DEORANTA

By silviatan01

16.9K 915 61

Hidup Dara berubah setelah kecelakaan tunggal yang di alami oleh kedua orang tuanya, hingga membuat mereka ko... More

DEORANTA | [Prakata].
DEORANTA | [1.Kecelakaan Itu].
DEORANTA| [2.Pertemuan]
DEONTARA| [3. Tangan Kanan]
DEONTARA| [4.Fakta Baru].
DEONTARA| [ 5. Cobaan Apa lagi]
DEONTARA| [6. Ciuman Itu]
DEONTARA| [7. Terpergok]
DEONTARA| [8. Kenangan Itu]
DEORANTA | [9. Dendam Itu]
DEORANTA | [10. Meradang]
DEORANTA [11. Tawaran]
DEORANTA | [ 12. Seluk Beluk Deo]
DEORANTA | [13. Rencana Mama]
DEORANTA| [14. Flashback]
DEORANTA| [ 15. Permintaan Mama]
DEORANTA | [16. Terasa Beda]
DEORANTA | [17. Syarat Deo]
DEORANTA | [18. Meratapi Nasib]
DEORANTA | [ 19. Tidur Bersama 18 ++]
DEORANTA| [20. Perasaan Aneh Deo ]
DEORANTA| [ 21. Dejavu]
DEORANTA | [22. Detakan]
DEORANTA | [23. Mulai Nyaman]
DEORANTA | [24. Tak Terduga 21++]
DEORANTA | [25. Tergila-Gila]
DEORANTA | [ 26. Terungkap]
DEORANTA | [27. Merasa Bersalah]
DEORANTA | [28. Bisahkah Dia Melewatinya]
DEORANTA | [29. Melepas Rindu]
DEORANTA | [30. Cemburu]
DEORANTA | [31. Penguntit]
DEORANTA | [32. Terpergok]
DEORANTA | [33. Penolakan]
DEORANTA | [34. Pernyataan Cinta]
DEORANTA | [36. Sikap Aneh Deo]
DEORANTA | [37. Mabuk]
DEORANTA | [38. Terkejut]
DEORANTA | [39.Kecewa]
DEORANTA | [40.Jadian]
DEORANTA | [41. Bucin]
DEORANTA | [42. Penasaran]
DEORANTA | [43.Masa Itu ]
DEORANTA | [44. Kemarahan Dev]
DEORANTA | [45. Kebenaran Waktu Itu]
DEORANTA | [46.Takut Terjadi]
DEORANTA | [47. Kegarangan Deo 21++]
DEORANTA| [48. Dua Kali 21+++]
DEORANTA | [49.Semua Karena Bekas Itu]
DEORANTA | [50. Teman Kecil]

DEORANTA | [ 35. Gagal]

128 9 0
By silviatan01

Happy Reading 🌼🌼

"Jadi, di terima apa nggak nih?"

"Maunya gimana?" Bukanya menjawab dara malah berbalik bertanya kepada Deo yang saat ini mulai sangat kesal dengannya.

"Ya di terima lah! Kalau di tolak buat apa tadi aku ngungkapin semua perasaan ku kalau ujung-ujungnya di tolak," jelas Deo dengan nada kesalnya.

"Kamu terima sajalah Ra! Jangan di buat masalah ini semakin berbelit-belit," paksa Deo dengan mengeluarkan kekehannya karena secara tak langsung memaksa dara untuk menerima cintanya.

Dara tersenyum malu-malu, namun saat sebuah kata yang sudah berada di ujung lidahnya untuk di ucapkan.

Kedua matanya malah melihat Tante Reni berjalan ke arahnya, semua kata yang sudah di rangkai dalam hatinya serasa hilang sirna dan tak menemui titik temu selain berdiam diri mengisyaratkan kepada Deo bahwa sang mamanya telah menyusulnya.

"Gimana Ra? Aku nggak sabar nih!" Ujar Deo tak sabar mendengar jawaban dara atas pernyataan cintanya.

"Ra!" Panggil Deo, pria itu kini semakin mendekatkan wajahnya mendekat ke arah dara."Kamu terima kan?" Tanyanya lagi, kali ini dengan tatapan penuh mohon.

"Kayaknya saat ini bukan waktu yang tepat Yo! Mungkin, lain kali saja," bisiknya lirih seraya menatap ketakutan ke arah Tante Reni yang saat ini semakin di dekat mereka berdua.

"Kenapa?" Balas Deo dengan suara lirihnya, meski saat ini dia penasaran dengan apa yang di maksud dara.

Deo kebingungan, saat dara mencoba memberi instruksi gerak  gerik mata dara ke belakangnya. Dan Deo masih tak mengerti apa yang di maksud dara."Apaan sih Ra? Gak jelas banget deh," jelasnya seraya menoleh ke belakang dan mendapati sang mamanya yang saat ini menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

Deo meringis tak enak kepada mamanya, karena dia sudah meninggalkan mamanya sendirian di toko itu.

"Bagus!"

"Bagus banget kamu!"

Deo hanya terdiam karena ia memang benar-benar bersalah saat ini.

"Dan tega banget kamu ninggalin mama sendirian di sana," ujar mamanya penuh intimidasi."Dan kamu malah bersama wanita di sini!" Sambungnya menatap dara tak suka.

Dara menunduk terdiam, ia juga mengira bahwa Tante Reni mungkin mula muak melihat keberadaanya saat ini. Apalagi setelah ia menolak permintaan tolongnya untuk membujuk deo dan menandatangani kerja sama dengan pak geswana, belum lagi wanita paruh baya itu juga sudah mewanti-wanti dirinya supaya tak jatuh cinta kepada Deo.

Lalu, bagaimana ini?

"Maaf ma! Tadi dara di kejar banyak pria misterius, dengan refleks Deo menghampiri dara tanpa pamit terlebih dahulu sama mama, maafin Deo ma!" Jelasnya penuh penyelesalan."Tapi, anehnya mereka semua pergi saat melihat keberadaan ku, aku heran kenapa mereka semua takut saat aku mencoba menghampiri dara."

Mamanya menghembuskan nafasnya pelan berusaha menetralkan keadaan yang terasa tegang saat Deo menceritakan semuanya."Tapi dara nggak apa-apa kan?" Tanyanya bersikap ramah, meski perasaannya sangat marah karena semua rencana yang di rancang itu gagal. Bahkan sekarang dara malah bertemu dengan deo di Depok.

Deo mengangguk."Syukurlah mah! Dara nggak apa-apa kok," balas Deo dengan senyum lebarnya.

"Kita pulang saja! Mama sudah lelah, belum lagi perjalanan panjang nanti," ajaknya pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua yang terdiam.

Deo dan dara menyusul mamanya ke mobil dengan saling mengengam satu sama lain. Bahkan sesekali Deo mengecup punggung tangannya dengan senyuman konyolnya itu, meski dara sering memperingatkan untuk tak melakukan hal itu di luar seperti ini.

Padahal status hubungannya belum jelas.

"Kamu masuk dulu!" Ungkap Deo kepada dara.

Di dalam mobil Deo menoleh ke arah mamanya yang saat ini sudah menyandarkan kepalanya di kursi.

"Aku anterin mama pulang ke rumah dulu ya?" Ungkapnya pada dara.

Saat itu juga mamanya langsung menatap tajam ke arahnya."Tidak! Mau nggak mau, kamu harus anterin dara pulang dulu," tolaknya tegas menatap ke arah Deo yang sedikit gak terima.

"Kenapa sih ma? Jangan ikut campur urusan Deo lah!" Sanggah Deo kesal.

"Mama tau semua rencana kamu dan nanti kamu akan menginap di rumah dara kan?" Tanyanya mengintimidasi.

"Ma!" Mohon Deo supaya tak berbicara semakin jauh.

"Kenapa! Cepetan mama nggak ingin kemalaman di dalam mobil," teriaknya lagi yang semakin berapi-api.

Karena tak ingin masalah ini semakin panjang, Deo mestarter mobilnya dan melajukan mobilnya  menuju ke arah Jakarta dengan kecepatan tinggi, dan ia menuruti semua permintaan mamanya. Dia tahu mamanya tak suka melihat keberadaan dara yang saat ini ada di sisinya.

*****

Di pagi harinya, deo sudah stand by di depan kosan dara dengan pakaian santainya, pagi ini dia berniat mengajak dara jalan-jalan di hari minggu dan mencoba menanyakan tentang jawaban dara yang tadi malam belum sempat terjawab, hingga membuatnya sedikit ketakutan akan rasa khawatir tentang perasaanya yang tak terbalas.

Deo tersenyum saat ganggang pintu di depannya kini bergerak pelan, yang artinya menandakan calon kekasihnya itu akan segera keluar dari dalam.

Dan benar saja, kedua mata Deo langsung melihat sosok wanita cantik yang selalu menari-nari di dalam pikirannya itu kini sudah berhadapan dengannya.

"Kok sudah ada di sini?" Tanya dara sedikit melihat ke belakang Deo."Sejak kapan? Kenapa nggak hubungi aku, kalau kamu sudah ada di sini?" Tanya dara bertubi-tubi, hingga membuat Deo gemas dengan tingkah wanitanya ini.

Cup!

Satu kecupan di bibirnya mampu membuat dara melotot dengan tingkah Deo pagi ini."Kalau di lihat orang gimana?" Teriak dara tertahan kepada Deo yang malah cengengesan.

"Habisnya gimana! Kamu gemesin sih, seandainya tadi malam mama ngizinin aku untuk mengantarkannya pulang terlebih dahulu, mungkin kamu sudah habis di tanganku," kekehnya menatap dara gemas yang saat ini malah kedua pipinya merona kemerahan.

"Enak saja!"

"Ya, emang enak sayang! Kalau nggak enak ya aku nggak bakalan ketagihan," ungkapnya sedikit tertawa geli dengan apa yang di ucapkannya.

Saat itu juga dara langsung memukul pelan kepala Deo dengan wajah memerah."Bicaranya di jaga ya! Jangan kayak gitu, aku nggak suka," tegur dara tak suka dengan arah pembicaraan Deo.

"Maaf ya!" Celetuk Deo saat melihat kemarahan dara dari cara bicaranya.

Dara tak menggubris permintaan maaf Deo, ia berlalu begitu saja melewati pria itu yang saat ini kalang kabut karena tindakannya.

"Ra, mau kemana Ra?" Tanya Deo panik saat dara berlalu begitu saja tanpa berbicara apapun kepadanya.

"Maafin aku! Aku janji gak lakuin hal itu lagi, Ra tadi aku benar-benar bercanda kok," ujarnya mengejar dara yang semakin mempercepat langkah kakinya.

"Ra!" Ujarnya lirih, lalu bersimpuh di depan dara dengan tatapan penyesalan."Maafin aku!"

Melihat hal itu, dara langsung mengembuskan nafasnya kasar. Ia ikut bersimpuh menatap lekat kepala Deo yang menunduk dengan perasaan sedihnya.

"Maafin aku!"

Tangan dara bergerak menyentuh wajah Deo yang menunduk."Aku nggak suka kamu bicara seperti itu," lirihnya."pembicaraan mu sama sekali tak mencerminkan bahwa kamu adalah seorang pemimpin perusahaan."

Deo mengangguk mengerti."Iya, aku benar-benar menyesal Ra," balasnya penuh penyelesalan.

Dara mengangguk."Iya aku mengerti! Jangan ulangi lagi," lirihnya lalu berusaha bangkit berdiri.

"Kamu mau kemana?" Tanya Deo saat melihat dara ingin pergi ke suatu tempat.

"Aku mau ke rumah sakit!" Balasnya menatap Deo."Ada kabar baik tentang keadaan mama dan papa, tadi dokter Alan yang mengabariku," lanjutnya lagi dengan suara antusias.

"Aku antar ya?" Tawarnya yang langsung di balas anggukan oleh dara.

"Boleh!"

Di dalam mobil, mereka berdiam diri tanpa ada yang berniat untuk berbicara satu sama lain. Ada rasa canggung di antara mereka setelah permasalahan tadi.

Bibir Deo terasa kelu untuk memulai pembicaraan, meski saat ini dara lebih memilih menatap ke arah jalanan tanpa memperdulikan dirinya.

Bunyi ponsel dara berbunyi, dara langsung mengangkat telepon itu dengan senyuman di bibirnya yang terlihat begitu merekah.

"Halo dok!"

"Ini lagi di jalan!"

"Apa! Mama sudah sadar?"

Deo langsung menatap ke arah dara setelah mendengar pembicaraan mereka tentang keadaan mamanya yang sudah sadar.

"Iya."

"Iya."

"Secepatnya aku akan sampai di rumah sakit kok," ujarnya dengan senyumannya yang tak pernah berhenti terukir.

"Terima kasih sudah memberi ku kabar sebaik ini pagi ini, aku benar-benar nggak nyangka gimana keadaan mama dan papa tanpa ada dokter yang selalu menjaganya setiap saat," ujar dara penuh rasa terima kasih kepada dokter Alan.

"Santai saja lah Ra!"

Deo merasa hatinya terbakar saat mendengar gurauan mereka hingga suara tawa mereka yang saling bersautan satu sama lain, bahkan dara sama sekali tak menghiraukan keberadaannya saat ini.

"Iya dok, terima kasih banyak dan sampai jumpa nanti di rumah sakit."

Setelahnya dara mematikan sambungan panggilan itu dengan rona wajah bahagia.

"Gimana keadaan kedua orang tua kamu?" Tanya Deo tanpa menatap ke arah dara dan lebih fokus ke arah jalan.

"Syukurlah! Mama sudah sadar dan aku benar-benar nggak sabar ingin sampai di sana," jelasnya dengan raut bahagia."Untung dokter Alan selalu sigap mengabari ku kapanpun tentang keadaan mereka."

Deo semakin tak suka dara selalu membahas nama Alan di depannya, kepalanya menoleh menatap dara lekat."Kamu ada hubungan kan sama Alan?"

"Kenapa kamu selalu menanyakan hal itu ke aku sih?" Tanya dara mulai meradang terbawa suasana tegang yang di buat Deo.

"Ya, kamu ada effort tersendiri saat berbicara dengannya Ra, beda saat kamu bersama aku.. seperti tadi, kamu tak menghargai keberadaan ku sama sekali dan lebih enjoy bicara dengannya, kalau saja aku mencoba membicarakan sesuatu pasti kamu gak suka dan pasti langsung mendiamkan ku," jelas Deo mengeluarkan semua perasaannya saat ini.

Dan semua yang di katakan Deo memang benar!

"Kalau pun kamu menjalin hubungan dengannya ya coba terus terang saja nggak usah memberi ku harapan palsu seperti ini," ujarnya lirih."Mungkin aku akan mengalah dan tak lagi mengharapkan semua tentang kamu lagi."


Continue Reading

You'll Also Like

7K 145 37
Transmigrasi... No plagiat,murni karangan sendiri🚫 KEHIDUPAN BARU Tentang gadis yang bernama XAVIERA ARMADA yang bersifat ceria, hidupnya sangat bah...
2.3M 100K 46
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
4M 124K 87
WARNING ⚠ (21+) πŸ”ž π‘©π’†π’“π’„π’†π’“π’Šπ’•π’‚ π’•π’†π’π’•π’‚π’π’ˆ π’”π’†π’π’“π’‚π’π’ˆ π’˜π’‚π’π’Šπ’•π’‚ π’šπ’ˆ π’ƒπ’†π’“π’‘π’Šπ’π’…π’‚π’‰ π’Œπ’† 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’ 𝒅𝒂𝒏 οΏ½...
3.3M 242K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...