KAIVAN ARGANTARA

By pecintacocolate

1.2K 144 120

[FOLLOW SEBELUM BACA!!] *CERITA HASIL SENDIRI!! ✍️ NO PLAGIAT!! ✍️ USAHAKAN BACA DESKRIPSI DULU!! ✍️ KALO GA... More

00. Prolog
01. Awal
02. Keputusan Kai
04. Persyaratan?

03. Martabak dan Latihan Bela Diri

136 19 2
By pecintacocolate

Assalamualaikum...

Halo gimana nih kabar nya??

Sudah vote dan komen di bab sebelumnya?

Kalo belum votmen dulu, oke.

·Happy Reading·

🍃🍃🍃

"Kalo lo ada masalah cerita aja gausah di pendem sendiri, kalo malu buat cerita, setidaknya lo bisa jujur sama diri lo sendiri, kalo lo itu lagi ada masalah." - Kaivan Argantara

🍃🍃🍃

Sepulang sekolah, ketujuh remaja lelaki Argantara High School tak langsung pulang ke rumah Kai, mereka melaksanakan kewajiban mereka sebagai umat Muslim untuk menjalankan Sholat Jum'at.

Setelah beberapa menit ketujuh remaja itu akhirnya selesai melaksanakan kewajiban mereka.

Kai dan keenam sahabatnya lantas langsung bersiap pergi dari Masjid. Mereka mulai menaiki motornya masing-masing dan mulai pergi.

Beberapa menit mengemudi akhirnya mereka sampai di rumah keluarga Argantara.

Kai dan sahabatnya mulai memasukkan motor ke halaman belakang.

Sejak awal masuk ke rumah Kai sama sekali tidak melihat adanya mobil Daniel. Kai tak memedulikan itu dirinya lantas masuk ke dalam rumah, disusul dengan para sahabatnya.

Kai dan keenam sahabatnya segera menaiki tangga untuk menuju ke kamar Kai. Setelah sampai di depan kamar Kai, ketujuh remaja itu segera memasukinya.

Elvan yang langsung berbaring di kasur milik Kai, Zay yang meminjam gitar, Rasya dan Artan yang sibuk dengan ponselnya, Dama yang sedang mendengarkan musik sembari rebahan di lantai, juga Ilham yang memainkan rubik milik Kai.

Sedangkan Kai dirinya berada di balkon kamar, dengan laptop yang berada dimeja. Entah anak itu sedang melakukan aksi apa.

"KAI ADA TELEPON." Ilham yang sibuk memainkan rubik itu seketika berteriak.

"Berisik," gumam Kai sembari berjalan ke arah Ilham.

Kemudian Kai mengambil ponselnya yang berada didekat Ilham, terpampang jelas bahwa telepon itu dari sang ibu. Walaupun kini Yasmin sedang berada dilantai satu.

Beberapa saat kemudian Kai mematikan teleponnya dan menyimpannya kembali didekat Ilham.

"Siapa Kai?" tanya Ilham.

"Nyokap gue," jawab Kai.

Elvan yang tadi sedang rebahan di kasur milik Kai seketika langsung mengubah posisinya menjadi duduk.

"HAH? Emak nya kan ada dibawah ngapain harus nelepon gila," ujar Elvan.

"Orang kaya mah beda El," sahut Artan yang sibuk dengan game di ponselnya.

"Wkwk, iya lagi, orang biasa kaya kita mana bisa ya," ucap Elvan.

Pembahasan seperti ini yang kurang Kai sukai, membahas tentang latar belakang keluarga.

Bukan apa-apa Kai hanya merasa tidak enak, disaat teman-temannya yang lain membahas tentang keluarga, dirinya selalu disebut sebagai anak yang beruntung, anak keluarga cemara, anak orang kaya. Hal itu yang membuat Kai merasa tidak enak.

"Ssst, udah-udah, Kai apa yang nyokap lo bilang tadi?" tanya Ilham.

"Nyokap gue nyuruh buat bagiin makanan di jalan," jawab Kai.

"AYO GAS, gue suka berbagi," sahut Dama.

"Mang eak? Gue minta mie instan aja lo gamau bagi, pelit lo," timpal Zay.

"Itu tuh bukan pelit tapi namanya strategi untuk berhemat," ucap Dama.

"Mata bapak lo hemat!"

"Bapak gue udah gaada, kalo lo lupa." Dengan enteng Dama mengatakan hal seperti itu.

"Buset gelap," sahut Ilham masih dengan rubik ditangannya.

Setelah mendengar percakapan sahabatnya Kai lantas berjalan mengambil laptop nya yang berada di meja balkon, setelahnya Kai mengambil jaketnya.

Kai dan keenam sahabatnya mulai menuruni tangga dan mengambil makanan untuk dipindahkan kedalam mobil.

Ada tiga ratus lima puluh kotak makanan untuk dibagikan hari Jum'at ini. Matahari yang terik tak menjadi alasan untuk mereka berbagi.

Setelah selesai memindahkan makanan, mobil tersebut dikendarai oleh supir pribadi keluarga Argantara, disusul Kai dan para sahabatnya dibelakang menggunakan motor.

Kai dan sahabatnya mulai membagikan makanan dipinggir jalan. Memberikannya mulai pada pengendara motor dan supir angkot, pengemis, pengamen, anak jalanan atau hanya orang yang lewat berjalan kaki pun diberi makanan.

Cukup lama mereka membagikan makanan dipinggir jalan. Matahari semakin terik mereka berpindah tempat untuk berbagi.

Saat kotak makanan sudah habis di bagikan, mereka kembali ke rumah Kai, tepat saat pukul setengah tiga lebih lima sore mereka sampai.

Kai dan para sahabatnya kemudian menuju taman belakang. Terdapat rumput yang sangat terawat sebagai pijakan, juga, tanaman-tanaman yang begitu terjaga untuk menghiasai tanam.

Ada kolam ikan yang juga dapat menghiasai tanam tersebut dan tak lupa pohon untuk menjadi tempat berteduh jika panas.

Kai segera duduk di bawah pohon, disusul dengan para sahabatnya. Hari semakin sore itu artinya sebentar lagi Daniel akan pulang dan mengajari bela diri untuk ketujuh remaja itu.

Beberapa saat kemudian seorang lelaki paruh baya datang menghampiri ketujuh remaja tersebut.

Daniel mempersilakan Kai dan sahabatnya untuk duduk tidak perlu berdiri.

"Weyy om kemana aja, lama amat pulang nya." Elvan yang berujar, memang Elvan dan Daniel sudah seperti teman walaupun begitu Elvan tetap tau sopan dan santun.

"Biasalah El banyak yang harus dikerjakan di kantor, papah mu gimana El sehat?" Daniel membalas perkataan Elvan.

"Hah? Papah? Oh ... itu," ucapan Elvan terbata-bata, "sehat kok om sehat."

"Bohong kau pembohong, dia sehat lo kaga," bisik Artan yang ada di sebelah Elvan.

"Kamu bisik-bisik apa Artan?" tanya Daniel.

"Oh itu om, kayaknya kalo sebelum mulai latihan enak kalo makan martabak, gitu om." Artan berusaha mengelak.

"Yasudah, Kai tolong panggil Mang Jajang untuk beli martabak, papah mau ngambil uang dulu." Daniel berdiri setelah berucap, dan pergi untuk mengambil uang cash.

"Bujet, bokap lo Kai, langsung dibeliin dong," ujar Ilham.

"Hm." Hanya itu saja yang Kai keluarkan dari mulutnya.

Kai segera pergi untuk memanggil Mang Jajang. Tak lama dirinya kembali dan duduk ditempat semula.

"Lo bener Ar bisik-bisik gitu ke si Elvan?" tanya Dama.

Artan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Hehe, enggak."

"TOL!" Dama hampir saja melemparkan kata-kata mutiaranya.

"Ol." Ilham melanjutkan perkataan Dama.

"Malah disambung kocak," ucap Zay.

Rasya yang dari tadi hanya mendengarkan percakapan sahabatnya, sembari memainkan game di ponselnya.

"Sya, lo ga mati kan? Diem mulu." Elvan memastikan apakah sahabat yang satunya itu baik-baik saja atau tidak.

Rasya hanya melirik ke arah Elvan dan memberikan tatapan tajam padanya.

🍃🍃🍃

Setelah menghabiskan martabak ketujuh remaja lelaki Argantara High School langsung di latih untuk bela diri.

Memang baru dasarnya, tapi mereka sangat cepat untuk mengingat dan mempraktekkannya kembali.

Hari ini mereka berlatih dari jam empat sore sampai dengan jam lima sore, memang terdengar hanya sebentar tapi dalam waktu satu jam mereka sudah dapat memahami apa yang dipelajari.

Satu jam untuk latihan mungkin sudah cukup bagi mereka.

Beberapa menit kemudian kumandang Adzan Maghrib sudah terdengar, Kai segera mengajak sahabatnya untuk Sholat berjamaah di Masjid terdekat dari rumah Kai.

Sebelum Sholat Maghrib dilaksanakan mereka sudah berganti pakaian terlebih dahulu.

Selesai Sholat berjamaah mereka kembali ke rumah Kai. Kini ketujuh remaja itu sudah ada di kamar Kai.

"Main PS ga?" tanya Kai.

"Gass abangkuhh," sahut Ilham.

"Lo mau El?," tawar Kai.

"Elvan gamau? Yang bener aje, rugi dong," ucapnya.

"Yaudah lo sama Ilham main PS," ujar Kai.

"Mabar yok bre," ajak Dama.

"Gass," ucap Kai, Rasya, Dama, Artan dan Zay secara berbarengan.

Begitulah mereka jika sudah selesai beraktivitas, akan fokus mengerjakan apa yang mereka inginkan.

"Ga mau nginep aja lo pada?" tanya Kai.

"Emang cukup?" Rasya balik bertanya.

"Sya sya, kaya lo gatau aja sede apa rumah si Kai, kalaupun kita nginep pasti bisa kan banyak kamar disini," ujar Dama.

"Bukan itu yang harusnya di bahas, pertanyaan emang boleh sama bokap nyokap lo?" ujar Ilham.

"Kenapa engga," ucap Kai.

"ASEEEEK NGINEP DI RUMAH ORANG KAYA COEGG, MOGA AJA NULAR KAYA NYA," teriak Elvan.

"AAMIIN," sahut Artan.

"Tapi ya, kita tidur dimana?" tanya Zay.

"Disini juga muat, tinggal di keluarin kasur dibawahnya, kasur atas cukup buat tiga sampe empat orang kalau orang nya lebar, kasur bawah cukup buat dua orang," jelas Kai.

"Gausah pake alasan lebar Kai, bilang gendut," ujar Artan dengan melirik kearah Elvan.

Elvan juga lantas melirik kearah Artan. "Maksud anda apa ya bicara gendut liat saya?"

"Engga, gapapa, kalo lo ngerasa berarti iya ke lo," ucap Artan.

"Gue ga gendut ye coy, kalo gendut nanti cewek-cewek gue kabur," ujar Elvan.

"Awas El ntar kayak gue," ucap Kai tiba-tiba.

Hal itu membuat keenam sahabat Kai memperlihatkan wajah yang penuh dengan tanda tanya.

"Yang datang tiba-tiba pasti akan pergi secara tiba-tiba," ujar Kai

"Contohnya lo Rin," batin Kai.

"Yeuhh, lo mah itu namanya gamon," sahut Ilham.

"Siapa yang ga gamon gila tinggalin secara tiba-tiba tanpa alasan sama orang pertama yang jadi sahabat," timpal Zay.

"Sakit Kai?" Pertanyaan itu tiba-tiba muncul dari mulut Rasya.

Kai hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Rasya.

Walau masih fokus dengan game masing-masing obrolan mereka tetap nyambung seperti biasa.

"Tidur yok bre, ngantuk gue," ajak Elvan.

"Yok lah, kalo mereka mau gadang biarin lah El," ucap Ilham.

"Gue diatas," ujar Elvan.

"Gue, Rasya, Elvan sama Ilham diatas, Zay, Dama sama Artan dibawah, setuju ga?" Kai menjelaskan dengan di selipkan pertanyaan.

"Iya pak bos," jawab keenam sahabat Kai secara berbarengan.

Hari sudah semakin gelap mereka memutuskan untuk menyudahi memainkan game dan bersiap untuk tidur.

"Celamat bobo cemua,"ujar Elvan.

"Geli gue El," sahut Artan yang berada di kasur bawah.

"Sama gue juga," timpal Dama.

"Apalagi gue gila, yang ada di pinggirnya," ucap Ilham.

"Berisik," ujar Rasya.

"Iya-iya sorry lah, es batu," ucap Elvan.

"Cot," maki Rasya.

"Sebelum tidur biasain baca doa, jangan langsung tidur gitu aja." Kai memperingati teman-temannya.

"Disini sepertiga malam harus udah bangun buat Sholat Tahajud, jangan males," ujar Kai.

"Terus harus Sholat dua rakaat sebelum Subuh, mandi sebelum Subuh, tapi itu semua tergantung kalian, kalian mau lakuin atau engga itu terserah yang penting gue udah ngasih tau," lanjut Kai.

"Sip Kai," ujar keenam sahabat Kai lagi-lagi secara berbarengan.

Tak lama dari ucapan Kai mereka semua sudah tertidur pulas, walaupun di kasur bagian atas terdapat empat orang tapi itu tak menjadikan mereka saling beradu untuk mendapatkan tempat yang luas.

Bukan hanya kamar Kai yang luas tapi kasur Kai juga. Jadi, tak heran jika para sahabatnya akan betah diatas kasur Kai.

Semoga saja mereka bisa bangun di sepertiga malam nanti dan semoga setelah ini kamar Kai tidak berantakan.

Karena cowok sangat tidak suka jika ada orang yang mengacak-acak kamar nya. Walaupun itu adiknya sendiri dan walaupun bukan Kai yang membereskan kamarnya.

Kai hanya ingin menghargai hasil kerja asisten rumah tangganya, yang sudah Kai anggap sebagai keluarga sendiri.

Semoga setelah bangun nanti Elvan tidak menguras dompet Kai untuk membeli makanan dan minuman.

🍃🍃🍃

Terima Kasih...

Jangan lupa untuk vote komen

Jangan tinggalin Sholat ya teman-teman.

Untuk yang mau mutualan bisa di Ig @dianirizkiaa__ atau @dianirizkiaa_

Kalian absen dong baca ini jam berapa ??

Ambil hal positif nya dan buang hal negatif nya

Ingat ya cerita ini cuma ada di wattpad!! Dengan akun pecintacocolate selain itu berarti plagiat!!

Bay bay ✨✨

Wassalamu'alaikum..

Continue Reading

You'll Also Like

71.1K 2.2K 27
[ONGOING 🔞] #8 insanity :- Wed, May 15, 2024. #2 yanderefanfic :- Sat, May 18, 2024. After y/n became an orphan, she had to do everything by herself...
2.8K 62 32
[Lengkap] Warning! Ini tulisan semaunya! *** Cover by Canva
1.1M 36.8K 70
HIGHEST RANKINGS: #1 in teenagegirl #1 in overprotective #3 in anxiety Maddie Rossi is only 13, and has known nothing but pain and heartbreak her ent...
11.3K 809 25
with a blow of a candle, it turned midnight. time stops when soobin accidentally found a stranger sleeping on his couch. [inspired by we lost the su...