi suara dengkuran Sejun dan Cuengi.
Creak.
Pintu terbuka, dan seseorang masuk.
"Meong? Ketua Park, apakah kamu tidur, meong?"
Itu adalah Theo.
"Kyoot, kyoot, Wakil Ketua Theo, kami juga tidur!"
Iona, yang tujuan awalnya adalah untuk tidur, berkata.
"Puhuhut. Ayo lakukan itu, meong!"
Theo yang tujuan hidupnya adalah untuk mengambil pangkuan Sejun, dengan cepat mengambil tempatnya di pangkuan Sejun mengikuti perkataan Iona.
Snore.
Gororong.
Kurorong.
Kyuorong.
Ruangan itu sekarang dipenuhi dengkuran semua orang yang sedang tidur.
Clatter...
Tengkorak Hitam Onik yang ditinggal sendirian dengan hati-hati bergerak berbaring di lantai tanpa mengeluarkan suara.
Kemudian,
Secara diam-diam...
Bayangan Sejun mulai bergerak.
***
"Baiklah!"
Kurorong.
Sejun, terbangun, dengan hati-hati mengangkat kepala Cuengi yang bertumpu pada lengannya dan bangkit.
Gororong.
Kyuorong.
"Hah? Theo dan Iona?"
Dia mendengar suara dengkuran Theo dan Iona.
Saat pandangan Sejun beralih ke pangkuannya, dia melihat Theo tertidur di pangkuannya dan Iona meringkuk di sekitar ekor Theo.
"Dari mana dia mengambil ini?"
Bulu Theo yang tadinya menguning sebelum tidur, kini berubah menjadi hitam.
Saat Sejun mengulurkan tangan untuk memeriksa apa yang ada di bulu Theo,
Slither.
"Eh?!"
Zat hitam yang disentuh Sejun mulai terserap ke dalam tangannya. Lebih tepatnya, mereka menyatu dengan bayangannya.
"Apa ini?!"
Sementara Sejun ragu-ragu dalam kebingungan,
Secara diam-diam...
Gumpalan kecil bayangan berukuran sekitar 5 cm mulai terlepas dari bayangan Sejun dan mulai menempel kembali pada bulu Theo satu per satu.
Dan gumpalan bayangan itu menyentuh bulu Theo. Mereka bergerak dengan agak manis saat mereka menggeliat.
"Aileen, apa ini?"
Sejun menunjuk gumpalan bayangan itu dengan jarinya, berhati-hati agar tidak menyentuhnya dengan bayangannya, dan bertanya pada Aileen,
[Administrator Menara mengatakan bahwa ini adalah antek bayangan, dan mereka tidak akan menyakiti apa pun yang tidak ingin disakiti oleh tuannya, jadi Anda dapat yakin.]
Aileen menjelaskan sifat dari gumpalan bayangan.
"Apakah ini antek bayangan?"
Tapi bukankah dikatakan bahwa pemanggilan tidak mungkin dilakukan karena kurangnya kekuatan sihir?
"Antek bayangan."
Sejun mencoba memanggil Antek bayangan lagi.
Namun,
[Anda tidak memiliki kekuatan sihir untuk memanggil Antek bayangan.]
Pemanggilannya gagal lagi.
"Lalu apa yang ada di sini?"
Saat Sejun bertanya-tanya,
[Administrator Menara mengatakan bahwa menurut kakek, Dark, Dewa Kegelapan, adalah seorang pecinta kucing.]
[Administrator Menara mengatakan bahwa Antek bayangan yang dipengaruhi oleh Dewa Kegelapan, tampaknya meniru perilaku Dark.]
"Jadi, mereka seperti ini karena dia menyukai kucing?"
Aileen mengklarifikasi pertanyaan Sejun.
Kemudian,
"Jadi meski tanpa kekuatan sihir yang cukup, aku bisa memanggil Antek bayangan? Halo semuanya."
Sejun, senang telah menemukan cara memanggil Antek bayangan tanpa menggunakan kekuatan sihir, menyapa mereka, tapi
......
Para Antek bayangan mengabaikan kata-kata Sejun.
"Apakah mereka tidak memahamiku?"
Saat Sejun mengamati Antek bayangan yang menempel pada Theo,
"Meong? Ketua Park, kamu sudah bangun, meong?"
Theo bangun dan menyapa Sejun.
Kemudian,
"Apa ini, meong?! Lepaskan aku, meong!"
Theo berteriak pada Antek bayangan yang menempel di tubuhnya,
Slither.
Para antek bayangan menjauhkan diri dari Theo.
"Hah?"
Saat itulah Sejun menyadari sesuatu yang aneh. Mengapa sepertinya mereka memahami pembicaraan?
"Wakil Ketua Theo, suruh mereka membentuk barisan."
"Meong?! Oke, meong! Berbarislah, meong!"
Whoosh.
Mengikuti perintah Theo, para Antek bayangan membentuk barisan dengan rapi.
"Wah!"
Lihat orang-orang ini?
Hmph! Mereka tidak mendengarkanku tapi mengikuti perintah Theo?"
Sejun tertawa, melihat ke arah Antek bayangan yang menjengkelkan itu. Kalau begitu, mari manfaatkan Theo dan manfaatkan semaksimal mungkin!
"Wakil Ketua Theo, suruh salah satu dari mereka membawa sendok ke sana."
"Dimengerti, meong! Kamu, pergi dan bawakan sendok itu, meong!"
Whoosh.
Benar saja, Antek bayangan dengan patuh mengikuti perintah Theo. Sejun, melalui Theo, menguji dan menilai kemampuan para Antek bayangan.
Meskipun mereka tidak bisa mengerahkan kekuatan yang kuat, karena mereka tidak dipanggil dengan kekuatan sihir, mereka mampu menjalankan tugas.
Selagi menguji apa yang bisa dilakukan oleh Antek bayangan,
Clatter...
Tengkorak Hitam Onik, yang sedang tidur di lantai, buru-buru bangun, berpikir dia perlu menunjukkan tindakan cepat karena dia adalah yang terendah dalam hierarki di sana.
Kemudian,
"Aaah!"
Sejun yang kaget dengan kemunculan Onik yang tiba-tiba berteriak kaget.
Krueng?! Krueng?!
[Apa yang terjadi, Ayah?! Apakah kamu menakuti ayahku?!]
Mendengar teriakan Sejun, Cuengi segera bangkit untuk memeriksa sekeliling dan, karena menganggap Onik sebagai orang yang paling bermusuhan, berusaha membunuhnya menggunakan telekinesis.
"Meong?! Cuengi, hentikan, meong!"
Krueng?
Untungnya, Theo, yang merasakan kekuatan Cuengi, turun tangan dan menghentikan Cuengi.
"Salam! Aku Tengkorak Hitam Onik, dari lantai 4 Menara!"
Berkat ini, Onik, yang tidak menyadari kekuatan besar baru saja melewati bahunya beberapa saat yang lalu, bisa berlutut dan menyapa Sejun.
Secara eksternal, dia tampak paling lemah, tetapi mengingat lingkungan sekitar dan sikap Theo, dia tampak memiliki peringkat tertinggi. Onik memang punya akal sehat.
"Ahem. Jadi, kamu Onik?"
"Ya!"
"Tapi kenapa kamu ada di kamar kami...?"
"Ketua Park, aku membawanya ke sini, meong!"
Theo menjawab Sejun yang bingung.
"Wakil Ketua Theo? Mengapa?"
"Dengarkan apa yang Onik katakan, meong! Ada orang yang perlu kita beri pelajaran, meong!"
"Orang-orang yang perlu kita beri pelajaran?"
"Ya, meong! Onik, cepat beritahu Ketua Park, meong!"
"Ya. Aku di sini karena manusia bernama Gagel... "
Onik menjelaskan situasi di lantai 4 Menara.
"Jadi, Gagel mencoba mengambil alih lantai 4, dan kamu datang ke sini untuk mendapatkan kekuatan melawan mereka dengan mendapatkan Helm Prajurit Naga?"
"Ya!"
"Itu dia, meong!"
"Hmm..."
Sejun berpikir.
Pada saat itu,
[Administrator Menara melaporkan bahwa alarm hijau telah muncul.]
Aileen angkat bicara.
"Alarm hijau? Mungkinkah itu lantai 4?"
[Administrator Menara mengonfirmasinya.]
[Administrator Menara menunjuk Anda sebagai administrator menara tingkat menengah untuk mencegah kepunahan Tengkorak Hitam di Makam Hitam di lantai 4.]
[Anda akan dipindahkan ke Makam Hitam di lantai 4 dalam 30 detik.]
[Anda boleh membawa bawahanmu bersamamu.]
[Harap tentukan bawahan mana yang akan menemani Anda.]
"Mengerti."
Sejun dengan cepat memilih hewan dan Tengkorak Hitam Onik, dan
[Transportasi ke Makam Hitam di lantai 4.]
[Anda tidak bisa meninggalkan lebih dari 100 meter dari Makam Hitam.]
Sejun dan hewan-hewannya menghilang.
(Pip-pip?)
Hanya menyisakan Kelelawar Emas. Sejun, yang tidak melihat Kelelawar Emas di punggungnya, tidak menyadarinya.
Berkat ini, Kelelawar Emas bisa memberitahu yang lain ke mana Sejun pergi.