Attakai Café (✓)

By dianisfha_

3K 641 162

(Completed) Local Fanfiction - Short Chapter Cast : Hoshi, Sunghoon, Yerin, Chaehyun Romance | Daily Life |... More

OPEN
Trailer Attakai Café
01. The Owner
03. Pangeran Pencuci Piring
04. Part Time Girl
05. Attakai Café
06. Kucing oren VS buaya darat
07. Ah... hubungan yang rumit
08. A slice of pizza
09. Habit
10. Weekend
11. Sean's behavior
12. Salah tingkah
13. Salah tingkah pt.2
14. Urusan laki-laki
15. Too curious
16. Curiga
17. Poor Sean
18. Ketulusan
19. Sugar for coffee
20. Dih, ada mantan
21. Trik Dean : 'ayo, jangan ditiru!'
22. Misi Sean : 'mari berbaikan'
23. Misi Sean : 'membentuk aliansi'
24. Bercanda?
25. Gara-gara Sean
26. Teman pertama
27. Reality
28. Healing
29. Rencana Baru
30. Misi Sean : 'mencari jawaban'
31. Jawaban
32. Kejujuran yang tertahan
33. Keputusan Dean
34. Sandaran ternyaman
35. Kebahagiaan yang adil
36. Bukan Candaan
37. Menjadi milikmu
38. Hu-hu dan Ha-ha...
39. Love R(a)in
40. Little Mistake
41. Why?
42. Penuh perhatian
43. Keyakinan
44. Rencana Liburan
45. Rindu yang tak tersampaikan
46. BENCI : 'Benar-benar Cinta'
CLOSED

02. Best Partner

113 17 1
By dianisfha_

---2020---

"Kamu tuh gimana sih? Ini kedua kalinya kamu berulah di sini! Kamu itu niat kerja atau enggak sih?!"

Seorang wanita berambut panjang berponi yang sengaja menguncir jatuh rambutnya ke belakang tersebut hanya bisa menunduk pasrah saat dia dimarahi habis-habisan oleh seorang wanita berambut curly yang berdiri tepat di hadapannya. Ya, dia adalah bosnya. Beliau memarahinya habis-habisan karena kesalahan yang ia lakukan di hari ini. Di mana dia salah menuliskan pesanan salah satu pelanggan yang datang ke restoran malam ini. Padahal pelanggan tersebut adalah pelanggan tetap di sini. Dan sialnya lagi kesalahannya tersebut berakibat sangat fatal karena menjadi penyebab pelanggannya masuk rumah sakit akibat alerginya yang kambuh.

Kejadian itu terjadi dengan sangat cepat, bahkan terjadi di tengah keramaian restoran sehingga pengunjung yang lain menyaksikan langsung bagaimana pelanggan tetap restoran ini mengalami gejala alergi sampai sesak nafas. Tentu saja kejadian tersebut menjadi bahan pembicaraan pengunjung yang lain yang mulai kehilangan kepercayaannya pada restoran ini. Sehingga akhirnya menyebabkan kerugian yang besar untuk restorannya ini. Begitulah dalam sudut pandang bosnya.

Namun yang tidak bosnya tahu, keadaan seperti ini benar-benar sulit dihindari pada saat itu. Di mana restoran dalam keadaan ramai dan pelayan yang bekerja di shift malam ini tidak sebanyak di malam-malam sebelumnya. Ada yang beralasan sakit, dan sebagainya. Mereka kekurangan pelayan sehingga pelayan yang malam ini bekerja sepertinyalah yang harus menutupi kekurangan tersebut. Sulit tentu saja. Dan kesalahan tersebut pun sebetulnya beberapa kali dialami oleh rekannya, hanya saja karena tidak sefatal kesalahan yang dilakukan dirinya alhasil bosnya masih bisa memakluminya.

"Nggak ngerti saya, kamu jadi pelayan aja nggak ada becusnya" teriaknya penuh emosi.

"Maaf Bu" ucapnya dengan nada suara pelannya. Pada akhirnya membuka suara setelah sebelumnya dia hanya terdiam membisu di sana.

Wanita itu mengerutkan keningnya dalam-dalam, "Maaf maaf, gampang banget kamu bilang maaf. Kamu sadar nggak sih ini itu restoran terkenal, maaf kamu aja nggak cukup untuk mengembalikan nama baik restoran ini yang tercoreng gara-gara keteledoran kamu"

Wanita berponi tersebut meremat apron yang membalut seragam kerjanya saat lagi-lagi mendengar perkataan pedas yang dilontarkan oleh bosnya. Seolah sepuluh menit yang dia habiskan untuk menyumpah-serapahinya belum juga cukup untuk melampiaskan kekesalannya. Rasanya dia sudah cukup dipermalukan di sini, terlebih bosnya memarahinya tepat di depan karyawan yang lain. Seolah sengaja menjadikan kesalahannya di malam hari ini sebagai bahan tontonan mereka.

"Mulai sekarang juga kamu saya pecat!"

Wanita berponi tersebut membulatkan matanya terkejut bukan main. Perlahan dia mendongakkan kepalanya ke depan, menatap sosok wanita dihadapannya yang terus menatapnya tajam. "D-di pecat Bu?"

"Ya saya pecat kamu! Dan saya nggak akan kasih gaji kamu untuk bulan ini. Anggap aja itu ganti rugi atas semua keteledoran kamu ini"

Wanita berponi tersebut semakin meremat apronnya saat mendengar perkataan bosnya. Tidak digaji? Padahal hari ini sudah memasuki akhir bulan yang mana artinya dia sudah bekerja keras selama hampir tiga puluh hari lamanya tapi upahnya tersebut hangus tak bersisa karena kesalahannya ini, bahkan karenanya juga dia di pecat. Sungguh, kesialan macam apa ini?

"Tunggu apa lagi?! Keluar sekarang juga!"

Wanita itu pun kembali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Bibirnya maju ke depan beberapa centi, terlihat begitu sedih. Sebelum kemudian dia pun berjalan menuju ke area loker karyawan. Dia membuka pintu loker lalu mengambil tas selempang hitam miliknya. Dia menyampirkan tas tersebut di bahu kanannya lalu berjalan keluar dari restoran dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.

Sepanjang perjalanan beberapa orang yang berpapasan dengannya pun menatap aneh ke arahnya karena noda kotor yang memenuhi pakaian wanita itu. Noda tersebut dia dapatkan dari kuah kare yang dilemparkan oleh pelanggannya tersebut yang marah karena ulahnya.

Ah benar juga... Hari ini sangat kacau. Sudah dimarahi oleh pelanggan, dimarahi pula oleh atasan. Gaji tidak turun dan dia dipecat.

Wanita itu pun menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah coffee shop. Dia mendongakkan kepalanya ke atas, menatap langit yang bertaburan bintang. Sangat berbanding terbalik dengan kisah hidupnya yang sangat redup karena kesialan yang terus menerus menghampirinya.

"Kayanya bener apa kata Ayah, aku itu anak pembawa sial" lirihnya.

Sejak dulu dia tidak pernah terima dengan segala perkataan yang dilontarkan oleh Ayahnya. Bahwa katanya Ibunya meninggal karena dirinya, sehingga kelahirannya hanya dianggap sebagai kesialan. Tapi didetik ini, setelah banyak sekali hal buruk yang menimpa dirinya, ia mulai merasa bahwa perkataan Ayahnya mungkin memang benar. Bahwa dirinya anak pembawa sial. Hidupnya saja selalu sesial ini. Dia selalu melakukan kesalahan di tempat kerja sehingga berakhir dipecat tiap tiga bulan sekali. Padahal selama ini dia sudah bekerja sekeras mungkin tapi selalu saja ada kesalahan yang membuatnya dipecat. Apa lagi kalau bukan kesialan?

Kruyuk~

Wanita itu memegang perutnya yang tiba-tiba berbunyi. Dia pun langsung berjongkok sembari memegangi standing sign yang ada di tengah trotoar. Perutnya lapar, dan rasa pusing pun mulai menjalar di kepalanya. Pasti karena dia belum makan seharian ini.

"Aku laper. Aku butuh ma---"

Brak!

Tiba-tiba saja wanita itu tergeletak tidak sadarkan diri di atas trotoar dengan tidak sengaja mendorong standing sign yang sejak tadi ia pegang tersebut sampai menimbulkan suara yang cukup nyaring.

Dan setelahnya, ia tidak tahu apa yang terjadi dengannya.

Wanita berponi tersebut tampak mengerutkan keningnya dalam-dalam saat dia mencium aroma yang begitu menyengat di indera penciumannya.

"Kopi" gumamnya. Baru tersadar bahwa aroma itu adalah aroma kopi, yang memang berasal dari biji kopi yang diletakkan di atas telapak tangan seorang pria asing.

Wanita itu pun mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali, merasa kebingungan dengan sosok pria asing yang menundukkan kepalanya sembari menatap ke arahnya tersebut, "Kamu siapa?"

Pria itu pun langsung mengepalkan tangannya dan menjauhkan biji kopi itu dari hidung wanita itu karena sadar kalau wanita itu sudah tersadar dari pingsannya. Ya, dia berusaha membangunkannya dengan aroma kopi, karena memang tidak ada minyak kayu putih di sini yang biasanya digunakan untuk menyadarkan orang pingsan.

"Akhirnya kamu sadar juga. Jujur kaki saya kram pangku kamu" ucapnya dengan nada suara kelewat santai.

"Hah? Pangku?" Gumamnya terlihat kebingungan. Lantas wanita itu pun bangkit dari posisinya dan baru tersadar bahwa sejak tadi dia berbaring di lantai tepat di depan meja kasir dengan berbantalkan paha pria asing itu. Wanita berponi itupun menatap ke arah pria itu dengan bola matanya yang terbelalak terkejut, sesekali juga dia mengerjapkan kelopak matanya, benar-benar terlihat kebingungan. Tidak sadar saja bahwa tingkahnya membuatnya terlihat begitu menggemaskan di mata pria itu.

"Kamu pingsan dan di sini cuma ada kursi. Bakalan repot kayanya kalau saya atur kursi buat kamu yang lagi pingsan" katanya menjawab rasa penasaran wanita itu.

"O-oh" cicitnya. Wanita itu pun tampak merapikan rambutnya yang agak berantakan. Raut wajahnya terlihat tidak enak, jujur ia merasa bersalah juga sih karena tidak sadarkan diri dan merepotkan pria itu, meskipun dilain sisi ia merasa bersyukur karena masih ada orang baik yang mau menolongnya.

"Eum... Makasih Om" cicitnya sembari melemparkan senyuman manisnya.

Pria itu tersentak terkejut, "Eh kok Om?! Saya nggak setua itu kok" ujar pria itu dengan raut muka tidak terimanya. Ayolah, dia baru berusia dua puluh enam tahun sekarang, masa dipanggil Om oleh wanita dihadapannya ini sih. Kelihatannya juga wanita ini bukan anak sekolahan yang bisa bebas memanggil pria seusianya dengan sebutan Om.

"O-oh, maaf" cicitnya sembari menatap pria itu dengan tatapan tidak enaknya. Meskipun menurutnya panggilannya tidak benar-benar salah juga, habisnya pria itu terlihat sudah cukup dewasa sementara dirinya kan baru berusia 19 tahun, masih sangat muda.

Pria itu menghela napasnya panjang berusaha mengabaikan perihal tadi, "Ya udah mending kamu pulang, mumpung belum terlalu malem" katanya sembari bangkit dari posisinya. Pria itu pun berniat mengantarkan wanita itu keluar dari coffee shopnya sekaligus akan mengunci coffee shopnya, namun niatannya urung seketika saat melihat wanita itu hanya terdiam di sana dengan raut wajah merengutnya.

"Kenapa? Jangan-jangan kamu beneran gembel ya jadi nggak punya rumah?" Ujarnya dengan raut muka terkejutnya. Meskipun perkataannya agak sinis, tapi sumpah ia tidak berniat sedikitpun mengejek wanita itu.

"Aku bukan gembel. Enak banget sih ngatain aku gembel" ujarnya dengan ketus. Dia lantas menghela napasnya panjang sembari sesekali melirik ke arah pria itu, "Aku tuh punya tempat tinggal kok. Tinggal di kost-kostan deket sini" cicitnya.

"Terus?" Tanyanya terlihat kebingungan.

"Terus aku tuh baru dipecat dari kerjaan, dan ini akhir bulan. Jadi seharusnya aku bayar kost-kostan tapi..." Wanita itu menjeda perkataannya lalu melirik pria itu.

Pria itu menghela napasnya panjang. Paham akan maksud perkataan wanita itu yang mengarah kemana. "Berapa?"

"Sejuta" ujarnya dengan antusias, mengira kalau pria itu mau membantunya.

"Wah, kegedean" ucapnya kelewat jujur sembari mengusap dagunya.

Raut wajah wanita itu pun berubah redup. Harapannya hancur dalam sekejap. "Ya udah deh aku tidur di sini aja ya. Semalem aja kok, nanti besok aku cari kerjaan buat bayar kost-an. Boleh ya please please" katanya sembari memohon pada pria itu.

"Eh nggak boleh. Ini bukan penampungan gembel kaya kamu. Keluar keluar" ujarnya tidak terima, sembari menarik tangan wanita itu lalu menariknya keluar dari coffee shop-nya.

"Ah nggak mau. Aku nangis nih" ujarnya dengan nada suara penuh mengancam.

"Ya nangis aja. Biar dibawa satpol PP sekalian" ujarnya dengan nada suara mengancamnya.

Wanita itu membulatkan matanya terkejut bukan main. Ancaman pria itu terdengar sangat serius. Wanita itu pun langsung berubah lemas dan menatap pria itu dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. "Nasib aku sial banget sih. Udah dipecat, nggak digaji terus mau dilaporin ke satpol PP lagi" lirihnya.

Pria itu pun berhenti menyeret wanita itu, ia menatap terkejut wanita itu yang secara tidak langsung baru saja curhat padanya. Dan sepertinya apa yang dia katakan bukan bualan semata. Pria itu pun menghela napasnya panjang mulai merasa tidak tega dengan wanita ini. Dia pun melepaskan genggamannya di tangan wanita itu lalu berjalan menuju ke meja kasir, kemudian mengambil sebelas lembar uang seratus ribuan dari sana dan berjalan menghampiri wanita itu sembari membawa uang tadi.

Wanita itu membuka mulutnya lebar-lebar saat melihat uang yang digenggam oleh pria itu. Tunggu, pria itu betulan mau menolongnya?

"Jangan kesenengan dulu. KTP" pintanya.

Wanita itu pun langsung mengambil tasnya kemudian segera mengeluarkan KTPnya dari dompetnya dan menyerahkannya pada pria itu. Pria itu pun menerima KTP tersebut kemudian membaca identitas wanita itu.

Rin

Dan usianya ternyata terpaut tujuh tahun dengannya. Pantas saja dia refleks memanggilnya Om tadi.

Pria itu pun memberikan uang tersebut pada wanita bernama Rin tersebut. "Ini uang anggap aja DP gaji kamu. Jadi mulai besok kamu bisa kerja di sini. Kamu bisa terima kalau kamu setuju" ujarnya. Yah, meskipun dia masih sanggup mengelola coffee shop-nya sendiri tapi dia rasa dia harus memanfaatkan wanita polos dihadapannya ini. Ia bukan pria kaya raya yang bisa bersedekah sebanyak ini pada gembel seperti Rin. Tentu saja harus ada timbal baliknya.

Tanpa berpikir dua kali Rin langsung menerima uang tersebut dari tangan pria itu, "Setuju"

"Tapi saya nggak bisa kasih gaji yang gede, paling cukup buat kos sama makan kamu aja. Soalnya ini cuma coffee shop kecil-kecilan"

Rin menggulirkan bola matanya ke sekeliling, melihat coffee shop ini yang ternyata milik pria itu. Meskipun pria itu berkata kalau gaji yang diberikan kecil, asalkan cukup untuk biaya kos dan makan, Rin rasa tidak masalah. Ayolah untuk kondisi ekonominya yang super sekarat, Rin tidak bisa menjadi wanita yang pilih-pilih. "Nggak papa Pak. Aku janji aku bakalan jadi pegawai yang baik di tempat ini"

Pria itu menghela napasnya panjang, "Mas Dean. Jangan Om apalagi Bapak. Saya masih muda" ujarnya dengan tegas yang dibalas senyuman canggung dari Rin. "Ya udah, saya tahan ya KTP kamu biar kamu nggak macem-macem"

Rin menganggukkan kepalanya beberapa kali sembari melebarkan senyuman. "Ya udah Mas kalau gitu aku pulang duluan. Makasih ya Mas" ucapnya yang dibahas deheman Dean. Rin pun langsung berjalan ke arah luar.

"Rin"

Tepat saat Rin baru menggapai gagang pintu, ia menghentikan langkahnya seketika karena namanya dipanggil oleh Dean. "Iya Mas"

"Saya lebihin uang buat kamu makan. Jangan pingsan lagi"

Refleks Rin melebarkan senyumannya sampai matanya menyipit lucu. "Siap Mas. Mas juga tolong jaga KTP aku dengan baik ya. Jangan dipake buat pinjol"

Dean pun langsung melemparkan senyuman gelinya saat mendengar perkataan polos Rin. Dean pun langsung menunjukkan KTP milik Rin lalu memasukkannya ke dalam dompetnya. "Aman"

"Makasih Mas. Aku permisi" ucapnya sebelum dia keluar dari coffee shop tersebut dan meninggalkan Dean sendirian di sana.

Tap!

Tap!

Tap!

Suara langkah kaki pun tampak beradu dengan lantai. Terlihat Sean berjalan menuruni undakan tangga lalu menoleh ke arah Kakaknya yang terdiam di sana sembari menatap ke arah pintu.

"Mas Dean kok makin lama makin keliatan aneh ya. Pintu kok diliatin. Efek kelamaan jomblo kayanya" ucapnya sembari bergidik ngeri sebelum dia berjalan kembali ke lantai atas. Tidak jadi membantu Kakaknya menutup coffee shop.









CAST:

RIN
Usia 23 Thn (di tahun 2024)








Tbc...

27/01/2024 (15:05)
-dnf-

Continue Reading

You'll Also Like

21.5K 289 4
9 girls put together out of a survival show who are part time idols and full time clowns.
217K 9.2K 63
The playboy - Tamang paikot lang sa utak ng mga babaeng gusto niya lang paglaruan pero ano kayang mangyayare kapag nakilala nya ang isang nerd na tra...
Oh! Sherin By D

Teen Fiction

159K 32.2K 17
Janji yang diutarakan Sherin saat orasi adalah membumi hanguskan gerombolan pemuda yang suka merokok dan membolos. Alfansyah salah satunya. pancaka m...
92.9K 2K 19
In which Jungkook and Yuju used to be married. It was forced also known as an arranged marriage. Jungkook didn't want it but Yuju did. Yuju's dad has...