Dear, Mr. A (Completed)

By rasiyaa_

1.3M 50.5K 796

Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takd... More

01: Calon Istri
02: Minggu Depan?
03: Penyihir Menyebalkan
04: "Berbahagialah, Arshan ...."
05: Wedding Day
06: Mama Baru Kaluna
07: Jadi Musuh?
08: Seminggu? Terlalu Lama!
09: Amsterdam
10: Tetap Sama
11: Tak Seperti yang Diharapkan
12: Kekasih Shayra?
13: Penyihir VS Monster
14: Satu Langkah ... Mendekat?
15: Surat Sayang untuk Papa
16: Penyihir Lain?
17: "Mungkin Ada yang Istimewa."
18: Garis Batas
19: Game
20: Game 2: Kebetulan atau ....
21: "Kau Mengkhianati Kakakku!"
22: Menjalankan Rencana
23: Selamat tinggal, Shayra ....
24: "Shayra adalah Istriku!"
25: Tidak Ingin Kehilangan?
27: Pemikiran Aneh Shayra
28: Memulai Awal Baru?
29: Berulah Lagi
30: Bercerai?
31: Terjebak Rasa
32: Kerasukan?
33: Dia Tidak Mencintaimu
34: Momen: Hujan
35: Arshan si Bayi Besar
36: Setengah Istri
37: Menjadi Satu
38: "Mungkin Kau Hamil?"
39: Bayi Kavi?
40: Rahasia Shayra?
41: Shayra Pergi
42: Terlalu Sakit
43: "Dia Sakit? Bukan Urusanku."
44: Dia Tidak Akan Bisa Berubah
45: Rahasia Ilisha: Kebenaran Tentang Kaluna
46: Kemarahan
47: Diary Shayra
48: Ditangkap Polisi?
49: Marah, tapi Khawatir
50: Curiga
51: Kebenaran yang Hilang
52: Menyerah
53: Terancam Dipisahkan?
54: Usaha Meminta Maaf
55: Shayra dalam Bahaya
56: "Jadilah Milikku Selamanya."
57: Kembali Bersama
58: Arshan Kecil atau Shayra Kecil?
59: Hilang?
60: Akhir Kisah (Ending)
Please Read This!
Ekstra Part

26: Berubah?

22.1K 927 8
By rasiyaa_

Arshan mengebut menuju ke alamat yang Mahira berikan barusan. Mahira bilang, Aryan sudah menghubungi tim penyelamat sejak tadi. Tim penyelamat itu menyisir jurang, kebun teh, dan rumah penduduk. Lalu mereka mendapat info salah seorang penduduk menemukan gadis yang pingsan di dekat kebun teh. Gadis itu pun ditolong dan dibawa pulang.

Jadi, selain Arshan yang tengah dalam perjalanan, Mahira dan yang lainnya juga. Hanya saja, rombongan Mahira tidak bisa cepat sebab jalanan di atas sana yang mengerikan. Ditambah lagi dalam van itu ada banyak orang.

"Aku bersumpah tahun depan tidak akan ke sini lagi jika itu membuat nyawa istriku jadi taruhannya," gumam Arshan tanpa sadar.

Itu benar-benar secara tidak sadar, karena setelah beberapa detik, dia baru menyadari perkataannya yang menyebut Shayra sebagai istrinya.

"Maksudku, Penyihir itu. Kasihan, nanti para penyihir kehilangan anggotanya," ralatnya. Padahal tidak ada yang mendengar juga, jadi untuk apa repot-repot diralat?

Setelahnya, Arshan tak mengoceh lagi. Ia benar-benar fokus memandangi Maps di ponselnya dan ke depan sana. Sinyalnya memang sudah lebih baik, tapi jalanan yang sempit ini masih mengganggu, ditambah lagi penerangan yang tidak banyak.

"Aku memang membencimu, tapi kau harus bertahan, ya? Kita belum berdebat lagi," oceh Arshan kembali.

Arshan masih tidak tahu mengapa dia melakukan itu atau mengapa ia sangat khawatir. Ia hanya menuruti kata hatinya daripada tidak tenang.

Mobil Arshan sudah berputar-putar sejak tadi di jalan desa yang sempit dan sedikit berbatu. Suasana di sini sepi sekali. Dia yakin bukan karena mengebut jadi tidak melihat orang, tapi di sini memang benar-benar tidak ada orang.

Tanda di Maps menunjukkan Arshan hampir sampai ke tujuan. Sekali lagi, tanpa tahu mengapa, hatinya merasa senang dan tidak sabar, hingga refleks menambah lagi kecepatan dan sampai di depan sebuah rumah kayu dalam beberapa detik saja. Rumah itu terlihat sangat sepi, membuat Arshan menjadi yakin dan tidak itu sungguhan rumah yang dimaksud.

Arshan baru beranjak turun ketika pintu kayu rumah itu dibuka dari dalam. Seorang pria dan wanita paruh baya keluar dari dalam sana menghampirinya yang juga mendekat.

"Maaf, apa Anda berdua yang tadi menolong seorang wanita yang pingsan di dekat kebun teh?" tanya Arshan sesopan yang ia bisa.

Keduanya mengangguk. "Benar. Anda ini siapanya gadis itu, ya?"

"Suami, aku suaminya," jawab Arshan secepat kilat. "Di mana dia? Dia baik-baik saja, kan?"

Wanita paruh baya itu tersenyum kecil, "Sebentar, saya panggilkan dulu, dia sedang istirahat di dalam, tapi dia juga sejak tadi mencari-cari keluarganya."

Arshan mengangguk dan akan menunggu. Ini sudah lewat tengah malam, jadi tidak masalah tidak diperbolehkan masuk. Lagipula yang penting Shayra-nya dikembalikan.

Eh, apa? Sekali lagi Arshan baru menyadari pemikiran anehnya yang menyebut Shayra miliknya. Ia pun menggeleng cepat-cepat untuk membatalkan pemikiran itu.

"Nak, sudah berapa lama kalian menikah?"

Arshan mengerjap beberapa kali dan dengan polosnya melihat ke sekitar. Ternyata, tidak ada orang, jadi pertanyaan itu untuknya. 

"Hmm, baru beberapa minggu, Pak," jawabnya.

"Oalah, pengantin baru, toh."

Arshan mengangguk dan sebisa mungkin tersenyum. Sebenarnya tidak bisa tersenyum karena Bibi itu lama sekali kembalinya. Yang dia tolong Shayra atau bukan? Jangan-jangan orang lain, dan bodohnya dia yang tidak bertanya.

Kriettt....

Pintu kayu itu berderit terbuka. Jantung Arshan rasanya tidak bisa berdetak dengan tenang menunggu seseorang yang akan segera ia lihat. Dia memejamkan mata sambil berdoa, semoga itu Shayra. Dia berjanji besok tidak akan marah-marah jika benar itu Shayra dan keadaannya baik-baik saja.

"Arshan?"

Arshan membuka mata dan menangkap seorang wanita pucat yang penuh luka dan juga perban di kepala, kaki, lalu tangan yang diperban dan diikat seperti orang yang mengalami patah tulang, sedang dituntun oleh Bibi tadi.

"Shayra," gumamnya dengan mata yang berkaca-kaca tanpa tahu kenapa. Sedetik kemudian, dia langsung berlari ke arah Shayra dan memeluknya erat sekali. Shayra sampai mundur beberapa langkah karena terkejut, tidak siap, juga bingung.

"Arshan?" Shayra dengan suaranya yang bingung bertanya, matanya mengedip tidak mengerti menatap wajah Arshan, seakan memastikan pria yang memeluknya ini sungguhan Arshan atau bukan. Seingatnya, Arshan selalu membencinya, tapi Arshan ini mengapa memeluknya? Mata Arshan baik-baik saja dan tidak mengira dia adalah Ilisha, kan?

"Kau baik-baik saja? Apa yang sakit? Bagaimana kau bisa jatuh ke jurang itu?" tanya Arshan sembari mengurai pelukan. Nada bicaranya juga terdengar khawatir.

Shayra benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi sekarang ini. Saking bingungnya, ia bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa.

"Tangan dan kakinya terkilir, Nak, tapi kami tadi sudah membawanya ke puskesmas," ucap wanita yang menolong Shayra tadi.

"Terkilir?" ulang Arshan. Kedua tangannya bergerak menggenggam tangan Shayra yang hanya diperban sedikit dan tidak diikat.

"Shayra!"

Shayra spontan menarik tangannya kembali dan melihat ke sumber suara. Ahana dan Mahira keluar dari van dan berlarian ke arah mereka. Setelah sampai, Ahana langsung memeluk Shayra sambil menangis. Mahira yang juga terisak hanya berdiri di sebelah mereka.

"Sayang, bagaimana keadaanmu? Bagaimana kau bisa jatuh ke jurang itu? Kau baik-baik saja, kan?" Rentetan pertanyaan itu keluar dari mulut Ahana yang wajahnya masih berlinang air mata.

"Shayra, kau tidak apa-apa 'kan, Nak? Kau baik-baik saja?" Gantian Hars yang bertanya dengan tak kalah khawatir dari Ahana.

"Shayra," Dan sekarang Kavi yang mendekat. Semua orang benar-benar mengkhawatirkan Shayra.

"Ma, Pa, Kavi, tenang, Shayra baik-baik saja. Kalian tidak perlu khawatir," ujar Shayra.

"Tapi kau terluka sebanyak ini, bagaimana ini bisa terjadi? Siapa yang melakukan ini?" isak Ahana.

"Ma," Shayra dengan tangannya yang hanya diperban sedikit dan tidak diikat, mengusap air mata di wajah sang ibu, "Shayra baik-baik saja, Shayra tidak apa-apa. Sudah, ya? Jangan menangis," hiburnya.

"Kau harus ke rumah sakit, Shayra. Luka-lukamu ini harus diobati," ujar Mahira.

Shayra buru-buru menggeleng. "Tidak perlu, Ma. Bibi dan Paman ini tadi sudah membawaku ke puskesmas. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin pulang ke villa sekarang."

"Tidak, Shayra. Kau harus ke rumah sakit," kata Kavi mendukung penuh Mahira.

Shayra menatap Kavi dan berdecak kecil. "Kavi, please. Kaluna juga pasti menungguku, kan? Aku mau kembali saja ke villa," putusnya.

Mahira dan Kavi akhirnya mengangguk dan menyerah. Yang penting Shayra sudah baik-baik saja, sisanya bisa diurus nanti.

Aryan yang sejak tadi diam pun mendekat pada sepasang suami-istri paruh baya itu, lantas mengeluarkan sebuah amplop tebal berwarna cokelat.

"Pak, Bu, tolong terima ini, sebagai tanda terima kasih karena Anda berdua telah menyelamatkan menantu keluarga kami," ujar Aryan seraya memberikan amplop itu pada sepasang suami-istri yang kini menggeleng dan tangan yang membuat gerakan menolak.

"Tidak, Pak, tidak. Tidak perlu. Kami ikhlas menolong Nak Shayra. Ini tidak perlu," tolak sang pria.

"Pak, tolong diterima, ya? Jasa Bapak dan Ibu yang telah menyelamatkan istri saya, tidak bisa dibalas dengan apa pun. Ini hanya bentuk ucapan terima kasih yang sederhana, kami akan sangat senang jika Anda berdua mau menerima ini."

Semua pasang mata langsung tertuju pada Arshan yang mengatakan itu. Khusus Shayra, dia sampai ternganga. Sekarang Shayra benar-benar yakin, pasti Arshan sudah kerasukan hantu hutan. Kalau bukan karena itu, pria itu tidak mungkin begini.

"Putra saya benar, Pak, Bu, tolong diterima, ya?" bujuk Mahira juga.

Pada akhirnya, sepasang pria dan wanita paruh baya itu menerima amplop tersebut meski sedikit tidak enak. Wajah-wajah mereka yang sederhana, lalu senyuman yang teduh, seakan sudah cukup membuktikan bahwa mereka adalah orang yang tulus.

"Baiklah. Pak, Bu, sekali lagi terima kasih sebanyak-banyaknya atas bantuan kalian. Kami pamit pergi sekarang," ucap Mahira.

"Iya, Bu, iya. Kalian semuanya hati-hati, ya? Dan, Nak Shayra, jangan lupa istirahat. Tangannya juga jangan digerakkan dulu, kakinya juga, ya," pesan wanita itu.

Shayra mengangguk tersenyum. Kalau saja dia bisa berjalan dengan leluasa, dia pasti sudah mendekat dan memeluk wanita itu sebagai rasa terima kasih. "Terima kasih, Bibi. Terima kasih banyak."

Wanita itu, sekali lagi, mengangguk.

Sebelum benar-benar pergi, Shayra memandang kakinya yang malang. Salah satu kakinya terkilir, rasanya sakit sekali jika dipakai berjalan. Itu sebabnya dia tadi berjalan sangat pelan.

"Ayo, Nak, Mama akan membantumu berjalan," kata Ahana.

"Itu tidak perlu, Ma," balas Arshan.

Shayra belum memahami apa yang terjadi ketika tubuhnya tiba-tiba diangkat oleh Arshan. Namun, bukan Shayra yang memekik, melainkan Mahira dan Ahana. Kedua ibu itu terkejut sendiri dengan tingkah pria aneh bernama Arshan itu.

"A-Arhaan, cepat buka pintu mobilnya!" titah Mahira gugup sendiri.

Arhaan yang juga terkejut langsung melompat membuka pintu mobil Arshan. "Angry bird ini sepertinya sudah sembuh," gumamnya cengar-cengir sendiri.

Arshan dan Shayra bertatapan seperti dalam film. Keduanya hanya diam, tetapi orang-orang di sekitar mereka tersenyum. Mereka merasa ini adegan yang mustahil, tapi entah bagaimana bisa terjadi.

Kembali lagi pada Arshan. Setelah sampai di mobil, ia menurunkan Shayra dengan sangat pelan dan hati-hati. Matanya masih tertaut pada Shayra, begitu juga sebaliknya.

"Ekhem!" Aryan berdeham keras-keras, membuat Arshan terkesiap. "Mau terus menatap Shayra di sini atau melanjutkan adegan ini nanti di villa?" godanya.

Arshan dengan wajah datarnya melengos, membuat orang-orang---termasuk Kavi---tertawa kecil.

***

Mobil Arshan hanya ditumpangi berdua bersama Shayra yang duduk di kursi belakang. Keheningan tercipta di sana; Arshan fokus menyetir, sementara Shayra hampir tidak berkedip melihat Arshan. Kadang dilirik dari spion dan terlihatlah setengah wajah pria itu, kadang-kadang langsung ditatap tubuhnya, dan hanya terlihat separuh dari tubuh pria itu.

Ada satu pertanyaan yang terus berenang di kepala Shayra, tindakan Arshan ini didasari apa? Tidak mungkin Arshan berubah secepat itu, kecuali otaknya sudah tertukar dengan Kavi. Benar, kan?

"Aku tahu aku ini sangat-sangat tampan sampai kau tidak berhenti memandangiku," celetuk Arshan.

Shayra tidak berdecak seperti biasanya, malah tetap menatap wajah Arshan dari spion dengan kening yang mengerut. "Kau baik-baik saja?"

Alis Arshan terangkat sebelah. "Kau serius bertanya itu padaku? Kau yang mencoba terbang dengan melompat ke jurang, jadi seharusnya pertanyaan itu untukmu," balasnya.

Shayra menatap ke arah lain dan mengangguk-angguk. "Benar, tapi aku merasa baik-baik saja, begitu juga dengan otakku. Malah otakmu yang sepertinya agak geser. Kau jadi baik? Serius?" ocehnya dipolos-poloskan.

Arshan berdecak dan melirik Shayra dari spion depan. "Aku bersikap baik, salah. Aku bersikap jahat, salah juga. Memang benar, ya, para pria selalu salah. Hanya wanita yang selalu benar," katanya dengan nada bicara dramatis, seolah dia pria paling tersakiti di seluruh negeri ini.

"Itu memang benar, tapi maksudku bukan begitu. Agak mengherankan kau melakukan itu. Ya ... agak heran saja. Maksudku, yang benar saja? Kau tidak kerasukan makhluk apa-apa, kan?"

Arshan tersenyum kecut dan menggeleng. Kalau aku bilang aku sangat khawatir padanya, dia pasti akan langsung bangga dan mengejekku. Jadi, lebih baik aku diam. Biar saja dia berpikir aku kerasukan, otakku geser, dan sebagainya, kata Arshan dalam hati.

Melihat Arshan yang seperti berdialog dengan dirinya sendiri, Shayra tersenyum kecil. Apa dia khawatir padaku tapi tidak mau mengaku? tanyanya dalam hati.

"Oh, iya. Kau sungguhan ingin mencoba terbang dengan melompat ke jurang, atau ada yang membuatmu jatuh?" tanya Arshan serius.

Senyum yang tadi terpasang di wajah Shayra menghilang. Ia menggaruk tak gatal rambutnya yang sebagian ditutupi perban. "Umm, itu ...."

"Tunggu," Arshan menghentikan laju mobilnya, berbalik dan meraih tangan kiri Shayra yang tidak diperban. "Luka ini ... ini seperti bukan karena jatuh ke jurang."

Shayra tersenyum paksa. Ternyata mata Arshan tajam juga, padahal luka ini cukup tersembunyi, karena letaknya di lengan bagian dalam.

"Shayra, apa ada yang berusaha mencelakaimu?"

*****


Tap bintang di pojok kiri bawah jika kalian suka 🤗

Continue Reading

You'll Also Like

24.8K 1K 22
KARYA KEDUA🎉 Aku tidak peduli jika kau tidak mencintaiku karena aku sudah bertekad untuk membuatmu mencintaiku. Meskipun aku harus terluka tapi aku...
94.8K 2.5K 50
Azila Rivesha tak menyangka, di umur yang ke 24 tahun ia menikah dengan seorang pengusaha kaya. Yang sialnya, mereka terhubung dalam pernikahan kontr...
4.8K 381 28
~NOVEL TERJEMAHAN~ 苟在災難末世 Penulis: Saus Besar Xiaobin Jenis: Kelahiran Kembali Status: Selesai Pembaruan terakhir: 14 Maret 2021 Bab Terbaru: Bab 139...
30.9K 1.4K 67
Maya Imelda wanita yang hidupnya berurusan dengan anak remaja SMA. Berawal dari ATM milik Elang yang dihilangkan oleh Maya membuat Maya mau tak mau...